Anda di halaman 1dari 11

PENGKAJIAN KEPERAWATAN.

 AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan.
Kram otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur / istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas.

 SIRKULASI
Gejala : Adanya riwayat hipertensi ; IM akut.
Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ekstremitas.
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia.
Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi.
Nadi yang menurun / tak ada
Distritmia.
Krekels ; DVJ (GJK).
Kulit panas, kering, dan kemerahan ; bola mata cekung.

 INTEGRITAS EGO
Gejala : Stres; tergantung pada orang lain.
Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.

 ELIMINASI
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia.
Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru /
berulang.
Nyeri tekan abdomen.
Diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning ; poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipovolemia berat).
Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asites.
Bising usus lemah dan menurun ; hiperaktif (diare).

 MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Hilang nafsu makan.
Mual / muntah.
Tidak mengikuti diet ; peningkatan masukan glukosa / karbohidrat.
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari / minggu.
Haus.
Penggunaan diuretik (tiazid).

Tanda : Kulit kering / bersisik, tugor jelek.


Kekakuan / distensi abdomen, muntah.
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah).
Bau halotosis / manis, bau buah (napas aseton).

 NEUROSENSORI
Gejala : Pusing / pening.
Sakit kepala.
Kesemutan, kebas kelemhan pada otot. Parestesia.
Gangguan penglihatan.
Tanda : Disoreantasi; mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental.
Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma).
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

 NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati

 PERNAPASAN
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi / tidak).
Tanda : Lapar udara.
Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi).
Frekuensi pernapasan.

 KEAMANAN
Gejala : Kulit kering, gatal ; ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis.
Kulit rusak, lesi / ulserasi.
Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak.
Parestesia /paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam).

 SEKSUALITAS
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi).
Masalah impoten pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita.

 PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : Faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat.
Penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid); Dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.

Pertimbangan
Rencana pemulangan : Mungkin mmerlukan bantuan dalam pengarturan diet,
pengobatan, pwerawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma ; Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium ; Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller), selanjutnya akan
menurun.
Fospor : Lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM )
dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak
adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi
ginjal).
Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan
dalam penggunaannya ( endogen /eksogen ). Resisiten insulin dapat berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi).
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin menigkat.
Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul:


1. Kekurangan volume cairan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi.
4. Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori.
5. Kelelahan
6. Ketidakberdayaan
7. Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
Rencana tindakan.
1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Diuresis osmotik (hiperglikemi).
Tujuan : Klien akan memperlihatkan terjadinya tanda – tanda hidrasi yang adekuat.

INTERVENSI RASIONAL

1. Dapatkan riwayat pasien / orang 1. Membantu dalam memperkirakan


terdekat sehubungan dengan urine kekurangan volume total. Tanda dan
yang sangat berlebihan. gejala munglin sudah ada pada
beberapa waktu sebelumnya
(beberapa jam sampai beberapa hari).
2. Hipovolemia dapat dimanifestasikan
2. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya oleh hipotensi dan takikardia..
perubahan TD ortostatik.
3. Paru-paru mengeluarkan asam
3. Pola napas seperti adanya pernapasan karbonat melalui pernapasan yang
kussmaul atau pernapasan yang keton. menghasilkan konpensasi alkolosis
respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis
4. Koreksi hiperglikemia dan asidosis
4. Frekwensi dan kualitas pernapasan akan menyebabkan pola frekwensi
otot bantu napas,dan adanya periode pernapasan mendekati normal.
apnea dan munculnya sianosis.
5. Meskipun demam, menggigil dan
5. Suhu, warna kulit atau kelembabannya. diaforesis merupakan hal umum
terjadi pada proses infeksi , demam
dengan kulit yang kemerahan , kering
mungkin sebagai cerminan dari
dehidrasi.

6. Merupakan indikator dari tingkat


6. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, dehidrasi atau volume sirkulasi yang
turgor kulit, dan membran mukosa. adekuat.

7. Memberikan perkiraan kebutuhan


7. Pantau masukan dan pengeluaran, akan cairan pengganti, fungsi ginjal ,
catat berat jenis urine. dan kefektifan dari terapi yang
diberikan.

8. Memberikan hasil pengkajian yang


8. Ukur berat badan setiap hari. terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya
dalam cairan pengganti.

9. Mempertahankan hidrasi/volume
9. Pertahankan untuk memberikan cairan sirkulasi.
paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung .
10. Menghindari pemanasan yang
10. Tingkatkan lingkungan yang dapat berlebihan terhadap pasien lebih
menimbulkan rasa nyaman.Selimuti lanjut akan dapat menimbulkan
pasien dengan selimut tipis. kehilangan cairan.

11. Perubahan mental dapat berhubungan


11. Kaji adanya perubahan mental/ sensori dengan glukosa yang tinggi atau yang
rendah .

12. Kekurangan cairan dan elektrolit


12. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mengubah motilitas lambung, yang
mual, nyeri abdomen, muntah sering kali akan menimbulkan muntah
distensi lambung.
13. Pemberian cairan unruk perbaikan
13. Observasi adanya perasaan kelelahan yang cepat mungkin sangat
yang meningkat,edema, peningkatan berpotensi menimbulkan kelebihan
berat badan, nadi tidak teratur, dan beban cairan dan GJK.
adanya distensi pada vaskuler.
14. Tipe dan jumlah dari cairan
14. Berikan terapi cairan sesuai dengan tergantung pada derajat kekuranan
indikasi; cairan dan respon pasien secara
individual.
15. Memberikan oengukuran yang
15. Pasang/pertahankan kateter urine tepat /akurat terhdap pengukuran
tetap terpasang. haluaran).

16. Pantau pemeriksaan laboraorium 16.


seperti :  Mengkaji tingkat hidrasi dan
 Hematokrit (Ht), seringkali meningkat akibat
hemokonsentrasi.
 Peningkatan nilai dapat
 BUN/Kreatinin mencerminkan kerusakan sel.
 Meningkat sehubungan dengan
 Osmolalitas darah adanya hiperglikenia dan
dehidrasi.
 Mungkin menurun yang dapat
 Natrium mencerminkan perpindahan
cairan dari intrasel ( diuresis
osmotik ). Kadar natrium yang
tinggi mencerminkan kehlangan
cairan/dehidrasi berat
 Awalnya dapat terjasdi
 Kalium hiperkalemia dalam
beresponpada asidosis,

17. Kalium harus ditambahkan pada IV


17. Berikan kaliumn atau elektrolit yang (segera aliran urine adekuat) untuk
lain melalui IV dan atau melalui oral mencegah hipokalemia.
sesuai indikasi.

2. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan :


 Ketidak cukupan insulin ( penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh
jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak)
 Penurunan pemasukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen,
peruibahan kesadaran .
 Status hipermetabolikme: pelepasan hormon stress ( mis: efineprin, kortisol, dan
hormon pertumbuhan), Proses infeksius.

Tujuan : Klien akan memperlihatkan berat badan yang stabil atau penambahan kearah
rentang biasanya/ yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.

Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan setiap hari. 1. Mengkaji pemasukan makanan yang


adekuat
2. Tentukan program diet dan pola 2. Mengidentifikasi kekurangan dan
makan pasien penyimpangan dari kebutuhan
teraupetik.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya 3. Hiperglikemia dan gangguan
nyeri abdomen/ perut kembung, mual, keseimbangan cairan dan elektrolit
muntahan dapat menurunkan motilitasd/fungsi
lambung (distensi atau ileus paralitik)
4. Berikan makanan cair yang 4. Pemberian makan melalui oral lebih
mengandung zat makanan ( nutrien ) baik jika pasien sadar dan fungsi
dan elektrolit dengan segera. gastrointestinal baik.

5. Identifikasi makanan yang disukai / 5. Jika makanan yang disukai pasien


dikehendaki termasuk kebutuhan etnik dapat dimasukkan dalam perencanaan
/ kultural. makan,
6. Libatkan keluarga pasien pada 6. Menigkatkan rasa keterlibatannya:
perencanaan makan ini sesuai dengan memberikan informasi pada keluarga
indikasi. untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien.

7. Observasi tanda – tanda hipoglikemia, 7. Karena metabolisme karbohidrat mulai


seperti perubahan tingkat kesadaran, terjadi ( gula darah akan berkurang
kulit lembab / dingin, denyut nadi dan sementara tetap diberikan insulin
cepat, lapar peka rangsang, cemas, maka hipoglikemia dapat terjadi..
sakit kepala, pusing, sempoyongan.

8. Lakukan kolaborasi pemeriksaan gula 8. Analisa ditempat tidur terhadap gula


darah dengan menggunakan “finger darah lebih akurat (menunjukkan
stick”. kaadaan saat dilakukan pemeriksaan)

9. Pantau pemeriksaan laboratorium, 9. Gula darah darah akan menurun


seperti glukosa darah, aseton, pH, dan perlahan dengan penggantian cairan
HCO3. dan terapi insulin terkontrol.

10. Berikan pengobatan insulin secara 10. Insulin reguler memilik awitan cepat
teratur dengan metode IV secara dan karenanya dengan cepat pula
intermitten atau secara kontinu. dapat membantu memindahkan
glukosa kedalam sel.
11. Berikan larutan glukosa, mosalnya 11. Larutan glukosa ditambahkan setelah
dektrosa dan setengah salin normal. insulin dan cairan membawa gula
darah kira – kira 250 mg/dl.
12. Lakukan konsultasi dengan ahli diet. 12. Sangat bermanfaat dalam perhitungan
dan penyesuain diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien:.

13. Berikan diet kira – kira 60% 13. Kompleks karbiohidrat ( seperti
karbohidrat. 20% protein dan jagung, wortel, brokoli, buncis,
20%lemak dalam penataan makan / gandum, dll) menurunkan kadar
pemberian makanan tambahan. glukosa / kebutuhan insulin,
menurunkan kadar kololesterol darah
dan meningkatkan rasa kenyang.

14. Berikan obat metaklopramid (reglan): 14. Dapat bermanfaat dalam mengatasi
tetrasikin. gejala yang berhububngan dengan
neuropati
3. Risiko Tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan :
 Kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi,
 Infeksi pernapasan yang ada sebelumnya.

Tujuan : Tanda- tanda infeksi tidak terjadi.

Intervensi Rasional

1. Observasi tanda – tanda infeksi dan 1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi
peradangan, seperti demam, yang biasanya telah mencetuskan
kemerahan, adanya pus pada luka keadaan ketoasidosis atau dapat
sputum purulent, urine warna keruh mengalami infeksi nosokomial.
atau berkabut.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan 2. Mencegah timbuknya infeksi silang
melakukan cuci tangan yang baik pada (infeksi nosokomial).
semua yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.

3. Pertahankan tehnik aseptik pada


prosedur invasif 3. Kadar glukosa yang tinggi dalam
darah akan menjadi media terbaik abgi
4. Pasang kateter /lakukan perawatan pertumbuhan kuman.
perineal dengan baik. Ajarkan pasien 4. Mengurangi risiko terjadinya infeksi
wanita untuk membersihkan daerah saluran kemih.
perinealnya dari depan kearah
belakang setelah eliminasi.

5. Auskultasi bunyi napas.


5. Ronki mengindikasikan adanya
akumulasi sekret yang mungkin
berhubungan dengan pneumonia /
bronkitis (mungkin pencetus sebagai
pencetus dari DKA). Edema paru
6. Posisikan pasien pada posisi semi (bunyi krekels)
fowler. 6. Memberikan kemudahan bagi paru
untuk berkembang : menurunkan
risiko terjadinya aspirasi.
7. Lakukan perubahan posisi dan
anjurkan pasien batuk untuk batuk 7. Membantu dalam menventilasikan
efektif/napas dalam jika pasien sadar semua daerah paru dan memobilisasi
dan kooperatif. sekret. Mencegah agar sekret tidak
statis dengan terjadiya peningkatan
8. Berikan tissue dan tempat sputum
pada tempat yang mudah dijangkau 8. Mengurani penyebaran infeksi.
untuk penampungan sputum atau
sekret yang lainnya.

9. Bantu pasien untuk melakukan higiene


oral. 9. Menurunkan risiko terjadinya penyakit
mulut/gusi.
10. Anjurkan untuk makan dan minum
adekuat (pemasukan makanan dan 10. Menurunkan kemungkinan terjadinya
cairan yang adekuat) kira- kira 3000 infeksi. Meningkatkan aliran urine
ml/hari untuk mencegah urine yang statis
11. Lakukan kolaborasi untuk 11. Untuk mengidentifikasi organisme
pemeriksaan kultur dan sensitivitas sehingga dapat memilih/memberikan
sesuai dengan indikasi terapi antibiotik yang terbaik.
12. Berikan obat antibiotik yang sesuai. Penangananan awal dapat membantu
mencegah timbulnya sepsis.

4. Risiko Tinggi Terhadap Perubahan Persepsi sensori berhubungan dengan perubahan


kimia endogen: ketidakseimbagan glukosa/insulin dan /atau elektrolit.
Tujuan : Perubahan persepsi sensori tidak terjadi.

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda – tanda vital dan status 1. Sebagai dasar untuk membandingkan
mental. temuan abnormal.
2. Panggil pasien dengan nama, 2. Menurunkan kebingungan dan
orientasikan kembali sesuai dengan membantu mempertahahnkan kontak
kebutuhannya, dengan realitas.
3. Jadwalkan intervensi keperawatan 3. Meningkatkan tidur, menurunkan rasa
agar tidak mengganggu waktu letih, dan dapat memperbaiki daya
istirahat pasien. fikir.

4. Pelihara aktivitas rutin pasien 4. Membantu memelihara pasien tetap


sekonsisten mungkin, dorongan untuk berhubungan dengan realitas dan
melakukan kegiatan sehari-hari mempertahankan orientasi pada
sesuai kemampuannya. lingkungannya.

5. Lindungi pasien dari cedera (gunakan 5. Pasien mengalami disorientasui


pengikat) ketika tingkat kesadaran merupakan aeal kemungkinan
pasien terganggu. timbulnya cedera, terutama malam hari
dan perlu pencegahan sesuai indikasi.
6. Edema / lepasnya retina, hemoragis ,
6. Evaluasi lapang pandang penglihatan katarak, atau paralisis otot ekstra
sesuai dengan indikasi. okuler sementara menganggu
penglihatan yang memerlukan terapi
korektif dan atau perawatan
penyokong.
7. Meningkatkan rasa nyaman dan
7. Selidiki adanya keluhan parestesia , menurunkan kemungkinan kerusakan
nyeri, atau kehilangan sensori pada kulit pada panas.
paha / kaki.
8. Meningkatkan keamanan pasien
8. Bantu pasien dalam ambulasi atau terutama ketika rasa keseimbangan
perubahan posisi. dipengaruhi.

9. Gangguan dalam proses pikir/potensial


9. Lakukan kolaborasi untuk pemberian terhadap aktifitas kejang biasanya
pengobatan sesuai dengan obat yang hilang dalam hiperosmolalitas teratasi.
ditentukan untuk mengatasai DKA
sesuai indikasi 10. Ketidakseimbangan nilai laboratorium
dapoat menurunkan fungsi mental.
10. Pantau nilai laboratoriun, seperti
glukosa darah, osmolalitas darah ,
Hb/Ht, ureum kretinin.
5. Kelelahan Berhubungan dengan :
 Penurunan produlsi energi metabolik.
 Perubahan kimia darah : insufisiensi insulin.
 Peningkatan kebutuhan energi : Status hipermetabolik/infeksi

Tujuan : klien akan menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisdipasi dalam


aktifitas yang diinginkan.

Intervensi Rasional

1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan 1. Pendidikan dapat memberikan


akan aktifitas. motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin
sangat lemah.
2. Berikan aktivitas alternatif dengan 2. Mencegah kelelahan yang berlebihan.
periode istirahat yang cukup / tanpa
diganggu.
3. Diskusi cara menghemat kalori selama 3. Pasien akan dapat melakukan lebih
mandi, berpindah tempat dan banyak kegiatan dengan penurunan
sebagainya. kebutuhan akan energi pada setiap
kegiatan.
4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam 4. Meningkatkan kepercayaan diri/harga
melakukan aktifitas sehari – hari yang diri yang positif sesuai tingkat
dapat ditoleransi. aktifitas yang dapat ditoleransi pasien.

5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang / progresif yang


tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

Tujuan : Mengidentifikasi cara – cara sehat untuk menghadapi perasaan.

Intervensi Rasional

1. Anjurkan pasien/keluarga untuk 1. Mengidentifikasi area perhatiaannya


mengekspresikan perasaannya dan memudahkan cara pemecahan
tentang perawatan dirumah sakit dan masalah.
penyakitnya secara keseluruhan.
2. Akui normalitas dari perasaan. 2. Pengenalan bahwa reaksi normal dapat
membantu pasien untuk memecahkan
masalah
3. Kaji bagaimana pasien telah 3. Pengetahuan gaya individu membantu
menangani masalahya dimasa lalu, untuk menentukan kebutuhan terhadap
identifikasi lokus kontrol. tujuan penanganan.

4. Berikan kesempatan pada keluarga 4. Menigkatkan perasaan terlibat dan


untuk mengekspresikan perhatiannya membrikan kesempatan keluarga
untuk memecahkan masalah.
5. Tentukan tujuan / harapan dari pasien 5. Harapan yang tidak realistis atau
atau keluarga. adanya tekanan dari orang lain atau
diri sendiri dapat mengakibatkan
perasaan frustasi
6. Tentukan apakah ada perubahan yang 6. Tenaga dan fikiran yang konstan
berhubungan dengan orang terdekat. diperlukan untuk mengendalikan
diabetik
7. Berikan dukungan pada pasien untuk 7. Meningkatkan perasaan kontrol
ikut berperan serta dalam perawatan terhadap situasi.
diri sendiri dan berikan umpan balik
positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan


kebutuhan belajar dan kebutuhan pengobatan. Berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.

Tujuan : Klien akan melakukan perubahan gayahidup dan berpartisipasi dalam


program pengobatan

Intervensi Rasional

1. Ciptakan lingkungan saling percaya 1. Menanggapi dan memperhatikan perlu


dengan mendengarkan penuh diciptakan sebelum pasien bersedia
perhatian, dan selalu ada untuk pasien. mengambil bagian dalam proses
belajar.
2. Bekerja dengan pasien dalam menata 2. Partisipasi dalam perencanaan
tujuan belajar yang diharapkan. menigkatkan antusias dan kerja sama
Diskusikan topik – topik utama, pasien denganprinsip – prinsip yang
seperti: dipelajari.
 Apakah kadar glukosa normal itu
dan bagaimana hal tersebut
dibandingkan dengan kadar gula
darah pasien, tipe DM yang
dialami oleh pasien, hubungan
antara kekurangan insulin dengan
kadar gula darah yang tinggi.

 Komplikasi penyakit akut dan


kronis meliputi gangguan
penglihatan (retinopati),
perubahan dalam neuroisensori
dan kardiovaskuler, perubahan
fungsi ginjal/hipertensi. 3.
3. Demonstrasikan cara pemeriksaan  Memberikan pengetahuan dasar
gula darah dengan menggunakan dimana pasien dapat membuat
“finger stick” pertimbangan dalam memilih gaya
hidup.

4. Diskusikan tentang cara rencana diet, 4. Pemeriksaan gula darah setiap hari
penggunaan makanan tinggi serat dan memungkinkan fleksibilitas dalam
cara untuk melakukan makan diluar perawatan diri dan meningkatkan
rumah. kontrol gula darah lebih ketat.

5. Tinjau ulang program pengobatan 5. Kesadaran tentang pentingnya kontrol


diet akan membantu klien dalam
merencanakan makan
6. Tinjau kembali pemberian insulin oleh 6. Pemahaman tentang semua aspek akan
pasien sendiri dan perawatan meningkatkan penggunaan obat secara
terhadap peralatan yang digunakan. tepat

7. Tekankan pentingnya 7. Mengidentifikasi pemahaman dan


mempertahankan peneriksaan gula kebenaran dan prosedur atau masalah
darah setiap hari, waktu dan dosis yang potensial terjadi sehingga solusi
obat, diet, aktifitas, perasaan, sensasi alternative dapat ditentukan untuk
dan peristiwa dalam hidup. pemberian insulin.

Anda mungkin juga menyukai