AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan.
Kram otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur / istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas.
SIRKULASI
Gejala : Adanya riwayat hipertensi ; IM akut.
Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ekstremitas.
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia.
Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi.
Nadi yang menurun / tak ada
Distritmia.
Krekels ; DVJ (GJK).
Kulit panas, kering, dan kemerahan ; bola mata cekung.
INTEGRITAS EGO
Gejala : Stres; tergantung pada orang lain.
Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
ELIMINASI
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia.
Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru /
berulang.
Nyeri tekan abdomen.
Diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning ; poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipovolemia berat).
Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asites.
Bising usus lemah dan menurun ; hiperaktif (diare).
MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Hilang nafsu makan.
Mual / muntah.
Tidak mengikuti diet ; peningkatan masukan glukosa / karbohidrat.
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari / minggu.
Haus.
Penggunaan diuretik (tiazid).
NEUROSENSORI
Gejala : Pusing / pening.
Sakit kepala.
Kesemutan, kebas kelemhan pada otot. Parestesia.
Gangguan penglihatan.
Tanda : Disoreantasi; mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental.
Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma).
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati
PERNAPASAN
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi / tidak).
Tanda : Lapar udara.
Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi).
Frekuensi pernapasan.
KEAMANAN
Gejala : Kulit kering, gatal ; ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis.
Kulit rusak, lesi / ulserasi.
Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak.
Parestesia /paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
SEKSUALITAS
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi).
Masalah impoten pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita.
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : Faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat.
Penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid); Dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
Pertimbangan
Rencana pemulangan : Mungkin mmerlukan bantuan dalam pengarturan diet,
pengobatan, pwerawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma ; Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium ; Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller), selanjutnya akan
menurun.
Fospor : Lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM )
dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak
adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi
ginjal).
Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan
dalam penggunaannya ( endogen /eksogen ). Resisiten insulin dapat berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi).
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin menigkat.
Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka.
INTERVENSI RASIONAL
9. Mempertahankan hidrasi/volume
9. Pertahankan untuk memberikan cairan sirkulasi.
paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung .
10. Menghindari pemanasan yang
10. Tingkatkan lingkungan yang dapat berlebihan terhadap pasien lebih
menimbulkan rasa nyaman.Selimuti lanjut akan dapat menimbulkan
pasien dengan selimut tipis. kehilangan cairan.
Tujuan : Klien akan memperlihatkan berat badan yang stabil atau penambahan kearah
rentang biasanya/ yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.
Intervensi Rasional
10. Berikan pengobatan insulin secara 10. Insulin reguler memilik awitan cepat
teratur dengan metode IV secara dan karenanya dengan cepat pula
intermitten atau secara kontinu. dapat membantu memindahkan
glukosa kedalam sel.
11. Berikan larutan glukosa, mosalnya 11. Larutan glukosa ditambahkan setelah
dektrosa dan setengah salin normal. insulin dan cairan membawa gula
darah kira – kira 250 mg/dl.
12. Lakukan konsultasi dengan ahli diet. 12. Sangat bermanfaat dalam perhitungan
dan penyesuain diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien:.
13. Berikan diet kira – kira 60% 13. Kompleks karbiohidrat ( seperti
karbohidrat. 20% protein dan jagung, wortel, brokoli, buncis,
20%lemak dalam penataan makan / gandum, dll) menurunkan kadar
pemberian makanan tambahan. glukosa / kebutuhan insulin,
menurunkan kadar kololesterol darah
dan meningkatkan rasa kenyang.
14. Berikan obat metaklopramid (reglan): 14. Dapat bermanfaat dalam mengatasi
tetrasikin. gejala yang berhububngan dengan
neuropati
3. Risiko Tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan :
Kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi,
Infeksi pernapasan yang ada sebelumnya.
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda – tanda infeksi dan 1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi
peradangan, seperti demam, yang biasanya telah mencetuskan
kemerahan, adanya pus pada luka keadaan ketoasidosis atau dapat
sputum purulent, urine warna keruh mengalami infeksi nosokomial.
atau berkabut.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan 2. Mencegah timbuknya infeksi silang
melakukan cuci tangan yang baik pada (infeksi nosokomial).
semua yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda – tanda vital dan status 1. Sebagai dasar untuk membandingkan
mental. temuan abnormal.
2. Panggil pasien dengan nama, 2. Menurunkan kebingungan dan
orientasikan kembali sesuai dengan membantu mempertahahnkan kontak
kebutuhannya, dengan realitas.
3. Jadwalkan intervensi keperawatan 3. Meningkatkan tidur, menurunkan rasa
agar tidak mengganggu waktu letih, dan dapat memperbaiki daya
istirahat pasien. fikir.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
4. Diskusikan tentang cara rencana diet, 4. Pemeriksaan gula darah setiap hari
penggunaan makanan tinggi serat dan memungkinkan fleksibilitas dalam
cara untuk melakukan makan diluar perawatan diri dan meningkatkan
rumah. kontrol gula darah lebih ketat.