Anda di halaman 1dari 46

TUGAS

ASKEP KLIEN YANG MENGALAMI WAHAM CURIGA

DISUSUN OLEH:

NAMA : HUGOLINA NEA

NIM : P1813009

PROGARAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES GRAHA EDUKASI
MAKASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esah atas limpahan rahmat dan karunia – Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan askep yang berjudul “ASKEP KLIEN YANG MENGALAMI WAHAM
CURIGA “. Dalam tugas matakuliah Keperawatan Jiwa.Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam
proses pembuatan askep ini,namun saya mampu menyelesaikan dengan tepat waktu.jika didalam askep masih
banyak kekurangan dan kesalahan,maka saya memohon maaf sebesar-besarnya.saya juga menyadari bahwa
makalah ini jauh lebih sempurna.Lebih dan kurang saya mengucapkan trimakasih.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN TEORI
A. Pengertian.................................................................................................................................... 3
B. Etiologi.........................................................................................................................................3
C. PsikopatologiWaham...................................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis ........................................................................................................................5
E. Macam-macam Waham..............................................................................................................5
F. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................................................6
G. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................................9
H. Evaluasi dan Perencanaan.........................................................................................................10
BAB 3 TINJAUAN KASUS
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................................12
B. Saran ....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Curiga adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Gangguan mental juga akan berpengaruh pada
kondisi kesehatan secara fisik, sosial serta ekonomi dari masyarakat tersebut, semuanya itu merupakan
lingkaran yang tidak bisa dipisahkan karena saling terkait, diantara berbagai macam permasalahan
gangguan jiwa (Hawari, 2010).
Menurut Melinda Herman, mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang
mempengaruhi persepsi klien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Yosep, 2007). Waham
adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat / terus-menerus, tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan (Keliat, BA, 2010). Waham curiga adalah individu meyakini bahwa ada seseorang atau
kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan (Keliat, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan di ruang jiwa A Rumkital Dr.Ramelan
Surabaya, penulis menemukan klien dengan diagnosa medis Skizofrenia Paranoid mengalami masalah
keperawatan waham curiga.
Data WHO, prevelensi (angka kesakitan) penderita skizofrenia sekitar 0,2-2%. Riset kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1% penduduk indonesia mengalami gangguan jiwa dari ringan hingga
berat, sedangkan lebih dari 80% penderita skizofrenia di Indonesia tidak dapat diobati dan dibiarkan
berkeliaran di jalanan, atau bahkan di pasung. Diperkirakan, 20-30% dari populasi penduduk diperkotaan
mengalami gangguan jiwa dan berat. Setelah melakukan pengamatan di ruang Jiwa A Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya, didapatkan data pada bulan Januari 2015 sebanyak 12 pasien dengan 4 orang
menderita waham. Pada bulan Februari 2015 meningkat menjadi 13 pasien dengan 3 orang menderita
waham. Pada bulan Maret 2015 menurun menjadi 9 pasien dengan 3 orang pasien menderita waham.
Pada bulan April 2015 meningkat menjadi 14 pasien dengan 2 orang pasien menderita waham.
Sedangkan pada bulan Mei 2015 menurun menjadi 12 pasien dengan 3 orang pasien menderita waham.
Gangguan proses pikir waham biasanya diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi karna sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis didunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saaat tumbuh
kembang (life span story). Selain itu, juga dapat dipengaruhi oleh tidak ada pengakuan dari lingkungan
dan tingginya kesenjangan antara self ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuan yang
canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal
yang melebihillingkungan tersebut. Padahal self realty-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien,
materi, pengalaman, pengaruh support system semuanya sangat rendah (Yosep, 2007).
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari proses dimana seseorang melemparkan kekurangan dan rasa
tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan
cenderung menarik diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman,
merasa benci, kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan, angkuh dan keras kepala. Kecintaan pada diri
sendiri, angkuh, dan keras kepala, adanya rasa tidak aman, membuat seseorang berkhayal ia sering
menjadi penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi waham besar (Darmayanti dan Iskandar, 2012).
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmko terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi
psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatic, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual
dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien dengan waham pada
gangguan skizofrenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses
refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini perlu adanya pemberian asuhan keperawatan jiwa dengan
masalah keperawatan waham curiga melalui proses terapeutik yang membutuhkan kerjasama antara
perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Selain
itu tim medis atau perawat dituntut mampu menjalankan peran dan fungsinya secara optimal dalam
mengatasi masalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah
Asuhan Keperawatan Jiwa masalah utama Gangguan Proses Pikir: Waham Curiga pada Ny. L dengan
Diagnosa Medis Skizofrenia Paranoid di Ruang Jiwa A Rumkital dr. Ramelan Surabaya?”
C. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan jiwa dengan masalah utama waham curiga
pada Ny. L dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid di ruang Jiwa A Rumkital dr. Ramelan Surabaya.
D. Tujuan Khusus
 Melakukan pengkajian asuhan keperawatan jiwa masalah utama waham curiga pada Ny. L dengan
diagnosa medis skizofrenia paranoid diruang Jiwa A Rumkital dr. Ramelan Surabaya.
 Merumuskan diagnosa asuhan keperawatan jiwa masalah utama waham curiga pada Ny. L dengan
diagnosa medis skizofrenia paranoid diruang Jiwa A Rumkital dr. Ramelan Surabaya.
 Merencanakan asuhan keperawatan jiwa masalah utama waham curiga pada Ny. L dengan
diagnosa medis skizofrenia paranoid diruang Jiwa A Rumkital dr. Ramelan Surabaya.
 Melaksanakan asuhan keperawatan jiwa masalah utama waham curiga pada Ny. L
dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid diruang Jiwa A Rumkital dr.
Ramelan Surabaya. Mengevaluasi asuhan keperawatan jiwa masalah utama
waham curiga pada Ny. L dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid diruang
Jiwa A Rumkital dr. Ramelan Surabaya.
 Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa masalah utama waham curiga pada
Ny. L dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid diruang Jiwa A Rumkital dr.
Ramelan Surabaya.
a. Manfaat
Terkait dengan tujuan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
manfaat:
1. Dari segi akademik, merupakan sumbangan untuk ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan jiwa dengan masalah waham
curiga.
2. Dari segi praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi:

a) Bagi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah
sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan waham
curiga dengan baik.
b) Untuk penulis

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi para
penulis berikutnya yang akan melakukan studi kasus pada asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan waham curiga.

b. Metode Penulisan

1. Metode

Pada penulisan makalah ini penulis menggunkan metode deskritif. Metode


deskritif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala
yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang
mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan menggunakan studi
pendekatan proses keperawatan jiwa.
2. Teknik Pengumpulan Data

a) Wawancara

Data diperoleh melalui percakapan baik dengan klien maupun tim


kesehatan lain.
b) Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan secara langsung terhadap keadaan,


reaksi, sikap dan perilaku klien yang dapat diamati.
c) Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik yang dapat menunjang penegakkan diagnosa


dan penanganan selanjutnya.
3. Sumber Data

a) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.

b) Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat dengan
klien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan
yang lain.

4. Studi Kepustakaan
Yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah
yang dibahas.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Skizofrenia (waham curiga) merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar
pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa
dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar (Ibrahim, 2011).
Menurut Melinda Hermann (2008) dalam buku Yosep (2011), mendefinisikan skizofrenia sebagai
penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku
sosialnya (Neurological disease that affects a person’s perception, thinking, language, emotional,
and social behavior).
Menurut Faisal (2008) dalam buku Prabowo (2014), penyakit Skizofrenia atau Schizophrenia
artinya kepribadian yang terpecah, antara pikiran, perasaan, den perilaku. Dalam artian apa yang
dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya. Secara spesifik Skizofrenia adalah orang
yang mengalami gangguan emosi, pikiran, dan perilaku.
B. Etiologi
Menurut (Ibrahim, 2011) etiologi skizofrenia adalah sebagai berikut :

1. Model diatesis-stress
Suatu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan lingkungan yang
merupakan model diatesis. Model ini mengendalikan bahwa seseorang memiliki suatu
kerentanan spesifik (diatesis).
 Faktor biologis
Dasar untuk timbulnya abnormalitas mungkin terletak pada perkembangan abnormal
(sebagai contohnya, migrasi abnormal neuron di sepanjang sel glia radial selama perkembangan)
atau dalam generasi neuron setelah perkembangan.

1. Prinsip riset umum


Suatu rancangan dasar dalam riset biologis pada skizofrenia yaitu mengukur beberapa
variabel biologis dalam suatu kelompok pasien skizofrenik dan dalam kelompok pasien
psikiatrik non skizofrenik.
2. Integrasi teori biologis
Daerah otak utama terlibat dalam struktur skizofrenia adalah sturktur imbik, lobus
frontalis dannganglia basalis, talamus, dan batang otak. Peranan talamus sebagai
mekanisme pengintregasian antara batang otak dan otak tengah, merupakan operasi utama
bagi neuron aminergik asenden. Sistem limbik merupakan perhatian untuk membangun
teori (theory-bulding exercise).
3. Hipotesis dopamine
Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk skizofrenia menyatakan
bahwa skizofrenia disebabkan karen aterlalu banyaknya aktivitas dopaminergik.
4. Norepineprin
Pemberian jangka panjang anti psikotik menunjukkan aktivitas neuron noradrebergik di
lobus sereleus dan efek teraupetik yang terdapat pada anti psikotik mungkin akan
melibatkan aktivitasnya pada reseptor adrenergik 1 dan 2.
5. Asam amino
Neurotransmitter asam amino GABA inhibitor juga terlibat dalam patofisiologi
skizofrenia. Data yang tersedia menunjukkan konsisten dengan hipotesis bahwa beberapa
pasien skizofrenia mengalami

kehilangan neuron GABA energik di dalam hipokampus. Hilangynya


inhibitor GABA energik secara teoritas dapat menyebabkan hiperaktivitas
neuron dopaminergik dan noradrenergik.
2. Aliran darah sereblar CBF (cerebral blood flow)
Aliran frontal turun, aliran darah pariental naik, dan aliran darah otak keseluruhan turun.
Bila pengujian PET dan CBF digabungkan dengan CT scan, dapat dilihat adanya disfungsi
lobus frontal.
3. Elektrofisiologi
Penelitian elektroensefalografi (EEG) pada pasien skizofrenia menunjukkan sejumlah
besar pasien mempunyai rekaman yang abnormal, yang disertai dengan peningkatan
kepekaan terhadap prosedur aktivasi akan terlihat penurunan aktivitas alfa, peningkatan
aktivitas delta dan teta, dengan kemungkinan aktivitas epileptiformis yang lebih dari
biasanya. Kelainan sisi kiri lebih banyak dari biasanya.
4. Genetika
Penelitian tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan di tahun 1930-an. Ditemukan
bahwa kemungkinan seseorang akan menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya
juga menderita skizofrenia.
5. Teori psikoanalitik
Sigmund Freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam
perkembangan yang terjadi lebih awal dari fase yang menyebabkan terjadinya neurosis.
Freud juga mendalilkan bahwa adanya defek ego yang berperan dalam gejala skizofrenia.
6. Teori belajar
Hubungan interpersonal yang buruk, menurut teori belajar, berkembang karena telah
dipelajarinya model yang buruk selama masa kanak-kanak.
7. Teori tentang keluarga
Beberapa pasien skizofrenia memang berasal dari keluarga yang disfungsional, demikian
juga banyak orang sakit yang nonpsikiarik bersal dari keluarga disfungsional. Penting bagi
para klinis untuk mengenali perilaku keluarga patologis, karena perilaku tersebut dapat
secara bermakna meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi pleh pasien
skizofrenik yang rentan.
8. Teori social
Beberapa ahli menyatakan bahwa industrialisasi dan urbanisasi terlibat dalam penyebab
skizofrenia. Walaupun beberapa data mendukung teori tersebut, namun stress sebenarnya
dianggap dapat menimbulkan efek utama dalam menentukan waktu onset dan keparahan
penyakit.

C. Tanda dan Gejala


Secara general gejala skizofrenia menurut Yosep (2010) dibagi menjadi 2, yaitu gejala positif dan
negative
 Gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
mengintrepretasikan dan meresponspesan atau rangsangan yang datang. Klien skizofrenia
mungkin mendengar suara-suara atau melihat seusatu yang sebenarnya tidak ada, atau
mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala
yang biasanya
timbul, yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara
itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapai kadang suara
itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh
diri.
Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam
mengintepretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.
Misalnya, pada penderita skizofrenia, lampu trafik di jalan raya yang
berwarna merah-kuning-hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar
angkasa. Beberapa penderita skizofrenia berubah menjadi seorang
paranoid. Mereka selalu merasa sedang diamati-amati, diintai, atau hendak
orang.
Kegagalan berfikir mengarah kepada masalah dimana klien skizofrenia
tidak mampu meproses dan mengatur pikirannya. Kebanayakan klien tidak
mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika. Karena klien
skizofrenia tidak mampu mengatur pikirannya membuat mereka berbicara
secara serampangan dan tidak bisa ditangkap dengan logika.
Ketidakmampuan dala berpikir mengakibatkan ketidakmampuan
mengendalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita
skizofrenia tertawa atau berbicara sendiri denga keras tanpa memedulikan
sekelilingnya.
Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa memahami siapa
dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia. Dia
juga juga tidak bisa menegrti kapan dialahir, dimana ia berasda, dan
sebagainya.
 Gejala negative
Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat
dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas. Karena klien skizofrenia
hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang lain selain
tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat emosi klien skizofrenia menjadi datar.
Klien skizofrenia tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya,
seakan akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa klien
skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa menerima
pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.
Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi
bagian dari hidup klien skizofrenia. Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang
menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal
cinta. Perasaan depresi adalah sesuatu yang menyakitkan. Disamping itu, perubahan otak
secara biologis juga memberi andil dalam depresi. Deperesi yang berkelanjtan akan
membuat klien skizofrenia menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu meras aman
bila sendirian. Dalam beberaa kasus, skizofrenia menyerang manusia usia muda antara 15
hingga 30 tahun, tetapi serangan kebanyakan pada usia 40 tahun keatas. Skizofrenia bisa
menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi.
Siperkirakan penderita skizofrenia sebanyak 1% dari jumlah manusia yang ada di bumi.

D. Macam-macam Skizofrenia (waham curiga)


Pembagian Skizofrenia yang dikutip dari Maramis (2005) dalam buku Prabowo (2014), antara lain :
1. Skizofrenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simplex adalah
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan, gangguan proses berpikir sukar ditemukan,
waham dan halusinasi jarang sekali terdapat.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau sebakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara
15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan
dan adanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti
mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada
heberfenia.Waham dan halusinasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh
stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham- waham sekunder dan
halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir,
gangguan afek emosi dan kemauan.

E. Diagnosa Banding
Menurut Ibrahim (2011), diagnosis banding skizofrenia adalah :

1. Gangguan mental organik


Sering kali menunjukkan gejala yang menyerupai skizofrenia, misalnya
didapatkan waham, halusinasi, inkohorensi, dan afek yang tumpul atau
tidak serasi.
2. Gangguan skizofreniform
Gejala mungkin identik dengan skizofrenia, tetapi lamanya kurang dari
enam bulan. Deteriorasi lebih ringan dan prognosis lebih baik.
3. Psikosis reaksi singkat
Gejala berlangsung kurang dari 1 bulan sebagai akibat stress psikosial.

9. Gangguan afektif berat

Pada gangguan afektif berat, perkembangan waham atau halusinasi timbul


sesudah suatu periode pada gangguan afektif.
10. Gangguan skizoafektif

Gangguan mood (alam perasaan) muncul serempak dengan gejala


skizofrenia, tapi delusi dan halusinasi harus terdapat selama 2 minggu
tanda gejala mood (alam perasaan) mencolok selama fase tertentu penyakit
itu.
11. Gangguan delusional
Delusi yang sistemis, kepribadiannya utuh dan relatif berfungsi baik, tanpa
halusinasi mencolok ataupun gejala skizofrenia lain.
12. Gangguan kepribadian
Umumnya tanpa gejala psikotik dan jika ada, cenderung brelangsung
transien (sementara) dan tidak mencolok.

13. Gangguan perkembangan pervasif


Diagnosis ini dibuat jika muncul diantar usia 30 bulan dan 12 tahun.
Meski perilaku mungkin sangat aneh dan deteriorasi, tak dijumpai waham,
halusinasi atau gangguan bentuk pikiran yang jelas, misalnya longgarnya
asosiasi.
14. Retardasi mental
Menunjukkan gangguan intelek, perilaku dan suasana perasaan yang mirip
skizofrenia.
15. Gangguan obsesif kompulsif hipokondriasis-fobia
Hipokondriasis lebih jarang lagi gangguan fobik sering menyerupai ide
berlebihan sehingga gejalanya sukar dibedakan dengan waham.
16. Kepercayaan atau penghayatan dari kelomok agama atau tradisi atau
kebudayaan tertentu
Sulit dibedakan dari halusinasi atau waham. Bila hal ini berlaku atau
diterima dikalangan tersebut, hendaknya keadaan itu tidak dinyatakan
sebagai bukti terdapatnya gangguan psikosis.
F. Pengobatan
Obat yang digunakan untuk mengobati psikosis memiliki banyak sebutan yaitu anti psikotik,
neuroleptik, dan mayor trangquiles. Anti psikotik digunakan untuk mengatasi psikosis, termasuk
skiozofrenia. Efek terapi dari obat-obatan ini terlihat sewaktu dipakai pada psikosis akut. Efeknya
mengurangi gejala positif, antar lain halusinasi, tidak mau makan, tidak kooperatif, dan ganguan
pikiran. Gejala positif pada skizofrenia bereaksi bahwa secara responsif terhadap obat anti psioktik,
sedang gejal negatif seperti misalnya: pendataran afek, apatis, anhedonia dan blokade diri sangat
kurang (Ibrahim, 2011).

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham Curiga

1. Pengkajian
Menurut Kusumawati dan Yudi (2011), Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama bagi
tahap berikutnya dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien berdasarkan seperangkat data yang ada.
1. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.
2. Keluhan utama / alasan masuk

3. Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang di capai.
4. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonates dan anak-anak.
c. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya(peperangan,kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.

5. Aspek fisik / biologis


Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ
kalau ada keluhan.
6. Aspek psikososial

a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri

1) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang


disukai dan disukai.
2) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
3) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat
dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
4) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, statu, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
5) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan.
Kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

7. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam
perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung dan
berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
8. Kebutuhan persiapan pulang

a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat


makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.

d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.

e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum
obat.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

10. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
11. Aspek medis
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi,
terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam
kehidupan bermasyarakat.

2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul pada klien waham menurut
Damaiyanti dan Iskandar (2012) adalah:
1. Gangguan proses pikir: waham.

2. Kerusakan komunikasi verbal.

3. Harga diri rendah kronik.

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah interpretasi ilmiah dari data pengkajian yang
digunakan untuk mengarahkan perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Nanda, 2012).
1. Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham curiga

2. Perubahan isi pikir: waham curiga b.d harga diri rendah


4. Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal

Perubahan isi pikir: waham curiga

Gangguan Konsep Diri:harga diri rendah


5. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada klien

a. Tujuan
1) klien dapat berorientasi terhadap realita secara bertahap
2) klien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham,
saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu
agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan
yang dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya,
yaitu:
a) Mengucapkan salam terapeutik

b) Berjabat tangan

c) Menjelaskan tujuan interaksi

d) Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali bertemu


klien
2) Membantu orientasi realitas
1. Tidak mendukung dan membantah waham klien
2. Meyakinkan klien berada dalam keadaan aman
3. Jika klien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai klien berhenti membicarakannya.
3) Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi klien
sesuai dengan realitas.
 Mendiskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang
tidak terpenuhi karena dapat menimbulkan kecemasan,
rasa takut, dan marah.
 Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional klien.
 Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang
dimiliki.
 Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
 Mendiskusikan tentang obat yang diminum
 Melatih minum obat yang benar.

2. Tindakan keperawatan pada keluarga

a. Tujuan keperawatan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien

2) Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan


yang dipenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat klien di
rumah
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien

3) Diskusikan dengan keluarga tentang:

a) Cara merawat klien waham dirumah

b) Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur

c) Lingkungan yang tepat untuk klien

d) Obat klien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat


penghentian obat)
e) Kondisi klien yang memerlukan konsultasi segera

4) Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat klien waham

5) Menyusun rencana pulang klien bersama keluarga


6. Implementasi
Tindakan keperawatan merupakan standar asuhan yang berhubungan dengan
aktivitas keperawatan profesional yang dilakukan oleh perawat, dimana
implementasi dilakukan pada pasien, keluarga, dan komunitas berdasarkan
rencana keperawatannya yang dibuat.
Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa
menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit,
meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkn kesehatan fisik dan mental.
Kebutuhan klien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan
kebutuhannya melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan. Pedoman
tindakan keperawatan dibuat untuk tindakan pada klien baik secara individual,
kelompok maupun yang terkait dengan ADL (Activity Daily Living). Dengan
adanya perincian kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki jadwal
harian untuk masing-masing klien sehingga waktu kerja perawat menjadi lebih
efektif dan efisien (Keliat dan Akemat, 2009).
7. Evaluasi Keperawatan
Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang
dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang
dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya
dengan kepribadian yang sehat. Menurut Stuart & Sundeen (2006), evaluasi
dilakukan dengan pendekatan SOAP.
S: Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan.
O: Respon obyektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan.
A: Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masih tetap atau masuk giliran baru.
P: Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respin pasien.

BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
 Identitas klien
Klien adalah seorang perempuan bernama “Ny. L” usia 52 tahun,
beragama katolik, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Indonesia
dan jawa. Klien adalah anak keempat dari enam bersaudara. Klien tinggal
di daerah bendul merisi. Klien masuk rumah sakit tanggal yang terakhir
tanggal 30 maret 2015.
 Alasan Masuk
Klien masuk ke rumah sakit Dr. Ramelan Surabaya tanggal 30-03-2015 di
antar. Klien mengatakan dibawa oleh kakaknya ke RSAL. Klien selalu
merasa kalau kakak iparnya berniat buruk terhadapnya karena klien yang
banyak memiliki uang, perhiasan dan mobil. Klien mengatakan dibrankas
rumahnya berisi berlian, tapi tiba – tiba hilang. Klien juga merasa
tetangganya tidak menyukainya dan pernah masuk kerumahnya
mengambil perhiasannya.
Keluhan Utama : saat pengkajian klien mengatakan barang – barangnya
sering hilang dicuri teman sekamarnya dan curiga terhadap mahasiswa
yang memberikan roti di campur sabun.
 Pemeriksaan Fisik

1. Tanda – Tanda Vital : TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,5°C,


P: 18x/menit
2. Ukuran: TB: 162 cm BB: 71 Kg

3. Keluhan fisik: Klien mengatakan tidak ada keluhan


pada fisiknya.
Masalah keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan
 Psikososial
1. Genogram

X X X

Keterangan :

52 tahun
: Laki-laki : Cerai

: Perempuan : Meninggal

: Tinggal serumah

: Ada hubungan : Klien

Penjelasan:
Klien mengatakan anak ke empat dari enam bersaudara, klien pernah menikah dan memiliki
dua anak mereka sudah rumah tangga sendiri dan klien tinggal serumah dengan ibu
kandungnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
1.Konsep diri

a. Citra tubuh:
Saat ditanya bagian tubuh mana yang disukainya, klien mengatakan
menyukai semua anggota tubuhnya.
b. Identitas:
Klien mengatakan bahwa klien seorang perempuan berusia 52 tahun
dan seorang janda.
c. Peran:
Klien mengatakan sebagai seorang anak dan seorang ibu yang
memiliki 2 orang anak. Klien pernah bekerja sebagai seorang
administrasi.
d. Ideal diri:
Klien mengatakan ingin cepat pulang dan ingin berkumpul dengan
keluarga.
e. Harga diri:
Klien mengatakan tidak merasa malu dengan keadaannya, karena
klien merasa dirinya sehat.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
4. Hubungan sosial:

a. Orang yang berarti: klien mengatakan orang yang berarti adalah ibu.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat:

SMRS: klien mengatakan aktif dalam kegiatan paduan suara di


gereja.
MRS: klien tampak tiduran dan bermalas – malasan.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan


malas untuk berinteraksi dengan teman-temannya.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial: Menarik diri

5. Spiritual

a. Nilai dari keyakinan: klien mengatakan dirinya beragama katolik

b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan selama dirawat klien berdoa


setiap malam.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
 Status Mental
1.Penampilan:
Rambut klien tersisir rapi dan menggunakan pakaian yang bersih.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
2.Pembicaraan:
Saat ditanya klien mampu menjawab pertanyaan dan kadang bicara ngelantur bahwa
perhiasan dan mobilnya akan di ambil kakak iparnya sambil menatap perawat penuh
curiga.
Masalah keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal.
3.Aktivitas motorik
Klien tampak tenang meski terkadang terlihat gelisah dan berinteraksi sambil duduk.
Klien tidak terdapat permasalahan ekstremitas atas dan bawah. Klien melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri dan tidak terdapat kelemahan fisik.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
4.Alam Perasaan
Saat pengkajian klien merasa sedih, takut dan khawatir jika kakak iparnya datang untuk
mengambil perhiasan dan uangnya.
Masalah keperawatan: Ansietas
5.Afek
Saat pengkajian klien menunjukkan ekspresi yang berubah-ubah, kadang terlihat tegang
dengan tatapan penuh curiga, kadang ceria, dan kadang tenang.
Masalah keperawatan: Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain.
6.Interaksi selama wawancara
Klien mengatakan kalau ada yang ingin mencuri barang-barangnya dan tampak menutupi
beberapa hal yang bersifat menelisik, klien juga terlihat menatap penuh curiga.
Masalah keperawatan: Hambatan komunikasi.
7.Persepsi
Klien mengatakan tidak mendengar suara – suara atau bisikan dan tidak melihat
bayangan - bayangan.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
8.Proses piker
Saat pengkajian klien sering mengulang pembicaraan dan nglantur. Masalah
keperawatan: Gangguan proses pikir.
9.Isi pikir:
Waham: Curiga
Klien tidak ada obsesi, fobia, hipokodria, depersonalisasi, ide yang terkait, pikiran
magis. Klien selalu merasa kalau kakak iparnya berniat buruk terhadapnya karena klien
yang banyak memiliki uang, perhiasan dan mobil. Klien mengatakan dibrankas
rumahnya berisi berlian, tapi tiba – tiba hilang. Klien juga merasa tetangganya tidak
menyukainya dan pernah masuk kerumahnya mengambil perhiasannya. Saat
pengkajian klien mengatakan barang – barangnya sering hilang dicuri teman
sekamarnya dan curiga terhadap mahasiswa yang memberikan roti di campur sabun.
Masalah keperawatan: Gangguan proses pikir : Waham curiga
10. Tingkat kesadaran
Klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat dengan baik. Ketika
klien ditanya, sekarang tanggal berapa ? klien menjawab “tanggal 25 Mei 2015“. Saat
ditanya ibu berada dimana ? klien menjawab “di rumah sakit bagian jiwa RSAL dr.
Ramelan Surabaya”. Saat ditanya ibu kesini dibawa siapa ? klien menjawab
“kakaknya“.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
11. Memori:
Klien mampu mengingat hal-hal sederhana dan baru saja terjadi dan klien dapat
mengingat hal-hal yang sudah lama terjadi seperti tanggal lahirnya, darimana dirinya
berasal.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung:
Saat pengkajian klien diberi soal hitungan 6 x 6 = 36, 18 - 9 = 9 klien dapat menjawab
dengan tepat dalam waktu kurang dari 5 detik.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawata
13. Kemampuan penilaian
14. Klien mampu mengambil keputusan sederhana. Misalnya, saat ditanya Bu L tadi pagi
mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi ? klien menjawab “ mandi
dulu sebelum makan“.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
15. Daya tarik diri
Klien mengakatan bahwa dirinya tidak sakit, namun orang-orang disekitarnya yang
memiliki niat buruk terhadapnya.
Masalah keperawatan: Gangguan proses pikir
 Kebutuhan Perencanaan Pulang
 Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien mampu memenuhi kebutuhan makanan dan pakaian secara
mandiri dan untuk kebutuhan lainnya sudah dari pihak rumah sakit.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
 Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a. Perawatan diri:
Klien mampu melaksanakan perawatan diri sendiri seperti mandi, BAB, BAK, makan,
berganti pakaian dan lain sebagainya secara mandiri tanpa ada paksaan dari perawat dan
bantuan dari perawat. Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
b. Nutrisi
Pola makan klien teratur sebanyak 3 kali sehari ditambah 1 kali makan snack. Klien makan
di dalam kamar dan terkdang bergabung dengan teman-temannya dan porsi makan yang
diberikan selalu habis. Klien mengatakan “ nafsu makan selama masuk rumah sakit seperti
biasa di rumah dan klien puas dengan makanan yang diberikan “.Data antopometri klien
meliputi tinggi badan: 162 cm, berat badan selama dirawat maksimal 75 kg dan terendah 70
kg, dan berat badan saat ini adalah 71 kg. Pemeriksaan Biochemical seperti gula darah, Hb
dan lainnya tidak dilaksanakan. Secara klinis postur tubuh klien tampak ideal prorsional.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
c. Tidur
Klien mengatakan tidak ada permasalahan untuk memulai tidur dan merasa lebih segar
ketika bangun tidur, dan menyatakan tidur mulai pukul 21.00-05.00. Klien biasanya
juga tidur siang pukul 12.00-13.30. Klien tidak mengalami gelisah saat tidur malam,
berjalan saat tidur atau tiba-tiba terbangun pada malam hari. Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan.
 Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini
a. Klien mampu memenuhi kebutuhan sendiri
b. Klien mampu membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
c. Klien tidak mampu mengatur penggunaan obat secara teratur dan
memerlukan pendampingan dari perawat.
d. Melakukan pemeriksaan kesehatan
Klien tidak melakukan pemeriksaan kesehatan seperti pemeriksaan gula
darah, Hb dan pemeriksan kesehatan lainnya. Masalah keperawatan : Tidak
ada masalah keperawatan.
 Klien memiliki sistem pendukung :
Klien mengatakan memiliki sistem pendukung dari keluarga, dan
klien terkadang dikunjungi oleh keluarga, terapis dan dokter yang
merawatnya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
 Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan
atau hobi Klien mengatakan menikmati pekerjaannya. Bila ada
waktu luang klien biasanya jalan-jalan ke taman. Masalah
keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
 Mekanisme Koping
Mekanisme koping maladaktif, klien mengatakan lebih senang sendiri dan diam ketika
ada masalah menimpanya. Masalah keperawatan: koping individu inefektif
 Daftr Masalah Keperawatan
 Penatalaksanaan terapi inefektif
 Respons pasca trauma
 Isolasi sosial: Menarik diri
 Kerusakan komunikasi verbal
 Ansietas
 Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain
 Hambatan komunikasi
 Gangguan proses piker
 Gangguan proses pikir : Waham curiga
 Koping individu inefektif
 Defisit pengetahuan tentang penyakit jiwa
 Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir: Waham curiga
 Analisa Data
NAMA : Ny LNO RM : 34-4X-XX RUANGAN : Jiwa A
Hari/tanggal DAT MASALAH
A
Senin Ds:
25 Mei 2015 Saat ditanya klien Kerusakan
mampu
komunikasi verbal
menjawab pertanyaan
dan kadang bicara
ngelantur bahwa
perhiasan dan
mobilnya akan di
ambil kakak iparnya
sambil menatap
perawat penuh curiga
Do:
Klien bicara ngelantur
sambil menatap penuh
curiga.

Ds :
Klien mengatakan bila
kakak iparnya berniat
Gangguan proses
buruk terhadapnya
pikir:
karena klien yang
Waham curiga
banyak memiliki
uang, perhiasan dan
mobil, saat pengkajian
klien mengatakan
barang – barangnya
sering hilang dicuri

teman
sekamarnya dan
curiga terhadap
mahasiswa yang
memberikan roti di
campur sabun.
Klien mengatakan
bahwa tetangganya
tidak menyukainya
dan pernah

masuk kerumahnya
mengambil
perhiasannya.

Do :
Klien banyak tiduran
dikamar dan bermalas
– malasan di kamar
Klien menatap curiga

dan waspada
kepada orang
yang
mendekatinya
Klien terkadang
tampak gelisah dan
bingung

DS:
Klien mengatakan
lebih senang sendiri
dan diam ketika ada
masalah menimpanya. Koping individu inefektif

Do:
Klien tampak
menyendiri di kamar
 Pohon Masalah

Kerusakan komunikasi verbal


akibat

Gangguan proses pikir: Waham


curiga
masalah utama

Koping individu inefektif


Penyebab

Gambar : 3.2 Pohon Masalah Klien dengan gangguan proses piker :waham curiga
 Rencana Keperawatan

Tanggal Diagnosa Perencanaa Rasional


keperaw n
Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan
a tan
Keperawata
n
25 – 05 Ganggua SP 1 :
– 2015 n proses 1. Klien Ekspresi a. Bina Hubungan
pikir: mampu wajah hubungan
saling percaya
waham membi bersahabat, saling
merupakan dasar
curiga n a menunjukkan percaya
untuk
hubung rasa : salam
kelancaran
a n senang, ada terapeutik,
komunikasi.
saling kontak wajah, perkenalan
percaya mau diri, jelaskan
2. Klien menjawab tujuan
mampu salam dan interaksi,
memba klien ciptakan
n tu mau duduk lingkungan
orientas berdampingan yang
Menghadirkan
i realita dengan
tenang, buat realita
3. Klien perawat,
dapat
mampu mau kontrak yang membuka
mendis mengatakan
pikiran
k masalah jelas
bahwa realita
usikan yang (topic, waktu
itu lebih
kebutu dihadapi dan tempat)
benar
h an b. Bicara
dari pada
yang dengan klien
apa
tidak Klien dalam
yang
terpenu konteks
mampu mengenal dipikirkan.
hi realita
dirinya sendiri, c. Jangan
4. Klien
orang lain, waktu, membantah
mampu
tempat, dan
memba
lingkungan secara mendukun
n tu
realita g waham
klien
memen klien

u hi d. Yakinkan

kebutu klien
Dengan
h annya dalam
mengetahui
5. Klien keadaan
kemampuan yang
mampu aman dan
dimiliki
mengan terlindungi

j urkan e. Observasi klien,


klien Klien waham klien maka

memas dalam akan


mampu
u kkan pemenuhan memudahkan
mengidentifikasi
dalam kebutuhan perawat
perasaan isi
jadwal
pikiran secara untuk
terbuka
mengarahkan
kegiatan
yang
bermanfaat
bagi
klien

daripada
hanya
kegiata a. Beri memikirkannya
n pujian pada
harian. penampilan
dan
kemampuan
klien
yang realita
b. Diskusikan
SP 2 :
dengan klien
1. Klien
kemampuan
mampu
yang Penggunaan
menge
dimiliki obat
v aluasi
yang realita secara teratur dan
jadwal
c. Tanyakan benar
kegiata
apa yang
n akan
bisa
harian Klien mau minum mempengaruhi
dilakukan.
klien obat dan mengerti proses
Anjurkan
2. Klien manfaatnya penyembuhan
untuk
mampu dan, member obat
melakukan
berdisk dan efek samping
sendiri
u si obat
d. Jika
tentang
klien bicara
kemam
tentang
p uan
wahamnya,
yang
dengarkan
dimiliki
sampai
3. Klien
kebutuhan
mampu
wahamnya
melatih
selesai
kemam
e. Tunjukkan
p uan
bahwa
yang
klien penting
dimilik
i
SP 3 :
1. Klien
mampu a. Diskusikan
menge dengan klien
v aluasi tentang obat,
jadwal dosis,
kegiata frekwensi
n efek samping
harian obat
klien dan akibat
2. Klien penghentian
mampu b. Diskusikan
membe perasaan
r ikan klien setelah
pendidi minum obat
kan
kesehat c. Berikan obat
an dengan
tentang

penggu prinsip 5
n aan benar
obat
secara
teratur
3. Klien
mampu
mengan
j urkan
klien
memas
u kkan
dalam
jadwal
kegiata
n
harian
klien
 Implementasi dan Evaluasi

Tgl Dx Kep Implementasi Evaluas T.T


i
25- Ganggua SP 1 S: Agus r
05- n proses 1. Membina hubungan saling Klien mengatakan
2015 pikir: percaya dengan klien “jangan banyak
waham bicara, mas”
curiga
2. Membantu orientasi realita Klien

mengatakan “saya
males mas”
3. Mendiskusikan kebutuhan Klien mengatakan
yang tidak terpenuhi “Selama ini
kebutuhan tidak ada
masalah”
4. Membantu pasien Klien
memenuhi Agus r
mengatakan “Saya
kebutuhannya
lagi males mas”
5. Menganjurkan pasien Klien mengatakan
memasukan dalam “Saya belum bisa
jadwal kegiatan harian memasukan dalam
jadwal mas”

O:
Klien menatap tajam
penuh curiga
Klien tidak mau
menjawab hal yang
membuatnya gelisah
A:
Klien mampu BHSP
Klien belum mampu
mengorientasikan
realita
Klin belum mampu
memasukan jadwal
kegiatan harian.
P : Lanjutkan SP 1
Membantu

orientasi realita

Menganjurkan
pasien memasukkan
Agus
dalam jadwal
R
kegiatan harian

SP 1 S:
26- Ganggua
05- n proses Klien mengatakan
1. Membina hubungan
2015 pikir: “Nama saya Bu L”.
saling percaya
waham
curiga Klien mengatakan
2. Membantu orientasi
“Iya mas ada yang
realita
mau racun saya dan
ada yang mencuri
barang saya”
Klien mengatakan
“Selama ini
3. Menganjurkan pasien kebutuhan tidak ada
memasukan dalam masalah”.
jadwal kegiatan harian. Klien mengatakan
“saya sudah bisa
4. Membantu pasien melakukan semua”.
memenuhi Klien mengatakan
kebutuhannya. “Iya mas
nanti
saya
5. Menganjurkan pasien masukan
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian. dalam jadwal”.
O:
Klien

mampu
menceritakan apa
yang dirasakan
terhadap perawat.
Klien terlihat lebih
Agus
tenang
r

setelah
bercerita

kepada perawat.
Keluarga klien
jarang mengunjungi
klien.

SP 2

05- proses 1. Mengevaluasi Klien mengatakan


“iya
2015 pikir: jadwal kegiatan mas sudah saya
waham harian pasien masukkan ke dalam
curiga jadwal”.

O:
Klien menjawab
semua pertanyaan
dengan ekspresi
wajah
yang biasa saja.

A:
Klien mampu
mengevaluasi jadwal
kegiatan harian.
Kilen belum mampu
berdiskusi tentang
kemampuan yang di
miliki.
Klien belum mampu
melatih

kemampuan
yang di miliki.
Agus
P:
r
SP 1 dan SP 2
dipertahankan.

28- Gangguan
05- proses S:
2015 pikir: Klien mengatakan
“iya
waham mas sudah saya
curiga SP 3 masukkan ke dalam
jadwal harian”
1. Mengevaluasi
Klien
jadwal kegiatan
harian pasien. mengatakan
“saya hobi menyanyi
mas”.

2. Berdiskusi tentang
proses kemampuan yang Klien
pikir: dimiliki. mengatakan”saya
waham senang bisa menyanyi
curiga kembali”.

O:
Klien menjawab
semua pertanyaan
dengan penuh
semangat, wajah
klien
3. Melatih kemampuan
tampak senang.
yang dimiliki.

A:
Klien

mampu
mengevaluasi jadwal
kegiatan harian
pasien.
Agus r
Klien mampu
berdiskusi tentang
kemampuan

yang dimiliki.

Klien mampu
melatih kemampuan
yang dimiliki. Agus r

P:
Sp 1 dan Sp
2 dipertahankan.
BAB 4

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien waham, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian keperawatan jiwa masalah utama gangguan pola pikir: waham
curiga pada Ny.L dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid di dapati
bahwa waham adalah suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami sesuatu kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas
kognitif. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang
ditimbulkan, penangan pasien waham perlu dilakukan secara cepat dan
tepat oleh tenaga yang profesional.
2. Pada penegakan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan jiwa
dengan masalah utama gangguan pola pikir: waham curiga pada pasien
Ny.L dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid di dapatkan tiga
permasalahan aktual (1) Kerusakaan komunikasi kronik, (2) Gangguan
proses pikir: waham, (3) Harga diri rendah kronik.
3. Pada rencana keperawatan klien dapat berorientasi terhadap realita secara
bertahap, dapat memenuhi kebutuhan dasar, mampu berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan, serta mampu menggunakan obat dengan prinsip
5 benar. Akan tetapi, pada tinjauan kasus SP keluarga tidak direncanakan
karena keluarga tidak pernah mengunjungi klien selama pengkajian
berlangsung.
4. Setelah dilakukan rencana keperawatan maka dilakukan tindakan
keperawatan, yaitu : Bina hubungan saling percaya,Membantu orientasi
realitas, Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional klien, Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki,
Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki, Mendiskusikan tentang
obat yang diminum, Melatih minum obat yang benar. Namun, dalam
tinjauan kasus tidak dilakukan TAK orientasi relitas dan sosialisasi karena
klien menolak untuk diajak TAK (Terapi Aktfitas Kelompok). Dalam
tinjauan kasus selama pengkajian, SP 1 dilakukan selama 2 kali pertemuan
dikarenakan pasien belum mampu orientasi realitas dan memasukkan
jadwal. Dalam tinjauan kasus selama pengkajian, SP 2 dilakukan selama 2
kali pertemuan dikarenakan pasien belum mampu mengidentifikasi
kemampuan positif yang dimiliki, dan mampu memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian. Akan tetapi pada SP keluarga yang terdiri dari SP 1, SP 2,
dan SP 3 pada tinjauan kasus tidak dilaksanakan karena keluarga tidak
pernah mengunjungi klien selama pengkajian berlangsung.
5. Selanjutnya, dilakukan evaluasi. Pada SP 1 pasien, dilakukan SP 1 namun
pasien masih belum mampu merespon dengan baik dan cenderung acuh.
Akan tetapi pasien mampu menceritakan sedikit tentang permasalahan
yang dihadapi dan mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Pada hari ke-2 diulangi lagi SP 1 pasien, pasien mampu mengevaluasi
orientasi realita, mampu mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi,
dan mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Pada hari ke-3
dilakukan SP 2 pasien, pasien belum mampu mengidentifikasi kemampuan
positif yang dimiliki, dan mampu memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian. Pada hari ke-4 diulangi lagi SP 2 pasien, pasien mampu
mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki dan mampu
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian, yaitu dengan kemampuan
bernyanyi lagu rohani.
6. Dokumentasi asuhan keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan, dan juga
evaluasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran yang dapat diberikan penulis sebagai
berikut :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk membekali pengetahuan dan keterampilan bagi
mahasiswa khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan pada
pasien jiwa, sehingga mahasiswa lebih profesional dalam mengaplikasikan
pada kasus secara nyata.
2. Bagi Rumah Sakit
Untuk meningkatkan pengetahuan dengan mempelajari konsep gangguan pola pikir:
waham curiga dan meningkatkan keterampilan dengan mengikuti seminar serta
pemahaman perawat tentang perawatan pada pasien jiwa khususnya dengan masalah utama
waham sehingga perawat dapat membantu mengatasi pasien dengan masalah utama
waham.
3. Bagi Mahasiswa
Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu keperawatan jiwa sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta mengetahui terlebih dahulu beberapa masalah
utama dan diagnosa medis yang meliputi keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Arini, Diyah. Dkk. (2012). Pedoman Penyusunan Studi Kasus. Surabaya: Stikes
Hang Tuah Surabaya.

Damaiyanti, M. dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT.


Refika Aditama.

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan


Strategi Pelaksanaan. Jakarta : Salemba Medika.

Hawarai, D. (2010). Penatalaksanaan Skizofrenia. Jakarta: FKUI.


Ibrahim, A.S. (2011). Skizofrenia Spliting Personality. Tangerang: Jaljah Nusa.
Keliat, B.A. dan Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC

Keliat, B. A. dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta: EGC.

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CHMN


(Basic Course). Jakarta: EGC.

Kusumawati, F. dan Yudi Hartono. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Nanda I. (2012). Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

Nisa, E. Z. (2012). Pengaruh Pelaksanaann Komunikasi Teraupetik pada Pasien


Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa
Medan. Jurnal Keperawatan Skripsi Universitas Sumatera, hal 7. Diperoleh
tanggal 26 Mei 2015.

Prabowo, E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuh

Medika. Stuart & Sundeen, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.
Jakarta : EGC Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai