T
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH PADA
DIAGNOSA MEDIS DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK
DI RUANGAN PURI ANGGREK RSJ MENUR
SURABAYA
Oleh:
INDRI UTAMI RIDWAN
NIM 2019.01.010
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat, taufik serta hidayahnya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Asuhan Keperawatan pada Nn. T
dengan masalah keperawatan Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya” dengan tepat waktu.
Penulisan Asuhan Keperawatan Jiwa ini ditujukan untuk memenuhi tugas
lab klinik pada Prodi S1 Keperawatan STIKes William Booth Surabaya.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis mendapatkan banyak
pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Aristina Halawa, M.Kep.,Sp.Kep.,J. selaku Ketua Stikes William Booth
Surabaya.
2. P.M. Nancye M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Jiwa
3. Ibu Titin Suprihatin, S.Kep.Ns selaku Clinical Instruktur di RSJ Menur
Surabaya
4. Kedua orang tua kami, yang telah memberikan semangat dan doanya
5. Serta teman-teman S1 Keperawatan Tingkat III.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari jika terdapat banyak
kesalahan. Dan oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, berupa kritik dan
saran dari para pembaca yang membangun dalam penyempurnaan makalah
selanjutnya. Demikian yang dapat saya sampaikan semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................6
1.3 Tujuan..................................................................................................6
1.4 Manfaat................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................8
2.1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah.......................................................8
2.1.1 Definisi harga Diri Rendah...............................................................8
2.1.2 Etiologi.............................................................................................8
2.1.3 Manifestasi Klinis.............................................................................8
2.1.4 Klasifikasi Harga Diri Rendah..........................................................9
2.1.5 Rentang Respon...............................................................................10
2.1.6 Mekanisme Koping..........................................................................11
2.1.7 Proses Terjadinya Masalah Harga Diri Rendah...............................11
2.1.8 Pohon Masalah.................................................................................13
2.1.9 Masalah keperawatan Dan Data yang Perlu Dikaji.........................13
2.1.10 Diagnosa Keperawatan..................................................................14
2.1.11 Intervensi.......................................................................................15
2.1.12 Evaluasi..........................................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................36
BAB V PENUTUP.........................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................40
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut statistik WHO, depresi merupakan penyakit umum yang ada di
dunia dengan insiden lebih dari 264 juta yang terkena. Pada data WHO tahun
2016 secara global, terdapat sekitar 35 juta orang mengalami depresi. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI
menunjukkan, prevalensi depresi dari total penduduk yang berusia lebih dari 15
tahun di Indonesia mencapai 6,1% dan Sumatera Utara di posisi ke 8 dengan
prevalensi 7,8% .
Upaya kesehatan jiwa masih perlu sosialisasi lebih, dimana persepsi
keluarga masyarakat bahwa penyakit gangguan jiwa merupakan aib keluarga dan
tidak membawa orang gangguan jiwa ke fasilitas kesehatan. Peran perawat dalam
menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan memerlukan suatu
perangkat instruksi atau langkah-langkah kegiatan yang dibakukan. Hal ini
bertujuan agar penyelenggaraan pelayanan keperawatan memenuhi standar
keperawatan. Salah satu jenis SOP (standar operasional prosedur) yang digunakan
adalah SOP tentang strategi pelaksanaan (SP) tindakan keperawatan pada pasien.
SP tindakan keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan
keperawatan untuk klien dengan gangguan jiwa yang salah satunya adalah pasien
yang mengalami masalah utama Harga Diri Rendah. SP yang dapat digunakan
diantaranya seperti mengenal masalah HDR dan aspek positif yang dimiliki,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu
pasien memilih kegiatan yang akan dilatih, melatih pasien melakukan kegiatan
yang telah dipilih (Intan Ratna Sari, dkk, 2019).
Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Biasanya harga diri sangat
rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan
bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi
terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh
orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal
yang buruk dan resiko terjadi harga diri rendah dan skizofrenia. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
2
hilangnya percaya diri dan harga diri (http:// www.dnet.net.id/kesehatan / berita
sehat detail )
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan jiwa dengan
diagnosa utama Harga Diri Rendah pada pasien dengan Dx medis Depresi
Berat tanpa gejala psikotik di ruang Puri anggrek RSJ Menur surabaya.
3
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Praktis
Dapat menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan masalah
Harga Diri Rendah mulai dari mengkaji, mendiagnosis, mengintervensi,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi masalah pada pasien.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.3. Manifestasi Klinis
Menurut Carpenito, L.J dan Keliat, B A dalam buku Kartika Sari (2015)
tanda dan gejala pada harga diri rendah yaitu :
1) Data Subjektif
1. Mengintrospeksi diri sendiri.
2. Perasaan diri yang berlebihan.
3. Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
4. Selalu merasa bersalah
5. Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
6. Bersikap pesimis dalam kehidupan.
7. Mengeluh sakit fisik.
8. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
9. Menentang kemampuan diri sendiri.
10. Menjelek-jelekkan diri sendiri
11. Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
12. Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
13. Tidak mampu menentukan tujuan.
2) Data Subjektif
1. Produktivitas menjadi menurun.
2. Perilaku destruktif yang terjadi pada diri sendiri.
3. Perilaku destruktif yang terjadi pada orang lain.
4. Penyalahgunaan suatu zat.
5. Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
6. Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
7. Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
8. Gampang tersinggung dan mudah marah.
6
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan) (Pardede, keliat, & Yulia 2020).
● Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama (Pardede, Keliat, & Yulia, 2020).
2.1.5. Rentang Respon
a. Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapannya.
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri
yang positif dengan latar belakang sukses.
2. Konsep diri positif : Apabila individu mempunyai
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan
menyadari hal-hal positif maupun negatif dari dirinya (Eko
P, 2014).
b. Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika ia
tak mampu lagi menjelaskan masalah yang ia hadapi
1. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung menilai
dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2. Keracunan identitas adalah identitas diri yang kacau atau
tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam
mencapai tujuan.
3. depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu memiliki
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu atau tidak
dapat membina hubungan dengan orang lain (Eko P, 2014).
7
2.1.6. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego
untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan (Eko, 2014).
Pertahanan Jangka pendek tersebut mencakup berikut ini :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas
diri ( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara
obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara
( misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan, atau geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif,
prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas) .
Menurut (Pardede, 2020), pertahanan jangka panjang mencakup berikut
ini:
a. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi atau
potensi diri individu.
b. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik
marah terhadap diri sendiri, dan amuk).
8
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri
Rendah yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi :
1. Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa
tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai
dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai orang lain.
2. Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-
orang tuanya atau orang tua yang penting/dekat individu
yang bersangkutan.
3. Sikap orang tua protecting, anak merasa tidak berguna,
orang tua atau orang terdekat sering mengkritik sering
merealidasikan individu.
4. Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan
merasa rendah diri.
b. Ideal Diri
1. Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2. Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3. Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri.
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri
Rendah menurut (Pardede, Keliat & Yulia, 2020), mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga
sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan
seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana
alam dalam perampokan. Respon terhadap trauma pada
umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan
kopingnya adalah represi dan denial.
9
2.1.8. Pohon Masalah
Akibat :
Isolasi Sosial
↑
Masalah Utama :
Harga Diri
Rendah
↑
Penyebab : Koping Tidak Efektif
10
Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
4. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan
dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak anak.
5. Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang
menumpuk.
6. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.
7. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya,
bagian yang disukai dan tidak disukai.
b. identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan
klien sebagai laki-laki / perempuan.
c. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan
tugas tersebut.
d. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,
lingkungan dan penyakitnya.
e. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian
dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya
terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai
wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
11
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
12
4. Memberikan pujian yang realistis
Rasional : Meningkatkan pemahaman klien tentang berhubungan dengan
orang lain
TUK 3 : Klien dapat kembali percaya diri lagi, dan melatih kemampuan
pasien
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan 1x interaksi klien dapat bangkit dan dapat percaya diri lagi
bila ketemu orang lain maupun temannya. Kriteria hasil klien tidak malu lagi,
klien sudah mau mengerjakan kegiatan harian yang dipilihnya, klien bisa
terbuka dan sedikit cerita, dan bisa langsung kontak mata.
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien mengenai gambaran seseorang yang disayangi
misal sosok anaknya
b. Bersama klien merencanakan kegiatan untuk sehari-hari supaya klien tidak
menyendiri di kamar terus
c. Membangun kemistri bersama klien dan pertahankan kontak mata
d. Dorong klien agar mau mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan
e. Diskusikan dengan klien hasil upaya yang telah dilakukan
Rasional: Untuk membangkitkan rasa percaya diri klien lagi
13
Rasional : Agar klien minum obat dengan tepat waktu dan meningkatkan
kesadaran klien betapa pentingnya minum obat bagi kesembuhannya
2.1.12. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan.
14
BAB III
TINJAUAN TEORI
I. IDENTITAS KLIEN
Initial : Ny. T (L/P) Tanggal Pengkajian : 17 Januari 2022
Umur : 24 tahun RM No. : 065142
Informan: Pasien dan medical/ ERM
22
Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya Tidak
.
4.
Hubungan keluarga :
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan :
Jelaskan : tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
6. adanya trauma ditinggal ibu (meninggal), ayah kandung yang menikah lagi
sehingga takut jika suaminya melakukan hal yang sama pada dirinya
Masalah Keperawatan :Pasca Trauma
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD: 106/75 N: 96 S: 36,5 P: 20
2. Ukur : TB: 155 BB: 65
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:
x
23
Jelaskan :
Pasien anak ke dua dari 2 bersaudara, sudah menikah, dan punya anak 1, ibunya
sudah meninggal.
..........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :Tidak Ada masalah keperawatan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : pasien mengatakan suka pada rambutnya tetapi pasien
kurang pede dengan bentuk badan yang sekarang.
b. Identitas : pasien seorang wanita sudah menikah, pasien merasa
puas dengan identitasnya sebagai wanita.
c. Peran : pasien seorang ibu rumah tangga, pasien merasa kurang
mampu dalam melaksanakan tugasnya sebagai ibu.
d. Ideal diri : pasien ingin badannya seperti orang lain, pasien ingin
pulang dan masuk dalam organisasi ibu PKK.
e. Harga diri : Pasien merasa kurang berharga, tidak berguna, dan
kurang mampu dalam merawat anak, tidak percaya diri dan malu
berkomunikasi dengan orang lain karena suaranya yang serak.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial:
a. Orang yang berarti :
keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
tidak ada
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
terkadang pasien tidak pede ketika berkomunikasi dengan orang lain
karena suaranya yang serak-serak.
24
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial.
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien beragama islam
b. Kegiatan ibadah :
pasien di rumah jarang sholat, di rumah sakit pasien tidak pernah sholat.
Masalah Keperawatan : Distres spiritual
4. Alam Perasaan:
25
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
berlebih
Jelaskan : pasien cemas dan khawatir akan anaknya
Masalah Keperawatan : Ansietas
5. Afek:
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : pasien tampak tersenyum dan merespon dengan sesuai
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara:
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga
Jelaskan : Pasien kooperatif dan adanya kontak mata
Masalah Keperawatan :Tidak Ada masalah keperawatan
7. Persepsi:
Pendengaran Pengelihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : Tidak ada gangguan persepsi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses Pikir:
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Fligh of ideas Blocking Pengulangan
pembica-
raan/perseverasi
Jelaskan :Tidak ada gangguan proses pikir
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir:
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran
magis
Waham:
Agama Somatik Kebesaran Curiga
26
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
27
Ya Tidak Ya Tidak
Makanan Pakaian
Keamanan Transportasi
✓
Tempat tinggal Uang
Perawatan kesehatan
Jelaskan : Pasien mampu memenuhi kebutuhan dirinya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan Diri:
Bantuan minimal Bantuan total
Mandi
BAB / BAK
Kebersihan
Ganti pakaian
Makan
Jelaskan : Pasien mampu melakukan perawatan diri
Masalah Keperawatan ; Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi:
Ya Tidak
28
● Nafsu makan
● BB
● Diet khusus
c. Tidur:
Ya Tidak
Lamanya : 2 jam
29
3. Kemampuan klien dalam: Ya Tidak
Ya Tidak Ya Tidak
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi
Ya Tidak
30
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Lainnya………………………. Lainnya:
……………………
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
…………………………………………………………………………….
Masalah dengan perumahan, spesifik:Tinggal dengan suami
…………………………………………………………………………….
Masalah ekonomi, spesifik: di biayai suami
…………………………………………………………………………….
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: Bpjs
…………………………………………………………………………….
Masalah lainnya, spesifik: tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
31
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya:
……………………………………………………………………
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
32
Indri Utami Ridwam
ANALISA DATA
33
diri
34
RENCANA KEPERAWATAN JIWA
Nama Klien : Ny. T (24 Tahun) Nama Mahasiswa : Indri Utami Ridwan
Bangsal/Tempat : Anggrek Institusi : Stikes William Booth
Tgl No.Dx Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria & Evaluasi Tindakan Keperawatan
17/01/20 1. Harga Diri Rendah TUM: 1. Setelah 1 kali interaksi, 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
22 Klien Memiliki Konsep diri yang klien menunjukkan percaya dengan percaya akan
positif ekspresi wajah menggunakan prinsip menimbulkan
TUK 1: bersahabat, komunikasi kepercayaan klien pada
klien dapat membina hubungan menunjukkan rasa terapeutik: perawat sehingga
saling percaya dengan perawat senang, ada kontak - Sapa klien dengan memudahkan perawatan
mata, mau berjabat ramah baik verbal selanjutnya
tangan, mau maupun non
menyebutkan nama, verbal
mau menjawab salam, - Perkenalkan diri
klien mau duduk dengan sopan
berdampingan dengan - Tanyakan nama
perawat, mau lengkap dan nama
mengutarakan masalah panggilan yang
yang dihadapi. disukai klien.
- Jelaskan tujuan
pertemuan
- Jujur dan menepati
janji
- Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
- Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
18/01/20 HDR TUK 2: 2. Setelah 1 kali interaksi - Adakan Kontak meningkatkan
22 Klien dapat mengidentifikasi pasien dapat mengenal mata dengan klien pemahaman klien
aspek positif dan kemampuan kemampuan yang - Observasi perilaku tentang berhubungan
yang dimiliki klien, aspek positif dimiliki, aspek positif klien yang dengan orang lain.
keluarga dan aspek positif keluarga dan aspek mengarah ke HDR
lingkungan klien. positif lingkungan - diskusikan dengan
klien. klien tentang
bagaimana
perasaannya.
44
- memberikan
pujian yang
realistis
- merencanakan
kegiatan sehari-
hari.
- diskusikan dengan
klien upaya yang
sudah
dijadwalkan.
19/01/20 HDR TUK 3: 3. setelah 1 kali interaksi 1. diskusikan dengan untuk mengembalikan
22 Klien Dapat percaya diri lagi, klien dapat bangkit dan klien mengenai rasa percaya diri klien.
melatih kemampuan pasien dapat percaya diri lagi gambaran
bila bertemu orang lain seseorang yang
maupun temannya, disayang, misal
klien tidak malu lagi, sosok anaknya.
klien sudah melakukan 2. merencanakan
kegiatan harian yang kegiatan sehari
dipilihnya, klien dapat hari dan masukan
terbuka dan sedikit ke jadwal harian
cerita klien supaya klien
45
tidak menyendiri
di kamar
3. membangun
chemistry dan
mempertahankan
kontak mata
4. dorong pasien
untuk mengikuti
kegiatan yang
sudah diuraikan
5. diskusikan dengan
klien tentang
upaya yang sudah
dilakukan.
46
TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Nama Klien : Ny.T (24 Tahun) Nama Mahasiswa : Indri Utami Ridwan
Bangsal /Tempat : Anggrek Institusi : Stikes William Booth
TGL/ DX
IMPLEMENTASI EVALUASI TT
JAM KEP
Defisit SP1 S: Pasien mengatakan senang indri
Perawatan 1. Bina hubungan saling percaya selama bercakap-cakap dengan
Diri dengan menggunakan prinsip perawat.
komunikasi terapeutik: O:
- Menyapa klien dengan ramah - Pasien tampak tersenyum
baik verbal maupun nonverbal selama bercakap-cakap
- Memperkenalkan diri dengan dengan perawat
sopan - merespon dengan baik
- Menanyakan nama lengkap dan A: SP1 teratasi
nama panggilan yang disukai P: dilanjutkan SP2
klien.
- Menjelaskan maksud dan tujuan
pertemuan
- Bersikap Jujur dan menepati
janji
SP2 S: indri
- Adakan Kontak mata dengan - pasien mengatakan senang
klien ketika ditanya perasaannya
- diskusikan dengan klien tentang setelah berhasil membuat
bagaimana perasaannya. aktivitas terjadwal pasien
- memberikan pujian yang di rs.
realistis
- merencanakan kegiatan sehari-
hari. O:
- diskusikan dengan klien upaya - pasien dapat menyebutkan
47
yang sudah dijadwalkan. kembali kemampuan
pasien lainnya yang sudah
terjadwal.
A: SP 2 teratasi
P: dilanjutkan intervensi SP3
48
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesamaan dan juga kesenjangan
antara tinjauan teori dengan kasus nyata mulai dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, hingga evaluasi keperawatan.
4.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
(Rohmah & Walid, 2017). Pengkajian merupakan tahap yang paling
menentukan bagi tahap berikutnya. Data yang dikumpulkan berupa data
biologis, data psikologis, sosial dan spiritual. Berdasarkan pengkajian yang
telah dilakukan oleh penulis kepada Ny. T, diperoleh data subjektif dan data
objektif yang sesuai dengan prioritas masalah yang dialami oleh Ny. T yaitu
Harga diri rendah didukung dengan data subjektif: pasien mengatakan bahwa
dirinya selalu merasa tidak berguna, tidak percaya diri, dan merasa tidak
mampu sebagai seorang ibu karena belum siap menikah dan punya anak.
Orang terdekatnya Ny.T adalah Ibunya, semenjak ibunya meninggal satu
tahun yang lalu Ny.T merasa sangat kehilangan sosok orang yang paling dekat
dengannya apalagi setelah ibunya meninggal ayahnya menikah lagi sehingga
pasien takut jika suaminya akan melakukan hal yang sama kepada Ny. T. Data
objektif: tatapan kosong saat sendiri, penurunan produktivitas (pasien tampak
malas dan cepat capek ketika beraktivitas), pasien sering bertanya kapan
pulang, merasa cemas dan khawatir.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Dalam masalah keperawatan Harga Diri Rendah pada teori timbul isolasi
sosial, harga diri rendah, dan koping tidak efektif. Pada kasus nyata masalah
keperawatan yang muncul yaitu harga diri rendah, ansietas, koping tidak
efektif, pasca trauma, distres spiritual.
4.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan untuk pasien Harga Diri Rendah adalah Bina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
49
sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri
dengan sopan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
pasien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap
empati dan menerima pasien apa adanya, beri perhatikan kebutuhan dasar
pasien. Adakan Kontak mata dengan klien Observasi perilaku klien yang
mengarah ke HDR, diskusikan dengan klien tentang bagaimana perasaannya,
memberikan pujian yang realistis, merencanakan kegiatan sehari-hari,
diskusikan dengan klien upaya yang sudah dijadwalkan. Diskusikan dengan
klien mengenai gambaran seseorang yang disayang, misal sosok anaknya,
merencanakan kegiatan sehari hari dan masukan ke jadwal harian klien supaya
klien tidak menyendiri di kamar, membangun chemistry dan mempertahankan
kontak mata, dorong pasien untuk mengikuti kegiatan yang sudah diuraikan,
diskusikan dengan klien tentang upaya yang sudah dilakukan.
50
bagaimana perasaannya, memberikan pujian yang realistis, mengidentifikasi
kemampuan positif pasien dan merencanakan kegiatan sehari-hari, diskusikan
dengan klien upaya yang sudah dijadwalkan. SP3: melakukan kegiatan sehari
hari dan masukan ke jadwal harian klien supaya klien tidak menyendiri di
kamar, membangun chemistry dan mempertahankan kontak mata, dorong
pasien untuk mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan, diskusikan dengan
klien tentang upaya yang sudah dilakukan.
4.4 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengakhiri
intervensi keperawatan, memodifikasi intervensi keperawatan, dan
meneruskan intervensi keperawatan
Evaluasi yang didapat pada Ny. T setelah dilakukan asuhan keperawatan
yaitu pasien dapat berbicara dengan orang-orang sekitar terutama saat
berinteraksi dengan perawat, dan pasien mampu melakukan hal-hal positif
yang dimiliki pasien.
51
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1 . Pengkajian Keperawatan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan dari asuhan
keperawatan pada Ny.T yaitu pada pengkajian yang didapat kondisi pasien
menunjukkan pasien mau berinteraksi dan menyampaikan perasaannya dan apa
yang dialami pasien sehingga dibawa ke rumah sakit.
5.1.2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus pasien dengan masalah keperawatan Harga diri rendah,
masalah keperawatan yang muncul yaitu Harga diri rendah, ansietas, pasca
trauma, dan distres spiritual.
5.1.3. Intervensi Keperawatan
Secara teori dan Kasus nyata dilakukan sama dengan menggunakan SP
(Strategi Pelaksanaan) untuk pasien.
5.1.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi secara teori diharapkan strategi pelaksanaan (SP) dapat
dilakukan dari SP1 sampai SP3. Pada kasus nyata implementasi juga dapat
dilakukan dari SP1 sampai SP3.
5.1.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapat pada Ny. T setelah dilakukan asuhan keperawatan
yaitu pasien dapat berbicara dengan orang-orang sekitar terutama saat berinteraksi
dengan perawat, dan pasien mampu melakukan hal-hal positif yang dimiliki
pasien.
5.2. Saran
5.2.1 Bagi Perawat
Diharapkan perawat lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien dan perawat mampu
mempertahankan keadaan pasien dengan masalah keperawatan Harga Diri
Rendah.
52
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Diharapkan sebelum melakukan tindakan keperawatan, mahasiswa
memahami keperawatan secara teori supaya dalam melakukan asuhan
keperawatan mahasiswa dapat melakukan pada kasus nyata secara baik dan benar.
5.2.4 Bagi Keluarga
Keluarga harus berperan aktif dalam membantu melatih pasien dan lebih
sabar menghadapi sikap pasien.
DAFTAR PUSTAKA
53
Keliat, B. A. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta :
EGC.
Munith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.
Pardede, J. A., & Ariyo, J. M. P. (2020) Self efficacy related to family stress in
schizophrenia patients. Jurnal Keperawatan Jiwa
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardhani, I. Y. (2015). Kepatuhan dan Komitmen
Klien Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment
Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal
Keperawatan Indonesia.
Pardede, J. A. (2019). The Effects Acceptance and Commitment Therapy and
Health Education Adherence to Symptoms, Ability to Accept and Commit
to Treatment and Compliance in Hallucinations Clients Mental Hospital of
Medan, North Sumatra. J Psychol Psychiatry Stud, 1, 30-35.
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Rokhimah, Y. and Rahayu, D. A. (2020) ‘Penurunan Harga Diri Rendah dengan
menggunakan Penerapan Terapi Okupasi ( Berkebun )’, Jurnal Ners Muda,
Vol 1 No 1.
Wijayaningsih Kartika sari (2015). Panduan lengkap Praktik Klinik Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Trans Info medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
54
55