Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.

T
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH PADA
DIAGNOSA MEDIS DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK
DI RUANGAN PURI ANGGREK RSJ MENUR
SURABAYA

Oleh:
INDRI UTAMI RIDWAN
NIM 2019.01.010

Dosen Pembimbing/Clinical Instruktur:


P.M. Nancye M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J/Titin Suprihatin, S.Kep.Ns

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat, taufik serta hidayahnya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Asuhan Keperawatan pada Nn. T
dengan masalah keperawatan Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya” dengan tepat waktu.
Penulisan Asuhan Keperawatan Jiwa ini ditujukan untuk memenuhi tugas
lab klinik pada Prodi S1 Keperawatan STIKes William Booth Surabaya.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis mendapatkan banyak
pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Aristina Halawa, M.Kep.,Sp.Kep.,J. selaku Ketua Stikes William Booth
Surabaya.
2. P.M. Nancye M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Jiwa
3. Ibu Titin Suprihatin, S.Kep.Ns selaku Clinical Instruktur di RSJ Menur
Surabaya
4. Kedua orang tua kami, yang telah memberikan semangat dan doanya
5. Serta teman-teman S1 Keperawatan Tingkat III.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari jika terdapat banyak
kesalahan. Dan oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, berupa kritik dan
saran dari para pembaca yang membangun dalam penyempurnaan makalah
selanjutnya. Demikian yang dapat saya sampaikan semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 17 Januari 2022

Indri Utami Ridwan

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................6
1.3 Tujuan..................................................................................................6
1.4 Manfaat................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................8
2.1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah.......................................................8
2.1.1 Definisi harga Diri Rendah...............................................................8
2.1.2 Etiologi.............................................................................................8
2.1.3 Manifestasi Klinis.............................................................................8
2.1.4 Klasifikasi Harga Diri Rendah..........................................................9
2.1.5 Rentang Respon...............................................................................10
2.1.6 Mekanisme Koping..........................................................................11
2.1.7 Proses Terjadinya Masalah Harga Diri Rendah...............................11
2.1.8 Pohon Masalah.................................................................................13
2.1.9 Masalah keperawatan Dan Data yang Perlu Dikaji.........................13
2.1.10 Diagnosa Keperawatan..................................................................14
2.1.11 Intervensi.......................................................................................15
2.1.12 Evaluasi..........................................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................36
BAB V PENUTUP.........................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................40

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri
menyebabkan kehilangan rasa percaya diri, pesimis dan tidak berharga di
kehidupan. Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri disertai kurangnya perawatan diri tidak berani menatap lawan
bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan suara lemah (Meryana,
2017).
Menurut World Health Organization (WHO) Kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang lengkap dan tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kecacatan. Atau dapat dikatakan bahwa individu
dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan sosial yang
terbebas dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga
dapat mengendalikan stress yang timbul. Sehingga memungkinkan individu untuk
hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan
(Utama, 2018).
Prevalensi gangguan jiwa di Amerika Serikat sekitar 50% dari penduduk
yang berusia lebih dari 18 tahun ke atas pernah memiliki masalah kejiwaan dan
penyalahgunaan zat dalam rentang hidupnya. tahun 1995 DALY’s (Disability
Adjusted Life Years) akibat gangguan 8,1% lebih tinggi di banding TBC (7,2%),
kanker (5,8), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria 2,6. DALY’s akibat
gangguan jiwa menjadi 12,3% pada tahun 2000 dan diproyeksikan menjadi 15%
pada tahun 2020.
Depresi adalah gangguan afektif atau suasana perasaan yang ditunjukkan
dengan mood menurun yaitu hilangnya energi dan minat, rasa bersalah, sulit
berkonsentrasi, hilang nafsu makan, serta pikiran mengenai kematian dan bunuh
diri. Adapun gejala lainnya meliputi perubahan tingkat aktivitas, kemampuan
kognitif, pembicaraan, serta fungsi vegetatif

1
Menurut statistik WHO, depresi merupakan penyakit umum yang ada di
dunia dengan insiden lebih dari 264 juta yang terkena. Pada data WHO tahun
2016 secara global, terdapat sekitar 35 juta orang mengalami depresi. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI
menunjukkan, prevalensi depresi dari total penduduk yang berusia lebih dari 15
tahun di Indonesia mencapai 6,1% dan Sumatera Utara di posisi ke 8 dengan
prevalensi 7,8% .
Upaya kesehatan jiwa masih perlu sosialisasi lebih, dimana persepsi
keluarga masyarakat bahwa penyakit gangguan jiwa merupakan aib keluarga dan
tidak membawa orang gangguan jiwa ke fasilitas kesehatan. Peran perawat dalam
menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan memerlukan suatu
perangkat instruksi atau langkah-langkah kegiatan yang dibakukan. Hal ini
bertujuan agar penyelenggaraan pelayanan keperawatan memenuhi standar
keperawatan. Salah satu jenis SOP (standar operasional prosedur) yang digunakan
adalah SOP tentang strategi pelaksanaan (SP) tindakan keperawatan pada pasien.
SP tindakan keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan
keperawatan untuk klien dengan gangguan jiwa yang salah satunya adalah pasien
yang mengalami masalah utama Harga Diri Rendah. SP yang dapat digunakan
diantaranya seperti mengenal masalah HDR dan aspek positif yang dimiliki,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu
pasien memilih kegiatan yang akan dilatih, melatih pasien melakukan kegiatan
yang telah dipilih (Intan Ratna Sari, dkk, 2019).
Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Biasanya harga diri sangat
rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan
bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi
terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh
orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal
yang buruk dan resiko terjadi harga diri rendah dan skizofrenia. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk

2
hilangnya percaya diri dan harga diri (http:// www.dnet.net.id/kesehatan / berita
sehat detail )

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada Nn.T dengan diagnosa
keperawatan Harga diri Rendah pada dx medis Depresi berat tanpa gejala
psikotik di ruang anggrek rsj menur Surabaya ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan jiwa dengan
diagnosa utama Harga Diri Rendah pada pasien dengan Dx medis Depresi
Berat tanpa gejala psikotik di ruang Puri anggrek RSJ Menur surabaya.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui hasil pengkajian, analisa data,merumuskan masalah
keperawatan, membuat pohon masalah pada pasien gangguan jiwa
dengan Harga Diri Rendah.
2. Agar dapat mengetahui bagaimana menyusun perencanaan tindakan
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah
klien Harga diri Rendah
3. Agar dapat mengetahui bagaimana tindakan yang dilakukan dari rencana
tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang ditegakkan.
4. Agar dapat mengetahui hasil evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan
dalam mengatasi masalah Harga Diri Rendah.

3
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Praktis
Dapat menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan masalah
Harga Diri Rendah mulai dari mengkaji, mendiagnosis, mengintervensi,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi masalah pada pasien.

1.4.2. Bagi Teoritis


1. Pada makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
penjelasan pada mahasiswa mengenai asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan masalah Harga diri Rendah.

2. Pada makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan


penjelasan pada mahasiswa mengenai asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan masalah Harga diri Rendah.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Harga Diri Rendah


2.1.1. Definisi Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan kunci penting dimana yakin terhadap
kemampuannya dalam melakukan suatu perilaku dalam memperoleh hasil
yang diinginkan. Memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memiliki
keyakinan dan kemampuan untuk memperoleh suatu tujuan (Pardede,
Ariyo & Purba, 2020).
harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah,
2012).
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas–
terlepas dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan
bahwa mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya
mengurangi harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang
atau hilang secara substansial sepenuhnya (Pardede, Ariyo & Purba,
2020).
2.1.2. Etiologi
penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil
sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja, keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. menjelang dewasa awal sering gagal
disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.

5
2.1.3. Manifestasi Klinis
Menurut Carpenito, L.J dan Keliat, B A dalam buku Kartika Sari (2015)
tanda dan gejala pada harga diri rendah yaitu :
1) Data Subjektif
1. Mengintrospeksi diri sendiri.
2. Perasaan diri yang berlebihan.
3. Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
4. Selalu merasa bersalah
5. Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
6. Bersikap pesimis dalam kehidupan.
7. Mengeluh sakit fisik.
8. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
9. Menentang kemampuan diri sendiri.
10. Menjelek-jelekkan diri sendiri
11. Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
12. Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
13. Tidak mampu menentukan tujuan.
2) Data Subjektif
1. Produktivitas menjadi menurun.
2. Perilaku destruktif yang terjadi pada diri sendiri.
3. Perilaku destruktif yang terjadi pada orang lain.
4. Penyalahgunaan suatu zat.
5. Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
6. Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
7. Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
8. Gampang tersinggung dan mudah marah.

2.1.4. Klasifikasi Harga Diri Rendah


klasifikasi harga diri rendah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
● Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif

6
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan) (Pardede, keliat, & Yulia 2020).
● Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama (Pardede, Keliat, & Yulia, 2020).
2.1.5. Rentang Respon
a. Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapannya.
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri
yang positif dengan latar belakang sukses.
2. Konsep diri positif : Apabila individu mempunyai
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan
menyadari hal-hal positif maupun negatif dari dirinya (Eko
P, 2014).
b. Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika ia
tak mampu lagi menjelaskan masalah yang ia hadapi
1. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung menilai
dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2. Keracunan identitas adalah identitas diri yang kacau atau
tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam
mencapai tujuan.
3. depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu memiliki
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu atau tidak
dapat membina hubungan dengan orang lain (Eko P, 2014).

7
2.1.6. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego
untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan (Eko, 2014).
Pertahanan Jangka pendek tersebut mencakup berikut ini :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas
diri ( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara
obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara
( misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan, atau geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif,
prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas) .
Menurut (Pardede, 2020), pertahanan jangka panjang mencakup berikut
ini:
a. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi atau
potensi diri individu.
b. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik
marah terhadap diri sendiri, dan amuk).

2.1.7. Proses Terjadinya Masalah Harga Diri Rendah


Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang menurut (Muhith, 2015).
1) Faktor predisposisi

8
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri
Rendah yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi :
1. Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa
tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai
dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai orang lain.
2. Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-
orang tuanya atau orang tua yang penting/dekat individu
yang bersangkutan.
3. Sikap orang tua protecting, anak merasa tidak berguna,
orang tua atau orang terdekat sering mengkritik sering
merealidasikan individu.
4. Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan
merasa rendah diri.
b. Ideal Diri
1. Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2. Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3. Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri.

2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri
Rendah menurut (Pardede, Keliat & Yulia, 2020), mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga
sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan
seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana
alam dalam perampokan. Respon terhadap trauma pada
umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan
kopingnya adalah represi dan denial.

9
2.1.8. Pohon Masalah
Akibat :
Isolasi Sosial

Masalah Utama :

Harga Diri
Rendah


Penyebab : Koping Tidak Efektif

2.1.9. Masalah keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


Masalah yang perlu diambil dari masalah diatas adalah :
1. Koping Tidak Efektif
2. Harga Diri Rendah
3. Isolasi Sosial
Adapun hal-hal yang perlu dikaji terhadap klien dengan masalah
keperawatan harga diri rendah menurut Keliat (2015) adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.
2. Keluhan Utama atau alasan masuk
1) Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
2) Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal.
3. Psikologis

10
Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
4. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan
dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak anak.
5. Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang
menumpuk.
6. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.
7. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya,
bagian yang disukai dan tidak disukai.
b. identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan
klien sebagai laki-laki / perempuan.
c. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan
tugas tersebut.
d. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,
lingkungan dan penyakitnya.
e. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian
dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya
terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai
wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

11
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

2.1.10. Diagnosa Keperawatan


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2.1.11. Intervensi Keperawatan
TUM : Klien memiliki konsep diri yang positif
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan 1x pertemuan klien menunjukkan: Ekspresi wajah
bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi:
Bina hubungan saling percaya dengan cara:
1. Sapa klien dengan sopan, ramah tamah
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama klien dan nama yang paling disukai
4. Jelaskan maksud dan tujuan
5. Bersikap jujur dan menepati janji
Rasional: Hubungan saling percaya dapat membantu klien supaya lebih
kooperatif
TUK 2 :
Klien dapat mengidentifikasi: Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
klien dan aspek positif lingkungan.
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan 1x interaksi klien dapat mengenal kemampuan yang dimiliki
dan aspek positif lingkungan. Agar terpenuhi kriteria hasil klien tidak
menyendiri lagi, klien mau bicara walaupun sedikit.
Intervensi:
1. Adakan kontak dengan klien
2. Observasi perilaku klien yang mengarah ke HDR
3. Diskusikan dengan klien tentang bagaimana perasaannya

12
4. Memberikan pujian yang realistis
Rasional : Meningkatkan pemahaman klien tentang berhubungan dengan
orang lain

TUK 3 : Klien dapat kembali percaya diri lagi, dan melatih kemampuan
pasien
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan 1x interaksi klien dapat bangkit dan dapat percaya diri lagi
bila ketemu orang lain maupun temannya. Kriteria hasil klien tidak malu lagi,
klien sudah mau mengerjakan kegiatan harian yang dipilihnya, klien bisa
terbuka dan sedikit cerita, dan bisa langsung kontak mata.
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien mengenai gambaran seseorang yang disayangi
misal sosok anaknya
b. Bersama klien merencanakan kegiatan untuk sehari-hari supaya klien tidak
menyendiri di kamar terus
c. Membangun kemistri bersama klien dan pertahankan kontak mata
d. Dorong klien agar mau mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan
e. Diskusikan dengan klien hasil upaya yang telah dilakukan
Rasional: Untuk membangkitkan rasa percaya diri klien lagi

TUK 4 : Klien dapat mengonsumsi obat


Kriteria hasil:
Setelah dilakukan 1x pertemuan klien dapat menyebutkan manfaat dan
kerugian minum obat. Agar terpenuhi kriteria hasil klien mengerti jenis obat,
klien dapat menjelaskan manfaat dari obat yang diminumnya.
Intervensi:
1. Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan kegiatan
sebelumnya
2. Masukkan pada jadwal kegiatan harian minum obat 5 prinsip
benar(benar klien, benar obat, benar dosis,benar waktu,benar cara
3. Observasi mengenai gejala efek samping obat

13
Rasional : Agar klien minum obat dengan tepat waktu dan meningkatkan
kesadaran klien betapa pentingnya minum obat bagi kesembuhannya

TUK 5 : Klien mendapat dukungan dari keluarga untuk meningkatkan rasa


percaya dirinya kembali
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan 1x interaksi klien dapat memanfaatkan sistem pendukung
yang ada dalam keluarga. Agar terpenuhi kriteria hasil klien bisa berjabat
tangan, klien mau berjabat tangan dengan temannya, klien tidak malu lagi
Intervensi:
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan baik
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Rasional: Keluarga adalah orang paling terdekat bagi klien sehingga mudah
untuk membantu klien menumbuhkan rasa kepercayaannya lagi.

2.1.12. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan.

14
BAB III
TINJAUAN TEORI

RUANGAN RAWAT ANGGREK TANGGAL DIRAWAT : 5 Januari 2022

I. IDENTITAS KLIEN
Initial : Ny. T (L/P) Tanggal Pengkajian : 17 Januari 2022
Umur : 24 tahun RM No. : 065142
Informan: Pasien dan medical/ ERM

II. ALASAN MASUK


pasien mengatakan cemas, takut, merasa tidak berguna, gak pede, merasa tidak
mampu, belum siap untuk menikah dan punya anak

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak


2. Pengobatan sebelumnya: Berhasil Kurang Berhasil
Tidak Berhasil
3. Pengalaman Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik
Aniaya Seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 : pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya. pasien tidak mengalami aniaya fisik,
seksual, penolakan kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal.

Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah keperawatan

22
Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya Tidak

. 
4.
Hubungan keluarga :
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan :
Jelaskan : tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
6. adanya trauma ditinggal ibu (meninggal), ayah kandung yang menikah lagi
sehingga takut jika suaminya melakukan hal yang sama pada dirinya
Masalah Keperawatan :Pasca Trauma

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD: 106/75 N: 96 S: 36,5 P: 20
2. Ukur : TB: 155 BB: 65

Keluhan Fisik : Ya Tidak 


Jelaskan : pasien tidak ada keluhan fisik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:
x

23
Jelaskan :
Pasien anak ke dua dari 2 bersaudara, sudah menikah, dan punya anak 1, ibunya
sudah meninggal.
..........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :Tidak Ada masalah keperawatan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : pasien mengatakan suka pada rambutnya tetapi pasien
kurang pede dengan bentuk badan yang sekarang.
b. Identitas : pasien seorang wanita sudah menikah, pasien merasa
puas dengan identitasnya sebagai wanita.
c. Peran : pasien seorang ibu rumah tangga, pasien merasa kurang
mampu dalam melaksanakan tugasnya sebagai ibu.
d. Ideal diri : pasien ingin badannya seperti orang lain, pasien ingin
pulang dan masuk dalam organisasi ibu PKK.
e. Harga diri : Pasien merasa kurang berharga, tidak berguna, dan
kurang mampu dalam merawat anak, tidak percaya diri dan malu
berkomunikasi dengan orang lain karena suaranya yang serak.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial:
a. Orang yang berarti :
keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
tidak ada
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
terkadang pasien tidak pede ketika berkomunikasi dengan orang lain
karena suaranya yang serak-serak.

24
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial.

4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien beragama islam
b. Kegiatan ibadah :
pasien di rumah jarang sholat, di rumah sakit pasien tidak pernah sholat.
Masalah Keperawatan : Distres spiritual

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan :
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai tidak seperti biasanya
Jelaskan : pasien tampak rapi, bersih dan memakai seragam ruangan.
2. Pembicaraan :
Cepat Keras gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
Memulai
pembicaraan
Jelaskan : pasien ketika diajak berbicara, pasien kooperatif. tidak lambat,
tidak cepat.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah Keperawatan
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
TIK Grimasing Tremor Kompulsif
Jelaskan : pasien tampak biasa saja
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Alam Perasaan:

25
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
berlebih
Jelaskan : pasien cemas dan khawatir akan anaknya
Masalah Keperawatan : Ansietas
5. Afek:
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : pasien tampak tersenyum dan merespon dengan sesuai
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara:
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga
Jelaskan : Pasien kooperatif dan adanya kontak mata
Masalah Keperawatan :Tidak Ada masalah keperawatan
7. Persepsi:
Pendengaran Pengelihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : Tidak ada gangguan persepsi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses Pikir:
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Fligh of ideas Blocking Pengulangan
pembica-
raan/perseverasi
Jelaskan :Tidak ada gangguan proses pikir
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir:
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran
magis
Waham:
Agama Somatik Kebesaran Curiga

26
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : tidak ada gangguan isi pikir dan waham


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran:
Bingung Sedasi Stupor Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : kesadaran pasien normal (compos mentis)
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori:
Gg daya ingat jangka panjang Gg daya ingat jangka pendek
Gg daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : Tidak ada gangguan memori
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung:
Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : Tidak ada gangguan Konsentrasi berhitung
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : Tidak ada gangguan penilaian
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahakan hal-
hal di luar dirinya
Jelaskan : Tidak ada gangguan daya tilik diri
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhan:

27
Ya Tidak Ya Tidak

Makanan  Pakaian 
Keamanan Transportasi

Tempat tinggal  Uang 
Perawatan kesehatan 
Jelaskan : Pasien mampu memenuhi kebutuhan dirinya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan Diri:
Bantuan minimal Bantuan total
Mandi
BAB / BAK
Kebersihan
Ganti pakaian
Makan
Jelaskan : Pasien mampu melakukan perawatan diri
Masalah Keperawatan ; Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi:
Ya Tidak

● Apakah anda puas dengan pola makan anda 


● Apakah anda memisahkan diri 
Jika ya, jelaskan alasannya: pasien mengatakan puas dengan pola
makannya

● Frekwensi makan perhari : 3 kali

● Frekwensi udapan perhari: 1 kali

28
● Nafsu makan

● BB

● Diet khusus

Jelaskan : pasien mengatakan nafsu makannya biasa saja


Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Tidur:
Ya Tidak

● Apakah ada masalah ? 


● Apakah anda merasa segar setelah bangun tidur ?  ✓

● Apakah ada kebiasaan tidur siang ?  ✓

Lamanya : 2 jam

● Apa yang menolong anda untuk tidur ? posisi nyaman

● Waktu tidur malam, jam: 20.30, Waktu bangun, jam: setengah 6

● Beri tanda “V” sesuai dengan keadaan klien:

Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur


Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidut
Somnabulisme Berbicara dalam tidur
Jelaskan : pasien tidak kesulitan untuk tidur

29
3. Kemampuan klien dalam: Ya Tidak

● Mengantisipasi kebutuhan sendiri 


● Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri 
● Mengatur penggunaan obat 
● Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) 
Jelaskan : Pasien mampu memenuhi kebutuhan dirinya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Klien memiliki sistem pendukung :

Ya Tidak Ya Tidak

Keluarga  Teman sejawat

Profesional/terapis Kelompok sosial


Jelaskan : sistem pendukung klien yaitu keluarga
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi

Ya  Tidak

Jelaskan : Pasien sangat menikmati saat melakukan kegiatan apapun


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif

 Bicara dengan orang lain Minum alkohol

30
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar

 Olah raga Mencederai diri

Lainnya………………………. Lainnya:
……………………
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: Punya dukungan
keluarga
…………………………………………………………………………….
.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: pasien mau
berinteraksi
…………………………………………………………………………….
Masalah dengan pendidikan, spesifik: lulusan S1 teknik kimia
…………………………………………………………………………….
Masalah dengan pekerjaan, spesifik: tidak bekerja

…………………………………………………………………………….
Masalah dengan perumahan, spesifik:Tinggal dengan suami
…………………………………………………………………………….
Masalah ekonomi, spesifik: di biayai suami
…………………………………………………………………………….
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: Bpjs
…………………………………………………………………………….
Masalah lainnya, spesifik: tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

31
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya:
……………………………………………………………………
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

XI. DATA LAIN-LAIN


Swab antigen negatif
foto thorax normal
XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : F.32.2 (depresi berat tanpa gejala psikotik)
Terapi medik : olanzapine 5mg 0-0-1, sertraline 50mg 1-0-0

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN (tulis semua masalah keperawatan


yang muncul)
HDR
Ansietas.
pasca trauma
Distres spiritual
Gangguan Interaksi sosial

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Harga Diri Rendah

Surabaya, 22 januari 2022

32
Indri Utami Ridwam

ANALISA DATA

Nama :Ny. T Umur : 24 tahun Ruangan : Puri Anggrek


TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH TT
17/1/2022 DS: pasien mengatakan Isolasi social HDR
merasa cemas, takut,
merasa tidak berguna, Harga diri rendah
tidak percaya diri,
merasa tidak mampu, Koping tidak efektif
belum siap menikah dan
punya anak.
DO:
- pasien tampak
cemas
- sering bertanya
kapan pulang
- takut kehilangan
suami
- kurang percaya

33
diri

34
RENCANA KEPERAWATAN JIWA

Nama Klien : Ny. T (24 Tahun) Nama Mahasiswa : Indri Utami Ridwan
Bangsal/Tempat : Anggrek Institusi : Stikes William Booth
Tgl No.Dx Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria & Evaluasi Tindakan Keperawatan
17/01/20 1. Harga Diri Rendah TUM: 1. Setelah 1 kali interaksi, 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
22 Klien Memiliki Konsep diri yang klien menunjukkan percaya dengan percaya akan
positif ekspresi wajah menggunakan prinsip menimbulkan
TUK 1: bersahabat, komunikasi kepercayaan klien pada
klien dapat membina hubungan menunjukkan rasa terapeutik: perawat sehingga
saling percaya dengan perawat senang, ada kontak - Sapa klien dengan memudahkan perawatan
mata, mau berjabat ramah baik verbal selanjutnya
tangan, mau maupun non
menyebutkan nama, verbal
mau menjawab salam, - Perkenalkan diri
klien mau duduk dengan sopan
berdampingan dengan - Tanyakan nama
perawat, mau lengkap dan nama
mengutarakan masalah panggilan yang
yang dihadapi. disukai klien.
- Jelaskan tujuan
pertemuan
- Jujur dan menepati
janji
- Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
- Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
18/01/20 HDR TUK 2: 2. Setelah 1 kali interaksi - Adakan Kontak meningkatkan
22 Klien dapat mengidentifikasi pasien dapat mengenal mata dengan klien pemahaman klien
aspek positif dan kemampuan kemampuan yang - Observasi perilaku tentang berhubungan
yang dimiliki klien, aspek positif dimiliki, aspek positif klien yang dengan orang lain.
keluarga dan aspek positif keluarga dan aspek mengarah ke HDR
lingkungan klien. positif lingkungan - diskusikan dengan
klien. klien tentang
bagaimana
perasaannya.

44
- memberikan
pujian yang
realistis
- merencanakan
kegiatan sehari-
hari.
- diskusikan dengan
klien upaya yang
sudah
dijadwalkan.
19/01/20 HDR TUK 3: 3. setelah 1 kali interaksi 1. diskusikan dengan untuk mengembalikan
22 Klien Dapat percaya diri lagi, klien dapat bangkit dan klien mengenai rasa percaya diri klien.
melatih kemampuan pasien dapat percaya diri lagi gambaran
bila bertemu orang lain seseorang yang
maupun temannya, disayang, misal
klien tidak malu lagi, sosok anaknya.
klien sudah melakukan 2. merencanakan
kegiatan harian yang kegiatan sehari
dipilihnya, klien dapat hari dan masukan
terbuka dan sedikit ke jadwal harian
cerita klien supaya klien

45
tidak menyendiri
di kamar
3. membangun
chemistry dan
mempertahankan
kontak mata
4. dorong pasien
untuk mengikuti
kegiatan yang
sudah diuraikan
5. diskusikan dengan
klien tentang
upaya yang sudah
dilakukan.

46
TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA

Nama Klien : Ny.T (24 Tahun) Nama Mahasiswa : Indri Utami Ridwan
Bangsal /Tempat : Anggrek Institusi : Stikes William Booth
TGL/ DX
IMPLEMENTASI EVALUASI TT
JAM KEP
Defisit SP1 S: Pasien mengatakan senang indri
Perawatan 1. Bina hubungan saling percaya selama bercakap-cakap dengan
Diri dengan menggunakan prinsip perawat.
komunikasi terapeutik: O:
- Menyapa klien dengan ramah - Pasien tampak tersenyum
baik verbal maupun nonverbal selama bercakap-cakap
- Memperkenalkan diri dengan dengan perawat
sopan - merespon dengan baik
- Menanyakan nama lengkap dan A: SP1 teratasi
nama panggilan yang disukai P: dilanjutkan SP2
klien.
- Menjelaskan maksud dan tujuan
pertemuan
- Bersikap Jujur dan menepati
janji

SP2 S: indri
- Adakan Kontak mata dengan - pasien mengatakan senang
klien ketika ditanya perasaannya
- diskusikan dengan klien tentang setelah berhasil membuat
bagaimana perasaannya. aktivitas terjadwal pasien
- memberikan pujian yang di rs.
realistis
- merencanakan kegiatan sehari-
hari. O:
- diskusikan dengan klien upaya - pasien dapat menyebutkan

47
yang sudah dijadwalkan. kembali kemampuan
pasien lainnya yang sudah
terjadwal.
A: SP 2 teratasi
P: dilanjutkan intervensi SP3

- Mendorong pasien untuk S:


melakukan kegiatan sehari hari - pasien mengatakan jadi
yang sudah dijadwalkan dan lebih tahu cara
masukan ke jadwal harian klien membersihkan tempat tidur
supaya klien tidak menyendiri setelah dilatih
di kamar
- pasien mengatakan tempat
6. membangun chemistry dan
tidurnya lebih rapi
mempertahankan kontak mata
7. mendorong pasien untuk O:
mengikuti kegiatan yang sudah - pasien dapat
diuraikan mempraktekkan cara
8. mendiskusikan dengan klien membersihkan dan
tentang upaya yang sudah merapikan tempat tidur
dilakukan.
A: SP 3 teratasi
P : pasien pulang.

48
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesamaan dan juga kesenjangan
antara tinjauan teori dengan kasus nyata mulai dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, hingga evaluasi keperawatan.
4.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
(Rohmah & Walid, 2017). Pengkajian merupakan tahap yang paling
menentukan bagi tahap berikutnya. Data yang dikumpulkan berupa data
biologis, data psikologis, sosial dan spiritual. Berdasarkan pengkajian yang
telah dilakukan oleh penulis kepada Ny. T, diperoleh data subjektif dan data
objektif yang sesuai dengan prioritas masalah yang dialami oleh Ny. T yaitu
Harga diri rendah didukung dengan data subjektif: pasien mengatakan bahwa
dirinya selalu merasa tidak berguna, tidak percaya diri, dan merasa tidak
mampu sebagai seorang ibu karena belum siap menikah dan punya anak.
Orang terdekatnya Ny.T adalah Ibunya, semenjak ibunya meninggal satu
tahun yang lalu Ny.T merasa sangat kehilangan sosok orang yang paling dekat
dengannya apalagi setelah ibunya meninggal ayahnya menikah lagi sehingga
pasien takut jika suaminya akan melakukan hal yang sama kepada Ny. T. Data
objektif: tatapan kosong saat sendiri, penurunan produktivitas (pasien tampak
malas dan cepat capek ketika beraktivitas), pasien sering bertanya kapan
pulang, merasa cemas dan khawatir.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Dalam masalah keperawatan Harga Diri Rendah pada teori timbul isolasi
sosial, harga diri rendah, dan koping tidak efektif. Pada kasus nyata masalah
keperawatan yang muncul yaitu harga diri rendah, ansietas, koping tidak
efektif, pasca trauma, distres spiritual.
4.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan untuk pasien Harga Diri Rendah adalah Bina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:

49
sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri
dengan sopan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
pasien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap
empati dan menerima pasien apa adanya, beri perhatikan kebutuhan dasar
pasien. Adakan Kontak mata dengan klien Observasi perilaku klien yang
mengarah ke HDR, diskusikan dengan klien tentang bagaimana perasaannya,
memberikan pujian yang realistis, merencanakan kegiatan sehari-hari,
diskusikan dengan klien upaya yang sudah dijadwalkan. Diskusikan dengan
klien mengenai gambaran seseorang yang disayang, misal sosok anaknya,
merencanakan kegiatan sehari hari dan masukan ke jadwal harian klien supaya
klien tidak menyendiri di kamar, membangun chemistry dan mempertahankan
kontak mata, dorong pasien untuk mengikuti kegiatan yang sudah diuraikan,
diskusikan dengan klien tentang upaya yang sudah dilakukan.

4.3 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan dan menilai data yang baru. Untuk membina hubungan saing percaya
pada klien dengan Harga diri rendah kadang-kadang perlu waktu yang tidak
singkat. Perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada klien selalu
penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan, pendekatan yang
konsisten akan membuahkan hasil bila klien sudah percaya maka apapun yang
akan diprogramkan klien akan mengikutinya, tindakan yang dilakukan dalam
membina hubungan saling percaya yaitu SP1 : Bina hubungan saling percaya :
menyapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal,
memperkenalkan diri dengan sopan, menanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai pasien, menjelaskan tujuan dan maksud pertemuan,
jujur dan menepati janji, menunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa
adanya, SP2: Adakan Kontak mata dengan klien, mengobservasi perilaku
klien yang mengarah ke HDR, mendiskusikan dengan klien tentang

50
bagaimana perasaannya, memberikan pujian yang realistis, mengidentifikasi
kemampuan positif pasien dan merencanakan kegiatan sehari-hari, diskusikan
dengan klien upaya yang sudah dijadwalkan. SP3: melakukan kegiatan sehari
hari dan masukan ke jadwal harian klien supaya klien tidak menyendiri di
kamar, membangun chemistry dan mempertahankan kontak mata, dorong
pasien untuk mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan, diskusikan dengan
klien tentang upaya yang sudah dilakukan.
4.4 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengakhiri
intervensi keperawatan, memodifikasi intervensi keperawatan, dan
meneruskan intervensi keperawatan
Evaluasi yang didapat pada Ny. T setelah dilakukan asuhan keperawatan
yaitu pasien dapat berbicara dengan orang-orang sekitar terutama saat
berinteraksi dengan perawat, dan pasien mampu melakukan hal-hal positif
yang dimiliki pasien.

51
BAB V

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1 . Pengkajian Keperawatan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan dari asuhan
keperawatan pada Ny.T yaitu pada pengkajian yang didapat kondisi pasien
menunjukkan pasien mau berinteraksi dan menyampaikan perasaannya dan apa
yang dialami pasien sehingga dibawa ke rumah sakit.
5.1.2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus pasien dengan masalah keperawatan Harga diri rendah,
masalah keperawatan yang muncul yaitu Harga diri rendah, ansietas, pasca
trauma, dan distres spiritual.
5.1.3. Intervensi Keperawatan
Secara teori dan Kasus nyata dilakukan sama dengan menggunakan SP
(Strategi Pelaksanaan) untuk pasien.
5.1.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi secara teori diharapkan strategi pelaksanaan (SP) dapat
dilakukan dari SP1 sampai SP3. Pada kasus nyata implementasi juga dapat
dilakukan dari SP1 sampai SP3.
5.1.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapat pada Ny. T setelah dilakukan asuhan keperawatan
yaitu pasien dapat berbicara dengan orang-orang sekitar terutama saat berinteraksi
dengan perawat, dan pasien mampu melakukan hal-hal positif yang dimiliki
pasien.
5.2. Saran
5.2.1 Bagi Perawat
Diharapkan perawat lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien dan perawat mampu
mempertahankan keadaan pasien dengan masalah keperawatan Harga Diri
Rendah.

52
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Diharapkan sebelum melakukan tindakan keperawatan, mahasiswa
memahami keperawatan secara teori supaya dalam melakukan asuhan
keperawatan mahasiswa dapat melakukan pada kasus nyata secara baik dan benar.
5.2.4 Bagi Keluarga
Keluarga harus berperan aktif dalam membantu melatih pasien dan lebih
sabar menghadapi sikap pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Fajariyah N. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah.


Jakarta: Trans Info Media.
Henriksen, I. O., Ranøyen, I., Indredavik, M. S., & Stenseng, F. (2017). The role
of self-esteem in the development of psychiatric problems: a three-year
prospective study in a clinical sample of adolescents. Child and adolescent
psychiatry and mental health, 11, 68-68. doi: 10.1186/s13034-017- 0207-y.
Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.

53
Keliat, B. A. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta :
EGC.
Munith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.
Pardede, J. A., & Ariyo, J. M. P. (2020) Self efficacy related to family stress in
schizophrenia patients. Jurnal Keperawatan Jiwa
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardhani, I. Y. (2015). Kepatuhan dan Komitmen
Klien Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment
Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal
Keperawatan Indonesia.
Pardede, J. A. (2019). The Effects Acceptance and Commitment Therapy and
Health Education Adherence to Symptoms, Ability to Accept and Commit
to Treatment and Compliance in Hallucinations Clients Mental Hospital of
Medan, North Sumatra. J Psychol Psychiatry Stud, 1, 30-35.
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Rokhimah, Y. and Rahayu, D. A. (2020) ‘Penurunan Harga Diri Rendah dengan
menggunakan Penerapan Terapi Okupasi ( Berkebun )’, Jurnal Ners Muda,
Vol 1 No 1.
Wijayaningsih Kartika sari (2015). Panduan lengkap Praktik Klinik Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Trans Info medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia

54
55

Anda mungkin juga menyukai