Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN HARGA


DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1


1. INONG REJA FADILAH P05120319031
2. M.NIZAM P05120319031
3. MONIKA JAYANTI P05120319031
4. POVI KURNIATY P05120319035
5. RAHM NUR FADILLAH P05120319031
6. SHERINA LUMBAN TORUAN P05120319031

Dosen Pengajar:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TINGKAT 3/SEMESTER 6
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tugas ini dengan judul Laporan
pendahuluan asuhan keperawatan jiwa dengan pasien dengan harga diri rendah
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah tugas ini masih
banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun penyusunan dan
metodologi, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak
agar dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.
Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang telah diberikan akan menjadi amal
baik oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna untuk
ke depannya.

Bengkulu, Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................5
1.3 TUJUAN.............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH.....................................................................6
2.2 MACAM – MACAM HARGA DIRI RENDAH...............................................................6
2.3 ETIOLOGI...........................................................................................................7
2.4MANIFESTASI KLINIS.....................................................................................................7
2.5KOMPONEN KONSEP DIRI.............................................................................................8
2.6PROSES TERJADINYA HARGA DIRI RENDAH..........................................................9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN............................................................10
2.7 PENGKAJIAN.........................................................................................................10
2.8.POHON MASALAH........................................................................................................11
2.9. DIAGNOSA KEPERAWATAN.....................................................................................11
2.10.PERENCANAAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN................................12
2.11. EVALUASI.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh,
kembang, aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan
dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Stuart dan Laraia dalam Yosep,
2014). Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa
bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organitation (WHO) dalam Yosep
(2013), WHO memperkirakan sebanyak 450 juta orang di seluruh dunia mengalami
gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini
dan 25% penduduk diperkirakan 2 akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan
kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030, gangguan jiwa juga
berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri setiap
tahunnya akibat gangguan jiwa. Gangguan jiwa ditemukan di semua negara, pada
perempuan dan laki-laki, pada semua tahap kehidupan, orang miskin maupun kaya baik di
pedesaan maupun perkotaan mulai dari yang ringan sampai berat.
Data WHO (2006) mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa, dimana panik dan cemas adalah gejala paling ringan.
Gambaran gangguan jiwa berat di Indonesia pada tahun 2007 memiliki prevalensi sebesar
4.6 permil, artinya bahwa dari 1000 penduduk Indonesia terdapat empat sampai lima
diantaranya menderita gangguan jiwa berat (Puslitbang Depkes RI, 2008). Penduduk
Indonesia pada tahun 2007 (Pusat Data dan Informasi Depkes RI, 2009) sebanyak
225.642.124 sehingga klien gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan
1.037.454 orang. Provinsi Jawa Barat didapatkan data individu yang mengalami gangguan
jiwa sebesar 0,22 % (Riskesdas, 2007). Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri
dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat
harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki
harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara
efektif untuk berubah serta cenderung merasa 3 aman. Individu yang memiliki harga diri
rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Keliat,
2011).
Harga diri rendah juga sering terjadi secara tiba-tiba atau yang biasa kita kenal
sebagai harga diri rendah situasional. Sedangkan menurut Nurarif dan Hardhi (2015, p.
55) harga diri rendah situasional merupakan munculnya persepsi negatif tentang makna
diri sebagai respon terhadap situasi saat ini. Harga diri rendah situasional merupakan
bentuk trauma yang tiba-tiba seperti, harus operasi, kecelakaan, putus sekolah, perceraian,
dan korban perkosaan. Pengelolaan pada pasien harga diri rendah situasional harus segera
ditangani dengan tepat agar tidak berkelanjut pada harga diri rendah kronik. Tanda dan
gejala harga diri rendah yaitu mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan
hidup yang pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri. Selain
tanda dan gejala diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri
rendah yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara
lambat dengan nada suara yang rendah (Keliat, 2011). Pada klien dengan harga diri
rendah dapat dterapkan menggunakan terapi hubungan interpersonal. Terapi hubungan
interpersonal memfokuskan pada hubungan interpersonal pasien, sifat-sifat dan
kelemahannya dan meningkatkan hubungan tersebut. Idenya adalah apabila seseorang
memiliki hubungan yang kuat , kuat dan penuh penghargaan dengan orang lain, kecil 4
kemungkinannya untuk menjadi depresi atau tetap depresi (atau ansietas,dll), dan mereka
akan lebih merasakan kebahagiaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH


2.1 DEFINIS HARGA DIRI RENDAH
Harga diri rendah adalah Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri, perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri (Yosep, 2010). Sedangkan menurut (Depkes RI, 2000 dalam
Nurarif & Hardhi,2015) Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.
Menurut Keliat (2010), harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai
keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal
negative diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi.
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
dilingkungan dan gambaran-gambaran negative tentang dirinya ( Barry, dalam Fitria
2009).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri
rendah adalah gangguan konsep diri dimanna harga diri merasa gagal mencapai
keinginan, perasaan tentang diri yang negative dan merasa dirinya lebih rendah
dibandingkan orang lain

2.2 MACAM – MACAM HARGA DIRI RENDAH


A. SITUASIONAL
Harga diri rendah situasional dalam Wilkinson, Ahern (2009) didefinisikan
sebagai suatu perkembanga persepsi negatif terhadap harga diri individu sebagai respon
terhadap situasi tertentu misalnya akibat menderita suatu penyakit, kondisi ini dapat
disebabkan akibat adanya gangguan citra tubuh, kegagalan dan penolakan, perasaan
kurang penghargaan, proses kehilangan, dan perubahan pada peran sosial yang dimiliki.
B. KRONIK
Menurut Fitria (2012) menyatakan bahwa gangguan konsep diri: harga diri rendah
kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan pasien sebelum sakit atau
sebelum dirawat. Sedangkan menurut Nurarif dan Hardhi (2015) harga diri rendah kronis
merupakan evaluasi diri/ perasaan negatif tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang
berlangsung lama.

2.3 ETIOLOGI
Berbagai faktor penyebab terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang yaitu :
a. Faktor predisposisi
Menurut (Fitria, 2009) Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik
adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. (Fitria,2009)

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Menurut Fitria (2009)perilaku-perilaku seperti dibawah ini diantaranya :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktifitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi i. Selera makan berkurang
i. Tidak berani menatap lawan bicara
j. Lebih banyak menunduk
k. Bicara lambat dengan nada suara lemah
l. Merusak/melukai orang lain
m. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup
n. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi
o. Sulit bergaul
p. Menunda keputusan

2.5 KOMPONEN KONSEP DIRI


Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan yang diketahui
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
(Fajariyah, 2012). Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep diri yang
positif, gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang realitis, harga diri yang tinggi,
penampilan diri yang memuaskan, dan identitas yang jelas. Konsep diri terdiri dari citra
tubuh (body image), ideal diri (self-ideal), harga diri (self-esteem), peran (self-role), dan
identitas diri (self-identity) (Suliswati, 2004).
a. Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atau 11 sekarang mengenai ukuran dan bentuk,
fungsi penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara
konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalamanpengalaman baru. Citra
tubuh harus realitis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu
akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima
tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi daripada individu yang
tidak menyukai tubuhnya (Suliswati, 2004).
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia seharusnya bertingkah
laku berdasarkan standart pribadi. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang
yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih.
Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau penghargaan diri berdasarkan norma-
norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri
(Suliswati, 2004).
c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri 12 tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai
orang yang penting dan berharga (Stuart,2006).
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam
sekelompok sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi
pada orang berarti. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yeng berhubungan
dengan posisi setiap waktu sepanjang daur kehidupnya. Harga diri yang tinggi
merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideali diri
(Suliswati, 2004).
e. Identitas diri
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama
artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan
identitas, dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi
merupakan tugas utama pada masa remaja (Stuart, 2006).

2.6 PROSES TERJADINYA HARGA DIRI RENDAH


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak
pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan
mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong
individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak
faktor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),
individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa
diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu
terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi
harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis (Direja, 2011).

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


2.7 PENGKAJIAN
Tahap pertama meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda, dan tingkah
laku klien dan mekanisme koping klien (Damaiyanti, 2012).
a. Identitas klien
1. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontak dengan klien
tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.
2. Usia dan nomor rekam medik.
3. Perawat menuliskan sumber data yang didapat.
b. Keluhan utama/alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri bisa disebabkan oleh pengalaman masa
kanakkanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri,
orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau
ketidakpastian seperti gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain.
d. Faktor presipitasi
Disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan tidak mampu
menyelesaikannya, seperti:
1. Stressor yang mempengaruhi gambaran diri
a) hilangnya bagian tubuh,
b) tindakan operasi,
c) proses patologi penyakit,
d) perubahan struktur dan fungsi tubuh,
e) proses tumbuh kembang,
f) prosedur tindakan dan terapi.
2. Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri
a) penolakan dan kurangnya penghargaan dari orang tua, dan orang yang
berarti.
b) pola asuh yang tidak tepat.
c) kegagalan dan kesalahan berulang.
e. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan dalam jangka pendek yaitu:
1. Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis.
2. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti.
3. Aktivitas yang memberi atau dukungan sementara terhadap konsep diri.
4. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan.
Mekanisme yang digunakan dalam jangka panjang yaitu penyesuaian atau
penyelesaian positif akan menghasilkan integritas ego, identitas, dan keunikan individu.
Selanjutnya dapat menggunakan “Ego Oriented Reaction” yang bervariasi untuk
melindungi diri. Ragam Ego Oriented Reaction atau mekanisme pertahanan diri yang
sering dipakai adalah fantasi, isolasi, proyeksi. Dalam keadaan semakin berat dapat
terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian seperti: penyalahgunaan zat,
psikologis/neurosis, dan bunuh diri.

2.8. POHON MASALAH

2.9. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Masalah keperawatan yang mungkin dapat disimpulkan dari hasil pengkajian
(Keliat, 1998: 89) adalah:
a) Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional atau kronik.
b) Keputusasaan.
c) Isolasi sosial: menarik diri.
d) Resiko perilaku kekerasan.
e) Ketidakberdayaan.
f) Gangguan citra tubuh.
g) Perubahan penampilan peran.
h) Ideal diri tidak realistis.
i) Gangguan identitas personal.

2.10. PERENCANAAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Terdiri dari 3 aspek utama, yaitu:
A. Tujuan umum Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa, tujuan
umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus dapat dicapai.
B. Tujuan khusus Berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus
merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien.
Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu
kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa
keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai,
dan kemampuan efektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuan
menyelesaikan masalah.
C. Rencana tindakan keperawatan
Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus.
Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan perawat mandiri, kerjasama
dengan klien, keluarga, kelompok, dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa
lainnya. Adapun rencana tindakan keperawatan menurut Gail W.S. (1998:313)
yaitu:
1) Psikoterapeutik
a) Bina hubungan saling percaya
1. Kenalkan nama dan waktu kerja perawat pada klien.
2. Jelaskan pada klien bahwa perawat telah siap mendengarkan apa yang
dikatakannya.
3. Nyatakan kesediaan perawat membantu klien.
4. Dengarkan dengan penuh perhatian dan minat setiap pernyataan klien.
b) Bantu klien memperluas kesadaran dirinya
1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan segala sesuatu yang dirasakan
seperti hubungannya dengan orang lain, pekerjaan, urusan rumah
tangga, sekolah, dan sebagainya.
2. Tanyakan kepada klien tentang kejadian yang berkaitan dengan
pikiran, perasaan, dan keyakinannya.
3. Luruskan kesalahan persepsi klien tanpa mendebatnya.
c) Membantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya
1. Anjurkan klien menyebutkan dan menuliskan minimal lima kelebihan
kekuatan yang dimilikinya.
2. Dukung pernyataan klien tentang kelebihan kekuatan yang telah
disebut oleh klien.
3. Bicarakan dengan klien kekurangan/kelemahan yang dimilikinya,
serta jelaskan bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
d) Bantu klien mengevaluasi diri
1. Tanyakan pada klien keberhasilan yang pernah diraih.
2. Bicarakan kegagalan yang pernah dialami, sebab-sebab kegagalan,
cara mengatasinya, serta respon klien terhadap kegagalan tersebut.
3. Jelaskan pada klien bahwa yang dialami dapat menjadi pelajaran
untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa mendatang.
e) Bantu klien membuat rencana yang realistik
1. Tanyakan kepada klien tujuan keberhasilan yang ingin dicapai.
2. Bantu klien memilih tujuan serta keberhasilan yang ingin dicapai.
3. Bicarakan dengan klien konsekuensi dari tujuan yang telah dipilih
dengan memberi contoh bermain peran dan mendemonstrasikan
kembali.
f) Bantu klien membuat keputusan dan mencapai tujuan
1. Beri klien kesempatan untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.
2. Tunjukkan keberhasilan yang telah dicapai dengan memberi
penghargaan yang sesuai.
3. Ikut sertakan klien dalam aktivitas kelompok.
4. Beri dukungan positif untuk mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan klien.

2) Pendidikan kesehatan
a) Anjurkan klien untuk mengikuti latihan keterampilan untuk
mengembangkan bakat yang dimiliki.
b) Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai
kemampuan dari masing-masing anggota keluarganya.
c) Bimbing klien untuk menguraikan pola hubungan dengan tiap anggota
keluarga.
d) Bimbing klien untuk mencoba cara-cara baru dalam berhubungan dengan
anggota keluarga lain.
e) Beri informasi kepada keluarga cara merawat klien dengan harga diri
rendah, mengenai:
1) karakteritik harga diri rendah,
2) cara merawat klien, dan
3) sistem rujukan dan fasilitas.

3) Kehidupan sehari-hari
a) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan
1. Jelaskan pada klien bahwa makan dan minum yang cukup penting
untuk kesehatannya.
2. Jelaskan bahwa kondisi fisik yang sehat akan meningkatkan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
3. Sajikan makanan secara menarik.
4. Pantau berat badan klien secara teratur.
b) Bantu klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya
1. Arahkan kegiatan klien sesuai dengan kemampuan minimal.
2. Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai.
3. Beri kegiatan kepada klien secara bertahap.
4. Bimbing klien melakukan asuhan mandiri.

4) Lingkungan terapeutik
a) Lingkungan fisik
1. Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindarkan alat-alat yang
bisa digunakan klien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Tata ruangan secara mekanik seperti: tempelkan poster-poster yang
cerah untuk meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik ceria, dan
acara televisi berupa film komedi yang lucu.
3. Beri kesempatan kepada klien untuk merawat dan menyimpan
barang-barang milik pribadinya pada lemari-lemari atau kamar
khusus.
b) Lingkungan sosial
1. Beri penjelasan pada klien setiap akan melakukan tindakan
keperawatan, terutama yang berkaitan dengan privacy (hak klien).
2. Terima klien apa adanya dengan tidak mengeluarkan kata-kata yang
mengejek atau merendahkan.
3. Anjurkan keluarga agar menerima klien sebagaimana mestinya.
4. Jelaskan pada keluarga bahwa setiap keluarga unik, mempunyai
kelebihan dan kekurangan.

2.11. EVALUASI
Evaluasi menurut Stuart (1998:237) yaitu:
a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah menurun dalam
sifat, jumlah, dan asal atau waktu?
b. Apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan persetujuan diri
yang lebih besar?
c. Apakah sumber koping pasien sudah dikaji dan dikerahkan secara adekuat?
d. Apakah pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan melakukan eksplorasi serta evaluasi
diri?
e. Apakah pasien menggunakan respon koping yang adaptif
DAFTAR PUSTAKA

Aris R, dkk. 2008. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSUD Dr. Amino
Gondotomo.

Carpenito, Lynda Juall, 1997, Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice, 7 th edition,
New York: Lippincott.

-------, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Fajariyah, Nur. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah. Jakarta: TIM.

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, dkk, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Jakarta:
PT. Fajar Interpratama. Stuart, et. al, 1997, Principles Practice of Psychiatric Nursing, 6 th
edition, St Louis Mosby Year.

Stuart, Gail W. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Townsend, Mary C, 1998,

Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Tanpa nama. Tanpa tahun. Memahami Arti Kesehatan Jiwa, (Online),
( http://www.sambanglihum.info/umum/memahami-arti-kesehatan-jiwa. html, diakses 30 Maret
2012).

Anda mungkin juga menyukai