Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

Dosen Pembimbing:
Ns. Eridha Putra S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

ZAFRI RAMANDA : 21212078


DINDA AYU ARISMA : 21212039
NISA UL HUSNA : 21212064
AHMAD SAILAL HAMDI : 21212082

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA (UBBG)
BANDA ACEH
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah member saya kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makala ini. Tanpa pertolongan-Nya saya sekelompok tidak akan bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah
ditititpkan kepada kami. makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai rintangan, namun
dengan penuh kesabaran saya mencoba untuk menyelesaikan makala ini.

Makala ini memuat tentang ”HARGA DIRI RENDAH” tema yang akan dibahas
dimakala ini sengaja dipilih oleh dosen pembimbing saya untuk saya pelajari lebih dalam,dan
butuh waktu yang panjang untuk mendalami materi ini, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Saya selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah banyak membantu dalam proses penyelesain makalah ini semoga makala yang
saya buat ini dapat bermanfaat serta dapat dinilai dengan baik dan dihargai oleh pembaca
meski makalah ini masih mempunyai kekurangan, saya selaku penyusun mohon kritik dan
saranya terimakasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS...............................................................................................
2.1 Masalah Utama Harga diri Rendah..............................................................................
2.1.1 Pengertian.........................................................................................................
2.1.2 Tanda Dan Gejala.............................................................................................
2.1.3 Klasifikasi ........................................................................................................
2.1.4 Etiologi.............................................................................................................
2.1.5 Konsep Dasar...................................................................................................
2.1.6 Pathway ...........................................................................................................
2.1.7 Masalah Keperawatan......................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Asma.................................................................
2.2.1 Analisa Data.....................................................................................................
2.2.2 Diagnossis Keperawatan…………………………………………………….
2.2.3 Intervensi Keperawatan………….…………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Setiap perubahan situasi


kehidupan baik positif
maupun negatif dapat
mempengaruhi
1.3 keseimbangan fisik,
mental, dan psikososial
seperti konflik yang dialami
sehingga berdampak
1.4 sangat besar terhadap
kesehatan jiwa seseorang
yang berarti akan
meningkatkan jumlah
1.5 pasien gangguan jiwa
(Keliat, 2011). Gangguan
jiwa merupakan
manifestasi dari bentuk
1.6 penyimpangan perilaku
akibat adanya distorsi emosi
sehingga ditemukan
ketidakwajaran dan
1.7 bertingkah laku. Hal ini
terjadi karena menurunnya
semua fungsi kejiwaan
(Muhith,2011).
Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi
keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti konflik yang dialami sehingga berdampak
sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah
pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011). Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk
penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan
bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Muhith,2011).

Menurut (Herman, 2011) gangguan jiwa adalah terganggunya kondisi mental atau
psikologi seseorang dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi prilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan sex, keadaan
badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-isitadat, kebudayaan dan kepercayaan,
pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, rasa
permusuhan hubungan antar manusia.Gangguan jiwa menyebabkan pasien tidak sanggup
menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai diri untuk mencegah mengganggu
orang lain atau merusak/menyakiti diri sendiri untuk itu perlu dilakukan asuhan keperawatan
jiwa.

Jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia saat ini menurut Riskesdas (2013) adalah 236
juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0.17% menderita
gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk
berusia 15,24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat
merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan
prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1.9 permil. Peningkatan gangguan
jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan
dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh pasien.

Gangguan jiwa yang menjadi masalah utama di negara-negara berkembang adalah


skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan prilaku yang aneh dan terganggu.
Skizofrenia terbentuk secara bertahap dan klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres
dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang
akhinya menjadi skizofrenia akut. Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan
kuat, yang meliputi penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir, dan harga diri rendah
(Yosep, 2011). Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri, gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung. Harga diri rendah merupakan semua pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan tentang dirinya dan mempengaruhi orang lain. Harga diri tidak terbentuk dari
lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang
terdekat, dan dengan lingkungan (Stuart, 2013).

Peran perawat untuk mengatasi masalah klien dengan harga diri rendah adalah
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien, membantu klien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien untuk
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih dan melatih kemampuan yang dipilih
klien serta membantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
(Prabowo, 2014). Keluarga sebagai sistem pendukung utama juga memiliki peran penting
dalam membantu pasien meningkatkan harga dirinya (Dermawan, 2013). Tindakan dan peran
keluarga yang dapat dilakukan untuk membantu menyelesaikan masalah klien menurut Yosep
(2014) diantaranya mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya,
memberi kegiatan sesuai kemampuan pasien, menetapkan tujuan yang nyataa, membantu
klien mengungkapkan beberapa rencana mengungkapkan masalah, dan membantu klien
mengungkapkan upaya yang bisa digunakan dalam menghadapi masalah.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan diagnosa gangguan konsep diri:
harga diri rendah?

1.3 Tujuan
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan konsep sensori:
harga diri rendah?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Harga Diri Rendah


2.1.1 Pengertian Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga,


tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011). Harga diri rendah merupakan
evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam
mencapai keinginan (Direja, 2011) Harga diri rendah merupakan keadaan dimana
individu mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya (Fitria,
2012). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu
dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri
akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa
gagal dalam mencapai keinginan.

2.1.2 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala harga diri


rendah dapat dinilai dari
ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian
tentang dirinya dan didukung
dengan data hasil wawancara
dan
observasi (Kemenkes, RI)
a. Data subjektif Pasien
mengungkapkan tentang:
1. Hal negatif diri sendiri atau
orang lain
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang
pesimis
4. Penolakan terhadap
kemampuan diri
b. Data objektif
1. Penurunan produktifitas
2. Tidak berani menatap
lawan bicara
3. Lebih banyak
menundukkan kepala saat
berinteraksi
4. Bicara lambat dengan nada
suara rendah
harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang menunjukkan
penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara dan
observasi (Kemenkes, RI)
a. Data subjektif Pasien mengungkapkan tentang:
1. Hal negatif diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penolakan terhadap kemampuan diri

b. Data Objektif
1. Penurunan produktifitas
2. Tidak berani menatap lawan bicara
3. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4. Bicara lambat dengan nada suara rendah
Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri
rendah menurut Fitria (2009) adalah:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. Selera makan kurang
10.Tidak berani menatap lawan bicara
11.Lebih banyak menunduk
12.Bicara lambat dengan nada suara lemah

2.1.3 Faktor Predisposisi Harga Diri Rendah


Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang.
Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat dibagi sebagai berikut:
a) Faktor Biologis Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma
kepala.
b) Faktor psikologis Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat
ditemukan adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti
penolakan dan harapan orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, penilaian
negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu,
ideal diri yang tidak realisitis, dan pengaruh penilaian internal individu.
c) Faktor sosial budaya Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari
lingkungan terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi
rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat
pendidikan rendah.

2.1.4 Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan


bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas
yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situasional atau kronik. Secara situsional misalnya karena trauma yang
muncul tiba-tiba, sedangkan yang kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan memingkat saat
dirawat (yosep, 2009) Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri
rendah antara lain:
1. Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan
2. Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi
a. Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan
b. Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian
c. Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh;
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik
yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan
keperawatan

2.1.5 Proses Terjadimya Harga Diri Rendah


Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas
yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat
terjadi secara situasional atau kronik. Secara situsional misalnya karena trauma
yang muncul tiba-tiba, sedangkan yang kronik biasanya dirasakan klien
sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
memingkat saat dirawat (yosep, 2009) Menurut Kemenkes RI (2012) faktor
presipitasi harga diri rendah antara lain:
1. Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi
a. Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan
b. Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat
dan keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh; perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh;
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal;
prosedur medis dan keperawatan.

2.1.6 Rentang Respon Harga Diri Rendah

Adapun tentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Respon Adaptif terhadap konsep diri meliputi :


a. Aktualisasi diri Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima individu
dapat mengapresiasikan kemampuan yang dimilikinya
b. Konsep diri positif Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya. Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya
secara jujur dalam menilai suatu masalah individu berfikir secara positif dan
realistis.
Sedangkan respon maladaptif dari konsep diri meliputi:
a. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Kekacauan identitas Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kendala kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.
c. Depersonalisasi Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan sdirinya dengan orang lain.

2.1.7 Mekanisme Koping Harga Diri Rendah

3 Mekanisme koping pasien


harga diri rendah menurut
Ridhyalla Afnuhazi (2015)
4 adalah:
5 a) Jangka pendek
6 1. Kegiatan yang
dilakukan untuk lari
sementara dari krisis:
pemakaian obat-obatan,
7 kerja keras, nonton TV terus
menerus.
8 2. Kegiatan mengganti
identitas sementara (ikut
kelompok sosial, keagaman,
politik).
9 3. Kegiatan yang memberi
dukungan sementara
(kompetisi olahraga kontes
10 popularitas).
11 4. Kegiatan mencoba
menghilangkan identitas
sementara (penyalahgunaan
obat).
12b) Jangka panjang
13 a Menutup identitas
14 b Identitas negatif:
asumsi yang bertentangan
dengan nilai dan harapan
masyarakat
Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi (2015)
adalah:
a. Jangka pendek
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagaman,
politik).
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga
kontes popularitas).
4. Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (penyalahgunaan
obat).
b. Jangka panjang
1. Menutup identitas
2. Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat

2.1.8 Penatalaksanaan Keperawatan Harga Diri Rendah


Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK) merupakan suatu
metoda bimbingan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang berdasarkan
kebutuhan pasien dan mengacu pada standar dengan mengimplementasikan
komunikasi yang efektif. Penatalaksanaan harga diri rendah tindakan keperawatan
pada pasien menurut Suhron (2017) diantaranya:
1. Tujuan keperawatan: pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
e. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih
2. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
1) Ucapkan setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Perkenalkan diri dengan pasien
3) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
4) Buat kontrak asuhan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan
6) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien:
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif
setiap kali bertemu dengan pasien
c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan:
1) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien
d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan kegiatan
yang dilakukan
1) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.
e. Melati kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
1) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).
2) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali
perhari.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien
4) Bantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya
menyusun rencana kegiatan.
5) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
6) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
7) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
8) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
9) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan

Tanda dan gejala harga


diri rendah dapat dinilai dari
ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian
tentang dirinya dan didukung
dengan data hasil wawancara
dan
observasi (Kemenkes, RI)
a. Data subjektif Pasien
mengungkapkan tentang:
1. Hal negatif diri sendiri atau
orang lain
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang
pesimis
4. Penolakan terhadap
kemampuan diri
b. Data objektif
1. Penurunan produktifitas
2. Tidak berani menatap
lawan bicara
3. Lebih banyak
menundukkan kepala saat
berinteraksi
4. Bicara lambat dengan nada
suara rendah

2.1.9 Klasifikasi Harga Diri Rendah

Menurut fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan di mana indvidu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).

Harga diri rendah situasional adalah keadaan yang terjadi trauma yang tiba-tiba
misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara
tiba-tiba).

Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena:
 Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangat alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan
kateter, pemeriksaan perineal).
 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit.
Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai. Misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan di mana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu yang lama.

Harga diri rendah kronik merupakan perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir
yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien dengan gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan
jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab Harga Diri Rendah adalah
kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang diharga, tidak dibei
kesempatan, dan tidak diterima dalam kelompok. (Yosep, 2007)

2.1.10 Etiologi

1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain, harapan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang
tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan
peran kerja, harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak percayaan
orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam stuktural sosial.

2. Faktor Presipitasi
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi
c. Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian
d. Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk,
penampilan, fungsi tubuh, perubahan fisik berhubungan dengan tumbang
normal moral dan prosedur medis keperawatan
2.1.11 Konsep dasar

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.


a) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan
aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
2. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini setelah mengalami bencana.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.

2.1.12 Pohon Masalah

Resiko tinggi perilaku kekerasan

Effect perubahan sensori:


sinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah


2.1.13 Masalah keperawatan

1. Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan keterbukaan dan


saling percaya.
2. Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu membantu klien
untuk menerima perasaan dan pikirannya.
3. Perencanaan realita (realita planing) membantu klien bahwa hanya saja di yang
dapat merubah bukan rang lain.
4. Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu klien melakukan
tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan
respon adaptif.

2.2 Analisa data

Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji


Harga diri rendah Subjektif:
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu.
 Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk
beraktivitas atau bekerja.
 Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri
(mandi,berhias, makan, atau toileting).
Objektif:
 Mengkritik diri sendiri.
 Perasaan tiak mampu.
 Pandangan hidup yang pesimitis.
 Tidak menerima pujian.
 Penurunan produktivitas.
 Penolakan terhadap kemempuan diri.
 Kurang memperhatikan perawatan diri.
 Berpakaian tidak rapi.
  Berkurang selera makan

2.3 Diagnosa keperawatan

1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.


2. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan koping keluarga inefektif.
4. Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan dengan perubahan penampilan
peran

2.4 Intervensi keperawatan

Tindakan Keperawatan pada Pasien


1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
5. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.

2.5 Evaluasi Keperawatan

Menurut Kemenkes RI (2012) evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam


merawat harga diri rendah adalah:
1. Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien dapat:
a. Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
c. Melatih kemampuan yag dapat dikerjakan
d. Membuat jadwal kegiatan harian
e. Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
f. Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga diri
rendah
2. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) harga diri rendah berhasil apabila
keluarga dapat:
a. Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda dan gejala,
proses terjadinya harga diri rendah, dan akibat jika harga diri rendah tidak
diatasi)
b. Mengambil keputusan merawat harga diri rendah
c. Merawat harga diri rendah
d. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien
untuk meningkatkan harga dirinya
e. Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi harga diri rendah
f. Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan
melakukan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 06 Okteber 2022

Tanggal Dirawat Di Ruangan : 06 Okteber 2022

Tanggal Masuk : 18 Okteber 2022

Ruang Rawat : Bekisar

3.1 IDENTITAS KLIEN


3.2 AL
Nama : Tn. I
ASAN
Umur : 35 Tahum 9 bulan
MASUK
Alamat : Pare, Kediri
Pendidikan : SMU
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Pegawai pabrik gula
Jenis KEL. : Laki-laki
No CM. : 113xxx
a. Data Primer
Px mengatakan 2 dibawa ke RSJ karena habis marah – marah, mengamuk,
membantik piring dan gelas karena tidak diijinkan menikah, px mengaku mendapat
bisikan disuruh mengamuk, px mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSJ.
b. Data Sekunder
Px mengamuk, marah – marah, membanting isi rumahnya
Px mendapat bisikan disuruh mengamuk
c. Keluhan utama saat pengkajian
Px mengatakan malu karena sudah berumur tapi belum menikah, px mengatakan
sedih karena keinginan tidak dipenuhi, px mengatakan tidak berguna dan tidak bisa
berbuat apa – apa.
3.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Menurut status yang didapatkan dari perawat, px dibawa ke RSJ pada tanggal 06
okteber 2022 oleh saudaranya, 1 hari sebelum MRS px kambuh dengan gejala marah –
marah, mengamuk, membanting isi rumah, dan didengan bisikan disuruh mengamuk.
3.4 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
 Ya
 Tidak
Jika Ya, jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan?
Px sudah 2x dirawat di RSJ lawang. Pengobatan sebelumnya sudah berhasil, namun
pada tanggal 05 okteber 2022 px kambuh lagi karena keinginan untuk menikahnya
dilarang ibu. Px mengamuk, marah-marah membanting piring, dan mendengar bisikan
disuruh mengamuk.
2. Faktor penyebab/pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik - - - -
2. Aniaya seksual - - - -
3. Penolakan - - - -
4. Kekerawan dalam keluarga - - - -
5. Tindakan kriminal - - - -
Jelaskan
Px mengatakan tidak pernah mengakami rewayat trauma apapun. Tetapi klien
mengatakan pernah marah-marah
Diagnosa keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
b. Pernah melakukan upaya / Percobaan / bunuh diri Jelaskan :
Px tidak pernah melakukan upaya bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyengkan (peristiwa kegagalan, kematian,
perpisahan)
Jika ada jelaskan :
Px mengatakan tidak pernah mengalami pengalaman masalalu yang tidak
menyenangkan
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
 Ya
 Tidak
Jika ya Jelaskan
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit fisik.
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
e. Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien tidak ada riwayat penggunaan NAPZA: sesuai data dari perawat
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya:
Jelaskan:
Dibawa ke RSJ
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah 4. Riwayat Penyakit Keluarga
4. Riwayat keluarga keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
 Ya
 Tidak
Jika ada:
Hubungan keluarga: bulek dari px
Gejala: mengamuk, marah-marah
Riwayat pengobatan: belum pernah, tidak dibawa ke RSJ, dikurung dirumah
Diagnosa Keperawatan: koping keluarga tidak efektif
3.5 PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram

x x x x

Keterangan :

Meninggal : x laki-laki : mengalami gangguan jiwa :

Px : perempuan :

Jelaskan:
Pola komunikasi: px mengatakan komunikasi dengan keluarga baik
Pola asuh:
px mengatakan anak pertama dari dua bersaudara
px mengatakan diasuh orang tua sejak kecil
px menagatakan tinggal bersama ibunya
pola pengambilan keputusan: pada pengambilan keputusan dalam keluarga biasanya
diputuskan oleh ibunya
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
2. Konsep diri
a. Citra tubuh:
Bentuk : px mengatakan menyukai bentuk tubuhnya
ukuran : px mengatakan BB nya 68 kg TB 172 cm
fungsi: px mengatakan anggota tubuhnya berfungsi dengan baik
potensi : px mengatakan suka rokok
kelengkapan : px mengatakan semua tubuhnya lengkap
b. Identitas:
Px mengatakan namanya Tn.I umurnya 35 tahun hobi sepak bola
c. Peran:
Px mengatakan anak pertama dari dua bersaudara dan lebih dekat dengan ibunya
Px mengatakan saat dirumah bekerja sebagai pegawai pabrik gula di mojokerto
d. Ideal diri:
- Px mengatakan ingin segera pulang dan bekerja sehingga bisa cepat menikah
e. Harga diri:
Px mengatakan malu karena sudah berumur tapi belum menikah
Px mengatakan sedih karena keinginannya tidak dipenuhi
Px mengatakan tidak berguna dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep diri: harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
 Di rumah = Px mengatakan orang yg paling berarti dalam hidupnya adalah ibunya
 Di RS = Px mengatakan mempunyai banyak teman dan px mengenal semua
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
 Di rumah = Px mengatakan sejak sakit jarang berhubungan sosial dengan
masyarakat, px ngluyur dijalan (data dari perawat)
 Di RS = Px aktif dalam kegiatan rehab
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
 DS: px mengatakan kadang bercakap-cakap dengan teman-teman. px mengatakn
suka melakukan kegiatan direhab
 DO: px tampak mondar-mandir, mampu mengenali teman teman di RSJ
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah

4. Spiritual
a. Agama
Pxmengatakan bahwa beragama Islam, dan percaya, yakin kepada Allah SWT.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Dirumah: px mengatakan saat dirumah melakukan sholat 5 waktu
Di RSJ: px mengatakan jarang sholat karena lupa
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

3.6 PEMERIKSAAAN FISIK 1.


1. Keadaan umum
Baik, mondar-mandir, banyak bicara
2. Kesadaran (Kuantitas)
Compos mentis
GCS: 4-5-6
3. Tanda vital:
TD : 124/64 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,2℃
P : 20 x/menit

4. Ukuran:
BB : 68 Kg
TB : 172 Cm

5. Keluhan fisik:
Jelaskan :
S: px mengatakan badan gatal-gatal di kaki dan tangan
O: px tampak menggaruk badan, terdapat bercak merah bekas garukan ditangan dan
kaki px
Diagnosa keperawatan: gangguan integritas kulit

3.7 STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan) Jelaskan: penampilan
usia: px memakai pakaian sesuai fungsi pakaian
cara berpakaian: baju diganti 2x sehari, dipakai dengan benar, tidak terbalik
kebersihan: kuku tampak panjang dan kotor, gigi karies dan kuning, badan gatal
sikap tubuh: modar-mandir
gaya berjalan: normal
ekspresi wajah: kadang semangat, kadang lesu, kadang bingung
kontak mata: kadang tidak fokus
Diagnosa Keperawatan: defisit perawatan diri

2. Pembicaraan (Frekuensi. Volume, Jumlah, Karakter):


Jelaskan:
Frekuensi: cepat, kadang lambat (berpikir dulu sebelum menjawab)
Volume: keras
Jumlah: banyak
Karalter: kalimat bisa dipahami, kadang jawaban lambat
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
 Hipokinesia,hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea
Jelaskan: px tidak ada keterlambatan dalam aktivitas motorik (psikomotor, mondar-
mandir)

 Hiperkinesia, hiperaktivitas
 Stereotipi
 Gaduh Gelisah Katatonik
 Mannarism Katapleksi
 Tik Ekhopraxia
 Coommand automatism
 Grimace
 Otomatisma
 Negativisme Reaksikonversi
 Tremor
 Verbigerasi Berjalan kaku/rigid

 Kompulsif, sebutkan makan, minum, kekamar mandi, jalan ketempat rehab


Jelaskan: px sering mondar mandir
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

4. Mood dan Afek

a. Mood
 Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anhedonia
 Euforia  Kesepian
 Lain lain

Jelaskan
Px tidak ada perubahan mood.
Px mengatakan perasaannya biasa saja

b. Afek
 Sesuai
 Tidak sesuai
 Tumpul/dangkal/datar Labil

Jelaskan:
Afek / emosi sesuai
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

5. Interaksi Selama Wawancara


 Bermusuhan  Kontak mata kurang
 Tidak Kooperatif  Defensif
 Mudah tersinggung  curiga
Jelaskan:
Interaksi cukup kooperatif, kontak mata kadang kadang kurang, mau menjawab
pertanyaan tapi kadang lambat
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah

6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi tidak ada
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman

b. Ilusi
 Ada
 Tidak ada

Jelaskan: halusinasi pada px sudah tidak dirasakan


Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah

7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:

 Koheren  Inkoheren
 Sirkumtansial  Asosiasi longgar
 Tangensial  Fligh of ideal
 Blocking  Perseverasi
 Logorhoe  Neologisme
 Clang Association  Main kata kata
 Afasia  Lain lain…
Jelaskan:
Pembicaraan pada pasien lancar dan dipahami, jawaban sesuai namun kadang kadang
lambat menjawab, pembicaraan cepat
b. Isi Pikir
 Obsesif  Fobia, sebutkan
 Ekstasi  Waham
 Fantasi o Agama
 Alienasi o Somatik/hipokondria
 Pikiranbunuhdiri  Kesabaran
 Preokupasi o Kejar / curiga
 Pikiran isolasi sosial o Nihilistrik
 Ide yang terkait o Dosa
 Pikiran Rendah diri o Sisip pikir
 Pisimisme o Siar piker
 Pikiran magis o Kontrol pikir
 Pikiran curiga  Lain lain : rasa bersalah
Jelaskan:
DS: - px mengatakan malu karena kudah beruur tapi belum menikah
px mengatakan tidak berguna dan tidak bisa berbuat apa-apa
px mengatakan jika memilih jadi presiden akan diberikan uang 1 milyar
px mengatakan uang yang dibawa ibunya 2 milyar

DO: - px banyak bicara

c. Bentuk pikir:
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik Jelaskan:
Pembicaraan nyata dan dapat diandalkan, tetapi kadang tidak nyata
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Isi Pikir: Waham kebesaran

8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
 Px mampu menyebutkan jam saat ini "sekarang jam 11.00"
 Px lupa tanggal saat ini "lupa saya sekarang tanggal berapa"
 Px mampu menyebutkan tempat saat ini "sekarang di RSJ Lawang"
 Px mampu menyebutkan nama temannya "itu yang kemarin marah marah
namanya Tn. S, yang pakai baju putih putih itu mahasiswa"

 Meninggi
 Menurun
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan:
Px tidak mengalami tingkat kesadaran meninggi / menurun
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang (> 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam - <1 bulan)
 Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)
Jelaskan:
 Gangguan daya ingat panjang : "px mengatakan lahir tahun 1989" tidak
ada masalah
 Gangguan daya ingat menengah : "px mengatakan kemarin habis rehap"
dibbuktikan di CPPT
 Gangguan daya ingat jangka pendek: "px mengatakan nama kamu Ika"
(setelah berkenalan 10 menit ditanya lagi)
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


a. Konsentrasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Jika mahasiswa bertanya, mampu menjawab sesuai sesuai tapi kadang sebelum
menjawab [x bertanya balik pertanyaan lain

b. Berhitung Jelaskan:
 px mampu menjawab saat ditanya 10+10" 20 mbak"
 px mampu menjawab saat ditanya 25: 5 "5 mbak"
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

11. Kemampuan Penilaian


Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan : px tidak mengalami gangguan penilaian, saat ditanya jika cuci piring
menggunakan sabun dulu atau hanya dibilas saja. Px menjawab "dicuci pakai
sabun dulu biar bersih"
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

12. Daya Tilik Diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
Px mengatakan bahwa dirinya di RSJ karena sering marah marah
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

3.8 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan,
 transportasi,
 tempat tinggal.
 Keuangan dan kebutuhan lainnya.
Jelaskan:
 Px mengatakan perawatan kesehatan dengan minum obat di RSJ Lawang
 Px mengatakan akan dijemput saudaranya jika pulang
 Px mengatakan tinggal dengan ibunya
 Px mengatakan ingin bekerja karena tidak punya uang

2. Kegiatan Hidup Sehari hari


a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan :
Px mampu mandi sendiri tanpa bantuan, px mandi menggunakan sabun, dibilas
dengan air, gosok gigi jarang

2) Berpakaian, berhias dan berdandan


Jelaskan :
Px mengatakan mampu berpakaian / ganti baju secara mandiri, kuku tampak
panjang

3) Makan
Jelaskan :
Px mampu makan sendiri tanpa bantuan, makan 3x sehari

4) Toileting (BAK, BAB)


Jelaskan :
Px mampu BAK/BAB tanpa bantuan dan membersihkan diri sesudah
BAK/BAB Diagnosa Keperawatan: defisit perawatan diri

b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari. Frekuensi makan
3x sehari, komposisi nasi, lauk, sayur, buah Bagaimana nafsu makannya Nafsu
makan baik dan 1 porsi habis
Bagaimana berat badannya.
Px mengatakan BB: 68 kg dan TB: 172 cm
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

c. Tidur
1) stirahat dan tidur
Tidur malam, lama: 21.00 s/d 04.30
Tidur siang. lama: tidak tidur siang Aktifitas sebelum/sesudah tidur: duduk,
BAK/BAB, mandi / cuci muka
Jelaskan:
Px mengatakan tidak ada masalah waktu tidurnya, tidur nyenyak, bangun
tidur nyenyak
 Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia Parasomnia
 Lain lain Jelaskan
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur. Diagnosa Keperawatan:
tidak ada masalah

2) Kemampuan lain lain


 Mengantisipasi kebutuhan hidup
Px makan sendiri, berpakaian (kebutuhan sehari-hari)
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya.
Px mengatakan kadang tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan
keinginan sendiri
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan
kesehatannya sendiri.
Pasien mengatakan kalau minum obat disediakan oleh perawat, begitu
juga unutuk pemeriksaan kesehatannya
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah
3) Sistem Pendukung
Ya Tidak
Keluarga 

Terapis 
Teman sejawat 
Kelompok sosial 
Pasien mengatakan yang memberikan masukan dan memberikan support
adalah ibu, perawat dan temannya
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

3.9 MEKANISME KOPING


Jelaskan :
Px mengatakan bila ada masalah tidak mampu mengungkapkan perasaanya kepada orang
lain. hanya satu orang saja
Px tidak mampu menceritakan masalah kepada temannya
Diagnosa Keperawatan: Koping Individu Tidak Efektif

3.10MASALAH PSIKOSOSIALDAN LINGKUNGAN

 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya


Jelaskan : px mengatakan tidak ada masalah dengan tetangga/orang lain
 Masalah berhubungan dengan lingkungan,
Spesifiknya
Jelaskan px : mengatakan ingin bicara tentang
masalahnya dengan teman cerita
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan : px mengatakan dia lulusan SMU
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan px mengatakan dia bekerja di pabrik
gula Mojokerto
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan : px mengatakan tinggal serumah
dengan ibunya
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan : px mengatakan ekonomi di keluarga
cukup
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan : px mengatakan perawatnya baik dan
melayani dengan baik
 Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan tidak ada
Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah

3.11ASPEK PENGETAHUAN

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang
suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa, perawatan
dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obalobatan atau
lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya
masalah tsb.

 Penyakit/gangguan jiwa Penatalaksanaan


 Sistem pendukung Lain-lain, Jelaskan
 Faktor presipitasi
Jelaskan :
DS: px mengatakan dia tidak gangguan jiwa hanya suka marah saja
DO: px mondar-mandir
Diagnosa Keperawatan: Kurangnya Pengetahuan Tentang Penyakit

3.12 ASPEK MEDIS


1. Diagnosis Medis:
F20.5- residual schizophrenia
2. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F20.5-residual schizophrenia
Axis II : .......................................................................................................................
Axis III : .......................................................................................................................

Axis IV : ......................................................................................................................
Axis V: 30-21 (disabilitas berat dalam komunikasi dn daya nilai, tidak mampu berfungsi
hampir semua bidang)
3. Terapi Medis
Haloperidol 5 mg 1-0-1/2-0 oral
Klorpromazin 100 mg 0-0-0-1 oral

3.13 ANALISIS DATA


NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS: px mengatakan marah kepada ibunya jika Koping keluarga tidak efektif
keinginan menikah tidak dibolehkan, px.
khawatir kepada buleknya karena sering marah-
marah dirumah tetapi tidak dibawa ke RSJ

DO: marah-marah pada ibunya, perilaku


menolak, perilaku menyerang
2. DS: Px mengatakan malu karena sudah berumur Gangguan konsep diri
tapi belum menikah, px mengatakansedih karena
keinginannya tidak dipenuhi, px mengatakan
tidak berguna dan tidak bisa berbuat apa-apa,
sering mengatakan ingin segera menikah.

DO: kontak mata kurang, tampak mondar-


mandir
3. DS: px mengatakan badannya gatal dikaki dan Gangguan integritas kulit
tangan

DO: px tampak pruritus (gatal-gatal), px tampak


menggaruk badan, tampak bercak merah bekas
garukan ditangan dan kaki
4. DS: Px mengatakan bila ada masalah tidak Koping individu tidak efektif
mampu mengungkapkan perasaanya kepada
orang lain. hanya 1 orang saja, kadang marah-
marah

DO: px tidak mampu melakukan aktivitas yang


konstruktif (menyapu dan mengepel) jika sedang
gelisah
5. DS: px mengatakan jika tidak mengalami Kurang pengetahuan tentang
gangguan jiwa penyakit

DO: mondar-mandir, menyangkal jika ada yang


mengatakan gangguan jiwa
6. DS: Px mengatakan badan gatal-gatal, jarang Defisit perawatan diri
gosok gigi

DO: gigi kuning, kaaries, kuku panjang


7. Ds : px mengatakan jika memilih jadi presiden Gangguan isi pikir : waham
akan diberikan uang 1 milyar, px mengatakan kebesaran
punya uang di ibunya 2 milyar

Do : banyak bicara (logorhoe), euforia(gembira


berlebihan)
8. Ds : px mengatakan pernah marah-marah pada Resiko perilaku kekerasan
ibunya

Do : komtrak mata kurang

3.14 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Koping individu tidak efektif
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Gangguan integritas kulit
4. Koping individu tidak nefektif
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit
6. Defisit perawatan diri
7. Gangguan isi pikir : waham kebesaran
8. Resiko perilaku kekerasan

3.15 POHON MASALAH

Resiko perilaku
Gangguan isi pikir : kekerasan
waham kebesaran

Gangguan integritas
kulit Gangguan konsep diri :
3.16 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
harga diri rendah

1. Gangguan komsep diri : harga diri rendah

Defisit perawatan diri


Koping individu tidak
efektif
Koping keluarga tidak
efektif
Kurang pengetahuan
tentang penyakit
3.17 INTERVENSI

No. Diagnosa Perencanaan


keperawatan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi

1. Harga diri rendah TUM : 1. Setelah 1x kali 1. Bina hubungan saling


interaksi, klien percaya dengan
Pasien memiliki
menunjukkan menggunakan prinsip
konsep di yang
eskpresi wajah komunikasi terapeutik :
positif
bersahabat, menun-  Sapa klien dengan
jukkan rasa senang, ramah baik verbal
TUK : ada kontak mata, maupun non verbal.
1. Klien dapat mau berjabat tangan,  Perkenalkan diri
membina mau menyebutkan dengan sopan.
hubungan saling nama, mau  Tanyakan nama
percaya dengan menjawab salam, lengkap dan nama
klien klien mau duduk panggilan yang
berdampingan disukai klien.
2. Klien dapat dengan perawat, mau  Jelaskan tujuan
mengidentifikas mengutarakan pertemuan.
i aspek positif masalah yang  Jujur dan menepati
dan kemampuan dihadapi. janji.
yang dimiliki 2. Setelah 1x interaksi  Tunjukan sikap
menyebutkan: empati dan
3. Klien mampu - Aspek positif menerima klien apa
menilai dan kemampuan adanya.
kemampuan yang dimiliki klien.
 Beri perhatian dan
yang dimiliki - Aspek positif
perhatikan
untuk keluarga.
kebutuhan dasar
dilaksanakan - Aspek positif
klien.
lingkungan klien.
2. Bersama klien buat
3. Setelah 1x interaksi
4. Klien dapat daftar tentang:
klien menyebutkan
merencanakan  Aspek positif
kemampuan yang
kegiatan sesuai klien, keluarga,
dapat dilaksanakan
dengan lingkungan.
4. Setelah 1x interaksi
kemampuan  Kemampuan yang
klien membuat
yang dimiliki dimiliki klien.
rencana kegiatan
 Beri pujian yang
harian
5. Klien dapat realistis, negatif.
5. setelah 1x interaksi
melakukan Hindarkan
klien melakukan
kegiatan sesuai memberi penilaian
kegiatan sesuai
rencana yang
jadwal yang dibuat 3. Diskusikan dengan
dibuat 6. Setelah 1x interaksi klien kemampuan yang
klien memanfaatkan dapat dilaksanakan.
6. Klien dapat sistem pendukung Diskusikan kemampuan
memanfaatkan yang ada dikeluarga yang dapat dilanjutkan
sistem  pelaksanaannya.
pendukung yang
ada 4. Rencanakan bersama
klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan klien:

 kegiatan mandiri
 kegiatan dengan
bantuan

3.18 STRATEGI PELAKSANAAN


A. Promosi Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ps mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa
Px terlihat modar mundir, kontak mata kurang px mengatakan malu karena sudah
berumur belum menikah, pox sedih karena keinginannya belum terpenuhi
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Tujuan Khusus (TUK)
 px dapat membina hubungan saling percaya
 px dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 px dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
 px dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan
 px dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
4. Tindakan keperawatan
 Mengidentifikasi tanda, gejala, penyebab, akibat harga diri rendah
 Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Membantu menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan di RSJ
 Melatih kemampuan

B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase orientasi
1) Salam terapeurik
Assalammualaikum, nama saya Anita, bisa dipanggil Ani, kalau mas
namanya siapa ya? Suka dipanggil apa?
2) Evaluasi
Bagaimana keadaan “Tn.I” hari ini ? apa ada keluhan ?
3) Kontrak
Topik : bagaimana kalau kita bercakap tentang kemampuan yang Tn.I miliki
?
Waktu : mau berapa lama ? bagaimana kalau 20 menit ?
Tempat : dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang makan?

C. Fase kerja

Apa saja kemampuan yang dimiliki "Tn.l"? Saya buat daftar ya? Wah bagus sekali
ada 5 kemampuan yang dimiliki "Tn.l". Dari 5 kegiatan tersebut yang mana yang
masih bisa dilakukan di RSJ? Bagus sekali ada 4 kegiatan yang masih bisa dilakukan
di RSJ. Sekarang "Tn.I" pilih kegiatan mana yang akan kita latih dulu? Baiklah kalau
begitu yang pertama merapikan tempat tidur. Pertama-tama caranya yaitu dirapihkan
dulu spreinya, lalu bersihkan dengan penebah. Lalu rapihkan bantal dan lipat selimut.
Bagaimana apakah Tn.I sudah paham? Coba bapak ulangi lagi. Nah bagus. Nanti
bapak coba praktekkan di kamar ya...

D. Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif(klien)
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang kegiatan yang dimiliki
Tn.I dan latihan merapikan tempat tidur.
Evaluasi obyektif (perawat)
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Tn.I? 2
2. Rencana tindak lanjut
Besok kita latihan kemampuan yang kedua ya....
3. Kontrak yang akan datang
Topik: besok kita latihan kemampuan yang kedua ya... yaitu mencuci piring
Waktu: waktunya seperti hari ini ya jam 10.00 selama 15 menit saja
Tempat : tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau diruang makan?
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku


akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan bertingkah
laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan.
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan.
Peran perawat untuk mengatasi masalah klien dengan harga diri rendah adalah
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien,
membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu
klien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih dan melatih
kemampuan yang dipilih klien serta membantu pasien menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang dilatih.

4.2 Saran
Saran bagi perawat :
Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan komunikasi
terapeutik kepada klien, sehingga dapat mempercepat penyembuhan.
Saran bagi penulis dan pembaca :
Dapat meningkatkan pengkajian dengan baik melalui penyusunan rencana kerja
dengan baik dalam mendapatkan data yang lebih akurat
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla, 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Gosyen Publishing

Badan PPSDM 2012 Modul pelatihan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia

Dermawan, D. 2013. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Biru

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa Yogyakarta: Nuta

Medika Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika

Fitria, Nita. 2012 Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai