Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA 1

GANGGUAN JIWA : HARGA DIRI RENDAH KRONIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah

Keperawatan Jiwa 1

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. A. Rizal Fadly (170103001)


2. Diana Rindriani (170103021)
3. Fiskalisha Zulfa Zhafira (170103033)
4. Lisa Nur Kamallia (170103047)
5. Nurmalita Ayu Savitri (170103068)
6. Suratih Nusantara (170103088)

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

JURUSAN S1 KEPERAWATAN 4A

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alami, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam.
Atas segala karunia nikmat-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul “Makalah Keperawatan Jiwa 1 Gangguan Jiwa : Harga Diri
Rendah Kronis” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Jiwa 1.

Makalah ini berisi tentang gangguan kejiwaan mengenai harga diri rendah kronis.
Dalam penyusunannya melibatkan berbagai sumber, baik dari jurnal, dari buku panduan
pembelajaran Keperawatan Jiwa, dan dari masukan teman-teman kelompok ini. Oleh sebab
itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala kontribusinya dalam membantu
penyusunan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat dalam
memahami gangguan jiwa tentang harga diri rendah kronis dan mengantisipasi jika terkena
gangguan jiwa ini.

Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat
dari karya ini.

Purwokerto,11 Juni 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ..................................................................................................... 5
B. Penyebab ....................................................................................................... 5
C. Tanda dan Gejala .......................................................................................... 5
D. Proses Terjadinya Masalah ........................................................................... 6
E. Komplikasi .................................................................................................... 6
F. Rentang Respon ............................................................................................ 7
G. Faktor Predisposisi dan Presipitasi ............................................................... 11
H. Mekanisme Koping ....................................................................................... 11
I. Teori para Ahli mengenai Harga Diri Rendah Kronis .................................. 12
J. Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari yang diyakini
orang tersebut sebagai faktor penyebab (Struart, 2007). Gangguan jiwa berat (yaitu
skizofrenia, penyakit depresif, dan bentuk depresi yang berat, gangguan panik, serta
gangguan obsesif-kompulsif) memengaruhi 2,8% populasi dewasa (lebih kurang 5 juta
penduduk) dan bertanggung jawab untuk 25% dana yang dikeluarkan pemerintah untuk
disabilitas (Struart,2007). Dari 50 juta atau 25% populasi orang dewasa Indonesia,
berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami
gangguan mental emosional (Nurdwiyanti, 2008).
Harga diri rendah kronik adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri. Harga diri rendah
merupakan gejala gangguan jiwa yang prevalensinya sebesar 12%. Komunikasi
terapeutik menjadi penghubung antara perawat dan pasien karena komunikasi terapeutik
dapat mengakomodasikan perkembangan status kesehatan yang dialami pasien.
Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara holistic meliputi aspek positif yang
masih dimiliki pasien, dengan cara mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki
sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah, adanya
keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari harga diri rendah kronis?
2. Bagaimana penyebab dari harga diri rendah kronis?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari harga diri rendah kronis?
4. Bagaimana proses terjadinya masalah dari harga diri rendah kronis?
5. Bagaimana komplikasi dari harga diri rendah kronis?
6. Bagaimana rentang respon dari harga diri rendah kronis?
7. Bagaimana faktor predisposisi dan presipitasi dari harga diri rendah kronis?
8. Bagaimana mekanisme koping dari harga diri rendah kronis?

3
9. Bagaimana teori para ahli mengenai harga diri rendah kronis dari harga diri rendah
kronis?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari harga diri rendah kronis?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian dari harga diri rendah
kronis.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab dari harga diri rendah
kronis.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari harga diri
rendah kronis.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami proses terjadinya masalah dari harga
diri rendah kronis.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari harga diri rendah
kronis.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami rentang respon dari harga diri rendah
kronis.
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami faktor predisposisi dan presipitasi dari
harga diri rendah kronis.
8. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mekanisme koping dari harga diri
rendah kronis.
9. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori para ahli mengenai harga diri
rendah kronis dari harga diri rendah kronis.
10. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan dari
harga diri rendah kronis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Harga diri rendah kronis adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan
kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Towsend,1998
dalam Fitriah 2009). Harga diri rendah juga dapat diartikan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan (Keliat, 1998 dalam Fitriah 2009). Harga diri rendah kronis menurut Nanda
(2005) adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
dan dipertahankan dalam waktu yang lama.

B. Penyebab
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti
trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan bertambah
atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran
sehat sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah kronis adalah :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktifitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Lebih banyak menunduk
8. Bicara lambat dengan nada suara pelan
9. Kurang memperhatikan perawatan diri
10. Berpakaian tidak rapi

5
11. Selera makan kurang
12. Tidak berani menatap lawan bicara
13. Percaya diri kurang
14. Rasa bersalah pada diri sendiri
15. Mencederai diri
16. Bergantung pada pendapat orang lain
17. Perilaku tidak asertif
18. Ekspresi rasa malu
19. Pasif
20. Perilaku bimbang

D. Proses Terjadinya Masalah


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah
situsional yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah
mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu
menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.
Awalnya individu berada pada suatu yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri
tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu
terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi
harga diri rendah situsional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis.

E. Komplikasi
Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari harga diri adalah :
1. Menarik diri
2. Halusinasi
3. Resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan

6
F. Rentang Respon

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima.
2. Konsep diri positif apabila individu memiliki pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep
diri maladaptif.
4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas
masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikisosial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.

Harga diri rendah merupakan episode deperesi mayor dimana aktivitas merupakan
bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal
manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila menganggu perilaku sehari-
hari, menjadi pervasif dan muncul bersama penyakit lain.
Menurut Nanda (2005), tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku telah
dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi hal yang negative
tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus-menerus, mengekspresikan sikap malu
atau minder atau rasa bersalah, kontak mata kurang atau tidak ada, selalu mengatakan
ketidakmampuan atau kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain,

7
tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik dan
membesarkan umpan balik negative mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri rendah
adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan mengganti aktivitas
sementara, misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang
memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas.
Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-
obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan
individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain menutup
identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
Identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah
fantasi, regresi, diasasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri
sendiri dan orang lain. Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga
dipengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial, dan
kultural.
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien deperesi kecenderungan harga
diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasi oleh pikiran-pikiran negatif
dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
kronis adalah :
a. Sistem limbik (pusat emosi)
Emosi pasien kadang berubah seperti sedih, dan terus-menerus merasa tidak
berguna atau gagal terus menerus.
b. Hipotalamus mengatur mood dan motivasi
Melihat kondisi klien dengan harga diri rendah kronis yang membutuhkan lebih
banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa
membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
8
c. Thalamus
Sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi
sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks.
Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada
thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau
dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada
selalu mendominasi pikiran dari klien.
d. Amigdala berfungsi untuk emosi
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak dapat digunakan:
a. Electroencephalogram (EEG), pemeriksaan yang bertujuan memberi informasi
penting tentang kerja dan fungsi otak.
b. CT scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
c. Single photon emission computed tomography (SPECT), melihat wilayah otak
dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan perubahan-
perubahan aliran darah yang terjadi.
d. Magnetic resonance imaging (MRI), suatu teknik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio dan computer untuk mendapatkan
gambaran stuktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang kecil
sekalipun dalam stuktur tubuh atau otak. Beberapa prosedur menggunakan
kontras gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.

Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan ketidakseimbangan
neurotransmitter di otak seperti :
a. Acetylcholine (Ach), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami penurunan.
b. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; mengatur
“flight-flight” dan proses pembelajaran dan memori, mengalami penurunan yang
mengakibatakan kelemahan dan depresi.
c. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang mengakibatkan klien
lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
d. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang energi,
selalu terlihat mengantuk. Selain itu, berdasarkan diagnosa medis klien yaitu
skizofrenia yang sering mengindikasikan adanya penurunan glutamat.

9
Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat digunakan:
a. Positron emission tomography (PET), mengukur emisi atau pancaran dari bahan
kimia radioaktif yang diberi label dan telah disuntik kedalam aliran darah untuk
menghasilkan gambaran dua atau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan kimia
tersebut didalam tubuh dan otak. PET dapat memperlihatkan gambaran aliran darah,
oksigen, metabolisme glukosa, dan konsentrasi obat dalam jaringan otak yang
merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat dipelajari lebih lanjut tentang fisiologi
dan neuro kimiawi otak.
b. Transcranial magnetic stimulations (TMS) dikombinasikan dengan MRI, para ahli
melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari otak. TMS dapat menggambarkan
proses motorik dan visual dan dapat menghubungkan antar kimiawi dan struktur
otak dengan perilaku manusia dan hubungannya dengan gangguan jiwa.

Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis sangat berhubungan dengan
pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak,
tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam
pekerjaan.

Faktor sosial yang sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah kronis
adalah status ekonomi seperti kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan,
kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu. Faktor cultural dapat
dilihat dari tuntutan peran sesuai kebudayaan yang sering meningkatkan kejadian harga
diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus menikah jika umur mencapai 20
tahun, perubahan kultur ke arah gaya hidup individualisme. Akumulasi faktor
predisposisi ini baru menimbulkan kasus harga diri rendah kronis setelah adanya faktor
presipitasi. Faktor presipitasi dapat disebabkan dari dalam diri sendiri ataupun dari luar,
antara lain ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan,
perkembangan transisi, situasi transisi peran dan transisi peran sehat sakit.

10
G. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah dapat terjadi
secara situasional maupun kronik.
 Situasional
Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang terjadi secara situasional bisa
disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi,
mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana
sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa
menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik,
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak
tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh serta perlakuan petugas
kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
 Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah biasanya sudah berlangsung sejak
lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Klien sudah
memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat
dirawat.

H. Mekanisme Koping
Baik faktor predisposisi maupun presipitasi bila telah mempengaruhi seseorang baik
dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap telah mempengaruhi koping
individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak
efektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada intervensi lebih lanjut, dapat
menyebabkan kondisi dimana klien tidak memiliki kemauan untuk bergaul dengan orang
lain (isolasi sosial). Klien yang mengalami isolasi sosial dapat membuat klien asik
dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko perilaku kekerasan.

11
I. Teori para Ahli mengenai Harga Diri Rendah Kronis
Peplau dan Sulivan dalam Fitriah (2009) mengatakan bahwa pengalaman
interpersonal di masa atau tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia yang tidak
menyenangkan seperti good me, bad me, not me, merasa sering dipersalahkan, atau
merasa tertekan, akan menimbulkan rasa aman yang tidak terpenuhi. Hal ini dapat
menimbulkan perasaan ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak
efektif dapat menyebabkan harga diri rendah kronis. Caplan dalam Fitriah (2009)
mengatakan bahwa lingkungan sosial, pengalaman individu, dan adanya perubahan
sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak, serta tidak dihargai akan mempengaruhi
individu. Keadaan seperti ini dapat menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan
perilaku seperti harga diri rendah kronis.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar peristiwa traumatik
Tangg Diagnosis
NOC NIC
al keperawatan
11 Harga diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan harga diri
Juni rendah kronis selama 3x24 jam, diharapkan masalah (5400)
2019 berhubungan keperawatan dapat teratasi dengan kriteria  Monitor pernyataan
dengan hasil sebagai berikut : pasien mengenai harga
terpapar Harga Diri (1205) diri.
peristiwa Indikator Outcome Awal Akhir  Tentukan kepercayan
traumatik 120501 Verbalisasi 1 3 diri pasien dalam hal
penerimaan penilaian diri.
diri  Dukung (melakukan)
120504 Mempertah 1 3 kontak mata pada saat
ankan berkomunikasi dengan
kontak mata orang lain.
120505 Gambaran 1 3  Jangan mengkritisi
diri pasien secara negatif
120509 Mempertah 1 3  Bantu pasien untuk
ankan memeriksa persepsi

12
penampilan negatif terhadap diri
dan  Dukung pasien untuk
kebersihan mengevaluasi
diri perilakunya sendiri
120511 Tingkat 1 3  Berikan hadiah atau
kepercayaan pujian terkait dengan
diri kemajuan pasien dalam
120512 Penerimaan 1 3 mencapai tujuan.
terhadap  Bantu pasien untuk
pujian dari mengatasi bullying atau
orang lain ejekan
120514 Penerimaan 1 3
terhadap Manajemen alam perasaan
kritik yang (5330)
membangun  Monitor kemampuan
perawatan diri
1: tidak pernah positif  Bantu melakukan
2: jarang positif perawatn diri sesuai
3: kadang-kadang positif kebutuhan
4: sering positif  Evaluasi alam perasaan
5: konsisten positif  Monitor dan atur
aktivitas dan stimulasi
dalam lingkungan yang
sesuai dengan
kebutuhan pasien

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat
diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah kronik merupakan
suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana perasaan tentang diri atau
evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Termasuk
didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan dengan
perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif,
tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan
suatu komponen utama dari depresi
yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart dan
Laraia, 2001).

B. Saran
Dengan kita belajar materi ini kita bisa menjaga pola hidup kita menjadi lebih baik
kedepannya. Kita bisa menghindari tanda gejala yang akan menyebabkan harga diri
rendah kronis. Kedepannya keperawatan tentang penyakit ini semakin maju dan kita bisa
menambah berkontribusi dalam perawatannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di
Bangsal Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Surakarta:
http://eprints.ums.ac.id /20503/3/3._BAB_I.pdf (diambil 11 Juni 2019)

Febriyanti, Rosida. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Skizofrenia dengan
Perubahan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Kronik di Wilayah Puskesmas
Gombong II. Gombong:
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/614/1/ROSIDA%20FEBRIYANTI%20NIM.%20
A01401962.pdf (diambil 11 Juni 2019)

Nauli, Fathra Annis. 2012. Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa pada Pasien
Harga Diri Rendah Situasional dengan Pendekatan Model Adaptasi Roy di RSUP
Persahabatan Jakarta. Depok: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358596-TA-
Fathra%20Annis%20Nauli.pdf (diambil 11 Juni 2019)

15

Anda mungkin juga menyukai