Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

ASUHAN KLIEN DENGAN KEPUTUSASAAN

DISUSUN OLEH :

CAROLINA PUTRI INDAH SARI (201911011)

EZTHER FEBRINA SIBARANI (201911021)

MICHAEL CHRISMAN BANUA (201911038)

SR. REBEKA PAULINA WERANG (201911046)

VERONIKA RENI (201911059)

VICTORIA GLORIA ANDRIANI WARAT (201911060)

YELSA DIANAURELIA (201911063)

S1 KEPERAWATAN A

STIK SINT CAROLUS

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KLIEN
DENGAN KEPUTUSASAAN” ini dengan lancar.

Terima kasih juga kepada dosen yang telah membimbing kami dan memberikan tugas
makalah ini kepada kami sebagai pertimbangan penilaian dalam tugas kami dalam mata
kuliah Keperawatan Jiwa I. Semoga dengan adanya tugas ini, semakin menambah
pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca.

Dalam penulisan makalah ini, kami telah semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna . Oleh
karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah yang telah
kami susun.

Jakarta, September 2021

(Penulis Makalah)
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan suatu hal keharmonisan pada fungsi jiwa manusia
dan dapat menyelesaikan masalah, sehingga mampu merasa bahagia dan mampu diri.
Orang yang sehat jiwanya berarti memiliki kemampuan dalam menyesuaikan
terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat, serta lingkungan. Manusia terdiri dari
bio, psiko, sosial, dan spiritual yang saling berinteraksi satu sama lain dan saling
mempengaruhi [ CITATION Azi16 \l 1033 ].

Permasalahan pada kesehatan jiwa sampai saat ini masih menjadi beban
terbesar di seluruh dunia terutama pada bidang ekonomi, jika dibandingkan pada
masalah kesehatan yang lainnya. Hal ini dikarenakan telah menghabiskan dana
sebanyak US$ 2,5 triliun pada tahun 2010, yang dapat diperkirakan terus bertambah
menjadi US$ 6 triliun pada tahun 2030. Kesehatan jiwa dapat mengakibatkan beban
pada perekonomian dunia yang mampu menghabiskan 2/3 dana akibat hilangnya
pekerjaan dan disabilitas [ CITATION Hot19 \l 1033 ].

Pada masa Millennium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada tahun
2015, program – program pada kesehatan jiwa dilaksanakan pada sela – sela target
MDGs yaitu berjalan bersama atau dibelakang target yang tercantum. Saat ini
merupakan masa Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan lanjutan
dari MDGs. Terdapat 2 target pada SDGs yang berkaitan dengan kesehatan jiwa yaitu
target 3.4 dan 3.5. Pada tahun 2030, negara – negara yang menandatangani kesehatan
SDGs dapat mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak
menular melalui pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan kesehatan mental
dan kesejahteraan serta memperkuat pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan zat,
termasuk penyalahgunaan narkotika dan penggunaan alcohol yang membahayakan
[ CITATION Ida18 \l 1033 ].

Kasus keputusaan sangat sering terjadi pada masyarakat sekitar kita.


Keputusasaan tidak memandang umur, sehingga dapat saja terjadi pada kalangan usia
anak, remaja, orang tua, dan lansia. Pada jurnal yang berjudul Indonesian Journal of
Health Research ditemukan terdapat kasus keputusasaan yang dialami oleh penderita
TB (tuberculosis). Keputusasaan dan penurunan motivasi untuk sembuh sering terjadi
pada penderita TB akibat dari waktu lamanya penderita dalam mengkonsumsi obat.
Terdapat sekitar 50% penderita TB yang tidak melanjutkan perawatannya secara
serius karena para penderita sudah merasa lebih baik pada penyakit TB nya tersebut.
Ketaatan dalam meminum obat ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan
yang sangat penting, karena TB sifatnya dapat menular. Untuk itu diperlukan motivasi
bagi penderita dalam ketaatan meminum obat dan adanya komitmen untuk mencegah
penularan dan kepatuhan dalam minum obat [ CITATION Zul19 \l 1033 ].

1.2 TUJUAN PENULISAN

a. Mengetahui definisi keputusasaan


b. Mengetahui ciri – ciri keputusasaan
c. Mengetahui bagaimana resiko dari keputusasaan
d. Mengetahui etiologi dari keputusasaan
e. Mengetahui pemberian tindakan untuk keputusasaan
f. Mengetahui edukasi untuk keputusasaan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Menurut KBBI, putus asa memiliki arti habis (hilang) harapan, tidak mempunyai
harapan lagi. Menurut SDKI, keputusasaan merupakan kondisi individu yang
memandang adanya keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif dalam
pemecahan pada masalah yang dihadapi [ CITATION Tim17 \l 1033 ] . Kemudian
menurut sumber buku yang lain, keputusasaan merupakan keadaan subjektif
dimana seorang individu melihat keterbatasan atau tidak adanya alternatif atau
pilihan pribadi yang tersedia dan individu tidak dapat memobilisasinya [ CITATION
Ack17 \l 1033 ].

2.2 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSASAAN

Faktor – faktor predisposisi yang mempengaruhi keputusasaan menurut (WHOStuart,


2017) yaitu

a. Faktor genetic : terdapat individu yang dilahirkan dan dibesarkan oleh


keluarga yang mempunyai riwayat depresi, maka orang tersebut akan sulit
dalam mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi permasalahan.
b. Kesehatan jiwa : pada individu yang memiliki keadaan fisik yang sehat, pola
hidup teratur cenderung memiliki tingkat stress yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
c. Kesehatan mental : individu dapat mengalami gangguan jiwa terutama pada
individu yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan
tidak berdaya, pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram,
biasanya sangat peka dalam menghadapi masalah dan keputusasaan.
d. Struktur kepribadian : individu yang memiliki pemikiran yang negative,
perasaan rendah diri dapat menyebabkan rasa percaya diri yang rendah dan
tidak objektif terhadap stress yang dihadapi
Faktor – faktor presipitasi yang dapat menimbulkan keputusasaan yaitu
 Faktor kehilangan
 Kegagalan yang terus menerus
 Orang terdekat (keluarga)
 Status kesehatan (penyakit yang diderita dan yang mampu mengancam jiwa)
 Faktor lingkungan
 Adanya tekanan hidup

2.3 TANDA DAN GEJALA DARI KEPUTUSASAAN

Menurut (SDKI, 2017) tanda dan gejala dari keputusasaan dibagi menjadi 2, yaitu
tanda dan gejala mayor dan minor. Diantaranya :

a. Tanda dan Gejala mayor :


 Subjektif :
1. Mengungkapkan keputusasaan
 Objektif :
1. Berperilaku pasif

b. Tanda dan Gejala minor :


 Subjektif :
1. Sulit tidur
2. Selera makan menurun
 Objektif :
1. Afek datar
2. Kurang inisiatif
3. Meninggalkan lawan bicara
4. Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan
5. Mengangkat bahu sebagai respon pada lawan bicara
2.4. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Ciri-ciri klien meliputi, nama, umur, kepercayaan , jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register,
serta diagnosa medis.

2. Keluhan utama
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi hati
klien, apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, serta diperhatikan melalui
sikap. Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian supaya
mengetahui apa yg mereka pikir serta rasakan seperti :
a. Persepsi yg adekuat perihal rasa keputusasaan
b. Dukungan yg adekuat saat putus asa terhadap suatu masalah
c. sikap koping yg adekuat selama proses

3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yg mensugesti rentang respon keputusasaan adalah:
a. Faktor Genetic : Individu yg dilahirkan dan dibesarkan di pada famili yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan perilaku optimis
dalam menghadapi suatu permasalahan
b. Kesehatan Jasmani : Individu menggunakan keadaan fisik sehat, pola
hayati yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yg
lebih tinggi dibandingkan dengan individu yg mengalami gangguan fisik
c. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yg
memiliki riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya
pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, umumnya sangat
peka pada menghadapi situasi masalah serta mengalami keputusasaan.
d. Struktur Kepribadian
Individu menggunakan konsep yg negatif, perasaan rendah diri akan
mengakibatkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.
4. Faktor presipitasi
Terdapat beberapa stressor yang dapat menyebabkan perasaan
keputusasaan ialah:
a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor lingkungan
d. Orang terdekat (famili)
e. Status kesehatan (penyakit yg diderita dan dapat mengancam jiwa)
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman
5. Respon Emosional
Mayor (harus terdapat):
a. Individu yg putus harapan acapkali sekali kesulitan menyampaikan
perasaannya akan tetapi bisa merasakan
b. tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan serta pertolongan
tuhan
c. tak memiliki makna atau tujuan pada hiduph
d. Hampa serta letih
e. Perasaan kehilangan serta tidak memiliki apa-apa
f. tidak berdaya,tidak mampu serta terperangkap.
Minor (mungkin ada)
a. Individu marasa putus harapan terhadap diri sendiri serta orang lain
b. Merasa berada diujung tanduk
c. Tegang
d. Muak ( merasa beliau tak mampu)
e. Kehilangan kepuasan terhadap peran dan korelasi yang dia jalani
f. rapuh
6. Respon Kognitif
Mayor ( harus ada)
a. Penurunan kemampuan buat memecahkan dilema dan kemampuan
membentuk keputusan.
b. Mengurusi problem yg telah lalu dan yg akan datang bukan masalah yg
dihadapi ketika ini.
c. Penurunan fleksibilitas pada proses pikir
d. Kaku (memikirkan semuanya atau tidak sama sekali)
e. tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
f. tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
g. tidak bisa menghasilkan perencanaan, mengatur dan membuat
keputusan
h. tidak bisa mengenali sumber asa
i. Adanya pikiran buat membunuh diri.
Minor (mungkin ada)
a. Penurunan kemampuan buat menyatukan isu yang diterima
b. Hilangnya persepsi ketika tentang mas lalu, masa sekarang, masa tiba
c. resah
d. Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
e. distorsi proses pikir serta asosiasi
f. penilaian yang tak logis

B. Diagnosa Keperawatan
 Keputusasaan berhubungan dengan :
 Stress jangka panjang
 Penurunan kondisi fisiologis
 Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
 Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting
 Pembatasan aktivitas jangka panjang
 Pengasingan
C. Intervensi

Diagnosa Hasil Yang Intervensi Rasional


Keperawatan Diharapkan
Keputusasaan setelah dilakukan Observasi :
tindakan 1. Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi pasien
keperawatan selama 2. Identifikasi hal yang memicu emosi
3 jam, diharapkan 3. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai
pasien dapat tujuan
memiliki harapan 4. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan
dan dapat sosial
memecahkan 5. Identifikasi metode penyelesaian masalah
masalah, dengan
kriteria: Trapeutik :
-keterlibatan dalam
1. Fasilitasi mengugkapkan perasaan cemas, marah, atau sedih
aktivitas perawatan
2. Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
meningkat
3. Lakukan sentuhan untuk memberi dukungan
- inisiatif
4. Kurangi tuntutan berfikir saat sakit atau lelah
meningkat
5. Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai
-minat komunikasi
penting
verbal meningkat
6. Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
- verbalisasi
7. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat
keputusasaan
menurun dengan dukungan kelompok
- prilaku pasif 8. Ciptakan lingkungkungan yang mempermudah
menurun memperaktikan kebutuhan spiritual
- afek datar 9. Diskusikan perubahab peran yang dialami
mrnurun 10. Motifasi untuk harapan yang relistis

Edukasi :

1. Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah atau


malu
2. Anjurkan menggungkapkan perasaan yang di alami
3. Latih menyusun tujuan sesuai dengan harapan
4. Latih cara mengembangkan spiritual diri
5. Anjurkan keluarga terlibat

Kolaborasi :

1. Rujukan untuk konseling


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan jiwa merupakan suatu keharmonisan pada fungsi jiwa manusia


yang berfungsi menyelesaikan masalah sehingga mampu untuk merasakan
kebahagiaan. Sering terjadi pada manusia yaitu kehilangan sebuah harapan dalam
mencapai tujuan, sehingga menyebabkan individu tersebu merasakan keputusasaan
yang memandang adanya keterbatasan atau ketidaktersedianya penyelesaiaan atau
jalan keluar pada masalah tersebut, yang disebabkan beberapa faktor seperti faktor
genetik, kesehatan jiwa, mental, dan kepribadian. Tidak hanya itu adapun faktor
presipitasi yang dapat menimbulkan keputusasaan seperti, faktor kehilangan,
kegagalan, status kesehatan dan lingkungan.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita perlu memberi penanganan kepada pasien yang
sedang mengalami keputusasaan entah itu kehilangan, merasa gagal dan sebagainya
dengan dukungan emosional. Tindakan yang perlu kita berikan kepada pasien yaitu
memerikan kesempatan kepada pasien untuk mengunggkapkan perasaan atau sesuatu
yang dialaminya, memberikan pernyataan suportif, dan memberikan sentuhan untuk
memberikan dukungan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurhalimah. (2016). KEPERAWATAN JIWA. Jakarta: Kementrian Kesehatan Repulbik Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta: Dewan
pengurus pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta: Dewan
pengurus pusat PPNI.

Tin Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta: Dewan
pengurus pusat PPNI.

https://kampuspsikologi.com/putus-asa/

https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/putus-asa/

Anda mungkin juga menyukai