Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERWATAN JIWA I

PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA DALAM PERSPEKTIF


KEPERAWATAN JIWA

OLEH
DEWI RAHMAWATI
III C
2114201119

Dosen Pengampu : Ns. Amelia Susanti, M.Kep. Sp. Kep. J

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb,

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulis membuat makalah ini adalah
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1. Dalam pembuatan makalah ini penulis
menemui berbagai rintangan. Tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen Ns.
Amelia Susanti, M.Kep. Sp. Kep. J

Terlepas dari semua itu penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu saya menerima kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 21 September 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan tanpa
mengenal ras,budaya,anak-anak,dewasa miskin ataupun kaya,ganguan jiwa merupakan salah
satu gangguan mental yang di sebabkan oleh beragam faktor yang berasal dari dalam maupun
luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan perubahan pola pikir, tingkah laku dan
emosi yang berubah secara mendadak tanpa disertai alasan yang jelas. Stres yang menjadi
pemicu awal terjadinya gangguan jiwa akan membuat seseorang tidak mampu beraktivitas
secara normal. Jika stres ini tidak ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala
gangguan kejiwaan.
Pada umumnya terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang
yakni.Faktor Keturunan,Jika di dalam silsilah keluarga tersebut mempunyai riwayat ganguan
jiwa maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut bisa dan sangat mungkin juga akan
mengalami ganguan medis tersebut karena ada hubungan darah dari orang tua mereka yang
menyebabkan si anak juga bisa mengalami ganguan jiwa tersebut. Faktor Lingkungan,Faktor
lingkungan di sini juga bisa berpengaruh terhadap penyakit medis ganguanjiwa tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ganguan jiwa?
2. Bagaimana perspektif gangguan jiwa?
3. Apa saja faktor penyebab gangguan jiwa?
4. Apa saja tanda dan gejala gangguan jiwa?
5. Apa saja klasifikasi gangguan jiwa?
6. Bagaimana macam pengobatan pengobatan jiwa?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan jiwa
2. Untuk mengetahui perspektif gangguan jiwa
3. Untuk mengetahui faktor penyebab gangguan jiwa
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gangguan jiwa
5. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan jiwa
6. Untuk mengetahui macam pengobatan pada gangguan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia, yaitu fungsi
psikologik, perilaku, biologik, gaangguan tersebut mempengaruhi hubungan antara dirinya
sendiri dan juga masyarakat (Maramis, 2010).
Gangguan jiwa atau mental illnes adalah keadaan dimana seseorang mengalami kesultan
mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan sikapnya terhadap
dirinya sendiri. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang sama halnya dengan gangguan
jasmaniah lainnya, tetapi gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti
rasa cemas, takut hingga tingkat berat berupa sakit jiwa (Budiono, 2010).
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dalam
pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia ( UU.RI No.18, 2014) Gangguan jiwa adalah
sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan dengan keadaan secara
fisik maupun secara mental. Namun, ketidaknormalan tersebut bukan disebabkan oleh sakit atau
rusaknya bagian anggota badan tertentu meskipun terkadanggejalanya dapat terlihat dengan
keadaan fisik.
Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada
umumnya terkait dengan stress atau kelainan jiwa yang tidak dianggap sebagai bagian dari
perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif,
perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah
otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan
tentang kondisi kesehatan jiwa telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya,
dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria
pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar
negaranegara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria
salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan jiwa. Ardani (2007)
2. Perspektif Keperawatan jiwa
Perspektif keperawatan jiwa adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadi kerangka dasar dalam praktik keperawatan jiwa. Setiap individu
memiliki harkat dan martabat, sehingga masing masing individu perlu dihargai. Tujuan individu
meliputi : tumbuh, sehat, otonomi dan aktualisasi diri. Masing masing individu berpotensi untuk
berubah, karena kita tahu bahwa manusia adalah makhluk holistik yang kebutuhannya berbeda.
Semua prilaku individu itu bermakna meliputi : pikiran, persepsi, perasaan dan tindakan. 
Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan dalam keperawatan jiwa antara lain sebagai
berikut (Depkes RI, 1998).
a. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu perlu dihargai.
b. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi diri.
c. Setiap individu mempunyai potensi untuk berubah.
d. Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan sebagai manusia yang utuh.
e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
f. Semua perilaku individu adalah bermakna.
g. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
h. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang dipengaruhi oleh
kondisi genetik, lingkungan, kondisi stres, dan sumber yang tersedia.
i. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi individu.
j. Setiap orang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama.
k. Kesehatan mental adalah komponen kritis dan penting dari pelayanan kesehatan
yang komprehensif.
l. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
untuk kesehatan fisik dan mentalnya.
m. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahteraan, memaksimalkan
fungsi (meminimalkan kecacatan/ketidakmampuan), dan meningkatkan
aktualisasi diri.
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan pada
individu. 

3. Faktor Yang Menyebabkan Gagguan Jiwa        


Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur yang
terus-menerus saling mempengaruhi (Yosep,2007) yaitu: 
1. Faktor – factor somatic (somatogenik) atau organobiologis
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic
2. Faktor – faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif
a. Interaksi ibu-anak: normal(rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
bedasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus(perasaan tak percaya
dan kebimbangan)
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung
d. Intelegensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yang menngakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
g. Konsep diri, pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
h. Keterampilan, bakat, dan kreatifitas
i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j. Tingkat perkembangan emosi 
3. Faktor-faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau sosiokultural
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaaN
Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, biasanya
tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat beberapa penyebab dari beragai unsur yang
saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu muncul gangguan kejiwaan.
Menurut Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber penyebab gangguan jiwa
dapat dibedakan atas :
1. Faktor Somatik (Somatogenik),yaitu akibat gangguan pada neuroanatomi,
neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik,
serta faktorpranatal dan perinatal. 
2. Faktor Psikologik (Psikogenik), yaitu keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan
ayah,persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam keluarga,pkerjaan, permintaan
masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan
pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila
keadaan tersebut kurang baik, maka dapat menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu,
dan rasa bersalah yang berlebihan. 
3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak,
tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka,
fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh mengenai
keagamaan.
Sedangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa diantaranya:
1. Usia
Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan usia yang produktif,
dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya sendiri secara mandiri, masalah
yang dihadapi juga semakin banyak, bukan hanya masalah dirinya sendiri tetapi juga
harus memikirkan anggota keluarganya. 

2. Tidak bekerja
Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak mempunyai penghasilan dan
gagal dalam menunjukan aktualisasi dirinya, sehingga seseorang dak bekerja tdak
mempunyai kegiatan dan memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak
pada gangguan jiwa.
3. Putus obat
Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan gangguan jiwa harus
minum obat seumur hidup, terkadang klien merasa bosan, dan kurang pengetahuan akan
menghentikan minum obat dan merasa sudah sembuh. 
4. Pengalaman yang tidak menyenangkan
Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami misalnya adanya aniaya seksual, aniaya
fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain akan memicu seseorang mudah
mengalami ganguan jiwa
5. Konflik dengan teman atau keluarga
Seseorang yang memepunyai konflik dengan keluarga misalnya karena harta warisan
juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan jiwa. Konflik yang tidak
terselesaikan dengan teman atau keluarga akan memicu stressor yang berlebihan. Apabila
seseorang mengalami stressor yang berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk,
maka kemungkinan besar sesorang akan mengalami gangguan jiwa.

3 .Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa


Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan gangguan jiwa menurut Maramis
tahun 2010 diantaranya:
a. Normal dan Abnormal
Abnormal berarti menyimpang dari yang normal. Seseuatu dikatakan abnormal apabila
terdapat suat norma, dan seseorang tersebut telah menyimpang dari batas-batas norma
b. Gangguan Kesadaran
Kesadaran mrupakan kemampuan individu dalam mengadakan pembatasan terhadap
lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya).apabila kesadaran
tersebut baik maka orientasi (waktu, tempat, dan orang) dan pengertian yang baik serta
pemakaian informasi yang masuk secara efektfif (melalui ingatan dan pertimbangan).
Kesadaran menurun adalah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan
pemikiran yang berkurang secara keseluruhan (secara kwantitatif). Kesadaran yang
berubah atau tidak normal merupakan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan
dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai kenyataan.
c. Gangguan Ingatan
Ingatan berdasarkan tiga proses yaitu, pencatatan atau regristasi (mencatat atau
meregristasi sesuatu pengalaman didalam susunan saraf pusat); penahanan atau retensi
(menyimpan atau menahan catatan tersebut) ; dan pemanggilan kembali atau “recall”
(mengigat atau mengeluarkan kembali catatan itu). Gangguan ingatan terjadi apabila
terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga usnsur diatas.
d. Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat gangguan kesadarandan dapat
menyangkut waktu, tempat, atau orang. Gangguan afek dan emosi. Gangguan Afek
adalah nada perasaan menyenangkan atau tidak (seperti kebanggan, kekecewaan, kasih
sayang) yang menyertai suatu pikiran dan biasanya bermanifestasi afek ke luar dan
disertai oleh banyak komponen fisiologik. Emosi adalah manifestasi fek ke luar dan
dsertai oleh banyak komponen fisiologi dan berlansung relatif tidak lama. Seseorang
dikatakan telah mengalami gangguan afek atau emosi yaitu dapat berupa depresi,
kecemasan, eforia, anhedonia, kesepian, kedangkalan, labil, dan ambivalensi.
e. Gangguan Psikomotor
Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa, gangguan
psikomotor dapat berupa:
a) Hipokinesia atau hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas berkurang
b) Stupor Katatonic : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan
dan aktivitas menjadi sangat lambat.
c) Katalepsi : mempertahankan posisi tubuh secara kaku posisi badan
tertentu.
d) Fleksibilitas serea : memetahankan posisi badan yang dibuat padanya oleh
orang lain.
e) Hiperkinesia : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan
f) Gaduh gelisah katatonik : aktivtas motorik yang kelihatannya tidak
bertujuan, yang berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oelh
rangsangan dari luar
g) Berisikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang
tidak wajar
h) Grimas : miik yang aneh dan berulang-ulang
i) Stereotype : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak
bertujuan.
f. Gangguan proses berfikir
Proses berfikir meliputi proses pertimbangan, pemahaman, ingatan serta penalaran.
g. Gangguan persepsi
h. Gangguan intelegensi
i. Gangguan kepribadian.

4. Klasifikasi Gangguan Jiwa


Sistem klasifikasi pada ICD (International Classification of Disease) dan DSM
(Diagnostic and Sttistical Manual of Mental Disorer) menggunakan sistem kategori. ICD
menggunakan sistem aksis tunggal (uniaksis), yang mencoba menstandartkan diagnosis
menggunakan definisi deskriptif dari berbagai sindrom, serta memberikan pertimbangan
untuk diagnosa banding. Kriteria diagnosis pada DSM menggunakan sistem multtiaksis, yag
menggambarkan berbagai gejala yang harus ada agar diagnosis dapat ditegkakan. Multiaksisi
tersebut meliputi sebagai berikut:
a. Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus
perhatian klinis
b. Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental
c. Aksis 3 : kondisi medis secara umum
d. Aksis 4 ; masalah lingkungan dan psikososisal
e. Aksis 5 : penilaian fungsi secara global
Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia (PPDGJ) pada
awalnya disusun berdasarkan berbagai klasifikasi pada DSM, tetapi pada PPDGJ III disusun
berdasarkan ICD X. Secara singkat, klasifikasi PPDGJ III meliputi:
1) F00-R09 : gangguan mental organik (termasuk gangguan mental simtomatik)
2) F10-F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoakti
3) F20-F29: Skizofrenia , gangguan skizotipal, dan gangguan waha
4) F30-F39 : gangguan suasana perasaan (mood/afektif)
5) F40-F48 : gangguan neurotik, gangguan somaoform, dan gangguan terkait stress
6) F50-F59 : sindroma perilaku yanng berhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik
7) F60-F69 : gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
8) F70-F79 : retardasi mental
9) F80-F89 : gangguan perkembangan psikologis
10) F90-F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada anak dan
remaja
Secara umum klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil riset kesehatan Dasar tahun 2013
dibagi menjadi 2 bagian yaitu gangguan jiwa berat/kelompok psikosa dan gangguan jiwa ringan
meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam
perasaan dan sebagainya. Untuk skizofrenia masuk dalam kelompok gangguan jiwa berat.

5. Macam-macam program pengobatan untuk pasien dengan gangguan jiwa


Pada pasien dengan gangguan jiwa dibutuhkan beberapa pengobatan untuk memulihkan
kondisi jiwanya dan mencegah terjadinya kekambuhan, beberapa terapi pengobatan pada pasien
gangguan jiwa menurut buku Ajar Keperawatan Jiwa tahun 2015, diantaranya : 
a. Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf pusat.
Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan
untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka
dengan farmakokinetik khusus untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku
pasien gangguan jiwa. Golongan dan jenis psikofarmaka ini perlu diketahui
perawat agar dapat mengembangkan upaya kolaborasi pemberian psikofarmaka,
mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya efek samping, serta memadukan
dengan berbagai alternatif terapi lainnya.
b. Kejang Listrik
Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan pada pasien
gangguan jiwa, menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan bangkitan kejang
umum, berlangsung sekitar 25–150 detik dengan menggunakan alat khusus yang
dirancang aman untuk pasien. Pada prosedur tradisional, aliran listrik diberikan
pada otak melalui dua elektroda dan ditempatkan pada bagian temporal kepala
(pelipis kiri dan kanan) dengan kekuatan aliran terapeutik untuk menimbulkan
kejang. Kejang yang timbul mirip dengan kejang epileptik tonik-klonik umum.
Namun, sebetulnya yang memegang peran penting bukanlah kejang yang
ditampilkan secara motorik, melainkan respons bangkitan listriknya di otak yang
menyebabkan terjadinya perubahan faali dan biokimia otak.

c. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang bertujuan mengubah
perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Cara ini cukup efektif
karena di dalam kelompok akan terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling
memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin satu persetujuan norma yang diakui
bersama, sehingga terbentuk suatu sistem sosial yang khas yang di dalamnya
terdapat interaksi, interelasi, dan interdependensi. Terapi aktivitas kelompok.
(TAK) bertujuan memberikan fungsi terapi bagi anggotanya, yang setiap anggota
berkesempatan untuk menerima dan memberikan umpan balik terhadap anggota
yang lain, mencoba cara baru untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri.
Keuntungan lain yang diperoleh anggota kelompok yaitu adanya dukungan
pendidikan,peningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan meningkatkan
hubungan interpersonal.
d. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur, yang
memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan
negatifnya, memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta
mampu memecahkan masalah tersebut.
e. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang timbul
kemudian dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota keluarga, dalam hal
ini setiap anggota keluarga diberi kesempatan yang sama untuk berperan serta
dalam menyelesaikan masalah. Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan
sebuah kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu yang mempunyai
hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung, serta diorganisasi dalam satu
unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
f. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang ditata agar dapat
membantu penyembuhan dan atau pemulihan pasien. Milleu berasal dari Bahasa
Prancis, yang dalam Bahasa Inggris diartikan surronding atau environment,
sedangkan dalam Bahasa Indonesia berarti suasana. Jadi, terapi lingkungan adalah
sama dengan terapi suasana lingkungan yang dirancang untuk tujuan terapeutik.
Konsep lingkungan yang terapeutik berkembang karena adanya efek negatif
perawatan di rumah sakit berupa penurunan kemampuan berpikir, adopsi nilai-
nilai dan kondisi rumah sakit yang tidak baik atau kurang sesuai, serta pasien akan
kehilangan kontak dengan dunia luar.
g. Terapi Perilaku
Perilaku akan dianggap sebagai hal yang maladaptif saat perilaku tersebut dirasa
kurang tepat, mengganggu fungsi adaptif, atau suatu perilaku tidak dapat diterima
oleh budaya setempat karena bertentangan dengan norma yang berlaku. Terapi
dengan pendekatan perilaku adalah suatu terapi yang dapat membuat seseorang
berperilaku sesuai dengan proses belajar yang telah dilaluinya saat dia
berinteraksi dengan lingkungan yang mendukung. 
Dalam menunjang tercapainya kesembuhan tidak hanya terapi yang dibutuhkan, tetapi
juga program pengobatan pada pasien gangguan jiwa, menurut Psychiatric-Mental Health
Nursing tahun 2015 macam-macam pengobatan pada pasien gangguan jiwa diantaranya:
a. Pengobatan rawat inap dirumah sakit
Perawatan psikiatri rawat inap disebuah rumah sakit merupakan cara utama untuk orang
dengan penyakit mental. Unit psikiatri menekankan terapi bicara atau interaksi antara
pasien dengan staf dan lingkungan yang ada. Terapi lingkungan juga mrupakan salah satu
aspek dalam pengobatan rawat inap dirumah sakit untuk membantu pasien dalam
menstabilkan pasien dengan gangguan jiwa yang lebih akut. Dalam init rawat inap
ditujukan untuk mengidentifikasi gejala dan ketrampilan dalam menangani gejala yang
muncul, serta mengidentifikasi masalah jangka panjang untuk menjalani terapi rawat
jalan.
b. Pengobatan rawat jalan
Rawat jalan adalah salah satu unit kerja dirumah sakit atau suatu pelayanan kesehatan
yang melayani pasien berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk
seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pelayanan rawat jalan merupakan pelyanan
kepada pasien untuk observasi, diagnosa pengobatan, rehabilitasi medik dan peayanan
kesehatan lainnya yang bersifat umum, spesialistik, sub spesialistik yang dilaksanakan di
suatu rumah sakit atau layanan kesehatan tanpa tinggal rawat inap Salah satu program
dalam rawat jalan adalah rehabilitasi kejiwaan yang mengacu pada layanan yang
dirancang untuk mempromosikan proses pemulihan untuk orang dengan penyait mental.
Program rawat jalan bertujuan untuk mengontrol gejala dan memanajemen pengobatan
untuk pemberdayaan dan pningkatan kualitas hidup. Pelayanan rawat jalan lebih
mengedepankan komunitas yang berbasis masyarakat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada
umumnya terkait dengan stress atau kelainan jiwa yang tidak dianggap sebagai bagian dari
perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif,
perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah
otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan
tentang kondisi kesehatan jiwa telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya,
dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria
pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar
negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria
salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan jiwa.
Saran
Calon perawat harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada pasien terutama
pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat & Mutiksari. (2013) Gambaran Klien Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit
Jiwa Pusat Jakarta. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan. Keperawatan Jiwa.
Budiman. (2010). Jumlah Gangguan Jiwa http://www.suarabandung.com. Diakses pada
Tanggal 9 Agustus 2016.
Djamahudin. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
https://pdfcoffee.com/makalah-kesehatan-keperawatan-jiwa-i-proses-terjadinya-gangguan-jiwa-
dalam-perspektif-keperawatan-jiwa-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai