Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya,
tapi tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu. Perlu pembelajaran
tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara dini untuk mendapatkan hasil yang
dituju oleh manusia. Untuk menelusurinya diperlukan keterbukaan psikis manusia
ataupun suatu penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia yang
menderita gangguan jiwa. Pada dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala hal
diperlukan psikis yang sehat. Sehingga dapat berjalan menurut tujuan manusia itu
diciptakan secara normal.
Kesehatan mental telah lama menjadi perhatian umat manusia. Kesehatan
mental itu memang bukan masalah yang baru karena merupakan kebutuhan dasar
manusia. Kesehatan fisik maupun kesehatan mental sama sama penting untuk di
perhatikan. Tiadanya perhatian yang serius pada pemeliharaan kesehatan mental
dimasyarakat ini menjadikan hambatan tersendiri bagi kesehatan secara keseluruhan.
Hanya saja karena faktor keadaan, dalam banyak hal kesehatan secara fisik lebih di
kedepankan dibandingkan kesehatan mental. Mengingat pentingnya persoalan
kesehatan mental ini, banyak bidang ilmu khususnya yang mempelajari persoalan
perilaku manusia. Berbagai bidang ilmu yang memberi porsi tersendiri bagi studi
kesehatan mental diantaranya dunia kedokteran pendidikan, psikologi, studi agama
dan kesejahteraan sosial. Hal ini karena manusia tidak dapat dilepaskan dari aspek
kesehatan mental. (menurut Daradjat,2001).
Masalah kesehatan mental atau gangguan jiwa juga masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia. Data profil kesehatan Indonesia (2008) menunjukan bahwa
dari 1000 penduduk terdapat 185 penduduk mengalami gangguan kesehatan mental.
Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) Tahun 2007, diketahui bahwa
prevalensi gangguan mental per1000 anggota ruamh tangga terdapat 140/1000
penduduk usia 15 tahun keatas, dan di perkirakan sejak awal tahun 2009 jumlah
penduduk yang mengalami gangguan mental sebesar 25% dari populasi penduduk di
Indonesia. ( Sheewangisaw, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami Konsep Dasar Medik dan Konsep Dasar
Keperawatan masalah kesehatan mental.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan definisi kesehatan mental
b. Mendeskripsikan etiologi kesehatan mental
c. Mendeskripsikan tanda dan gejala kesehatan mental
d. Mendeskripsikan penatalaksanaan kesehatan mental
e. Mendeskripsikan pencegahan kesehatan mental
f. Mendeskripsikan pengkajian kesehatan mental
g. Mendeskripsikan diagnose keperawatan kesehatan mental
h. Mendeskripsikan Rencana Keperawatan kesehatan mental
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR MEDIK
1. Definisi
Istilah “Kesehatan Mental” diambil dari konsep Mental Hygiene. Kata
“Mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan Psyche dalam
bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Kesehatan mental merupakan
bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. jadi dapat diambil
kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan
mental. Sedangkan yang dimaksud Kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis
(penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). (Notosoedirjo, 2005).
Kesehatan Mental adalah keadaann yang sempurna baik fisik, mental
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit/ cacat (WHO dalam
Notosoedirjo,2005).
Kesehatan Mental adalah suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan dengan
ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress
kehidupan dengan wajar, mampu berkerja dengan produktif dan memenuhi
kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima
dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang
lain (Keliat, dkk, 2005).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa Kesehatan
Mental adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
keluarga, masyarakat dan lingkungan. Terwujudnya keharmonisan keluarga yang
sanggup menghadapi problema yang biasa terjadi dan merasa bahagia dan mampu
diri.
2. Etiologi
Gangguan mental tidak terjadi secara serta-merta, namun ada beberapa
factor yang menyebabkanya. Tiga factor yang mempengaruhi gangguan mental
menurut Kartono (1999) adalah factor internal, factor eksternal, dan proses
intrapsikis yang salah. Pertama, factor internal adalah factor yang berasal dari diri
individu sendiri, seperti predisiposisi struktur biologis/jasmani dan mental atau
struktur kepribadian yang lemah. Kedua , factor eksternal ,yaitu factor yang berasal
dari luar diri individu ,seperti konflik sosial dan kebudayaan yang mempengaruhi
kepribadian individu dan mengubah perilaku individu menjadi abnormal. Ketiga,
proses intrapsikis yang salah, yaitu proses yang berlangsung dalam kepribadian
atau jiwa individu. Pemaksaan batin ini berasal dari pengalaman yang salah.
Sementara itu, Herdjan(1987) mengungkapkan bahwa ada tiga factor
penyebab gangguan kesehatan jiwa, yaitu factor organobiologis atau jasmaniah
,psikologis, dan sosio-budaya. Pertama, factor organobilogis atau jasmaniah
meliputi infeksi, keracunan, hereditas, defisiensi vitamin, cedera karena
kecelakaan, kanker, dan kelainan peredaran darah. kedua, factor psikologis
meliputi konflik jiwa, stress, kekecewaan, frustasi dan kurangnya perhatian orang
tua. Ketiga , factor sosial-budaya meliputi kerusuhan sosial, kerusuhan etnis, serta
perubahan sosial dan budaya yang cepat.
Gangguan mental juga dapat terjadi karena beberapa factor. Kartono
(1999) mengemukakan bahwa penyebab terjadinya gangguan mental dapat ditinjau
dari factor sosial-budaya dan psikologis. Dibawah ini akan dijelaskan secara
ringkas mengenai penyebab gangguan mental tersebut.
a. Konflik dengan standar sosial dan norma etis .
Gangguan mental terjadi karena standar sosial dan norma etis tidak ditegakkan
deengan baik sehingga berbenturan dengan standar sosial dan normal etik.
Akibatnya, kehidupan menjadi terbelenggu dengan normal sosial,
peraturan/hukum, dan norma etis yang disalah gunakan.
b. Perlindungan yang berlebihan dari orang tua.
Perlindungan dari orang tua terhadap anak menyebabkan anak menjadi tidak
mandiri, tidak percaya diri, tidak memiliki harga diri, ragu-ragu, tidak memiliki
kreativitas dan inisiatif. Dimasa mendatang anak akan menjadi lemah mental.
c. Anak yang ditolak (rejected child)
Peristiwa ini dapat terjadi pada pasangan suami istri yang tidak dewasa secara
psikis sehingga pada saat mempunyai anak tidak mau bertanggung jawab
sebagai ayah dan ibu. Pasangan ini ingin meneruskan kebiasaan mereka masing-
masing seperti sebelum menikah . akibatnya, bila anak lahir ,kedua orang tuanya
menolak sehingga dapat terjadi gangguan mental dikemudian hari.
d. Keluarga yang Broken Home.
Keluarga yang broken home menyebabkan anak menjadi sulit beradaptasi ,hati
menjadi kacau, bingung,sedih, hidup terombang ambing antara kasih sayang dan
kekecewaan terhadap orang tua. Selanjutnya, anak menjadi mudah tersinggung,
mudah sedih, putus asa, terhina, dan merasa berdosa. akibatnya, anak menjadi
berperilaku menyimpang, seperti berperilaku agresif, sadistis, criminal, dan
psikopatis.
e. Lingkungan sekolah yang kurang menguntungkan.
Lingkungan sekolah yang kurang menguntungkan tersebut meliputi aktivitas
peserta didik yang tertekan ,kurikulum yang sering berganti-ganti, materi
pelajaran yang sudah ketinggalan ,bangunan yang tidak memenuhi syarat ,tidak
ada tempat bermain, dan guru yang kurang simpatik (rasa humor tidak ada dan
emosi tidak stabil). Hal yang demikian menyebabkan anak menjadi tidak betah
sekolah dan menderita bila berada disekolah . akibatnya, gangguan emosional
dan konflik yang menjurus pada gangguan mental dapat terjadi.
f. Cacat Jasmaniah.
Anak-anak yang memiliki cacat jasmani, biasanya mereka merasa malu dan
batinnya menderita. Selain itu, mereka juga dibayangi rasa ketakutan, keragu-
raguan, dan masa depan yang suram sehingga timbul ketegangan batin ,rasa
rendah diri ,kurang percaya diri dan patah semangat. Akibatnya, mereka
mengalami gangguan mental.
g. Konflik Budaya.
Pertemuan budaya antara daerah satu dengan daerah yang lain atau antara satu
bangsa dengan bangsa lain dapat berlangsung secara damai atau sebaliknya.
Apabila terjadi konflik budaya, kecemasan, ketakutan, dan perasaan akan
semakin datar, dingin, dan beku. Akibatnya, individu menjadi sulit beradaptasi
dan penyesuaian terhadap perubahan sosial terjadi sangat cepat. ekses yang
terjadi adalah seperti kejahatan, korupsi, prositusi, alkoholisme, kekalutan batin,
dan gangguan mental.
h. Masa Transisi.
Masa Transisi ditandai dengan perubahan dan peralihan dari periode satu ke
periode selanjutnya. Peralihan periode itu ditandai dengan kemelut, kekacauan,
dan kegoncangan, serta belum mantapnya norma baru. Akibatnya, timbullah
keadaan kekosongan sehingga kontrol sosial dan sanksi sosial menjadi kendur
dan hokum tidak ditaati dan disalahgunakan.penyalahgunaan wewenang
,jabatan atau kekuasaan pun dapat terjadi. Semua kejadian tersebut akan
semakin berat menekan kehidupan masyarakat. masyarakat menjadi bingung,
takut, cemas, emosional, serta menderita lahir dan batin. Akhirnya, pola
kepribadian menjadi kalut dan kacau sehingga gangguan mental dapat terjadi.
i. Meningkatkan Aspirasi dan Pengajaran Kemewahan Material.
Dewasa ini, individu berlomba dan bersaing untuk mendapatkan kemewahan
hidup dan kebahagian hidup secara material. Kebahagian hidup diukur dari
sukses nya seseorang menduduki jabatan tinggi, status sosial tinggi, dan sukses
secara material. Individu yang memiliki pendapatan rendah, namun memiliki
ambisi duniawi yang selangit pada akhirnya mengakibatkan ketegangan batin
dan ketakutan dalam dirinya sendiri. Karena takut gagal, iya merasa rendah diri
dan tidak aman. Akhirnya, timbul lah gangguan mental.

3. Tanda dan Gejala


Tanda adalah temuan objektif dari hasil observasi, pemerisaksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya, sedangkan gejala
adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien. Tanda dan gejala
awal terjadinya gangguan mental meliputi :
a. Cemas. Respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui,
internal, sama-sama, atau bersifat konflik. Kecemasan pada individu yang
mengalami gangguan mental muncul karena perasaannya diliputi adanya
bahaya yang mengancam, yang tidak diketahui sumbernya.
b. Ketakutan. Respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal,
jelas dan tidak bersifat konflik. Kecemasan pada individu yang mengalami
gangguan mental muncul karena merasa adanya ancaman dari luar dirinya.
c. Apatis. Individu yang mengalami gangguan mental akan acuh terkacuh
terhadap lingkungan sendiri.
d. Pahit Hati. Perasaan hati tidak enak karena gangguan perasaan.
e. Hambar Hati. Individu yang mengalami gangguan mental tidak memiliki
perasaan apapun.
f. Iri Hati. Individu yang mengalami gangguan mental tidak senang melihat
orang lain beruntung.
g. Cemburu. Individu yang mengalami gangguan mental yang memiliki
perasaan iri hati terhadap keberhasilan orang lain.
h. Dengki. Individu yang mengalami gangguan mental memiliki perasaan tidak
suka / benci karena terlalu cemburu.
i. Kemarahan yang Eksplosif. Individu yang mengalami gangguan mental pada
saat marah terlihat meledak-ledak.
j. Rasa Asosial. Individu yang mengalami gangguan mental tidak memiliki
kesadaran hidup bersama orang lain.
k. Ketegangan Batin yang Kronis. Individu yang mengalami gangguan mental
memiliki ketegangan batin yang menahun dan tidak hilang.

4. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi holistic, Yaitu terapi yang tidak hanya mengunakan obat dan
ditujukan kepada pengguna jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati
pasien secara menyeluruh
b. Psikoterapi keagamaan, Yaitu terapi yang di berikan dengan kembali
mempeljari dan mengamalkan ajaran agama
c. Farmakoterapi, Yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya
diberikan oleh dokter dengan memberikanresep obat pada pasien
d. Terapi perilaku, Yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik
sikap maupun perilakunya terhadap objek atau situasi yang menakutkan.
Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi berbagai
objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum
melakuakan terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan
diri.
5. Pencegahan
Gangguan Mental yang terjadi dewasa ini dapat kita cegah dengan cara yang
efektif. Cara pencegahan tersebut meliputi:
a. Usahakan dalam hidup ini untuk menghindari terjadinya konflik batin yang
berasal dari diri sendiri dan lingkungan.
b. Upayakan untuk selalu memelihara kebersihan jiwa ,kebersihan hati nurani,
yaitu dengan kejujuran ,tidak iri, dengki, berpikir negative, dan munafik.
c. Upayakan segala tingkah laku dan perbuatan kita sesuai tata susila
dimasyarakat,artinya sesuai standar , nilai, norma dan etika yang berlaku
dimasyarakat.
d. Dalam kehidupan, berusaha melatih, membiasakan , dan menegakkan
disiplin diri dalam segala hal.
e. Melatih berfikir positif dan berbuat wajar tanpa menggunakan mekanisme
pembelaan ( defence mechanism) dan pelarian diri (escape mechanism) yang
negative.
f. Berani dan Mampu mengatasi setiap kesulitan yang dihadapi dengan
kemauan dan usaha yang konkret dan rasional.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
a. Wawancara Keluarga
b. Observasi Fasilitas Rumah
c. Pemeriksaan Fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
d. Data Sekunder, misalnya hasil Laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dan
sebagainya.
Hal-hal yang perlu di kaji dalam keluarga adalah:
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
1) Nama Kepala Keluarga (KK)
2) Alamat dan Telepon
3) Pekerjaan Kepala Keluarga
4) Pendidikan Kepala Keluarga
5) Komposisi Keluarga
6) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
7) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta mengidentifikasi budaya
suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
8) Agama
Mengkaji Agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg dapat
mempengaruhi kesehatan.
9) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
ditentkan pula oleh kebutuhan2 yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang2
yg dimiliki oleh keluarga , siapa yg mengatur keuangan.
10) Aktivitas Sekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi
bersama2unuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas
rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
ini.
Contoh:
Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7 tahun
dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada
tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian biasa digunakan terhadap pencegahan penyakit (status
imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan
istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan
rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum
yang digunakan serta denah rumah.
2) Karateristik Tetangga dan Komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,
yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk
setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas Geografis Keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan masyarakat.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologi
atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Efektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap anggota
keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi Sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga didalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga adalah:
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai
fakta2 dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yg tepat, hal yang perlu dikaji adalah:
(1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah
(2) Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga
(3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang di alami
(4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit
(5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan
(6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
(7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
(8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan
dalam mengatasi masalah
c) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya
(sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara perawatannya)
(1) Sejauh mana keluar mengetahui tentang sifat dan perkembangan
perawatan yang di butuhkan
(2) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang di
perlukan untuk perawatan
(3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada dalam
keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber
keuangan/Finansial, fasilitas fisik, psikososial)
(4) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
d) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah:
(1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang
dimiliki
(2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan
lingkungan
(3) Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya higiene sanitasi
(4) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah:
(1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan
(2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan2 yang dapat di
peroleh dari fasilitas kesehatan
(3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan
fasilitas kesehatan
(4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yg kurang baik terhadap
petuga kesehatan
(5) Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
f) Fungsi Reproduksi
Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
(1) Berapa juamlah anak
(2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
(3) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlsh anggota keluarga
g) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
(1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan
(2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
h) Stress dan Koping Keluarga
(1) Stresor Jangka pendek dan panjang
stressor janka pendek yaitu stessor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan.
Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan
(2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon
terhadap situasi /stressor
(a) Strategi koping yang di gunakan
(b)Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan
(c) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di
gunakan bila menghadapi permasalahan
i) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik klinik.
j) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan mental
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan masalah kesehatan mental
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota
keluarga dengan masalah kesehatan mental
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi masalah kesehatan mental
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memfasilitasi masalah kesehatan mental.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum diketahui bahwa gangguan mental disebabkan oleh adanya
gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress
dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pada diri seseorang.
B. Saran
Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam
penanganan masalah kesehatan mental yang ada serta upaya penanganannya dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai