Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
HARGA DIRI RENDAH KRONIS
Dosen Pembimbing : Ns. Nur Rakhmawati, MPH

DISUSUN OLEH :

Dina Nupita Sari


S18174
S18D

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya
yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus (SDKI,2016).
Harga diri rendah melibatkan evaluasi diri yang negative dan berhubungan
dengan perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh,
tidak lengkap, tidak berharga, dan tidak memadai (Stuart, Keliat, & Pasaribu,
2016). Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negative mengenai diri
dan kemampuan nya dalam waktu lama dan terus menerus yang berhubungan
dengan perasaan tidak berharga,tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan,
rapuh, serta tidak berarti (SAK Jiwa, 2017).
2. Etiologi
Faktor yang beresiko menyebabkan harga diri rendah kronis menurut Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI,2016) adalah sebagai berikut :
a. Terpapar situasi traumatis
b. Kegagalan berulang
c. Kurangnya pengakuan dari orang lain
d. Ketidakefektifan mengatasi masalaah kehilangan
e. Gangguan psikiatri
f. Penguatan negative berulang
g. Ketidaksesuaian budaya
Menurut keliat (2019) penyebab harga diri rendah kronis yaitu:
a. Kurang kasih saying
b. Kurang rasa memiliki
c. Kurang penghargaan orang lain
d. Mengalami kegagalan
e. Diejek dan dikucilkan orang lain
f. Kenyataan tidak sesuai dengan harapan
3. Manifestasi klinis
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI,2016) tanda dan
gejala terjadinya harga diri rendah kronis adalah sebagai berikut :
a. Tanda dan gejala mayor
1) Subjektif
a) Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
b) Merasa malu/bersalah
c) Merasa tidak mampu melakukan apapun
d) Meremehkan kemampuan menyelesaikan masalah
e) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
f) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
g) Menolak penilaian psitif tentang diri sendiri
2) Objektif
a) Enggan mencoba hal baru
b) Berjalan menunduk
c) Postur tubuh menunduk

Menurut kliet (2019) tanda dan gejala harga diri rendah kronis yaitu :
a. Tanda Dan Gejala Mayor
Subyektif :
1) Menilai diri negatif/mengkritik
2) Merasa tidak berarti/tidak berharga
3) Merasa malu/minder
4) Merasa tidak mampu melakukan apapun
5) Meremehkan kemampuan yang dimiliki
6) Merasa tidak memiliki kelebihan
Obyektif :
1) Berjalan menunduk
2) Postur tubuh menunduk
3) Kontak mata kurang
4) Lesu dan tidak bergairah
5) Berbicara pelan dan lirih
6) Ekspresi muka datar
7) Pasif
b. Tanda Dan Gejala Minor
Subyektif
1) Merasa sulit konsentrasi
2) Mengatakan sulit tidur
3) Enggan mencoba hal yang baru
4) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
5) Melebih – lebihkan penilaian negaif dengan diri sendiri
Obyektif
1) Bergantung pada pendapat orang lain
2) Sulit membuat keputusan
3) Seringkali mencari penegasan
4) Menghindari orang lain
5) Lebih senang menyendiri
4. Patofisiologi

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari


harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga
terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan
tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan
lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu
menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.
Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor
(krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas
sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri
rendah situasional,jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis (Direja, 2011).
Pathway

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Koping Individu Tidak


Efektif

Gambar : Mukhripah D& Iskandar (2012)

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mengetahui penyebab dari
gangguan struktur otak. Pemeriksaan yang dilakukan seperti :
a. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
b. CT Scan, Untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi
c. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), Melihat
wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan 
menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI), Suatu tehnik radiologi  dengan
menggunakan  magnet, gelombang radio dan komputer untuk
mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi
perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak.
Beberapa prosedur menggunakan kontras gadolinium untuk
meningkatkan akurasi gambar
Menurut yosep (2016) pemeriksaan penunjang dari harga diri rendah
kronis yaitu:
a. Pemeriksaan psikologis
1) Pemeriksaan Psikiatrik
2) Pemeriksaan Psikometri
b. Pemeriksaan lain jika diperlukan
Pemriksaan darah rutin, Fungsi hepar,Faal ginjal, enzim hepar, CT
Scan, EEG

6. Pengobatan
Menurut NANDA 2015 terapi yang dapat diberikan pada penderita harga
diri rendah yaitu :
a. Psikoterapi
Terapi ini digunakan untuk mendrong klien bersosialisasi lagi dengan orang
lain. Tujuannnya agar klien tidak menyendiri lagi karena jika klien mnarik
diri, klien dapat membentuk kebiasaan yang buruk lagi.
b. Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilakukan pada klien harga
diri rendah. Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan dengan menggunakan
stimulasi atau diskusi untuk mengetahui pengalaman atau perasaan yang
dirasakan saat ini dan untuk membentuk kesepakatan persepsi atau
penyelesaian masalah.

B. Asuhan Keperawatan
1. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Harga diri rendah Kronis (D.0086)
b. Gangguan Citra Tubuh(D.0083)
c. Isolasi social (D.0121)

2. Diagnosa keperawatan (SDKI, 2016)


a. Harga diri rendah Kronis (D.0086)
1) Definisi
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negative terhadap diri
sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak
berdaya yang berlangsung dalam waktu lama (SDKI,2016).
2) Tanda dan Gejala
a) Tanda dan gejala mayor
Subyektif
- Menilai diri nrgatif
- Merasa malu/bersalah
- Merasa tidak mampu melakukan apapun
- Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
- Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
- Melebih-lebihkan penilaian negative terhadap diri sendiri
- Menolak penilaian positif tentang diri
Obyektif
- Enggan mencoba hal yang baru
- Berjalan menunduk
- Postur tubuh menunduk
b) Tanda dan gejala minor
Subyektif
- Merasa sulit berkonsentrasi
- Sulit tidur
- Mengungkapkan keputusasaan
Obyektif
- Kontak mata kurang
- Lesu dan tidak bergairah
- Berbicar pelan dan lirih
- Pasif
- Perilaku tidak asertif
- Mencari penguatan secara berlebih
- Bergantung pada pendapat orang lain
- Sulit membuat keputusan
- Sering kali mencari penegasan
b. Isolasi sosial (D.0121)
1) Definisi
Isolasi social adalah ketidak mampuan untuk membina hubungan yang erat,
hangat, terbuka dan independen dengan orang lain (SDKI,2016).
2) Tanda dan Gejala Isolasi social
a) Tanda dan Gejala Mayor
Subyektif
- Merasa ingin sendirian
- Merasa tidak aman di tempat umum
Obyektif
- Menarik diri
- Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
b) Tanda dan Gejala Minor
Subyektif
- Merasa berbeda dengan orang lain
- Merasa asyik denagan pikiran sendiri
- Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Obyektif
- Afek datar
- Afek sedih
- Riwayat ditolak
- Menunjukan permusuhan
- Tidak mampu memnuhi harapan orang lain
- Kondisi difabel
- Tindakan tidak berarti
- Tidak ada kontak mata
- Perkembangan terlambat
- Tidak bergairah/lesu
c. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
1) Definisi
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang penampilan,
struktur, dan fungsi fisik individu (SDKI,2016).
2) Tanda dan Gejala
Tanda Dan Gejala Mayor
a) Subyektif
- Mengungkapkan kecacatan/ kehilangan bagian tubuh
b) Obyektif
- Kehilangan bagian tubuh
- Fungsi dan struktual tubuh berubah/hilang
Tanda Dan Gejala Minor
a) Subyektif
- Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
- Mengungkapkan perasaan negative tentang perubahan tubuh
- Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
- Mengungkapkan perubahan gaya hidup

b) Obyektif
- Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
- Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh
- Focus berlebih pada perubahan tubuh
- Focus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
- Hubungan social berubah

3. Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI, SIKI 2018)


No Diagnosa Rencana/Intervensi Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Intervensi keperawatan
Kriteria hasil
1 Harga diri Setelah dilakukan Manajemen Perilaku
rendah intervensi keperawatan (I.12463)
Kronis selama 3x24 jam maka Observasi
(D.0086) Harga diri (L.09069) - Identifikasi harapan
meningkat dengan untuk mengendalikan
kriteria hasil : perilaku
a. Penilaian positif Terapeutik
tentang diri klien - Diskusikan tanggung
dengan skor 5 jawab terhadap perilaku
(meningkat) - Jadwalkan kegiatan
b. Penerimaan penilaian terstruktur
terhadap diri dengan - Ciptakan dan
skor 5 (meningkat) pertahankan lingkungan
c. Perasaan malu dan kegiatan perawatan
terhadap diri sendiri konsisten setiap dinas
dengan skor 5 - Tingkatkan aktivitas
(menurun) fisik sesuai kemampuan
- Bicara dengan nada
rendah dan tenang
- Cegah perilaku pasif
- Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
Edukasi
- Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif

2 Isolasi sosial Setelah dilakukan Promosi Sosialisasi


(D.0121) intervensi keperawatan (I.13498)
selama 3x24 jam maka Observasi
Keterlibatan Sosial - Identifikasi kemampuan
(L.13116) melakukan interaksi
meningkat dengan dengan orang lain
kriteria hasil : - Identifikasi hambatan
a. Minat berinteraksi melakukan interaksi
dengan skor 5 dengan orang lain
(meningkat) Terapeutik
b. Verbalisasi isolasi - Motivasi meningkatkan
dengan skor 4 (cukup keterlibatan dalam suatu
menurun) hubungan
c. Perilaku menarik diri - Motivasi berpartisipasi
dengan skor 4 (cukup dalam aktivitas baru dan
menurun) kegiatan kelompok
d. Kontak mata dengan - Motivasi berinteraksi di
skor 5 (membaik) luar lingkungan
- Diskusikan kekuatan dan
keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan
orang lain
- Diskusikan perencanaan
kegiatan dimasa depan
- Berikan umpan balik
positif dalam perawatan
diri
- Berikan umpan balik
positif padasetiap
peningkatan kemampuan
Edukasi
- Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
- Ajurkan ikut serta
kegiatan social dan
kemasyarakatan
- Anjurkan pengguanaan
alat bantu
- Anjurkan membuat
perencanaan kelompok
kecil untuk kegiatan
khusus
- Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi

3 Gangguan Setelah dilakukan Promosi citra Tubuh


Citra Tubuh intervensi keperawatan (I.090305)
(D.0083) selama 3x24 jam maka Observasi
Citra Tubuh (L.09067) - Identifikasi harapan citra
tubuh berdasarkan
meningkat dengan
tahapan
kriteria hasil :
perkembangannya
a. Verbalitas perasaan
- Identifikasi perubahan
negative tentang citra tubuh yang
perubahan tubuh mengakibatkan isolasi
dengan skor 5 sosial
(menurun) - Monitor frekuensi
b. Hubungan social pernyataan kritik
dengan skor 5 terhadap diri sendiri
(membaik) Terapeutik
- Diskusi perubahan tubuh
dan fungsinya
- Diskusi perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
- Diskusi kondisi stress
yang mempengaruhi
citra tubuh
- Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis
- Diskusi persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
- Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
- Ajarkan menggunakan
alat bantu (Pakaian ,
Komestik dll)
- Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung
- Latih peningkatan
penampilan diri
- Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok
DAFTAR PUSTAKA

Direja. 2011. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Keliat, B.A. 2019. Asuhan keprawatan jiwa.Jakarta : EGC

Nanda International (2015). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2015-2021.


Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

PPNI. 2016. Standar Diagnosa keperawatan Indonesia:definisi dan indicator Diagnostik,


edisi 1.Jakarta:DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia:definisi dan kriteria hasil keperawatan,
edisi 1.Jakarta:DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar intervensikeperawatan Indonesia:definisi dan tindakan keperawatan,


edisi 1.Jakarta:DPP PPNI

Stuart,G.W. 2016. Prinsip Dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart,1 st Indonesia
Educaton, By Budi Anna Kliet And Jesika Pasaribu. Singapure: Elsevier

Yosep, Iyus, 2016. Keperawatan Jiwa, Ed 1,Bandung: PT Reflika Aditama,

Anda mungkin juga menyukai