Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH
PAULINA TORONG
180323115

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
JAKARTA 2021
A. Pengertian Risiko Perilaku Kekerasan

Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan
marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega.Perilakukekerasanatau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuanu ntuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis(Riyadi&Purwanto,2009).
PerilakukekerasanmenurutKusumawatidanHartono (2011) adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapatmembahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai denganamukdan aduh, gelisah yangtidak terkontrol.

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi


seseorangyang ditunjukandenganperilakuaktual
melakukankekerasan,baikpadadirisendiri,orang lain secara fisik maupun psikologis
(Berkowits, 2000 dalam Yosep, 2011).
Perilakukekerasanadalahsuatukeadaandimanaklienmengalamiperilakuyangdapatmemba
hayakan diri sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis,2009).

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perilaku


kekerasanadalah suatu tindakan dengan tenaga yang dapat membahyakan diri sendiri,
orang lain,maupun lingkungan yang bertujuan untuk melukai yang disebabkan karena
adanya konflikdanpermasalahan pada seseorangbaiksecarafisikmaupun psikologis.
B. Etiologi
Penyebab dari perilaku kekerasan bukan terdiri cuman satu faktor tetapi termasuk
juga faktor keluarga, media, teman, lingkungan, biologis. Perilaku kekerasan dapat
menimbulkan dampak seperti gangguan psikologis, merasa tidak aman, tertutup,
kurng percaya diri, risiko bunuh diri, depresi, harga diri rendah, ketidak berdayaan,
isolasi sosial (Putri, Arif & Renidayati 2020).

Penyebab pasien berisiko untuk melakukan perilaku kekerasan disebabkan oleh


cemas secara terus menerus, untuk itu dibutuhkan strategi preventif untuk mencegah
perilaku kekerasan yang salah satunya adalah dengan melakukan teknik relaksasi
(Pardede, Simanjuntak & Laia, 2020). Faktor presipitasi dan faktor predisposisi
menurut (Kandar &Iswanti, 2019)

C. Manifestaasi Klinis

Tanda dan gejala perilaku kekerasan meliputi:

1. Fisik :Mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang


mengatup, wajah memerah, dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar, ketus.
3. Perilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif.
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan,
dan menuntut, Intelektual : Mendominasi, cerewet,kasar, berdebat,
meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
5. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
6. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
Perhatian : bolos, melarikan diri, (Hasannah, 2019).

Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan keperawatan jiwa
dengan masalah risiko perilaku kekerasan, ialah

1. Subjektif : Mengungkapkan perasaan kesal atau marah., keinginan untuk


melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, klien suka membentak dan
menyerang orang lain.
2. Objektif : Mata melotot/pandangn tajam, tangan mengepal dan rahang
mengatup, wajah memerah.postur tubuh kaku.mengancam dan mengumpat
dengan kata-kata kotor. suara keras.bicara kasar, ketus menyerang orang lain
dan melukai diri sendiri/orang lain. merusak lingkungan. amuk/agresif
(Pardede, 2020).

D. Faktor Resipitasi
Faktor-faktor yangdapatmencetusperilakukekerasanseringkaliberkaitandengan :
a. Ekspresidiri,inginmenunjukaneksistensidiriatausimbolsolidarotassepertidalamsebua
hkonser,penontonsepak bola,gengsekolah, perkelahianmasal,danlain-lain.
b. Ekspresidaritidakterpenuhinyakebutuhandasardankondisisosialekonomi.
c. Ketidaksiapanseorangibudalammerawatanaknyadanketidakmampuanmenempatka
ndirisebagai seorangyangdewasa.
d. Adanyariwayatperilakuantisosialmeliputipenyalahgunaanobatdanalkoholismedanti
dakmampumengontrol emosinya padasaatmenghadapirasa frustasi.
e. Kematiananggotakeluargayangterpenting,kehilanganpekerjaan,perubahantahapper
kembangan,atauperubahantahap perkembangan keluarga.
E. Faktor Predisposisi
Faktorpredisposisiadalahfaktoryangmendasariataumempermudahterjadinya perilaku
yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaanmaupun keyakinan
berbagai pengalaman yang dialami setiap orang merupakan faktorpredisposisi artinya
mungkin terjadi mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan (Direja,2011)

F. Pathofisiologi

Stres,cemas,hargadirirendah,danbermasalahdapatmenimbulkanmarah.Respon
terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
Secaraeksternalekspresimarahdapatberupaperilakukonstruktifmaupundestruktif.Mengek
spresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata-kata yang dapat
dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati otrang lain. Selain akan memberikan rasa
lega,ketegangan pun akan menurun dan akhirnya perasaan marah dpat teratasi.Ras
marahdiekspresikan secaradestruktif, mislanyadengan perilaku agresif, menantang
biasanyacara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat
menimbulkan amukyangdi tunjukanpadadiri sendiri, oranglain, danlingkungan
(Yosep,2011).
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak kuat,
individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga
rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikan akan menimbulkan rasa bermusuhan
yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada
suatu saat dpat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang di anjurkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Dermawan & Rusdi, 2013).
G. Pathway
H. MekanismeKoping

Perawatperlumengidentifikasimekanismeoranglain.Mekanismekopingkliensehinggada
patmembantuklienuntukmengembangkanmekanismekopingyangkonstruktifdalamme
ngekspresikanmarahnya.Mekanismekopingyangumumdigunakanadalahmekanismepe
rtahananegosepertidisplancement,sublimasi,proyeksi,depresi, dan reaksi formasi.

a. Displacement
Melepaskanperasaantertekannyabermusuhanpadaobjekyangbegituseperti
padamulanyayangmembangkitkan emosi.
b. Proyeksi
Menyalahkanoranglainmengenaikeinginannyayangtidakbaik.
c. Depresi
Menekanperasaanyang menyakitkanataukonflikingatandarikesadaran
yangcenderungmemperluasmekanismeego lainnya.

d. Reaksiformasi

Pembentukansikapkesadarandanpolaperilakuyangberlawanandenganapa

yangbenar-benar dilakukan oranglain.

I. Penatalaksanaan

Tindakan keperawatan generalis pada klien perilaku kekerasan dilakukan dalam 4


macam strategi pelaksanaan (SP) yaitu: mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik yaitu tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal, mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara minum obat secara teratur, mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal yaitu: menceritakan perilaku kekerasan, bicara baik (meminta, menolak dan
mengungkapkan perasaan), mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spritual,
pada setiap pertemuan klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk
mengatasi masalah kedalam jadwal kegaiatan harian (Keliat, 2019). Mengajarkan
stimulasi persepsi perilaku kekerasan berdasarkan standar pelaksanaan untuk
mengenal penyebab perilaku kekerasan dengan latihan fisik seperti : Tarik nafas
dalam dan pukul kasur bantal, meminum obat dengan teratur, berbicara secara
baikbaik seperti meminta sesuatu dan mengajarkan spritual sesuai kepercayaan
pasien (Pardede & Laia, 2020).
J. Teori Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

Pangkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan

keluarga. Pada saat di lakukan pengkajian, didapatkan respon perilaku

pasien. Menurut Stuar & Larasia Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai

bagian dari rentang respon marah yang paling maladaftif, yautu amuk,

Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

ansictas (Sutejo 2017).

Berikut adalah rentang respon perilaku kekerasan :

a. Asetif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.

b. Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis atau

terhambat. Pasif : Respon lanjut dimana pasien tidak mampu

mengungkapkan Perasaannya.

c. Agresif : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol. Selain melihat

respon perilaku melului tingkah laku pasien,pada pengkajian perlu

juga untuk melihat penyebab terjadinya perilaku kekerasan yang

dilukakan pasien. Penyebab terjadinya Perilaku Kekerasan dapat

dijelaskan dengan menggunakan konsep steres adaptasi Sturuat yang

meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi Faktor yang memicu

adanya masalah. ( Nurhalimah, 2016 )

2. Diagnose keperawatan

a. RisikoPerilakukekerasan

b. Risikomencederaidirisendiri,oranglain,danlingkungan

c. Hargadirirendah

d. Isolasisosial
3. Intervensi

1) Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan saling percaya


perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah :
a. Mengucapkan salam terapeutik.
b. Berjabat tangan.
c. Menjelaskan tujuan interaksi.
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu :
a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
e. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
3) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah, yaitu secara verbal terhadap :
a. Orang lain.
b. Diri sendiri. Diri sendiri.
c. Lingkungan
d. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
e. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
a) Fisik : pukul bantal, kasur, tarik nafas dalam.
b) Verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya.
c) Spiritual : kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien.
d) Obat
4) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
a. Latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal.
b. Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal
5) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara verbal :
a. Latih mengungkap rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

4. Implementasi
Setelah dibuat rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien
dengan risiko perilaku kekerasan, selanjutnya adalah menerapkan rencana tersebut
kepada pasien dan dilakukan evaluasi setiap selesai pemberian implementasi.

5. Evaluasi
Evaluasi kemampuan pasien mengatasi risiko perilaku kekerasan berhasil
apabila pasien dapat :
a. Menyebutkan penyebab, tanda, dan gejala perilaku kekerasan dan akibat
dari perilaku kekerasan.
b. Mengontrol perilaku kekerasan :
a) Fisik : tarik nafas dalam, memukul bantal/kasur.
b) Sosial/verbal : meminta, menolak, mengungkapkan perasaan secara
sopan dan baik.
c) Spiritual : dzikir/berdoa, meditasi berdasarkan agama yang dianut.
d) Psikofarmaka : rutin mengkonsumsi obat, tidak putus obat, mampu
mengenal obat sendiri dari warna, bentuk, nama, dosis.
DAFTAR PUSTAKA

Pardede, J. A. (2020, November 12). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah
Risiko Perilaku. Kekerasan. https://doi.org/10.31219/osf.io/we7zm
Hasannah, S. U. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Dengan Risiko Perilaku
Kekerasan (Doctoral dissertation, STIKes Kusuma Husada
Surakarta)http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/41
Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien Resiko Perilaku
Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149-156.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v2i3.226
Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, R. (2020). The Symptoms of Risk of Violence
Behavior Decline after Given Prgressive Muscle Relaxation Therapy on Schizophrenia
Patients. Jurnal Ilmu
Putri, M., Arif, Y., & Renidayati, R. (2020). Pengaruh Metode Student Team Achivement
Division Terhadap Pencegahan Perilaku Kekerasan. Media Bina Ilmia,14(10), 3317-3326.
Direja, A.H.S.2011. Buku Ajar Asuhan Keperwatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Keliat, B.A dan Akemat. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:
EGC.
Kusmawati, F dan Hartono Y. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Maramis, W.F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Widodo, Arif. 2004. Buku Ajar Keperawatan Jiwa II.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai