Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Konsep diri adalah semua pikiran,keyakinan,dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu
lahir,tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia (Stuart Dalam Damaiyanti
& Iskandar, 2012).
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya
sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidaak berharga, tidak berguna,
pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan
dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan arau orang
lain. Penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain,
gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah,perasaan
negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial,
khawatir, serta menarik diri dari realistis (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
World Health Organization (WHO) memperkirakan tidak kurang dari
450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Dari 50 juta populasi
orang dewasa indonesia, berdasarkan data departemen kesehatan (Depkes)
ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 %
dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangmya
layanan untuk penyakit kejiwaan ini, krisis ekonomi dunia yang semakin
berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia dan di indonesia
khusunya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 % juta atau 25 % dari
jumlah penduduk indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Komunikasi teraupetik dapat menjadi jembatan penghubung antara
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai pengguna
mengalami gangguan asuhan keperawatan, karena komunikasi teraupetik
dapat mengakamodasikan perkembangan status kesehatan yang dialami
pasien. Komunikasi teraupetik memperhatikan pasien secara holistic meliputi
aspek positif yang masih dimiliki pasien, dengan cara mendiskusikan bahwa

1
pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti
kegiatan pasien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gangguan Harga Diri Rendah ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah Ini Memiliki Tujuan :
a. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Gangguan Harga
Diri Rendah
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar Harga Diri Rendah ?
2. Mengetahui Etiologi Harha Diri Rendah ?
3. Mengetahui Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah ?
4. Mengetahui Mengetahui Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah ?
5. Mengetahui Komponen Konsep Diri ?
6. Mengetahui Rentang Respon Konsep Diri ?
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
(Menurut Yosep Damaiyanti & Iskandar, 2012). Harga diri rendah
adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi
secara :
a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaa, dicerai suami / istri, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara
tiba-tiba).
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit / dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini
dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada klien
gangguan jiwa (Damaiyanti & Iskandar, 2012).

2.2 Etiologi
(Menurut Yosep Damaiyanti & Iskandar, 2012). Berbagai faktor
menunjang terjadinya perubahan dalam konsep-diri seseorang. Dalam
tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah
pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak
diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering sering
gagal di sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cendrung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

3
(Menurut Stuart Dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012). faktor-
faktor yang mengakibatkan harga diri rendah meliputi faktor
predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut :
a). Faktor Predisposisi
1 Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.
2 Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe
peran gender, tuntunan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3 Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
b). Faktor presipitasi
(Menurut Yosep Dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012). faktor
presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya dalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan / bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum, ganggun konsep
diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau
kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba-
tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau
dipenjara, termasu di rawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga
diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah kronik,
biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelumnya dirawat
klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.
c). Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku
yang objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam
diri klien sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
salah satunya mengkritik diri sendiri, sedangkan keracunan identitas

4
seperti sifat kepribadian yang bertentangan serta depersonalisasi
(Damaiyanti & Iskandar, 2012).

2.3 Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


(Menurut Damaiyanti Dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012). tanda dan gejala
harga diri rendah adalah sebagai berikut :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang
dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan
bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah
(Damaiyanti & Iskandar, 2012).
2.4 Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah
Batasan karakteristik (menurut Nanda -1 Dalam Damaiyanti & Iskandar,
2012), yaitu :
a. Bergantung pada pendapat orang lain.
b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa.
c. Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.
d. Secara kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup.
e. Secara berlebihan mencari penguatan.
f. Enggan mencoba situasi baru.
g. Enggan mencoba hal baru.
h. Perilaku bimbingan.
i. Kontak mata kurang.
j. Perilaku tidak asertif.
k. Sering kali mencari penegasan.
l. Pasif.

5
 Pohon Masalah

Menarik Diri
Effect

Harga diri rendah


Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif

Causa / penyebab

(Damaiyanti & Iskandar,2012)

2.5 Komponen Konsep Diri


(Dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).
a. Citra Tubuh (Body Image).
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta
perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan,
dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinabungan dengan
persepsi dan pengalaman baru. Hal-hal yang terkait dengan gambaran
diri sendiri fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia
remaja, bentuk tubuh, tinggi badan, dan berat badan serta tanda-tanda
pertumbuhan kelamin sekunder, menjadi gambaran diri, cara individu
memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis.
b. Ideal Diri (Self Ideal).
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia
seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai
personal tertentu. Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan
cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.Hal-hal yang terkait
dengan ideal diri meliputi perkembangan awal terjadi pada masa kanak-

6
kanak, terbentuknya masa remaja melalui proses identifikasi terhadap
orang tua, guru, dan teman.
c. Identitas Diri (Self Idenfity)
Identitas Pribadi adalah prinsip pengorganisasian kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinabungan, konsitensi, dan
keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan
terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama
pada masa remaja.
d. Peran Diri (Self Role)
(Menurut Stuart Dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012). peran diri
merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok
sosial. Peran yang diterapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang
tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran terpilih atau
dipilih oleh individu.
Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya
pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih dan dipilih oleh
individu. Setiap orang mempunyai peran lebih dari satu. Untuk dapat
berfungsi efektif sesuai dengan perannya, seseorang harus tahu perilaku
dan nilai-nilai yang diharapkan, harus berkeinginan untuk
menyesuaikan diri dan harus mampu mencukupi peran yang di
khendaki (Potter dan perry Dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri merupakan penilaian individu dengan tentang nilai
personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku
dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang
berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang
yang penting dan berharga (Stuart Dalam Damaiyanti & Iskandar,
2012).
Harga diri adalah perasaan tentang nilai, harga atau manfaat dari
diri sendiri yang berasal dari kepercayaan positif atau negatif seorang

7
individu tentang kemampuannya dan menjadi berharga (Fortinash et al,
1999).
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama
adalah dicinta dan menerima penghargaan dari orang lain. Harga diri
akan rendah jika kehilangan cinta dan seseorang kehilangan
penghargaan dari orang lain (Stuart dan laraia,2005). Keluarga dan
sistem pendukung sosial dapat membantu meningkatkan harga diri
seseorang dengan cara :
a. Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
b. Menegaskan pentingnya klien
c. Menolong membuka perasaan negatif
d. Memberi umpan balik perilaku
e. Memberi rasa percaya dan keyakinan
f. Memberi informasi yang dibutuhkan
g. Berperan sebagai pembela
h. Memberi dukungan yang bervariasi : uang, bantuan fisik, material
dan tanggung jawab
i. Menghargai penilaian personal yang cocok terhadap pekerjaan
(Dermawan & Rusdi, 2013).

2.6 Rentang Respon Konsep Diri

Gambar Rentang Respon Konsep Diri


( Stuart G.W Dalam Dermawan & Rusdi, 2013.)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Diri Konsep Diri Positif Harga Diri Rendah Kerancuan Identitas Depersonalisasi

Sumber : Dermawan & Rusdi, 2013.

8
Keterangan :
a. Aktualisasi diri : pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalamam sukses.
b. Konsep diri posituf : apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam perwujudan dirinya.
c. Harga diri rendah : perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya, pesimis.
d. Kerancuan identitas : kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai indentifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososisal dewasa yang harmonis
e. Dipersonaalisasi : perasaan tidak realitik dalam kegiatan dari diri
sendiri, kesulitan membedakan diri sendiri, merasa tidak nyata dan
asing baginya.

9
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN HARGA
DIRI RENDAH DI RUANG PERKASA RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn.I
Umur : 31 Tahun
Alamat : Ngabang
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan disuruh ibu dan istrinya untuk melanjutkan
berobat,sering menyendiri dikamar, bicara sedikit, sulit komunikasi.
3. Alasan Masuk
2 bulan sebelum masuk RSJ klien sering menyendiri, membanting barang,
bicara sedikit, sulit komunikasi, bicara sendiri dan sulit tidur.
4. Faktor Predisposisi
a. Klien pernah mengalami gangguan jiwa kurang lebih 3 tahun yang lalu,
pernah rawat jalan RSJ. SUNGAI BANGKOK PONTIANAK
b. Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil
c. Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada anggota
keluarga yang mengalamai gangguan jiwa
d. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yaitu ia jatuh dari sepeda
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – tanda vital :

10
 Tekanan darah : 130/80 mmhg
 Nadi : 84 x/menit
 Suhu : 36,5 C
 Pernafasan : 26x/menit
b. Ukuran
 Tinggi badan : 169 cm
 Berat Badan : 62 Kg
c. Kondisi Fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa-apa, tidak ada kelainan fisik.
6. Psikososial
a. Konsep Diri
a. Harga diri : klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan
orang lain selain ibu dan adik2nya, klien merasa tidak pantas jika
berada diantara orang lain, kurang interaksi sosial.
Masalah keperawatan : harga diri rendah
b. Hubungan sosial
a. Orang yang dekat dengan klien adalah ibu, istri, dan kedua anak
nya.
b. Peran serta kelompok/ masyarakat : sebelum klien sakit sering
mengikuti gotong royong di desanya
c. Hambatan dalam hubungan : selama klien di rawat jalan/ berobat
jalan temannya berkurang karena klien malu berkomunikasi
Masalah keperawatan : menarik diri
c. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5 x sehari, jika sholat klien
sehabis sholat klien berdoa agar cepat sembuh.
7. Status mental
a. Penampilan : penampilan klien kurang rapi, klien menggunakan baju
yang disediakan di RSJ
b. Pembicaraan : klien berbicara lambat tetapi menundu, aktivitas klien
menyesuaikan

11
c. Aktivitas motorik : klien lebih banyak menunduk, aktivitas klien
menyesuaikan
d. Alam perasaan : klien mengatakan bosan di RSj ingin cepat sembuh
dan pulang, klien sebelum bisa bertemu ibu, istri, dan kedua anaknya
e. Interaksi selama wawncara : kontak mata kurang karena menunduk,
sesekali klien menengadah, selalu menjawab jika ditanya
f. Persepsi ; halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan
g. Pola pikir : tidak ada waham
h. Tingkat kesadaran : klien sadar hari, tanggal, dan waktu saat pengajian
hari jumat 28 november 2017 jam 10.30 WIB, hari berikutnya jua
klien sadar hati sabtu tanggal 28 november 2017.
i. Memori : daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung : klien berhitung lancar, contoh 20-
15=5
k. Kemampuan penilaaiaan : klien mampu menilai antara masuk kamar
setelah makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih
membereskan kursi.
8. Mekanisme Koping
a. Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu
b. Klien mampu menjaga keberhasilan diri sendiri
c. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,
lebih suka diam
9. Masalah psikososisal dan lingkungan
a. Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien menarik diri dari
lingkungan
b. Masalah dengan kesehatan (-)
c. Masalah dengan perumahan : klien tinggal dengan kedua orang tua dan
2 saudaranya
d. Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya

12
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah
b. Menarik Diri
c. Koping Individu Tidak Efektif
 Pohon Masalah
Menarik Diri
Effect

Harga diri rendah


Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif

Causa / penyebab

(Damaiyanti & Iskandar,2012)

13
3.3 Intervensi Keperawatan Harga Diri rendah

Nama Klien : Tn. I Diagnosa Medis : HARGA DIRI RENDAH


Ruangan : No. CM :
Tgl No Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Dx Keperawata
n
Tujuan Kriteria Evaluasi
1 2 3 4 5 6 7
Harga diri 1. klien dapat membina 1.1 ekspresi wajah 1.1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling
rendah hubungan saling bersahabat percaya dengan percaya merupakan
percaya menunjukan rasa mengungkapkan dasar untuk
senang, ada kontak prinsipmkomunikasi kelancaran
mata, mau brjabat teraupetik. hubungan interaksi
tangan, mau a. sapa klien dengan ramah selanjutnya
menjawab salam, baik verbal maupun non
klien mau duduk verbal.
berdampingan b. perkenalkan diri dengan
dengan perawat, sopan
mau mengutarakan c. tanyakan nama lengkap
masalah yang klien dan nama panggilan
dihadapi. yang disukai klien
d. jelaskan tujuan pertemuan
e. jujur dan menempati janji
f. tujukan sifat empati dari
menerima klien apa
adanya

14
g. beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
h. Diskusikan kemampuan
dan aspek yang dimiliki
klien

2. Klien dapat 2.1. Klien 2.1.1 Diskusikan kemampuan dan Diskusikan tingkat
mengidentifikasi mengidentifikasi aspek positif yang dimilki kemampuan klien
kemampuan dan kemampuan dan klien. seperti menilai
aspek positif yang aspek positif 2.1.2 setiap pertemuan klien realitas, kontrol diri
dimilki. yang dimilki: hindarkan dari memberi nilai atau integrotas ego
- kemampuan negatif sebagai dasar
yang dimilki 2.1.3 utamakan memberi pujian asuhan
klien yang realistik keperawatan.
- aspek positif
keluarga Reinforcement
- aspek positif positif akan
lingkungan meningkatkan
yang dimilki harga diri
klien
Pujiaan yang
realistik tidak
menyebabkan
melakukan
kegiatan hanya
karena ingin

15
mendapat pujian.
3. klien dapat menilai 3.1 klien menilai 3.1.1 diskusikan dengan klien Keterbukaan dan
kemampuan yang kemampuan yang kemampuan yang masih pengertian tentang
digunakan dapat digunakan dapat digunakan selama kemampuan yang
sakit. dimilkik adalah
3.1.2 diskusikan kemampuan prasarat untuk
yang dapat dilanjutkan berubah.
penggunaan
Pengertian tentang
kemampuan yang
dimilki diri
motivasi untuk
tetap
mempertahankan
penggunaannya.

4. Klien dapat 4.1 klien membuat 4.1.1 rencanakan bersana klien Klien adalah
(menetapkan)kegiata rencana kegiatan aktifitas yang dapat individu yang
n sesuai dengan harian dilakukan setiap hari sesuai bertanggung jawab
kemampuan yang kemampuan : terhadap dirinya
dimilki - kegiatan mandiri sendiri.
- kegiatan dengan bantuan
sebagian Klien perlu
- kegiatan yang bertindak secara
membutuhkan bantuan realistis dalam
total kehidupannya
4.1.2 tingkatkan kegiatan yang
sesuai dengan toleransi Contoh peran yang

16
kondisi klien dilihat klien akan
4.1.3 beri contoh cara pelaksanaan memotivasi klien
kegiatan yang boleh klien untuk
lakukan melaksanakan
kegiatan

5. klien dapat 5.1 klien melakukan 5.1.1 beri kesempatan kepada klien Memberikan
melakukan kegiatan kegiatan sesuai untuk mencoba kegiatan kesempatan kepada
sesuai kondisi sakit kondisi sakit dan yang telah direncanakan klien mandiri
kemampuannya 5.1.2 beri pujian atas keberhasilan rumah
klien
5.1.3 diskusikan kemungkinan Reinforcement
pelaksanaan dirumah positif akan
meningkatkan
harga diri.
Meberikan
kesempatan kepada
klien untuk tetap
melakukan
kegiatan yang bisa
dilakukan

6. klien dapat 6.1 klien 6.1.1 beri pendidikan kesehatan Mendorong


memanfaatkan sistem memanfaatkan pada keluarga tentang cara keluarga untuk
pendukung yang ada sistem pendukung merawat klien dengan harga mampu merawat
yang ada di diri rendah klien mandiri
keluarga 6.1.2 bantu keluarga meberikan dirumah.

17
dukungan selama klien
dirawat Support system
6.1.3 bantu klien menyiapkan keluarga akan
lingkungan di rumah sangat berpengaruh
dalam
mempercepat
proses
penyembuhan

Meningkatkan
peran serta
keluarga dalam
merawat klien
dirumah

18
3.4 Rencana Keperawatan Harga Diri Rendah Dalam Bentuk Strategi
Pelaksanaan

NO PASIEN KELUARGA
SP1P SPIK
1 Mengidentifikasi kemampuan dan Mendiskusikan masalah yang
aspek positif yang dimilki klien. dirasakan keluarga dalam
merawata klien di rumah

2 Membantu klien menilai Menjelaskan pengertian, tanda


kemampuan lkien yang masih dapat dan gejala harga diri rendah
digunakan yang dialami klien beserta
proses terjadinya

3 Membantu klien memilih atau Menjelaskan cara-cara merawat


menetapkan kegiatan yang akan klien dengan harga diri rendah
dilatih sesuai dengan kemampuan
klien

4 Melatih klien sesuai dengan Mendemonstrasikan cara


kemampuan yang dipilih merawat klien dengan harga diri
Rendah

5 Memberikan pujian yang wajar Memberi kesempatan kepada


terhadap keberhasilan klien keluarga untuk mempraktikkan
cara merawat klie dengan harga
diri rendah
6 Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga
harian klien mempraktikkan cara merawat
langusung kepada klien harga
diri rendah

2 Melatih klien melakukan kegiatan


yang sesuai dengan kemampuan
klien

3 Menganjurkan klien memasukkan


dalam jadwal kegiatan harian
SP3K
Membuat perencanaan pulang
bersama keluarga dan membuat
jadwal aktifitas dirumah
termasuk minum obat (discharge
planing)

19
Menjelaskan follow up klie
setelah pulang

3.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan yang kami lakukan setiap hari pada akhir


pertemuan adapun hasil evaluasi yang kami dapatkan pada hari pertama dan
kedua secara subyektif, klien mengatakan tidak malu berhadapan langsung
dengan orang lain selain ibu dan adik2nya, klien merasa pantas jika berada
diantara orang lain. Secara obyektif pasien sudah mampu Berinteraksi dengan
masyarakat di lingkungan sekitar.
Evaluasi keperawatan dilakukan secara:
S : Klien mengatakan tidak malu berhadapan langsung dengan orang lain
selain ibu, istri dan adik2nya.
O : Klien tampak sudah mau berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan
sekitar, seperti kepada tetangga.
A : Klien tampak sudah mau dan mampu melakukan kegiatan harian seperti
melakukan latihan menyapu, kontak mata baik.
P : Mendiskusikan kepada keluarga klien tentang tindakan yang telah di
lakukan klien selama dirumah sakit dalam mempertahankan hubungan
saling percaya berinteraksi secara terarah.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep,2009).
Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri
rendah meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi yaitu Faktor yang
mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis. Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri
rendah biasanya dalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan /
bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.

4.2 Saran
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik
secara teoritis maupun praktek tentang Harga Diri rendah agar dapat
memberikan nasehat, motivasi, dorongan pada klien yang mengalami Harga
Diri Rendah agar dapat Berinteraksi baik dengan masyarakat dan dapat
memberikan asuhan keperawatan Harga Diri Rendah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. dan Iskandar. (2012). “Asuhan Keperawatan Jiwa”. Bandung :


PT Refika Aditama.

Darmawan, D. Dan Rusdi. (2013). “Keperawatan Jiwa : Konsep Dan Kerangka


Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa”. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

22

Anda mungkin juga menyukai