Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. KASUS (MASALAH UTAMA)


1. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol
(Farida Kusumawati, 2011).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri, maupun orang lain (Yosep, 2009).
2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
1. Teori Psikologis
a) Tedapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.
b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan
c) Frustasi
d) Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
2. Faktor Sosial Budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respons yang lain. Faktor
ini dapat dipelajari melalu observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya
juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
3. Faktor Biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (pada system limbik) ternyata menimbulkan
perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk
intreprestasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka
lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya.
4. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagi berikut :
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b) Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien
sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
c) Lingkunan : panas, padat, bising, dll.
3. Rentang respon
Rentang respon marah menurut Yosep I, (2010) pada pasien perilaku kekerasan
merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan
dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan
proses penyampaian pesan dari incividu. Orang yang mengalami kemarahan
sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia ''tidak setuju, tersinggung, merasa
tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan''. Rentang respon kemarahan
individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon sangat tidak normal
(maladaptif).
a. Respon adaptif Respon dan maladaptif
1. Asertif : Klien mampu mengungkapk an marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan kelegaan
2. Frustasi : Klien gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatifnya.
3. Pasif : Klien merasa tidak dapat mengungkapka n perasaannya, tidak berdaya,
dan menyerah.
4. Agresif : Klien mengekpresik an secara fisik, tapi masih terkontrol,
mendorong orang lain dengan ancaman.
5. Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol,
disertai amuk, merusak lingkungan.
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.
Pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega. Perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal dan fisik. Sedangkan marah
tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih merujuk kepada suatu perangkat
perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah.
Dengan kata lain kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul sebagai
respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu
(Purwanto P, 2015). Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien
sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
kontruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti: sublimasi yaitu menerima
suatu sasaran pengganti artinya saat mengalami suatu dorongan , penyalurannya
ke arah lain, proyeksi yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik, represi yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan
atau membahayakan masuk ke alam sadar, reaksi formasi yaitu mencegah
keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebih-lebihkan sikap dan
perilaku yang berlawanan digunakannya sebagai rintangan, dan diplacement yaitu
melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan pada obyek yang tidak begitu
berbahaya yang membangkitkan emosi itu (Maramis, 2009). Berdasarkan hal
tersebut penulis tertarik mengangkat untuk menulis karya tulis ilmiah tenntang
mekanisme koping pada pasien perilaku kekerasan yang berjudul " Mekanisme
Koping Pada Pasien Perilaku Kekerasan Dengan Risiko Menciderai Orang Lain
Dan Lingkungan".

4. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Yosep (2009) adalah sebagai berikut :
a. Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot/ pandangan tajam
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Postur tubuh kaku
f) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
f) Ketus
c. Perilaku
a) Melempar atau memukul benda/orang lain
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri/orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Mengamuk/agresif
d. Emosi
a) Tidak adekuat
b) Tidak aman dan nyaman
c) Rasa terganggu
d) Dendam dan jengkel
e) Tidak berdaya
f) Bermusuhan
g) Mengamuk
h) Ingin berkelahi
i) Menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
a) Mendominasi
b) Cerewet
c) Kasar
d) Berdebat
e) Meremehkan
f) Sarkasme
f. Spiritual
a) Merasa diri berkuasa
b) Merasa diri benar
c) Mengkritik pendapat orang lain
d) Menyinggung perasaan orang lain
e) Tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
a) Menarik diri
b) Pengasingan
c) Penolakan
d) Kekerasan
e) Ejekan
f) Sindiran.
h. Perhatian
a) Bolos
b) Mencuri
c) Melarikan diri
d) Penyimpangan seksual.
5. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu
klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontruktif dalam
mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti: sublimasi yaitu menerima suatu sasaran pengganti
artinya saat mengalami suatu dorongan , penyalurannya ke arah lain, proyeksi yaitu
menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik,
represi yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar, reaksi formasi yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan digunakannya sebagai
rintangan, dan diplacement yaitu melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan
pada obyek yang tidak begitu berbahaya yang membangkitkan emosi itu (Maramis,
2009). Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik mengangkat untuk menulis karya tulis
ilmiah tenntang mekanisme koping pada pasien perilaku kekerasan yang berjudul "
Mekanisme Koping Pada Pasien Perilaku Kekerasan Dengan Risiko Menciderai Orang
Lain Dan Lingkungan".
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Kemungkinan data fokus
a. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung, baik kepada pasien
maupun keluarga pasien untuk mendapatkan data yang subjektif maupun objektif
dengan menggunakan format pengkajian.
a) Merasa sepi
b) Merasa tidak aman
c) Hubungan tidak berarti
d) Bosan dan waktu terasa lambat
e) Tidak mampu konsentrasi
f) Merasa tidak berguna
g) Tidak yakin hidup
h) Merasa ditolak.
a. Pemeriksaan Fisik dan Observasi
1) Pemeriksaan Fisik
Hasil pengukuran tanda vital (TD: cenderung meningkat, Nadi: cenderung
meningkat, suhu: meningkat, Pernapasan : bertambah, TB, BB: menurun).
2) Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung kepada
pasien untuk mendapatkan data yang objektif dengan menggunakan format
pengkajian.
a) Banyak diam
b) Tidak mau bicara
c) Menyendiri
d) Tidak mau berinteraksi
e) Tampak sedih
f) Ekspresi datar dan dangkal
g) Kontak mata kurang.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Minnesolla Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan psikolog
dalam menentukan kepribadian seseorang yang terdiri dari 556 pernyataan
benar atau salah.
2) Elektroensefalografik (EEG)
Suatu pemeriksaan dalam psikiatri untuk membantu membedakan antara
etiologi fungsional dan organik dalam kelainan mental.
3) Test laboratorium kromosom darah untuk mengetahui apakah gangguan jiwa
disebabkan oleh genetik.
4) Rontgen kepala untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan
struktur anatomi tubuh.
2. Masalah keperawatan dan data yang perlu di kaji
a. Pohon masalah

Perilaku Kekerasan

Regimen terapeutik Harga diri rendah Peubahan Persepsi


interaktif kronis Sensori : Halusinasi

Koping keluarga Berduka disfungsional Isolasi social : menarik diri


tidak efektif

Sumber : Fitria (2009)

b. Data yang di kaji


No. Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
1. Resiko Mencederai Diri, Ds :
Orang Lain dan  Klien mengatakan benci atau kesal
Lingkungan pada seseorang.
 Klien suka membentak dan
menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya.

Do :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar
barang-barang.
2. Perilaku Kekerasan Ds :
 Klien mengatakan benci atau kesal
pada seseorang.
 Klien suka membentak dan
menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya.

Do :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar
barang-barang.
3. Gangguan Konsep Diri : Ds :
Harga Diri Rendah  Klien mengatakan: saya tidak
mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Do :
 Klien tampak lebih suka sendiri,
bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin
mencederai diri/ ingin mengakhiri
hidup.

3. Rencana tindakan keperawatan


Diagnosa : Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan secara mandiri
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya
a) Beri salam setiap berinteraksi
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan
c) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
d) Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
a) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
b) Buat kontrak interaksi yang jelas
c) Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapkan perasaan klien
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya
Intervensi :
1. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya :
a) Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya
b) Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan
perasaan klien
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Intervensi :
Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya :
a) Motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan
terjadi
b) Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya saat terjadi perilaku
kekerasan
c) Motivasi klien menceritakan kondisi psikologi saat terjadi perilaku
kekerasan
d) Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat
terjadi perilaku kekerasan
d. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
Intervensi :
Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini :
a) Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama
ini pernah dilakukannya
b) Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan
tersebut terjadi
c) Diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukannya
masalah yang dialaminya teratasi
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Intervensi :
Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada :
a) Diri sendiri
b) Orang lain/keluarga
c) Lingkungan
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan.
Intervensi :
Diskusikan dengan klien :
a) Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang
sehat
b) Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui klien
a) Jelaskan cara-cara sehat untuk :
1. Cara fisik : napas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga
2. Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain
3. Sosial : latihan asertif dengan orang lain
4. Spiritual : sembahyang atau do’a, zikir, mediasi, dll sesuai keyakinan
masing-masing
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
Intervensi :
1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara
yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan
2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih
a) Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih
b) Jelaskan manfaat cara tersebut
c) Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan
d) Beri pengamatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
h. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/ jengkel.
Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan
Intervensi :
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien
untuk mengatasi perilaku kekerasan
2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
perilaku kekerasan
3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
4. Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan)
5. Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
7. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
i. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan
Intervensi :
1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
menggunakan obat
2. Jelaskan kepada klien :
a) Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
b) Dosis yang tepat untuk klien
c) Waktu pemakaian
d) Efek yang akan dirasakan klien
j. Anjurkan klien :
a) Minta dan menggunakan obat tepat waktu
b) Lapor kepada perawat/ dokter jika mengalami efek yang tidak biasa
c) Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, (Alih Bahasa) Monica
Ester. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna. (2009). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta: EGC.

Kusumawati, Farida dan Hartono, Yudi. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Purba, dkk., (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Cetakan kedua (Edisi Revisi). Bandung: PT Refrika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai