Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. KASUS (MASALAH UTAMA)


1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan,
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Dermawan & Rusdi, 2013).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting). (Fitria,2009).
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak
memperdulikan perawatan diri. Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan
dalam keluarga dan masyarakat (Keliat, 2009).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit
perawatan diri. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan
ketidakberdayaan yang berhubungan dengan keadaannya sehingga
terjadilah defisit perawatan diri (Muslim, 2010).

2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungan.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.

3. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan


seimbang diri tidak seimbang perawatan diri

a. Pola perawatan diri seimbang : saat pasien mendapatkan stressor dan


mampu untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak : saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak perduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stress. (Ade, 2011).
4. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut fitria (2009) adalah
sebagai berikut :
a. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan suber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil
potongan pakaian, menenggalkan pakaian serta memperoleh atau
menukar pakaian. Len juga memiliki ketidakmampuan dalam
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakain dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah dan
memasukannya ke dalam mulut, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.

5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 menurut
Damaiyanti 2012 yaitu:
a. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat
fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan
cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau
merawat diri.

B. PROSES KEPERAWATAN :
1. Kemungkinan Data Fokus
a. Wawancara
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pasien
dan keluarga.
Tanda dan gejala defisist perawatan diri yang dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut :
1. Coba ceritakan kebiasaan/cara pasien dalam membersihkan diri?
2. Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut,
menggosok gigi dan menggunting kuku?
3. Bagaimana pendapat pasien tentang penampilan dirinya? Apakah pus
dengan penampilan sehari-hari pasien.
4. Berapa kali sehari pasien menyisir rambut, berdandan, bercukur (untuk
laki-laki ) secara teratur?
5. Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan
yang akan dilakukan?
6. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan pasien mandi sehari-hari?
Peralatan mandi apa saja yang digunakan pasien?
7. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien?
8. Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan
fungsinya?
9. Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketika selesai BAB/BAK?
10. Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB/BAK setelah
BAB/BAK?
11. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri
yang benar?

b. Pemeriksaan fisik dan observasi


1. Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi TTV
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakn oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan
keluhan yang ada
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada
2. Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah sebagai berikut :
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit kotor, berdaki/bau, kuku panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut
acak-acakan, oakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak
berdandan.
c. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai
dengan ketidakmampuan mengambil makanan dan minum secara
mandiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan
BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB/BAK.

c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Electroencephalogram (EEG) adalah suatu pemeriksaan yang
bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi
otak
2. Single Photon EmissonComputed Tomography (SPECT) untuk
melihat wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan
menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik radiologi
dengan menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer
untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat
mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh
atau otak.
4. Menurut Copel (2007) yaitu dengan terapi Elektro Convulsif
Teraphy (ECT), kejutan listrik dialirkan ke otak dengan cara
menempatkan elektroda–elektroda pada pelipis.

2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


a. Pohon Masalah
Resiko Tinggi Isolasi Sosial Effect

Defisit Perawatan Diri Core Problem

Harga Diri Rendah Causa


Sumber : ( Fitria.2009 ).
b. Data yang dikaji
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
1. Subjektif
a. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin
atau di RS tidak tersedia alat mandi
b. Klien mengatakan dirinya malas berdandan
c. Klien mengatakan ingin disuapi makan
d. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah
BAK maupun BAB
2. Objektif
a. Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku
panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut
acak
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki-laki) atau tidak berdandan (wanita)
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran
dan makan tidak pada tempatnya
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB/BAK

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Defisit perawatan diri
Tujuan tindakan keperawatan agar pasien mampu:
a. Melakukan kebersihan diri sendiri secara mandiri.
b. Melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Melakukan makan dengan baik.
d. Melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi:
SP I Pasien:
a. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
c. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP II Pasien:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara makan yang baik.
c. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik.
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian.
SP III Pasien:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara eliminasi yang baik.
c. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam jadwal
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP IV Pasien:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara berdandan.
c. Membantu pasien mempraktekan cara berdandan
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti Mukhripah,dkk.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika


Aditama.
Fitria Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba
Medika.
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic
Course). Jakarta: EGC
Neri, Silvia,.2018. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan diakses dari
https://www.academia.edu/6822348/STRATEGI_PELAKSANAAN_TIN
DAKAN_KEPERAWATAN_SP-
1_Pasien_Defisit_Perawatan_Diri_Pertemuan_Ke-1 pada 14 Juni 2018
Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai