Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DEFISIT PERAWATAN


DIRI

Disusun Oleh :

Tridara Februaluki
18210100096

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
JAKARTA
2022

1
2

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DEFISIT


PERAWATAN DIRI
A. Kasus (Masalah Utama)
Defisit Pearawtan diri
B. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang
mengalai kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak
ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam :
kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang
air besar atau kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul
pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan
gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian
atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri
tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi,
makan dan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting.
3

C. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri
adalah:
1. Perkembangan
Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu melindungi dan
memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan inisiatif dan
keterampilan.
2. Biologis
Seberapa penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri. Faktor selanjutnya adalah
kemampuan realitas yang menurun. Klien dengan gangguan jiwa
mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga
menyebabkan ketidak pedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk
perawatan diri.
3. Sosial
kurang dukungan serta latihan kemampuan dari lingkungannya,
menyebabkan klien merasa
D. Faktor Presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurangnya atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual,
cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Sedangkan menurut Depkes tahun 2000 faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah body Image, praktik social, status sosial
ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak perduli dengan dirinya. Pada anak anak selalu
dimanja dalam kebersihan diri maka,kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
4

Personal higiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat


gigi, shampoo dan alat mandi lainnya yang membutuhkan uang untuk
menyediakannya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita
DM yang harus menjaga kebersihan kakinya. Pada factor Budaya,
terdapat budaya di sebagian masyarakat tertentu jika individu sakit tidak
boleh dimandikan. Ada pula kebiasaan seseorang yang enggan
menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, missal sabun,
shampoo, dll.
Sedangkan, untuk factor kondisi fisik, pada keadaan tertentu / sakit
kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukan nya.
E. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas makan secara mandiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
5

F. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)
adalah sebagai berikut :
1. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan
badan,memperoleh atau mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau
aliran air mandi,mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau
menukar pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian,mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan
makanan,mempersiapkan makanan,melengkapi makanan,mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat,serta mencerna
cukup makanan dengan aman
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari
jamban,memanipulasi pakaian untuk toileting,membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram toilet atau kamar kecil.
6

G. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan tidak melakukan perawatan


seimbang diri tidak seimbang diri

Keterangan:
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan
stresor kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan
dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak
peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
1. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah : Klien bisa
memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme Koping Mal Adaptif
Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategori nya adalah : Tidak mau merawat diri
7

I. A. Pohon masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
Defisit perawatan diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Data subyektif:
Klien Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa
tidak berdaya.
b. Data obyektif:
Rambut klien kotor dan acak-acakan, badan dan pakaian kotor
serta bau, mulut dan gigi bau,kulit kusam dan kotor,
J. Dignosa Keperawatan
Defisit perawatan diri

K. Rencana Tindakan Keperawatan


Terlampir
SRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI

Nama : Ny. Ratna

Hari/Tanggal : September 2022

Pertemuan :1

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Klien Klien Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa
tidak berdaya, Rambut klien kotor dan acak-acakan, badan dan pakaian
kotor serta bau, mulut dan gigi bau,kulit kusam dan kotor
a. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
b. Tujuan Khusus
1) Klien Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat menjelaskan, pentingnya kebersihan diri.
3) Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
4) Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan
perawat.
5) Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
c. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Bina hubungan saling percaya.
3) Jelaskan pentingnya perawatan diri yang baik..
4) Ajarkan klien mempraktekan cara perawatan diri : mandi,
gosok gigi dan cuci rambut
5) Bantu klien mempraktekan cara perawatan diri.
6) Anjurkan klien memasukan kegiatan perawatan diri secara
mandiri di dalan jadwal kegiatan harian.

8
9

2. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan


a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Tridara Februaluki. saya
adalah mahasiswa Profesi keperawatan Universitas Indonesia
Maju Jakarta Selatan, Saya praktik disini pada pagi hari dari pukul
07.00 sampai jam 2 siang nanti, Saya akan merawat ibu selama di
RS ini, nama ibu siapa? Senang nya dipanggil apa.”
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah mandi &
gosok gigi.?”
3) Kontrak
Topik : “Baiklah bu. Bagaimana kalau kita diskusi tentang
kebersihan diri?”
Waktu : “Berapa lama ibu mau mengobrolnya.? Bagaimana
kalau 15 menit.? Ibu maunya kita ngobrol dimana.? Bagaimana
kalau di ruang rini”
b. Fase Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Berapa kali ibu mandi dalam sehari?”
“Menurut ibu, apa sih kegunaan mandi?”
“Apa alasan ibu sehingga tidak mau mandi?”
“Menurut ibu, apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan dir
kita?”
“Kira – kira tanda tanda orang yang merawat diri dengan baik, seperti
apa yaa?”
“Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri, masalah apa
menurut ibu yang bias timbul?”
“Sekarang coba ibu sebutkan alat apa saja yang digunakan untuk
menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci rambut, gosok
gigi… apa saja yang disiapkan.?”
10

“Benar sekali!! Ibu perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun,


sikat gigi, sampo dan odol serta sisir. Wahhhh… Bagus sekali!! Ibu
bisa menyebutkan dengan benar.”.

3. Terminasi
a) Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan
1. Evaluasi klien (Subjektif)
”Bagaimana perasaan ibu setelah, kita membicarakan tentang
cara merawat kebersihan diri? Baguss sekali bu! Nah, sekarang,
coba ibu sebutkan, cara perawatan diri yang telah kita pelajari
dan latih tadi? Bagus sekali?”
2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai
hasil tindakan yang telah dilakukan)
” Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita
jika kita menjaga kebersihan diri, dan kita juga sudah
melakukan latihan, cara Merawat diri, masukan kedalam jadwal
yaa! Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal ya
bu! mandi 2x Sehari, gosok gigi 2x sehari juga, keramas 2x
Seminggu. Bagaimana bu? Bisa dilakukan.? Baguss sekali, ibu
mau mencoba melakukannya.!”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a) Topik : ” Oh iya bu, berhubung kontrak waktu kita telah
habis, untuk pertemuan kita hari ini sampai disini dulu ya
besok kita akan bertemu lagi, dan membicarakan tentang
kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang baik
dan benar, apakah ibu bersedia?”
b) Waktu : ” Ibu mau jam berapa dan berapa lama? bagaimana
kalau jam 10? Baik bu kita akan berbincang selama 15
menit ya?”
c) Tempat
11

“Ibu maunya kita berbincang dimana.? bagaimana kalau di


ruangan ini saja? baiklah bu, besok saya akan kesini jam
10.00 ya! Sampai Jumpa besok ya bu. Saya permisi.
12

Anda mungkin juga menyukai