Anda di halaman 1dari 21

Seminar kasus halusinasi pada Ny.

By RIA AMYA
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR
Pengertian
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensori
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghidu. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada
(Keliat, Akemat, 2010).
 Rentang respon
lanjutannn
 Respon adaptif
 Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat
diterima akal.
 Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang suatu
peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
 Emosi konsisten berupa kemantapan perasaan jiwa sesuai
dengan peristiwa yang pernah dialami.
 Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang
berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk
gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.
 Hubungan sosial dapat diketahui melalui hubungan seseorang
dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat
lanjutannn
 Respon transisi
 Distorsi pikiran berupa kegagalan dalam mengabstrakan dan
mengambil kesimpulan.
 Ilusi merupakan persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus
sensori.
 Menarik diriyaitu perilaku menghindar dari orang lain baik dalam
berkomunikasi ataupun berhubungan sosial dengan orang-orang
disekitarnya.
 Reaksi Emosi berupa emosi yang diekspresikan dengan sikap yang
tidak sesuai.
 Perilaku tidak biasa berupa perilaku aneh yang tidak enak
dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal
orang lain.
(Stuart, 2007).
lanjutannn
 Respon maladaptif
 Gangguan pikiran atau waham berupa keyakinan yang salah yang
secara kokoh
 dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita sosial.
 Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi
yang salah terhadap rangsangan.
 Sulit berespon berupa ketidakmampuan atau menurunnya
kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan,
keakraban dan kedekatan.
 Perilaku disorganisasi berupa ketidakselarasan antara perilaku
dan gerakan yang ditimbulkan.
 Isolasi sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Stuart, 2007).
Faktor penyebab
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
 Faktor Predisposisi
 Biologis
1. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan denganterjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
lanjutannn
 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien.Salah satu
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien.
 Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres.
lanjutann
 Faktor Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi,
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.Penilaian
individu terhadap stresor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat,
2006).Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:
 Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
lanjutannn
 Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap
stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
 Sumber Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiology termasuk :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk mengurangi ansietas, hanya mempunyai sedikit
energy untuk aktivitas hidup sehari-hari.
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi.
3. Menarik diri.
Proses terjadinya
Faktor penyebab perasaan diancam oleh lingkungan
individu mencoba mengingkari ancaman memproyeksikan
kiraan internal pada lingkungan perasaan, kiraan,dan
keingainan negatif tidak dapat diterima sebagai bagian eksternal
halusinasi
Mekanisme koping
 Konstruktif
-
 Destruktif
a) Regresi
b) Proyeksi
c) Denial
d) withdrawal
Penatalaksanaan
a. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT).
b. Terapi aktivitas kelompok (TAK).
c. Psikofarmakologis
 Chloropromazine
 Haloperidol
 Trihexylpenidil
a. Keperawatan
 Pemberian sp kepada klien
 Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
 Mengontrol halusinasi dengan cara minum obat
 Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
 Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal
 Terapi aktivitas kelompok Stimulus Persepsi : Halusinasi
 Sesi 1 : Mengenal halusinasi
 Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
 Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
 Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
 Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan minum obat
Prinsip tindakan keperawatan
 Validasi dan tidak memfasilitasi halusinasi klien
 Adakan kontak sering tapi singkat
 Terima halusinasi dan ungkap realita perawat
 Bantu klien mengontrol halusinasi
Asuhan keperawatan teoritis teoritis
Pengkajian
1. Identitas
perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang: nama perawat, nama klien,
panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan dan topik yang akan dibicarakan.
Identitas klien yang perlu ditulis dalam format pengkajian
tersebut adalah inisial klien, umur, tanggal pengkajian, No.
MR dan informan
2. Alasan masuk
Klien biasanya dibawa kerumah sakit dengan alasan keluarga
melihat klien berbicara sendiri, marah tanpa sebab, ketakutan
pada sesuatu yang tidak jelas. Klien biasanya menyampaikan
mendengar suara-suara, melihat sesuatu seperti bayangan atau
monster, merasakan ada yang menyentuh, mencium bau
tertentu, merasa memakan seusatu seperti feses atau urin
3. Faktro predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa
Biasanya sebelumnya klien telah mengami gangguan jiwa
b. Pengobatan sebelumnya
Biasanya pengobatan sebelumnya mengalami kegagalan
bisa karena putus minum obat atau hanya mebawa klien
pada dukun kampung
c. pelaku/korban/saksi penganiayaan
Biasanya bisa terjadi karena klien mengobservasi , menjadi korban
atau saksi perlakuan kekerasan di keluarganya
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
biasanya ada anggota keluarga yang melami gangguan jiwa baik dari
pihak ibu atau pihak ayah atau keduanya
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
biasanya klien pernah mengalami masa lalu yang tidak
menyenangkan seperti perceraian, perceraian orang tua atau
pengaaniayaan
4. Fisik
Biasanya hasil pengukuran Tanda-Tanda vital pada klien dengan
gangguan halusinasi dalam batas normal. Namun integritas kulit klien
bisa tergangu karena klien menggaruk terutama pada klien dengan
halusinasi perabaan.
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
a. citra diri
biasanya persepsi klien terhadap tubuhnya tidak mengalami
penurunan, klien bisanya menyukai tubuhnya dan merasa tidak
ada yang salah dengan tubuhnya
b. Identitas diri
Biasanya klien puas statusnya sebagai seorang wanita atau laki-
laki. Klien mengetahui apa statusnya sebelum dirawat dan
biasanya klien merasakan ketidak puasan atas posisiya sebelum
dirawat dirumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai