”I” DENGAN
OLEH:
RUDI HARTONO
013.01.2892
Laporan peraktik keperawatan klinik jiwa dengan judul “Askep Jiwa Pada Tn.”I” dengan
gangguan ‘Resiko prilaku kekerasan’ di ruang Angsoka RSJ Mutiara Sukma Provinsi NTB”
pada tanggal 10 februari 2016
Hari/tanggal : 2016
Waktu :-
Mengetahui
Mahasiswa
RUDI HARTONO
013.01.2892
NIP : NIP :
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya yang telah diberikan pada kami, sehingga laporan kasus jiwa ”Resiko prilaku kekerasn”
ini dapat disusun dengan cermat dan dapat diselesaikan pada waktunya. Tidak lupa pula,
dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih pada teman-teman yang
membantu penyusunan makalah ini dan terutama kami ucapkan terima kasih pada dosen
fasilitator yang telah memberikan kami waktu untuk menyelesaikan laporan kasus jiwa ini
agar dapat dilakukan dengan optimal nantinya.
Kami sebagai pernyusun laporan kasus jiwa ini, menyadari bahwa penyusunan
laporan ini tidak jauh dari kesalahan serta kekurangan, dan kami akan berusaha
memperbaikinya untuk proses pembelajaran kami. Dan tentunya, kami mengharapkan saran
dan kritik yang membangun, agar kami dapat memperbaiki kekurangan dan dapat lebih baik
dalam menyusun makalah selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah yang kami susun dapat
dimanfaatkan dengan optimal untuk menunjang kemandirian mahasiswa dalam proses
pembelajaran.
Hormat Kami,
Penyusun
DAFTAR ISI
Judul ........................................................................................................................................ i
Lebar pengesahan................................................................................................................... ii
Daftar isi................................................................................................................................ iv
A. Pengkajian ..............................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan ...........................................................................................
C. Perencanaan ...........................................................................................................
D. Pelaksanaan ............................................................................................................
E. Evaluasi ..................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................................
A. Pengkajian ..............................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan ...........................................................................................
C. Perencanaan ...........................................................................................................
D. Pelaksanaan ............................................................................................................
E. Evaluasi ..................................................................................................................
BAB V PENUTUP..................................................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa.Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan”
oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota
keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama
yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga
belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat
pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan
perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.Asuhan keperawatan
perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien
mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga.
Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkanmenjadi pendekatan proses keperawatan.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa.WHO (2001) menyatakan,
paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.WHO memperkirakan
ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum
terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia
terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam
Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau
kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan,
jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).
B. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun asuhan keperawatan ini adalah untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata
kuliah keperawatan Jiwa II mengenai Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Resiko prilaku kekerasan.
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui definisi dari gangguan resiko prilaku kekerasn.
Untuk mengetahui etiologi dari resiko prilaku kekerasn.
Untuk mengetahui tanda dan gejala dari resiko prilaku kekerasn.
Untuk mengetahui rentang respon dari resiko prilaku kekerasn
Uuntuk mengetahui patofisiologi resiko prilaku kekerasn.
Untuk mengetahui mekanisme koping resiko prilaku kekerasn.
Untuk mengetahui askep dari resiko prilaku kekerasn.
C. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan yang digunakan adalah :
1. Metode deskriptif
2. Metode studi kepustakaan
3. Metode studi kasus
D. Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan
D. Pelaksanaan
E. Evaluasi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan
D. Pelaksanaan
E. Evaluasi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Laporan Pendahuluan
2. SP Klien dan Keluarga
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif pada waktu
terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang
sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000,
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya
langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai pemicu
dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal sehingga
mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and
Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
B. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Iyus Yosep (2009) faktor penyebab perilaku kekerasan meliputi faktor
predisposisi. Faktor predisposisi terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor
biologis, psikologis, sosial budaya, dan presipitasi.
1) Faktor Psikologis
a. Psychoanalytical theori
Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual
drives.
b. Frustasi agresion Theori
Teori dikembangkan oleh pengikut freud yang mengatakan bahwa bila usaha
seseoarng mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada
gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau
objek yang menyebutkan frustasi.
2) Faktor Sosial Budaya
- Seseorang akan bereson terhadap peningkatan emosional secara agresif sesuai
dengan respon yang di pelajarinya. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan.
3) Factor biologi
-berdasarkan teory biologic ada beberapa hal yang dapat mempengararuhi
seseorang dapat melakukan kekerasan, yaitu sebagai berikut:
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap.
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain.
E. patofisologi
- Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesua
- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
- Akibat
- Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi
dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku
kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan
melalui pengkajian meliputi :
- Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang
diserasakan oleh klien.
- Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat
dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul
jika tidak senang.
F. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentivikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu
pasien dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme yang sering digunakan
seperti, displacemen, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.
G. Pohon masalah
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Yosep, 2009), mengidentifikasi pohon masalah
perilaku kekerasan sebagai berikut :`
Effect Resiko Tinggi Mencederai orang
lain
Isolasi Sosial
Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi
Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
Faktor komunikasi dalam keluarga
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang
terlalu tinggi.
Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi,
harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan
koping destruktif.
Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan
besar dan bentuk sel korteks dan limbic.
Faktor genetik
b. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil
melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat
marah bertambah.
c. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan
dan menuntut.
d. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya
diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara
klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
e. Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit
hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses
tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan.
f. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan.
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Resiko perilaku kekerasan
II. Harga diri rendah
III. Isolasi sosial
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
Tindakan:
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
Tindakan :
Tindakan:
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
Tindakan :
b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
kesabaran.
Tindakan:
Tindakan :
keluarga.
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga
Tindakan:
dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
Tindakan :
Tindakan :
Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi prilaku
kekerasn.
a. Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi.
Intervensi :
Rasional :
Kalien akan lebih kooperatif jika sudah percaya dan merasa aman dengan perawat.
Kriteria hasil :
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
Intervensi :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria hasil :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi :
d. Diskusikan dengan klien jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktunya.
Rasional : meminimalisir waktu klien untuk sendiri.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang apa yang dialami oleh klien.
c. Dorong anggota keluarga untuk mendukung klien berinteraksi dengan orang lain.
d. Anjurkan anggota keluarga untuk teratur menjenguk klien.
e. Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 16 februari 2016 Tanggal dirawat : 27 januari 2016
Waktu : 15.45 No RM : 043508
RUANGAN RAWAT: RUANG ANGSOKA
I. Identitas klien
Nama : Tn. I
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : belum kawin
Suku bangsa : Embojo / Indinesia
Alamat : Ambalawi, Bima
Informan : klien, rekam medic
RM No : 043508
Penjelasan
Klien merupakan anak ke 1 dari 5 bersudara, klien tinggal bersama ibu bapaknya beserta
satu adiknya. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa seperti dirinya
Keterangan
: perempuan : klien
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan klien menyukai semua anggota tubuhnya
b. Identitas diri :
Klien bisa menyebutkan identitas dirinya dengan lengkap
c. Peran diri
Klien mengatakan bahwa dirinya sebagai anak pertama dari lima
bersaudara.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segara pulang ketemu ibunya
dan saudaranya yang lain
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dengan keadaanya saat ini
Masalah keperawatan : HDR
3. Hubungan sosial :
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti di hidupnya adalah kedua
orang tuanya dan adek-adeknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Sebelum masuk ke RSJ MUTIARA SUKMA klien jarang mengikuti
kegiatan kelompok di masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan jarang bergaul dan berbincang-bincang dengan orang
sekitarnya
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa dirinya menganut agama islam
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang beribadah (sholat) selama di RSJ
Masalah keperawatan : distress spiritual
DO:
- Menjauh dari orang lain
- Tidak mau bercakap-cakap dgan ornag lain
3 DS : HDR (harga
- Klien mengatakan drinya tidak berguna lagi diri rendah)
- Klie mengatakan malu dengan keadaanya saat ini
- Klien mengatakan malu dengan tetanga-tetangganya di rumah
DO :
- Kontak mata kurang
- Klien tampak bingung jika tidak diberikan pertanyaan
- Bicara kacau
XIII. Pohon masalah
Akibat Resiko prilaku kekerasan
Masalah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah (HDR)
C. INTERVENSI
1. Rencana tindakan keperawatan klien dengan resiko perilaku kekerasan (RPK)
Nama klien : Tn. I Dx medis : skizoprenia YTT
Ruangan : Angsoka
Ruangan : Angsoka
Ruangan : Angsoka
Tgl Perencanaan
Diagnosa
16
/2.201 keperaw
6 atan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Harga TUM: klien setelah beberapa 1 x kali -Bina hubungan saling percaya
diri interaksi,klien: dengan menggunakan prinsip
memiliki konsep
rendah kounikasi terapiutik
(HDR) diri yang positif menunjukkan ekspresi
wajah bersahabat,rasa
dan mau berbagi
senang,ada kontak
bersama teman- mata,mau berjabata
tangan,menjawab
temannya dan
salam,dan mau duduk
mau berbagi berdampingan dengan
perawat
bersama teman-
temannya.
TUK: 1
klien membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
Kamis DS : S:
Diagnose keperawatan P:
RTL:
RTL
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus yang diamati serta
membandingkannya dengan teori yang didapat untuk mengetahui sejauh mana factor
pendukung, penghambat dan solusinya dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn.“I”
dengan Gannguan resiko prilaku kekrasan di Ruang Angsoka Rumah Sakit Jiwa Mutiara
Sukma selama 6 hari mulai tanggal 15 Februari 2016 sampai dengan 20 Februari 2016.
Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap proses keperawatan yang meliputi
1. Masalah keperawatan
a. Faktor predisposisi
1. Faktor genetik
2. Faktor neurobiologi
3. Studi neirotransmitter
4. Psikologis
b. Faktor presipitasi
1. Sosial budaya
3. Penuh kritik
4. Kehilangan harga diri
6. Tekanan ekonomi
1. mengamuk
d. Mekanisme koping
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
Tindakan:
d. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
Tindakan:
f. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
Tindakan :
Tindakan:
Tindakan:
15. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
f. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
g. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
kesabaran.
Tindakan:
Tindakan :
c. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
Tindakan:
d. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
e. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
f. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
D. Implementasi
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya, berdasarkan teori kasus degan melihat
yang telah tercapai yaitu menganjarkan klien cara mengajarkan nafas dalam, pukul kasur
bantal, menolak secara verbal, menolak denagn cara spiritual dan memberikan
E. Evaluasi
keperawatan yang diberikan kepada Klien dengan Gangguan Resiko prilaku kekerasn
dan untuk menilai factor penghambat dan pendukung serta alternatif masalah.
Pada kasaus Tn.“I” sejauh ini cukup berhasil karena setelah dilakukan
tindakan klien bisa mengendalikan amarahnya dangan latihan verbal dan spiritual serta
A. Kesimpulan
Pada kasus Gannguan Persepsi Resiko prilaku kekerasan yang dialami pada Tn.”I”
tindakan menganjarkan klien cara mengajarkan nafas dalam, pukil kasur bantal, menolak
secara verbal, menolak denagn cara spiritual dan memberikan pendidikan kesehatan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan pada bab sebelumnya, kami mengajukan beberapa saran untuk
dijadikan bahan evaluasi antara lain :
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan agar lebih menambah pengetahuan mengenai pelaksanaan
asuhan keperawatan pada Klien Gannguan Resiko prilaku kekerasn
b. Mahasiswa lebih meningkatkan komunikasi theraupetik dalam berinteraksi dengan
Klien.
c. Mahasiswa hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan berkerjasama
dengan perawat ruangan untuk memvalidasi data.
2. Perawat
a. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan
pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan
keluarga untuk dapat pemecehan masalahya.
b. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain
yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.
c. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
DirektoratBinapelayanankeperawatandanpelayananmedikdepartemen
Keliat, Budiana dkk. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN. Jakarta :
EGC