BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa
gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas seperti
kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan
menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada
Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negatif seperti penarikan diri, apatis, dan perawatan
diri yang buruk (Forum Sains Indonesia, 2010).
Salah satu tanda dan gejala dari klien yang mengalami skizofrenia ialah terjadinya kemunduran
sosial. Kemunduran sosial tersebut terjadi apabila seseorang mengalami ketidakmampuan
ataupun kegagalan dalam menyesuaikan diri (maladaptif) terhadap lingkungannya, seseorang
tersebut tidak mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, sehingga
menimbulkan gangguan kejiwaan yang mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif terhadap
lingkungan di sekitarnya.
Kemunduran fungsi sosial yang dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan jiwa disebut
isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Purba, dkk. 2008).
Pasien isolasi sosial memiliki kemampuan sosialisasi yang rendah karena sifatnya yang selalu
menarik diri dari lingkungannya.
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi
kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif
dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan sosial atau status kesehatan seseorang
sejalan dengan perkembangan teknologi dapat dikatakan makin banyak masalah yang harus
dihadapi dan diatasi seseorang serta sulit tercapainya kesejahteraan hidup. Keadaan ini sangat
besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah
pasien
gangguan jiwa. Manusia bereaksi secara keseluruhan secara holistik atau dapat dikatakan juga
secara somato-psiko-sosial. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol adalah gejala-gejala
yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu.
Sekali lagi yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badan, jiwa atau
lingkungannya. Angka kejadian (incidence rate) dan angka kesakitan (morbidity rate) berbagai
gangguan jiwa. Dalam masyarakat umum skizofrenia terdapat 0,2-0,8% dan retardasi mental 13% WHO melaporkan bahwa 5-15% dari anak-anak antara 3-15 tahun mengalami gangguan jiwa
yang persistent dan menganggu hubungan social. Bila kira-kira penduduk 40% Negara kita
adalah anak-anak dibawah 15 2 tahun (di negara yang sudah berkembang kira-kira 25%) dapat
digambarkan besarnya masalah. Ambil saja 5% dari 40% dari katakana saja 120 juta penduduk
maka negara kita terdapat kira-kira 2,5 juta penduduk yang mengalami gangguan jiwa yang
sampai sekarangpun belum diketahui secara pasti penyebabnya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat di identifikasikan masalah sebagai
berikut: tingginya angka kejadian gangguan jiwa yang belum ditemukan secara pasti
penyebabnya. Dalam hal ini penulis akan menyajikan asuhan keperawatan dengan masalah
utama gangguan isolasi sosial.
C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien
gangguan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial.
2. Tujuan Khusus
MASALAH UTAMA
Isolasi sosial : menarik diri
II.
C. Faktor presipitasi
Terdiri dari faktor psikologis yaitu yang berkepanjangan tuntutan perpisahan dengan orang yang
terdekat,. Kegagalan orang lain memenuhi stabilitas keluarga, berpisah dengan orang yang
berarti,
trauma akibat penganiayaan kejadian yang mengancam hidup
D. Tanda dan gejala
Klien diam, ekspresi wajah sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain, misalnya : pada saat
makan komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap cakap dengan perawat/
klien lain, klien tampak tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk, diam diri di kamar,
tampak terpisah kurang mobilitas, menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutus
percakapan jika diajak bercakap cakap, tidak melakukan kegiatan sehari seperti posisi tidur
janin
E. Akibat
Perilaku sosial MD beresiko terjadinya perubahan, persepsi sensori halusinasi (tovonsend. 1998 :
156) perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa
stimulus eksternal) atau persepsi yang tidak sesuai dengan realitas kenyataan seperti melihat
bayangan/mendengarkan suara suara yang sebenarnya tidak ada.
Menurut carpenito (1998 : 368) Tovonsend MC (1998 : 156) dan stuard and suddent (1998 : 328
- 329) perubahan persepsi sensori sering ditandai dengan adanya :
Data Subyektif :
Tampak gelisah perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang berhenti bicara seolah
mendengar sesuatu menggferakkan bibirnya tanpa bersuara.
Respon respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon) terhadap petunjuk yang kompleks
III.
A. POHON MASALAH
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
HDR
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Isolasi sosial : menarik diri
Data subyektif
Klien mengatakan kesepian, klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosial, klien
mengatakan tidak berguna
Data obyektif
Apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul
Menghindar dari orang lain/menyendiri klien memisah diri
IV.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : Menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
5. Defisit perawatan diri
V.
RENCANA TINDAKAN
DP 1 : Menarik diri
Tujuan Umum
Klien dapat membina hubungan secara optimal
Tujuan khusus
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil :
1. Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah bersahabat
2. Menunjukkan rasa sayang
3. Ada kontak mata
4. Mau berjabat tangan
5. Mau menyebutkan nama
6. Mau menjawab salam
7. Mau berdampingan dengan perawat
8. Mau mengutarakan masalah yang di hadapi
Intervensi
1. BHSP dengan prinsip komunikasi terapeutik
2. Sapa klien dengan ramah
3. Perkenalkan diri dengan sopan
4. Tanyakan nama lengkap klien, nama panggilan yang disukai
5. Jelaskan tujuan pertemuan
6. Jujur dan menepati janji
7. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
4. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan klien berhubungan dengan orang lain
5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan dalam mengatur waktu
6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
A. PROSES KEPERAWATAN
1.
Kondisi Klien
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak mata
kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi
menekur.
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau
tidak.
2.
B.
1. Klien mampu mengungkapkan hal hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
2. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
3. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
Tindakan keperawatan.
1. Mendiskusikan faktor faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
2. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
3. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
ORIENTASI (PERKENALAN):
Selamat pagi
Saya Anita Royani, Saya senang dipanggil Nita, Saya mahasiswa STIKES St. Elisabeth
Semarang yang akan merawat Bapak.
Kalau boleh tahu Siapa nama Bapak? Senang dipanggil siapa?
Apa keluhan Bapak hari ini? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang keluarga dan temanteman bapak ? Mau dimana kita ngobrol? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama,
Bapak? Bagaimana kalau 15 menit??
KERJA:
(Jika pasien baru)
Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Bapak? Siapa yang jarang
ngobrol dengan Bapak? Apa yang membuat Bapak jarang ngobrol dengannya?
(Jika pasien sudah lama dirawat)
Apa yang Bapak rasakan selama Bapak dirawat disini? O.. Bapak merasa sendirian? Siapa
saja yang Bapak kenal di ruangan ini
Apa saja kegiatan yang biasa Bapak lakukan dengan teman yang Bapak kenal?
Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau ngobrol dengan pasien yang lain?
Menurut Bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman
ngobrol. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak
mampunyai teman apa ya Bapak? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah ya Bapak ? belajar
bergaul dengan orang lain ?
Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain
Begini lho Bapak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang dipanggil T.
Asal saya dari Flores, hobi memancing
Selanjutnya Bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?
Ayo Bapak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Bapak. Coba berkenalan dengan
saya!
Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali
Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut Bapak bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan Bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.
TERMINASI:
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan berkenalan?
Bapak tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali
Selanjutnya Bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga Bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien
lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.
Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak Bapak berkenalan dengan teman
saya, perawat N. Bagaimana, Bapak mau kan?
Baiklah, sampai jumpa.
SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap
(berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-)
ORIENTASI :
Selamat pagi Bapak!
Bagaimana perasaan Bapak hari ini?
Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan perawat !
Bagus sekali, Bapak masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak Bapak mencoba
berkenalan dengan teman saya perawat T. Tidak lama kok, sekitar 10 menit
Ayo kita temui perawat T disana
KERJA :
( Bersama-sama klien saudara mendekati perawat N)
Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N
Baiklah Bapak, Bapak bisa berkenalan dengan perawat T seperti yang kita praktekkan
kemarin
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat T : memberi salam, menyebutkan
nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
Ada lagi yang Bapak ingin tanyakan kepada perawat T . coba tanyakan tentang keluarga
perawat T
Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Bapak bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu bisa
buat janji bertemu lagi dengan perawat T, misalnya jam 1 siang nanti
Baiklah perawat T, karena Bapak sudah selesai berkenalan, saya dan Bapak akan kembali ke
ruangan Bapak. Selamat pagi
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat T untuk melakukan terminasi dengan
klien di tempat lain)
TERMINASI:
Bagaimana perasaan Bapak setelah berkenalan dengan perawat T
Bapak tampak bagus sekali saat berkenalan tadi
Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain
supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya.
Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa
kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti Bapak coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya,
mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.
Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O
seperti biasa kira-kira 10 menit
Mari kita temui dia di ruang makan
KERJA:
( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )
Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.
Baiklah bu, ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah ibu lakukan
sebelumnya.
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama
panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).
Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada O
Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu bisa
buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti
(ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
Baiklah O, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke ruangan ibu.
Selamat pagi
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi dengan S
di tempat lain)
TERMINASI:
Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan O
Dibandingkan kemarin pagi, T tampak lebih baik saat berkenalan dengan O pertahankan
apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore
nanti
Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain kita
tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari ibu dapat berbincang-bincang dengan orang
lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu bisa bertemu dengan T,
dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya ibu bisa berkenalan dengan orang
lain lagi secara bertahap.
Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman ibu. Pada jam yang sama
dan tempat yang sama ya. Sampai besok.
BAB III
PEMBAHASAN
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
I.
II.
ALASAN MASUK
Melamun,bicara sendiri ,tidak bisa tidur.
III.
FAKTOR PREDISPOSISI
Klien sebelumnya pernah masuk RSJD 3 x pertama di rawat pada tahun 2006,klien sudah
mengalami pengobatan sebelumnya tapi kurang berhasil,lalu belakangan ini klien sering
mengurung diri di kamar, melamun,tidak mau bergaul sama orang lain karena menganggap orang
lain tidak mau berteman dengan dirinya , tidak bisa tidur.
Masalah keperawatan: menarik diri
Faktor presipitasi
Klien mengatakan sebelumnya pernah bekerja di jepara dan bandung sebagai karyawan pabrik
namun karena gajinya sedikit klien mengundurkan diri dan memilih bekerja sebagai petani di
rumah.kemudian klien merasa minder dengan tetangga karena Cuma bekerja sebagai petani.hal
inilah yang menyebabkan klien sering melamun,bicara sendiri,tidak bisa tidur,dan bingung.klien
juga sering mengamuk.
Masalah keperwatan :resiko perilaku kekerasan.
1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan :2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: klien mengatakan pernah mengalami
kegagalan bekerja.
Masalah keperawatan :
IV.
FISIK
1. Tanda vital TD : 120/70 mmHg N: 80x/menit S: 37 C
P: 20x/menit
2. Head to toe
a. Rambut:hitam,pendek,kulit kepala berketombe,rambut bau
b. Mata:konjungtiva an anemis,mata dapat melihat dengan baik,terdapat kotoran di mata.
c. Telinga:bersih,dapat mendengar dengan baik.
d. Mulut:mulut bau rokok,bibir tampak kering,gigi bersih.
e. Leher:tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
f. Dada:bentuk dada datar
g. Abdomen:tidak ada luka,tidak ada cairan dari umbilicus.
h. Ekstermitas:ekstermitas atas dan bawah dapat berfungsi dengan baik.
i. Kulit:turgor kuit baik,warna kulit sawo matang
j. Kuku:kuku panjang dan tampak kotor.
V.
PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :klien tinggal serumah dengan ibu dan 2 saudara kandungnya.ayah klien sudah
meninggal dunia.
Hubungan dengan keluarga sangat dekat.
Komunikasi dengan keluarga kurang terbuka karena klien seorang pendiam.
Pengambil keputusan jika klien sakit adalah ibunya.
Masalah keperawatan : koping keluarga inefektif kompromi
2. Konsep diri :
a. Citra tubuh
: Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya
b. Identitas
c.
Peran
d. Ideal diri
e.
nikah
Harga diri
: Klien merasa malu dan putus asa karena bekerja sebagai petani dan sekarang di
rawat di RSJD.
4.
a.
b.
VI.
1.
2.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien merasa orang lain tidak mau teman
dengan klien karena dia Cuma bekerja sebagai seorang petani dan klien juga seorang pendiam.
Diruangan klien sering melamun,menyendiri,dan sulit bicara dengan temannya.
Masalah keperawatan :isolasi sosial
Spiritual
Nilai dan keyakinan : Islam
Kegiatan ibadah : saat dirumah selalu melaksanakan ibadah sholat namun sejak dirawat diRSJ
klien tidak pernah melaksanaknnya karena merasa putus asa.
Masalah keperawatan :distress spiritual
STATUS MENTAL
Penampilan
Penampilan klien agak rapi,rambut di sisir ada ketombe,klien mandi 1 x sehari kancing baju di
kancingkan,dank lien memakai seragam dari RSJD..
Masalah keperawatan :defisit perawatan diri mandi.
Pembicaraan
Klien tampak apatis dan dan suara klien pelan saat di lakukan pengkajian.klien malas untuk
bicara,tampak gelisah dan tidak mau bicara dengan temannya karena merasa dirinya tidak pantas
untuk berteman.
Masalah keperawatan :
8. Proses pikir
Blocking.klien berusaha untuk menghindari orang yang di ajak bicara.
masalah keperawatan :perubahan proses pikir
9. Isi pikir
Kien merasa orang orangdi sekitarnya tidak peduli dan tidak suka dengan dia.
Masalah keperawatan :waham curiga.
10. Tingkat kesadaran
Klien tampak bingung,murung,tidak disorientasi tempat dan waktu
Masalah keperawatan :
11. Memori
klien tidak mengalami gangguan daya ingat.
Masalah keperawatan :
12. Tingkat konsesntrasi dan berhitung
klien mampu berkonsentrasi dalam menghitung sederhana misalnya 5x5
=25,25-10=15
Masalah keperawatan :
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana misalnya klien memilih untuk mandi
terlebih dahulu sebelum makan pagi.
Masalah keperawatan :
14. Daya titik diri
Klien mengatakan dirinya sakit.dan membutuhkan pengobatan di RSJ.Pasien bisa menerima
bahwa dirinya sakit dan tidak menyalahkan orang lain.
Masalah keperawatan :koping individu inefektif
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien mau makan 3 kali dalam sehari dengan lauk dan sayur.
2. Eliminasi
Klien mengatakan BAB 1x dan BAK kurang lebih 7 x sehari dengan mandiri di kamar mandi.
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari menggunakan sabun,gosok gigi,keramas,badan bersih.
4. Istirahat/tidur
Klien mengatakan tidur siang dan malam teratur.
Klien tidur malam selam 8 jam
5. Pakaian dan berhias
Klien berpakaian dengan rapid an menggunakan pakaian RSJD dan klien mau menyisir
rambutnya.
6. Penggunaan obat
Klien selalu minum obat dan bisa minum obat sendiri setelah di beri oleh perawat.klien selalu
minum obat secara teratur.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien pernah masuk RSJD sebanyak 3 kali setelah klien pulang ke rumah klien sering control
dan minum obat yang di berikan.
MASALAH PSIKOSOSIAL
Klien mengalami masalah dalam pekerjaannya ,klien malu dengan tetangga karena hanya bekerja
sebagai seorang petani.
3 KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Klien mengetahui kalau dia sekarang mengalami gangguan jiwa,karena sering melamun
sehingga klien di bawa ke RSJD.
Masalah keperawatan :
4 ASPEK MEDIK
Diagnosis Medik : Skrofrenia Paranoid
Terapi medik