Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

I. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH


A. Pengertian Harga Diri Rendah
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2013).
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat
berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang dan kehilangan daya tarik
terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap
pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Konsep
diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
1) Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa
lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan,
dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 2013).
2) Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu (Stuart & Sundeen, 2013).
3) Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart dan Sundeen,
2013).
4) Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran
yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai
pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh
individu (Stuart & Sundeen, 2013).
5) Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar
dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga
(Stuart & Sundeen, 2013)
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan (Towsend, 2012). Harga diri rendah
merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang
negatif mengenai diri atau kemampuan diri (Carpenito, L.J, 2006)
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi
secara:
1. Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba.
Misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolaj,
putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
a. Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan
fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan

2
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perineal).
b. Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,
misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan,
tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien
gangguan fisik.
2. Harga diri rendah kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri
telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien
mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptive, Kondisi ini
dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
klien gangguan jiwa (NANDA NIC-NOC, 2015)

B. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap konsep
dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.
1. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.
2. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


adaptif

Aktualisasi Konsep Harga Kerancuan Depersonalis


diri diri positif diri rendah identitas asi

3
Stuart dan Sundeen (2013) mengatakan:
a) Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
b) Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c) Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif.
d) Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
e) Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang, Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor
kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat
peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Orang tua yang kasar,
membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau
ketidakpastian. Anak yang tidak menerima kasih sayang maka anak
tersebut akan gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang
lain. Individu yang kurang mengerti akan dan tujuan kehidupan akan
gagal menerima tanggungjawab untuk diri sendiri. ia akan
tergantung pada orang lain dan gagal mengembangkan kemampuan
sendiri. Ia mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu,
termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar,
kasar dan banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri yang ditetapkan
tidak dapat dicapai.

4
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.
Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh
masyarakat misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri,kurang objektif dan kurang rasional dibandingkan pria. Pria
dianggap kurang sensitif, kurang hangat kurang ekspresif disbanding
wanita.Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan
tidak seperti lazimnya, maka dapat menimbulkan konflik didalam
diri maupunhubungan sosial Misalnya, wanita yang sacara
tradisional harus tinggal di rumah saja, jika ia mulai keluar rumah
untuk sekolah atau kerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran
dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan
masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang berlebihan muncul
pada wanita yang mempunyai sejumlah peran.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
kurang percaya diri pada anak. anak akan ragu apakah yang ia pilih
tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa
bersalah.Kontrol orang tua yang tetap pada anak remaja akan
menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. teman sebaya
merupakan faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan,diinginkan dan dimiliki oleh kelompoknya
(Keliat, 2006).
2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang
dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan
masalah.Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola
asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan
dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang
tidak dapat di capai, gagal tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart
dan Sundeen, 2013). Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal
atau eksternal sebagai berikut:

5
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga
jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk
tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan
untuk menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan
oleh kehilangan bagian tubuh, Perubahan ukuran, bentuk,
penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan tumbuh kembang normal dan prosedur medis
dan keperawatan (Stuart, 2013).

D. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah


Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai
personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan
yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang
dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai
berat.Umumnya disertai oleh evalauasi diri yang negative membenci diri
sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan harga diri atau harga diri rendah
dapat terjadi secara :

6
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang
diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat
yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang
tidak menghargai.
b. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi
ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa.

E. Tanda dan Gejala


Stuart (2013) mengemukakan tanda dan gejala apabila seseorang
memiliki harga diri rendah:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri pentinng yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandanangan hidup yang pesimis
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertentangan
14. Penolakan terhadap kemampuan personal

7
15. Destruktif terhadap diri sendiri
16. Pengurangan diri
17. Menarik diri secara sosial
18. Penyalahgunaan zat
19. Menarik diri dari realitas
20. Khawatir

F. Pohon Masalah

Kerusakan interaksi sosial --------------------------- Akibat

HARGA DIRI RENDAH --------------------------- Core Problem

Ideal diri tidak tercapai --------------------------- Penyebab

Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah mengkritik


diri sendiri atau orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting
berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, atau
berlebihan, perasaan takut mengenal tubuhnya ketegangan peran yang
dirasakan, pandangan hidup yang pesmis, keluhan, pandangan hidup yang
berlebihan, penolakan terhadap kemampuan sosial, perguruan dan menjauh
diri secara sosial, pengurungan diri, menaruh diri secara sosial,
penyalahgunaan zat (Stuart dan Sundeen, 2013).

E. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa
ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi
yang dimaksud meliputi:

8
1. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat
sebagai berikut:
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk
gejala positif maupun gejala negative skizofrenia
d) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
e) Tidak menyebabkan kantuk
f) Memperbaiki pola tidur
g) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
h) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.
2. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005).

3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)


ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia

9
yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
4. Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan
rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan
dan kekurangan klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah
dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy
aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat, 2005). Dari empat jenis
therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada
individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah
therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat, 2005).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medis
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi
factor biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Faktor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,

10
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala
stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social
dan spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.
8. Analisa data
a. Koping Individu Tidak Efektif
DS: - Klien memlih diam untuk menyelesaikan masalahnya
DO: - Klien suka menyendiri
- Klien tampak pendiam
b. Harga diri rendah
DS: - Adanya ungkapan yang menegatifkan diri
- Mengatakan pandangan hidup yang pesimis
- Merasa tidak mampu melakukan sesuatu
- Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi
sebagaimana mestinya
- Ungkapan mengkritik diri sendiri, mengejek dan
menyalahgunakan diri sendiri
DO:- Kontak mata kurang, sering menunduk,
- Mudah marah dan tersinggung
- Menarik diri
- Menghindar dari orang lain
c. Isolasi sosial dengan menarik diri

11
DS: - Ungkapan yang terbatas ya tidak tahu
DO: - Tidak adanya kontak mata
- Selalu menundukkan kepala
- Berdiam diri di kamar
- Afek tumpul, menyendiri
- Menolak diajak berbincang-bincang
-
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah kronis
2. Ideal diri tidak tercapai
3. Kerusakan interaksi sosial

12
C. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN

1 Gangguan Konsep TUM :


Diri : Harga Diri
Pasien dapat berhubungan
Rendah Situasional
dengan orang lain secara optimal.

TUK : 1. Bina hubungan saling 1. Pembinaan hubungan


percaya dengan : saling percaya
1. Setelah diberikan asuhan
a. Sapa pasien merupakan dasar
keperawatan selama 3 kali
dengan ramah baik terjalinnya
pertemuan (tiap pertemuan
verbal maupun komunikasi terbuka
15 menit) diharapkan
nonverbal sehingga
pasien membina hubungan
b. Perkenalkan diri meningkatkan rasa
saling percaya dengan
dengan sopan komunikasi pasien
kriteria hasil :
c. Tanyakan nama
lengkap pasien dan

13
a. Wajah pasien cerah dan nama panggilan
tersenyum yang disukai
b. Pasien mau membalas d. Jelaskan tujuan
salam perawat pertemuan
c. Pasien mau e. Jujur dan menepati
menyebutkan nama janji
sambal berjabat tangan f. Tunjukkan sikap
dan ada kontak mata empati dan
menerima pasien
apa adanya
2. Pasien dapat 1. Diskusikan 1. Mendiskusikan
mengidentifikasi kemampuan dan aspek tingkat kemampuan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien seperti menilai
positif yang dimilikinya klien. realitas, control diri
dengan kriteria hasil : 2. Setiap bertemu atau integritas ego
a. Pasien dapat hindarkan dari diperlukan sebagai
menyebutkan aspek memberi nilai negatif. dasar asuhan
positif dan kemampuan 3. Usahakan memberikan keperawatannya.
yang dimilikinya pujian yang realistik

14
b. Menyebutkan aspek 2. Reinforcement positif
positif keluarga. akan meningkatkan
c. Menyebutkan aspek harga diri klien.
positif lingkungan yang 3. Pujian yang realistik
dimiliki klien. tidak menyebabkan
klien melakukan
kegiatan hanya
karena ingin
mendapatkan pujian.
3. Pasien dapat menilai 1. Diskusikan dengan 1. Keterbukaan dan
kemampuan yang klien kemampuan yang pengertian tentang
digunakan dengan kriteria masih dapat dilakukan kemampuan yang
hasil : dalam sakit. dimiliki adalah
a. Pasien menilai 2. Keterbukaan dan prasarat untuk
kemampuan yang dapat pengertian tentang berubah.
digunakan kemampuan yang 2. Pengertian tentang
dimiliki adalah prasarat kemampuan yang
untuk berubah. masih dimiliki klien
memotivasi untuk

15
tetap
mempertahankan
penggunaannya.
4. Pasien dapat 1. Beri pendidikan 1. Mendorong keluarga
memanfaatkan sistem kesehatan pada untuk mampu
pendukung yang ada keluarga tentang cara merawat Pasien
dengan kriteria hasil : merawat Pasien dengan mandiri di rumah.
a. Keluarga memberi harga diri rendah. 2. Support system
dukungan dan pujian 2. Bantu keluarga keluarga akan sangat
b. Keluarga mengerti cara memberikan dukungan mempengaruhi dalam
merawat pasien dengan selama Pasien dirawat. mempercepat proses
harga diri rendah 3. Bantu keluarga penyembuhan Pasien.
menyiapkan 3. Meningkatkan peran
lingkungan rumah. serta keluarga dalam
merawat Pasien di
rumah.

16
D. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana
keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana
tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata
sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum
terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan,
itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal
dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih
sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan
maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan
keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan
yang telah dilaksanakan beserta respon klien (Keliat, 2006,).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang
dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang dilihat
dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan
kepribadian yang sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masih
tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EG


Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat & Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC.
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC

18
Bangli,……… Februari 2018

Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing Klinik/CI

(……………………………) (…………………………….)

NIP. NIM.

Clinical Teacher/CT

(………………………………….)

NIP.

19

Anda mungkin juga menyukai