Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala gagal jantung
(sesak nafas saat istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai atau tidak kelelahan);
tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif
kelainan struktur atau fungsi jantung saat istirahat yang menyebabkan gangguan
pengisian ventrikel atau pemompaan jantung (Price, 2012). Gagal jantung merupakan
bentuk akhir dan manifestasi terberat dari hampir semua bentuk penyakit jantung seperti
atherosclerosis coroner, infark miokard, kelainan katup, hipertensi, penyakit jantung
bawaan dan kardiomiopati (Leonard, 2011). Gagal jantung dapat juga timbul tanpa
penyakit jantung contohnya anemia (Price, 2012)
Gangguan fungsi jantung pada gagal jantung dapat berupa gangguan fungsi diastolik
atau sistolik, gangguan irama jantung, kelebihan preload, kelebihan afterloaddan
gangguan kontraktilitas.Keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada pasien. Gagal
jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan.Gagal jantung
juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut dan gagal jantung kronik (Santoso, 2007).
Gagal jantung akut (acute heart failure) adalah kejadian atau perubahan yang cepat dari
tanda dan gejala gagal jantung. Kondisi ini mengancam kehidupan dan harus ditangani
dengan segera, dan biasanya berujung pada hospitalisasi.Gagal jantung akut dapat berupa
gagal jantung akut yang baru terjadi pertama kali (de novo) dan gagal jantung
dekompensasi akut (acute decompensated heart failure) (Price, 2012).
Studi Farmingham menyebutkan bahwa kejadian gagal jantung per tahun pada orang
berusia > 45 tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000
orang perempuan. Di Amerika hampir 5 juta orang menderita gagal jantung (Sani, 2007).
Kejadian gagal jantung diperkirakan akan semakin meningkat di masa depan karena
semakin bertambahnya usia harapan hidup. Secara keseluruhan 50% dari total pasien
meninggal dalam kurun waktu empat tahun. Sebanyak 15,8% pasien yang datang ke
rumah sakit dengan diagnosis gagal jantung meninggal dan 32% mendapatkan rawat inap
kembali dalam waktu satu tahun pertama (Lapage, 2008). Seorang pasien yang menderita
gagal jantung biasanya sering kembali datang ke rumah sakit karena yang tinggi dan
peningkatan angka kematian yang tinggi pada penyakit ini. Sekitar 45% pasien gagal
jantung akut akan dirawat ulang paling tidak satu kali, 15% paling tidak dua kali dalam

1
dua belas bulan pertama. Estimasi risiko kematian dan perawatan ulang antara 60 hari
berkisar 30-60%, tergantung dari studi populasi (Price, 2012).
Karena perjalanan klinis gagal jantung yang sangat sering terjadi dan memiliki angka
mortalitas yang tinggi, penulis tertarik untuk mengajukan laporan kasus mengenai gagal
jantung.

B. Tujuan
Case report session ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai gagal jantung, terutama Acute Decompensated Heart Failure
(ADHF).

C. Manfaat
Memberikan pengetahuandan meningkatkan pemahaman mengenai gagal jantung,
terutama Acute Decompensated Heart Failure (ADHF).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) merupakan gagal jantung akut yang
didefinisikan sebagai serangan jantung yang cepat (rapid onset) dari gejala-gejala atau
tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Disfungsi ini dapat berupa disfungsi
sistolik maupun diastolic, abnormalitas irama jantung atau ketidakseimbangan preload
dan afterload. ADHF dapat merupakan serangan baru tanpa kelainan katup jantung
sebelumnya atau dapat merupakan dekompensasi dari gagal jantung kronik (chronic heart
failure) yang telah dialami sebelumnya. ADHF muncul bila cardiac output tidak
memenuhi kebutuhan metabolism tubuhe (Hanafiah, 2006).
Gagal jantung merupakan gejala-gejala dimana pasien memenuhi ciri-ciri gejala–
gejala gagal jantung, nafas pendek yang khas selama istirahat atau saat melakukan
aktivitas dan/atau kelelahan, serta tanda-tanda retensi cairan seperti kongestif pulmonal
atau pembengkakan tungkai (Crouch MA, DiDomenico RJ, Rodgers Jo E, 2006).

B. Etiologi
Menurut Hanafiah (2006), faktor resiko tinggi tekena penyakit ADHF yaitu:
1. Orang yang menderita riwayat hipertensi
2. Obesitas
3. Pernah mengalami riwayat gagal jantung
4. Perokok berat
5. Aktivitas sangat berlebihan dan mengkonsumsi alkohol

C. Klasifikasi
Gagal jantung diklasifikasikan menurut American College of Cardiology (ACC) dan
American Heart Association (AHA) terbagi atas atas 4 stadium berdasarkan kondisi
predisposisi pasien dan derajat keluhannya yaitu :
1. Stage A : Risiko tinggi gagal jantung, tetapi tanpa penyakit jantung struktural atau
tanda dan gejala gagal jantung. Pasien dalam stadium ini termasuk mereka yang
mengidap hipertensi, DM, sindroma metabolik, penyakit aterosklerosis atau obesitas.
2. Stage B : penyakit jantung struktural dengan disfungsi ventrikel kiri yang
asimptomatis. Pasien dalam stadium ini dapat mengalami LV remodeling, fraksi

3
ejeksi LV rendah, riwayat IMA sebelumnya, atau penyakit katup jantung
asimptomatik.
3. Stage C : Gagal jantung simptomatis dengan tanda dan gejala gagal jantung saat ini
atau sebelumnya. Ditandai dengan penyakit jantung struktural, dyspnea, fatigue, dan
penurunan toleransi aktivitas.
4. Stage D : Gagal jantung simptomatis berat atau refrakter. Gejala dapat muncul saat
istirahat meski dengan terapi maksimal dan pasien memerlukan rawat inap.

Sedangkan menurut New York Heart Association (NYHA), dibagi menjadi 4 kelas
berdasarkan tanda dan gejala pasien, respon terapi dan status fungsional :
1. Functional Class I (FC I) : asimptomatik tanpa hambatan aktivitas fisik
2. Functional Class II (FC II) : hambatan aktivitas fisik ringan, pasien merasa nyaman
saat istirahat tetapi mengalami gejala dyspnea, fatigue, palpitasi atau angina dengan
aktivitas biasa.
3. Functional Class III (FC III) : hambatan aktivitas fisik nyata, pasien merasa nyaman
saat istirahat tetapi mengalami gejala dyspnea, fatigue, palpitasi atau angina dengan
aktivitas biasa ringan.

D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis
Gejala Tanda
yang dominan
Edema Sesak napas, kelelahan, Edema perifer, peningkatan vena
perifer/kongesti anoreksia jugularis, edema pulmonal,
hepatomegaly, asites, overload cairan
(kongesti), kaheksia
Edema pulmonal Sesak napas yang berat Crackles atau rales pada paru-paru
saat istirahat bagian atas, efusi, takikardia dan
takipnea
Srok kardiogenik Konfusi, kelemahan, Perfusi perifer yang buruk, sistolik
(low output dingin pada perifer blood pressure (SBP) < 90 mmHg,
syndrome) anuria atau oliguria
Tekanan darah Sesak napas Biasanya terjadi peningkatan tekanan
tinggi (gagal darah, hipertensi ventrikel kiri

4
jantung
hipertensif)
Gagal jantung Sesak napas, kelelahan Bukti disfungsi ventrikel kanan,
kanan peningkatan JVP, edema perifer,
hepatomegaly dan kongesti usus
Sumber : Dickstein K, Cohen SA, Filippatos G, McMurray JJV, Ponikowsi P, Atar D et
al. ESC Guidelines for the diagnosis and threatment of acute and chronic heart failure
2008. European Journal of Heart Failure.

Menurut the konsensus guideline in the management of acute decompensated heart


failure tahun 2006, manifestasi klinis acute decompensated heart failure antara lain :
1. Volume Overload :
a. Dispneu saat melakukan aktivitas
b. Orthopnea
c. Paroxsysmal nocturnal dispnea (PND)
d. Ronchi
e. Cepat kenyang
f. Mual dan muntah
g. Hepatosplenomegali, hepatomegali atau splenomegali
h. Distensi vena jugular
i. Reflex hepatojugular
j. Asites
k. Edema perifer
2. Hipoperfusi :
a. Kelelahan
b. Perubahan status mental
c. Penyempitan tekanan nadi
d. Hipotensi
e. Ekstremitas dingin
f. Perburukan fungsi ginjal

5
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Hematologi : Hb, Ht, Leukosit
b. Elektrolit : K, Na, Cl, Mg
c. Enzim Jantung (CK-MB, Troponin, LDH)
d. Gangguan fungsi ginjal dan hati : BUN, Creatinin, Urine Lengkap, SGOT, SGPT.
e. Gula darah
f. Kolesterol, trigliserida
g. Analisa Gas Darah
2. Elektrokardiografi, untuk melihat adanya :
a. Penyakit jantung koroner : iskemik, infark
b. Pembesaran jantung (LVH : Left Ventricular Hypertrophy )
c. Aritmia
d. Perikarditis
3. Foto rontgen thoraks, untuk melihat adanya :
a. Edema alveolar
b. Edema interstitiels
c. Efusi pleura
d. Pelebaran vena pulmonalis
e. Pembesaran jantung
4. Echocardiogram
Menggambarkan ruang-ruang dan katup jantung
5. Radionuklir
a. Mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
b. Mengidentifikasi kelainan fungsi miokard
6. Pemantauan hemodinamika (kateterisasi arteri pulmonal multilumen), bertujuan untuk
a. Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru
b. Mengetahui saturasi O2 di ruang-ruang jantung
c. Biopsi endomiokarditis pada kelainan otot jantung
d. Meneliti elektrofisiologis pada aritmia ventrikel berat recurrent
e. Mengetahui beratnya lesi katup jantung
f. Mengidentifikasi penyempitan arteri koroner
g. Angiografi ventrikel kiri (identifikasi hipokinetik, aneurisma ventrikel, fungsi
ventrikel kiri)

6
h. Arteriografi koroner (identifikasi lokasi stenosis arteri koroner)

Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan pada kriteria utama dan atau
tambahan :
1. Kriteria utama :
a. Ortopneu
b. Paroxysmal nocturnal dyspneu
c. Kardiomegali
d. Gallop
e. Peningkatan JVP
f. Refleks hepatojuguler
2. Kriteria tambahan :
a. Edema pergelangan kaki
b. Batuk malam hari
c. Dyspneu on effort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Takhikardi
Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya 2 kriteria utama,atau 1 kriteria utama
disertai 2 kriteria tambahan.

F. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah :
1. Mendukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan
farmakologis
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik, diet dan
istirahat.
4. Menghilangkan faktor pencetus (anemia, aritmia, atau masalah medis lainnya)
5. Menghilangkan penyakit yang mendasarinya baik secara medis maupun bedah.

7
Penatalaksanaan sesuai klasifikasi gagal jantung adalah sebagai berikut :
1. FC I : Non farmakologi
2. FC II & III : Diuretik, digitalis, ACE inhibitor, vasodilator, kombinasi diuretik,
digitalis.
3. FC IV : Kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor seumur hidup.

Terapi non farmakologis meliputi :


1. Diet rendah garam (pembatasan natrium)
2. Pembatasan cairan
3. Mengurangi berat badan
4. Menghindari alkohol
5. Manajemen stress
6. Pengaturan aktivitas fisik

Terapi farmakologis meliputi :


1. Digitalis, untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Misal : digoxin.
2. Diuretik, untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal serta mengurangi
edema paru. Misal : furosemide (lasix).
3. Vasodilator, untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah
oleh ventrikel. Misal : natrium nitropusida, nitrogliserin.
4. Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACE inhibitor) adalah agen yang
menghambat pembentukan angiotensin II sehingga menurunkan tekanan darah. Obat
ini juga menurunkan beban awal (preload) dan beban akhir (afterload). Misal :
captopril, quinapril, ramipril, enalapril, fosinopril,dll.
5. Inotropik (Dopamin dan Dobutamin)
a. Dopamin digunakan untuk meningkatkan tekanan darah, curah jantung dan
produksi urine pada syok kardiogenik.
b. Dobutamin menstimulasi adrenoreseptor di jantung sehingga meningkatkan
kontraktilitas dan juga menyebabkan vasodilatasi sehingga mengakibatkan
penurunan tekanan darah. Dopamin dan dobutamin sering digunakan bersamaan.

8
G. Komplikasi
1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
2. Syok kardiogenik akibat disfungsi nyata
3. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. NS


DENGAN ADHF PROFIL B + AF RVR + ALO + ACKD
DI RUANG QUEEN C BALI ROYAL HISPITAL (BROS)
TANGGAL 11 – 14 OKTOBER 2019

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. NS Tanggal Masuk RS : 11/10/2019
Tempat/Tanggal Lahir : Denpasar, 29/07/1959 Sumber Informasi : Pasien
Umur : 60 tahun Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki – Laki Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMP Suku : Bali
Pekerjaan : Pedagang Lama Bekerja : ± 15 tahun
Alamat : Jl. Dewata, Gg Panti Sari I, No,1, Sidakarya, Denpasar

KELUHAN UTAMA : Sesak napas

RIWAYAT PENYAKIT :
Pasien mengatakan mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, batuk sejak 3 hari yang
lalu, bengkak pada kedua kaki sejak kemarin malam, mual dan rasa eneg di ulu hati sejak
kemarin. Pasien selanjutnya dibawa ke IGD BROS tanggal 11 Oktober pukul 11.58 wita.
Di IGD, pasien mendapat terapi berupa O2 nasal kanul 3 lpm, IVFD NS 8 tpm, dan
furosemide 40 mg per IV. Selanjutnya pukul 14.20 wita, pasien pindah ke ruang QUEEN
C. Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit jantung dan ginjal sejak 4 tahun yang
lalu dan rutin mengonsumsi obat-batan sesuai anjuran dokter.

10
1. Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri, dan lain-lain)
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Dewata, Gg Panti Sari I, No,1, Sidakarya, Denpasar
2. Alergi
Tidak ada riwayat alergi, baik terhadap makanan maupun obat – obatan
3. Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan minum kopi 3 – 4 kali per minggu, serta dulu sebelum
sakit, pasien memiliki kebiasaan merokok
4. Obat-obatan
Pasien di rumah rutin mengonsumsi obat berdasarkan resep dokter, antara lain
amlodipine 1 x 10 mg sejak 6 tahun yang lalu dan digoxin 1 x 0.125 mg sejak 4 tahun
yang lalu.
5. Pola nutrisi
Frekuensi / porsi makan : 3 kali per hari, porsi 1 piring
Berat Badan : 66 kg
Tinggi Badan : 168 cm
Jenis makanan : bubur
Makanan yang disukai : ayam
Makanan tidak disukai : tidak ada
Makanan pantangan : makanan asin dan tinggi kolesterol
Nafsu makan : sedang, alasan : mual
Perubahan BB 3 bulan terakhir : bertambah 2 kg
6. Pola eliminasi
a. Buang air besar
Frekuensi : 1 kali per hari Waktu : pagi
Warna : kuning kecoklatan Konsistensi : lembek
Penggunaan Pencahar : tidak
b. Buang air kecil
Frekuensi : 2-3 kali per hari Warna : kuning jernih
Bau : khas urine
7. Pola tidur dan istirahat
Waktu tidur (jam) : 22.00 – 06.00
Lama tidur/hari : 8 – 9 jam per hari
Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada

11
Kebiasaan saat tidur : tidak ada
Kesulitan dalam hal tidur : sering/mudah terbangun akibat sesak nafas
8. Pola aktivitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : pasien berjualan kebutuhan sehari – hari di rumah
b. Olah raga : jarang berolahraga
c. Kegiatan di waktu luang : menonton acara TV
d. Kesulitan/keluhan dalam hal ini :
[ - ] pergerakan tubuh [ - ] bersolek

[ - ] mandi, berhajat [✔] mudah merasa kelelahan

[ - ] mengenakan pakaian [✔] sesak nafas setelah mengadakan aktivitas

9. Pola kerja
a. Jenis pekerjaan : Pedagang lamanya : ±15 tahun
b. Jumlah jam kerja : 9 – 10 jam lamanya : 7 hari
c. Jadwal kerja : Setip hari

II. Riwayat Keluarga


Genogram :

Tn. NS

Keterangan :
= Laki – Laki
= Perempuan
= Sudah meninggal
= Tinggal serumah
= Pasien

12
III. Riwayat Lingkungan
Kebersihan Lingkungan : bersih
Bahaya : tidak ada bahaya
Polusi : tidak ada polusi di sekitar lingkungan

IV. Aspek Psikososial


1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan :
[ - ] kaca mata [ - ] alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami :
[ - ] sering pusing
[ - ] menurunnya sensitifitas terhadap panas dingin
[ - ] membaca / menulis
2. Persepsi diri
a. Hal yang dipikirkan saat ini : pasien mengatakan ingin segera sembuh dari
penyakitnya
b. Harapan setelah menjalani perawatan : pasien berharap bisa segera sembuh
sehingga bisa pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarganya
c. Perubahan yang dirasa setelah sakit : pasien mengatakan setelah sakit, ia menjadi
sering mengalami sesak napas dan mudah lelah, seingga aktivitasnya terbatas
3. Suasana hati : baik
4. Hubungan / komunikasi : komunikas berjalan dua arah
a. Bicara

[✔] jelas Bahasa utama : bahasa Bali

[✔] relevan Bahasa daerah : bahasa Indonesia

[✔] mampu mengekspresikan

[✔] mampu mengerti orang lain

b. Tempat tinggal
[ - ] sendiri

[✔] bersama orang lain, yaitu : istri, anak, menantu, dan cucu

c. Kehidupan keluarga

13
Adat istiadat yang dianut : adat istiadat Bali
Pembuatan keputusan dalam keluarga : anak
Pola komunikasi : dua arah
Keuangan : memadai
d. Kesulitan dalam keluarga
[ - ] hubungan dengan orang tua
[ - ] hubungan dengan sanak keluarga
[ - ] hubungan dengan suami / istri
5. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut:
[ - ] fertilitas [ - ] menstruasi
[ - ] libido [ - ] kehamilan
[ - ] ereksi [ - ] alat kontrasepsi
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual : pasien mengatakan ia cukup memahami
tentang fungsi seksual dan reproduksi
6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan
[ - ] sendiri

[✔] dibantu orang lain, sebutkan : istri dan anak

b. Yang disukai tentang diri sendiri : memiliki sifat sabar


c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : status kesehatan
d. Yang dilakukan jika sedang stress :

[✔] pemecahan masalah [✔] cari pertolongan

[ - ] makan [ - ] makan obat

[✔] tidur

[✔] lain-lain (misalnya marah, diam, dll)

7. Sistem nilai – kepercayaan


a. Siapa atau apa yang menjadi sumber kekuatan : tuhan

b. Apakah tuhan, agama, kepercayaan penting untuk anda : [✔] ya [ - ] tidak

c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi)


Sebutkan : sembahyang 1 kali / hari

14
d. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di rumah sakit
Sebutkan : tidak ada

V. Pengkajian Fisik
1. Vital Sign
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Suhu : 36.6oC
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
2. Kesadaran : compos mentis GCS : 15
Eye :4
Motorik : 6
Verbal : 5
3. Keadaan umum
a. Sakit / nyeri : Tidak
Skala nyeri :0
Nyeri di daerah : Tidak ada
b. Status gizi : gemuk
BB : 66 kg TB : 168 cm
c. Sikap : tenang
d. Personal hygiene : bersih
e. Orientasi waktu/ tempat/ orang : baik
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
Bentuk : normochepal
Lesi/ luka : tidak ada
b. Rambut
Warna : hitam + putih
Kelainan : rontok
c. Mata
Penglihatan : fungsi normal
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : tidak anemis

15
Pupil : isokor
Kelainan : tidak ada

d. Hidung
Penghidu : fungsi normal
Sekret/darah/polip : tidak ada
Tarikan caping hidung : tidak
e. Telinga
Pendengaran : fungsi normal
Skret/cairan/darah : tidak ada
f. Mulut Dan Gigi
Bibir : lembab
Mulut dan tenggorokan : normal
Gigi : ompong beberapa
g. Leher
Pembesaran tiroid : tidak ada
Lesi : tidak ada
Nadi karotis : teraba
Pembesaran limfoid : tidak ada
Lain – lain : JVP 4 cmH2O
h. Thorax
Jantung : 1. Nadi 88x/ menit 2. Kekuatan : lemah
3. irama : tidak teratur
Paru : 1. Frekwensi nafas : teratur
2. Kwalitas : dangkal
3. Suara nafas : vesikuler
4. Batuk : ya
5. Sumbatan jalan nafas : tidak ada
Retraksi dada : tidak ada
i. Abdomen
Peristaltik usus : 17 x/menit
Kembung : tidak
Nyeri tekan : tidak ada

16
Ascites : tidak ada
j. Genetalia
Pimosis : tidak
Alat Bantu : tidak
Kelainan : tidak ada
k. Kulit
Turgor : elastis
Laserasi : tidak ada
Warna kulit : sawo matang
l. Ekstrimitas
5555 5555
Kekuatan otot :
5555 5555

ROM : penuh
Hemiplegi/parese : tidak ada
Akral : hangat
Capillary refill time : < 3 detik
Edema : ada, di daerah tungkai bawah
m. Data pemeriksaan fisik neurologis
 Nervus I : baik  Nervus VII : baik
 Nervus II : baik  Nervus VIII : baik
 Nervus III : baik  Nervus IX : baik
 Nervus IV : baik  Nervus X : baik
 Nervus V : baik  Nervus XI : baik
 Nervus VI : baik  Nervus XII : baik

VI. Data Penunjang


1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan hematologi tanggal 11/10/2019
 WBC : 7,7 x 103 / µL (N)  4,00 – 11,00
 RBC : 4,13 x 106 / µL (L)  4,50 – 6,50
 HGB : 13,3 g/dL (N)  13,0 – 18,0
 HCT : 39,3 % (L)  40,0 – 54,0
 PLT : 1,38 x 103 /µL (L)  150 – 400

17
b. Faal ginjal tanggal 11/10/2019
 BUN : 43 mg/dL (H)  8 – 23
 SC : 1,9 mg/dL (H)  0,7 – 1,20

c. EKG tanggal 11/10/2019


Hasil EKG : myocardial ischemia
d. Rontgen thorax tanggal 11/10/2019
Kesan rontgen : cardiomegaly dengan tanda congestive pulmonum
e. Faal ginjal tanggal 12/10/2019
 Asam urat : 12,7 mg/dL (H)  3,4 – 7,0
2. Program Terapi
- IVFD NS 0,9% 7 tpm
- O2 nasal kanul 2 lpm
- Roximid 3 – 40 mg per IV
- Digoxin 1 x 0,125 mg per oral
- Spironolactone 1 x 25 mg per oral
- Allupurinol 1 x 100 mg per oral
- Candesartan 1 x 8 mg per oral
- Folic acid 1 x 1 tablet per oral
- Nutrisil 1 x 2 mg per oral

18
B. ANALISIS DATA
DATA FOKUS ANALISIS MASALAH
DS : ADHF Pola napas tidak efektif
Pasien mengeluh sesak ↓
nafas, terutama pada malam Kelainan otot jantung
hari ↓
DO : Menurunnya kontraktilitas
- RR : 28 x/menit ↓
- Kwalitas napas dangkal Menurunnya kekuatan otot
jantung

Kegagalan ventrikel kiri

Kongesti paru

Sesak napas

Pola napas tidak efektif

19
DS : ADHF Penurunan curah
Pasien mengatakan mudah ↓ jantung
mesara lelah dan sering Kelainan otot jantung
sesak napas, terutama pada ↓
malam hari, ia juga Menurunnya kontraktilitas
mengeluh jantungnya otot jantung
berdegup kencang ↓
DO : Menurunnya volume
- Edema tungkai bawah sekuncup
- Distensi vena jugularis ↓
2 cmH2O Penurunan curah jantung
- Nadi perifer teraba
lemah
- Hasil EKG myocardial
ischemia
- Kesan rontgen :
cardiomegaly dengan
tanda congestive
pulmonum

20
DS : ADHF Hipervolemia
Pasien mengatakan sering ↓
mengalami sesak napas, Kelainan otot jantung
terutama pada malam hari ↓
DO : Menurunnya kontraktilitas
- Edema tungkai bawah otot jantung
- Distensi vena jugularis ↓
2 cmH2O Menurunnya kekuatan
- HCT : 39,3% (L) kontraksi otot jantung
- Cairan masuk 500 cc ↓
- Cairan keluar 400 cc Menurunnya volume
- Balance cairan + 100 cc sekuncup

Kegagalan ventrikel kiri

Kongesti visera dan jaringn
perifer

Cairan darah perifer tidak
terangkut

Hipervolemia

21
DS : ADHF Intolerasi aktivitas
Pasien mengeluh mudah ↓
lelah ketika beraktivitas Kelainan otot jantung
DO : ↓
- Hasil EKG : myocardial Menurunnya kontraktilitas
ischemia otot jantung

Menurunnya kekuatan
kontraksi otot jantung

Menurunnya volume
sekuncup

Kegagalan ventrikel kiri

Penurunan O2 ke jaringan
dan meningkatnya energi
yang digunakan untuk
bernapas

Mudah lelah dan letih

Intoleransi aktivitas

22
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan energi d.d pasien mengeluh sesak napas, RR :
28 x/menit, kwalitas napas dangkal
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas d.d pasien mengeluh mudah
merasa lelah dan sesak napas, edema perifer, JVP 4 cmH2O, nadi perifer lemah, hasil
EKG : myocardial ischemia, kesan rontgen : cardiomegaly dengan tanda congestive
pulmonum
3. Hipervolemia b.d gangguan aliran balik vena d.d pasien mengeluh sesak saat napas,
edema perifer, JVP 4 cmH2O, HCT : 39,3%, balance cairan +100 cc
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d
pasien mengeluh mudah lelah ketika beraktivitas, hasil EKG : myocardial ischemia

23
D. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Hasil
No Diagnosa Keperawatan Intervensi (SIKI)
(SLKI)
1 Pola napas tidak efektif b.d Setelah diberikan asuhan Manajemen jalan nafas
penurunan energi keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, udaha napas)
diharapkan pola napas pasien 2. Monitor bunyi napas tambahan (gurgling, mengi,
efektif dengan kriteria hasil : wheezing, ronkhi kering)
Pola napas 3. Posisikan semi fowler atau fowler
1. Tidak ada dyspnea 4. Berikan oksigen, jika perlu
2. Tidak ada pernapasan pursed-
lip Pemantauan respirasi
3. Frekuensi napas normal (16 – 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
20 x/menit) 2. Monitor pola nafas (seperti bradypnea, takipnea,
4. Kedalaman napas normal hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksis)
3. Monitor adanya produksi sputum
4. Monitor saturasi oksigen
5. Monitor nilai AGD
6. Monitor hasil x-ray toraks
2 Penurunan curah jantung b.d Setelah diberikan asuhan Perawatan Jantung
perubahan kontraktilitas keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
diharapkan tidak terjadi penurunan (meliputi dyspnea, ortopnea, PND, peningkatan CVP)

24
curah jantung dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
Curah jantung: jantung (meliputi peningkatan berat badan,
1. Kekuatan nadi perifer normal hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
2. Cardiac index dalam batas basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
normal 3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
3. Tidak da palpitasi ortostatik, jika perlu)
4. Tidak ada takikardia 4. Monitor intake dan output cairan
5. Tidak ada gambaran EKG 5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
aritmia 6. Monitor saturasi oksigen
6. Tidak mengalami lelah 7. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi,
7. Tidak ada edema radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
8. Tidak ada distensi vena 8. Monitor EKG 12 sadapan
jugularis 9. Monitor aritmia (kelaian irama dan frekuensi)
9. Tidak ada dyspnea 10. Posisikan semifowler atau fowler dengan kaki ke bawah
10. Tidak terjadi Paroxysmal atau posisi nyaman
nocturnal dyspnea (PND) 11. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
11. Tidak terjadi ortopnea >94%
12. Tidak ada batuk 12. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
13. Berat badan normal
14. CRT <3 detik

25
3 Hipervolemia b.d gangguan Setelah diberikan asuhan Manajemen hipervolemia
aliran balik vena keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
diharapkan tidak terjadi 2. Monitor intake dan output cairan
hipervolemia dengan kriteria hasil : 3. Timbang berat badan secara teratur
Keseimbangan cairan 4. Batasi asupan cairan garam
1. Keluaran urin normal 5. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
2. Tidak ada edema 6. Kolaborasi pemberian diuretik
3. Tidak mengalami asites 7. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuret
4. Tekanan darah dalam batas
normal Pemantauan cairan
5. Denyut nadi radial dalam batas 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
normal 2. Monitor frekuensi napas
6. Berat badan mengalami 3. Monitor tekanan darah
penurunan 4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu CRT
6. Monitor elastisitas atau turgor kulit
7. Monitor kadar albumin dan protein total
8. Monitor hasil pemeriksaan serum
9. Monitor intake dan output cairan
10. Identitas tanda-tanda hypervolemia
11. Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan

26
4 Intoleransi aktivitas b.d Setelah diberikan asuhan Manajemen energi
ketidakseimbangan antara keperawatan selama 3 24. jam, Dukungan perawatan diri
suplai dan kebutuhan oksigen diharapkan pasien dapat  Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
beraktivitas secara normal dengan melakukan perawatan diri
kriteria hasil :  Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
Toleransi aktivitas sesuai kemampuan
1. Frekuensi nadi normal  Anjurkan tirah baring
2. Saturasi oksigen normal  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Frekuensi nafas normal  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
4. Tidak ada keluhan lelah asupan makanan
5. Tidak ada dispnea saat dan
setelah beraktivitas
6. Tidak ada aritmia saat dan
setelah beraktivitas
7. Tidak ada sianosis
8. Tidak ada perasaan lemah

27
E. IMPLEMENTASI
TGL /
NO IMPLEMENTASI RESPON PARAF
JAM
1,2, 11/10/19 Mengkaji keluhan, memeriksa S :
3,4 14.30 tanda – tanda vital, dan Pasien mengeluh sesak
wita memberi posisi semi fowler napas (Prastika)
O:
- TD : 110/60 mmHg
- S : 36,60C
- N : 88 x/menit
- RR : 28 x/menit
- Skala nyeri : 0
1,2 11/10/19 Melakukan delegasi S :
14.35 pemberian O2 nasal kanul 2 Pasien mengeluh masih
wita lpm, mengobservasi SaO2, sesak (Prastika)
memonitor bunyi napas O :
tambahan - Terpasang O2 nasal kanul
2 lpm
- SaO2 97%
- Wheezing -/-, ronchi -/-
2 11/10/19 Mengidentifikasi tanda / gejala S :
14.40 penurunan curah jantung Pasien mengatakan sering
wita mengalami sesak napas saat (Prastika)
malam hari ataupun saat
tidur tanpa bantal
O:
- JVP 4 cm H2O
- Batuk (+)
1,2, 11/10/19 Melakukan delegasi S : –
3,4 15.00 pemberian obat : O:
wita - Roxemid 40 mg per IV - Obat berhasil masuk (Prastika)
- Digoxin 0,125 mg P.O - Obat oral telah diminum
- Spironolactone 25 mg P.O

28
- Candesartan 8 mg P.O
4 11/10/19 Membantu pasien untuk S :
16.30 membersihkan badan Pasien mengeluh sesak
wita bertambah (Prastika)
O:
- Pasien tampak bersih
- RR : 31 x/menit
4 11/10/19 Menganjurkan pasien untuk S :
16.40 tirah baring Pasien mengatakan akan
wita mengikuti anjuran (Prastika)
O:
Pasien tampak paham
1,2, 11/10/19 Mengobservasi TTV, CRT, S :
3,4 21.00 dan turgor kulit Pasien mengatakan masih
wita mengalami sesak napas (Prastika)
O:
- TD : 116/66 mmHg
- S : 36,80C
- N : 83 x/menit
- RR : 29 x/menit
- Skala nyeri : 0
- CRT < 3 detik
- Turgor kulit elastis
2,3 11/10/19 Menghitung balance cairan S : –
21.00 dalam 8 jam O:
wita - Cairan masuk : 450 cc (Prastika)
- Cairan keluar : 400 cc
- Balance cairan : +50 cc
1 12/10/19 Memonitor pola napas, bunyi S :
08.30 napas tambahan, dan saturasi Pasien mengatakan sesak
wita oksigen masih terasa (Prastika)
O:
- RR : 30 x/menit

29
- SaO2 98%
- Wheezing -/-, ronchi -/-
3 12/10/19 Memonitor tanda dan gejala S : –
08.30 hipervolemia O:
wita Edema pada ekstremitas (Prastika)
bawah
4 12/10/19 Membantu pasien untuk S :
09.00 membersihkan badan Pasien mengeluh sesak
wita bertambah (Prastika)
O:
- Pasien tampak bersih
- RR : 30 x/menit
4 12/10/19 Menganjurkan pasien untuk S :
09.10 beraktivitas secara bertahap, Pasien dan keluarga
wita dan menganjurkan keluarga mengatakan akan mengikuti (Prastika)
untuk membantu pasien anjuran
beraktivitas O:
Pasien dan keluarga tampak
kooperatif
1,2, 12/10/19 Mengobservasi TTV S:
3,4 11.00 Pasien mengatakan sesak
wita masih terasa, perasaan (Prastika)
jantung berdegup kencang
sudah berkurang
O:
- TD : 109/67 mmHg
- S : 36,50C
- N : 86 x/menit
- RR : 27 x/menit
- Skala nyeri : 0
2,3 12/10/19 Menghitung balance cairan S : –
14.00 dalam 8 jam, memonitor tanda O :
wita dan gejala hipervolemia - Cairan masuk : 950 cc (Prastika)

30
- Cairan keluar : 3000 cc
- Balance cairan : -2050 cc
- Edema tungkai bawah
sudah berkurang
1,2 13/10/19 Memonitor pola napas, bunyi S :
08.30 napas tambahan, dan saturasi Pasien mengatakan sesak
wita oksigen napas sudah berkurang (Prastika)
O:
- RR : 22 x/menit
- Kwalias napas normal
- SaO2 98%
- Wheezing -/-, ronchi -/-
3 13/10/19 Memonitor tanda dan gejala S : –
08.35 hipervolemia O:
wita Edema padaekstremitas (Prastika)
bawah sudah tidak ada
2 13/10/19 Mengidentifikasi tanda / gejala S :
08.30 primer dan sekunder Pasien mengatakan sesak
wita penurunan curah jantung napas ketika malam hari (Prastika)
sudah berkurang, rasa
berdegup pada jantung (-),
kesulitan bernapas ketka
tidur telentang (+)
O : ronchi basah -/-
4 13/10/19 Membantu pasien untuk S :
09.00 membersihkan badan Pasien mengeluh sesak
wita bertambah (Prastika)
O:
- Pasien tampak bersih
- RR : 27 x/menit
1,2, 13/10/19 Mengobservasi TTV S:
3,4 11.00 Pasien mengatakan sesak
wita sudah berkurang (Prastika)

31
O:
- TD : 111/69 mmHg
- S : 36,70C
- N : 84 x/menit
- RR : 22 x/menit
- Skala nyeri : 0
2,3 13/10/19 Menghitung balance cairan S : –
14.00 dalam 8 jam O:
wita - Cairan masuk : 500 cc (Prastika)
- Cairan keluar : 400 cc
- Balance cairan : +100 cc
1,2, 13/10/19 Melakukan delegasi S : –
3,4 15.00 pemberian obat : O:
wita - Roxemid 40 mg per IV - Obat berhasil masuk (Prastika)
- Digoxin 0,125 mg P.O - Obat oral telah diminum
- Spironolactone 25 mg P.O
- Candesartan 8 mg P.O
1,2 14/10/19 Memonitor pola napas, bunyi S :
08.30 napas tambahan, dan saturasi Pasien mengatakan sudah
wita oksigen tidak sesak napas (Prastika)
O:
- RR : 20 x/menit
- Kwalias napas normal
- SaO2 989%
- Wheezing -/-, ronchi -/-
3 14/10/19 Memonitor tanda dan gejala S : –
08.35 hipervolemia O:
wita Edema pada ekstremitas (Prastika)
bawah sudah tidak ada
2 14/10/19 Mengidentifikasi tanda / gejala S :
08.30 primer dan sekunder Pasien mengatakan sesak
wita penurunan curah jantung napas ketika malam hari (Prastika)
sudah tidak ada, rasa

32
berdegup pada jantung (-),
kesulitan bernapas ketka
tidur telentang (+)
O : ronchi basah -/-
4 14/10/19 Membantu pasien untuk S : –
09.00 membersihkan badan O:
wita - Pasien tampak bersih (Prastika)
- RR : 27 x/menit
1,2, 14/10/19 Mengobservasi TTV S:
3,4 11.00 Pasien mengatakan sesak
wita sudah berkurang (Prastika)
O:
- TD : 121/64 mmHg
- S : 36,90C
- N : 85 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Skala nyeri : 0
2,3 14/10/19 Menghitung balance cairan S : –
14.00 dalam 8 jam O:
wita - Cairan masuk : 500 cc (Prastika)
- Cairan keluar : 450 cc
- Balance cairan : +50 cc
2,3 14/10/19 Menimbang berat badan S:–
14.05 Pasien mengatakan berat
wita badannya turun 1 kg (Prastika)
O : BB : 65 kg

33
F. EVALUASI
TGL /
NO CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
JAM
1 14/10/19 S :
14.30 Pasien mengatakan sudah tidak sesak napas
wita
O:
- RR : 20 x/menit
- Tidak ada pernapasan pursed-lip
- Kedalaman napas normal

(Prastika)
A : Masalah teratasi, tujuan tercapai

P : Hentikan intervensi

34
2 14/10/19 S :
14.30 Pasien mengatakan perasaan berdegup kencang pada
wita jantung sudah tidak ada, sesak napas pada malam hari
sudah tidak ada, sesak napas ketika tidur telentang (+),
batuk sudah berkurang, perasaan mudah lelah masih

O:
- Nadi 85 x/menit (Prastika)
- Kekuatan nadi perifer kuat
- Tidak ada edema
- CRT < 3 detik
- BB turun 1 kg (65 kg)

A : Masalah teratasi, tujuan tercapai

P : Hentikan intervensi

35
3 14/10/19 S : –
14.30
wita O:
- Tidak ada edema
- Tidak ada asites
- TD : 121/64
- Nadi 85 x/menit
- BB turun 1 kg (65 kg) (Prastika)
- Balance cairan +50 cc

A : Masalah teratasi, tujuan tercapai

P : Hentikan intervensi

36
4 14/10/19 S :
14.30 Pasien mengatakan sesak setelah beraktivitas ringan
wita masih, perasaan mudah lelah masih, perasaan lemah
masih

O:
- Nadi 85 x/menit
- RR : 20 x/menit (Prastika)
- SaO2 : 99%
- Tidak ada sianosis

A : Masalah belum teratasi, tujuan tercapai

P : Lanjutkan intervensi

37
BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis akan membahas tentang bagaimana kesesuaian teori dan proses pelaksanaan
asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 11 s/d 14 Oktober 2019 di ruang Royal
Queen C Bali Royal Hospital, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul,
intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan landasan dasar dalam proses asuhan
keperawatan, dimana dalam pengkajian dilakukan pengumpulan data untuk menentukan
masalah keperawatan yang muncul. Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam mengenali
masalah – masalah yang muncul pada klien sehingga dapat menentukan tindakan
keperawatan yang tepat.
Menurut Hanafiah (2006), Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) merupakan gagal
jantung akut yang didefinisikan sebagai serangan jantung yang cepat (rapid onset) dari gejala-
gejala atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal.
Gagal jantung merupakan gejala-gejala dimana pasien memenuhi gejala gagal jantung,
nafas pendek yang khas selama istirahat atau saat melakukan aktivitas dan/atau kelelahan,
serta tanda-tanda retensi cairan seperti kongestif pulmonal atau pembengkakan tungkai
(Crouch MA, DiDomenico RJ, Rodgers Jo E, 2006)
1. Data Subjektif
a. Identitas Klien
1) Umur
Menurut Sani (2007), kejadian gagal jantung sangat berisiko tinggi terjadi pada usia > 45
tahun, sebagian besar kasus gagal jantung terjadi pada rentan usia 60-65 tahun. Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang semain tinggi pula risiko mengalami gagal jantung
dikarenakan semakin bertambahnya usia maka terjadi penurunan fungsi jantung. Pada
kasus yang terjadi pada Tn. NS berumur 60 tahun. Sehingga pada kasus Tn. NS telah
sesuai teori dan kasus di lapangan.

2) Pendidikan
Menurut Eny dan Diah (2010) ppenting untuk mengetahui tingkat intelektual seseorang,
sehingga perawat dapat memberikan penkes dengan bahasa sesuai dengan tingkat

38
pendidikan pasien. Pada kasus Tn. NS pendidikan terakhir adalah SD, sehingga dalam
memberikan edukasi perawat harus menggunakan bahasa yang lebih awam sehingga
mudah di pahami Tn. NS, dalam hal ini perawat telah melakukan komunikasi dengan cara
dan bahasa yang mudah dipahami, serta melibatkan keluarga dalam berkomunikasi. Hal
ini telah sesuai dengan teori yang ada.
b. Riwayat pasien
1) Keluhan utama
Menurut the konsensus guideline in the management of acute decompensated heart
failure tahun 2006, keluhan yang sering muncul pada pasien dengan ADHF yaitu sesak.
Tn. NS datang ke RS BROS dengan keluhan utam sesak nafas. Menurut Udjianti (2010)
pada kasus ADHF sesak nafas dapat terjadi diakibatkan disfungsi katub mitral dan aorta
atau ventrikel pada gagal jantung yang menyebabkan vena pulmonalis akan merenggang
dan dinding bronkus terjepit dan mengalami edema dan timbulah sesak nafas. Sehingga
antara kasus Tn.NS dan teori tidak terdapat kesenjangan.
2) Riwayat penyakit
Tn. NS mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, batuk sejak 3 hari yang lalu, bengkak
pada kedua kaki sejak kemarin malam, mual dan rasa eneg di ulu hati sejak kemarin.
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit jantung dan ginjal sejak 4 tahun yang lalu.
Menurut the konsensus guideline in the management of acute decompensated heart
failure tahun 2006 gejala lain yang muncul pada kasus ADHF selain sesak yaitu mual
dan muntah, edema perifer. Sehingga antara kasus Tn.NS dan teori tidak terdapat
kesenjangan.

2. Data Objektif
a. Pengkajian Fisik
1) Tanda-tanda vital
Menurut the konsensus guideline in the management of acute decompensated heart
failure tahun 2006, pada kasus ADHF akan terjadi perubahan tanda-tanda vital seperti
hipotensi, peningkatan respirasi, serta peningkatan atau penurunan frekuensi nadi. Pada

39
kasus Tn. NS tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 28 x/menit dan
suhu 36,6 0C. Terdapat peningkatan respirasi pada Tn. NS jadi tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Leher :
Menurut Weinstock (2010) pengukuran JVP (Jugularis Vein Pressure) merupakan salah
satu metode non invasive yang dapat dilakukan pada penderita ADHF, pemeriksaan ini
penting dilakukan karena JVP menggambarkan volume pengisian dan tekanan pada
atrium kanan. Peningkatan JVP mengindikasikan adanya gagal jantung kanan. Pada kasus
Tn. NS pemeriksaan JVP telah dilakukan dan mendapat nilai 4 cmH2O berarti terjadi
distensi vena jugularis pada kasus Tn. NS. Tidak terdapat kesejangan teori dan
pelaksanaan di lapangan.
2) Thorax
2) Thorax
Menurut Hanafiah (2006) pada kasus ADHF terjadi disfungsi jantung yang abnormal.
Disfungsi yang dimaksud seperti disfungsi sistolik maupun diastolic, abnormalitas irama
jantung atau ketidakseimbangan preload dan afterload. Pada kasus Tn. NS irama
jantungnya tidak teratur dan kekuatannya lemah. Ini menunjukkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
3) Ekstremitas
Pada kasus ADHF terjadi penurunan kontraktilitas yang berpengaruh terhadap
menurunnya isi sekuncup dan menurunnya kekuatan kontraksi otot jantung. Keadaan ini
menyebabkan seseorang mengalami penurunan curah jantung yang berpengaruh terhadap
kongesti visera dan jaringan perifer sehingga cairan darah perifer tidak terangkut
(Weinstock, 2010). Pada kasus Tn. NS, ekstremitas bawah Tn. NS mengalami edema jadi
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat menindentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (NANDA, 2015). Setelah
data – data terkumpul kemudian dianalisa untuk menentukan masalah pasien dan

40
merumuskan diagnosa keperawatan. Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SDKI) diagnosa keperawatan yang nampak pada pasien ADHF adalah sebagai berikut :
1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan energi
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
3. Hipervolemia b.d gangguan aliran balik vena
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. NS didapatkan data pendukung seperti pasien
mengeluh sesak napas, RR : 28 x/menit, kwalitas napas dangkal, pasien mengeluh mudah
merasa lelah dan sesak napas, edema perifer, JVP 4 cmH2O, nadi perifer lemah, hasil EKG :
myocardial ischemia, kesan rontgen : cardiomegaly dengan tanda congestive pulmonum,
HCT : 39,3%, balance cairan +100 cc, pasien mengeluh mudah lelah ketika beraktivitas

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan kategori perilaku perawat yang bertujuan menentukan
rencana keperawatan yang berpusat kepada pasien sesuai dengan yang ditegakkan sehingga
tujuan tersebut terpenuhi. Dalam penyusunan karya tulis ini mahasiswa menyusun intervensi
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI).
Intervensi keperawatan yang disusun untuk mengatasi diagnosa pola napas tidak efektif
b.d penurunan energi disusun berdasarkan SLKI yaitu setelah dilakukan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan pola nafas pasein efektif dengan kriteria hasil : tidak ada dyspnea,
frekuensi napas normal (16 – 20 x/menit), kedalaman napas normal. Intervensi keperawatan
yang disusun sesuai dengan teori dimana dalam SIKI : Manajemen jalan nafas dan
Pemantauan repirasi. Intervensi yang tersusun tersebut telah diterapkan dan sesuai dengan
teori yang ada.
Pada diagnosa kedua yaitu penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas disusun
intervensi berdasarkan SLKI yaitu setelah dilakukan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak terjadi penurunan curah jantung dengan kriteria hasil : kekuatan nadi perifer
normal, cardiac index dalam batas normal, tidak ada palpitasi, tidak ada takikardia, tidak ada
gambaran EKG aritmia, tidak mengalami lelah, tidak ada edema, tidak ada distensi vena
jugularis, tidak ada dyspnea, tidak terjadi Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), tidak terjadi
ortopnea, tidak ada batuk, berat badan normal, CRT <3 detik. Intervensi keperawatan yang
disusun sesuai dengan teori dimana dalam SIKI : Perawatan Jantung. Intervensi yang
tersusun tersebut telah diterapkan dan sesuai dengan teori yang ada

41
Intervensi keperawatan yang disusun untuk mengatasi hipervolemia b.d gangguan aliran
balik vena disusun berdasarkan SLKI yaitu setelah dilakukan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak terjadi hipervolemia dengan kriteria hasil : Keluaran urin normal, tidak ada
edema, tidak mengalami asites, tekanan darah dalam batas normal, denyut nadi radial dalam
batas normal. Intervensi keperawatan yang disusun sesuai dengan teori dimana dalam SIKI :
Manajemen hypovolemia dan pemantauan cairan. Intervensi yang tersusun tersebut telah
diterapkan dan sesuai dengan teori yang ada.
Pada diagnosa keempat yaitu Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen disusun intervensi berdasarkan SLKI yaitu setelah dilakukan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien mampu beraktivitas normal dengan kriteria
hasil : frekuensi nadi normal, saturasi oksigen normal, frekuensi nafas normal, tidak ada
keluhan lelah, tidak ada dispnea saat dan setelah beraktivitas, tidak ada aritmia saat dan
setelah beraktivitas, tidak ada sianosis, tidak ada perasaan lemah. Intervensi keperawatan
yang disusun sesuai dengan teori dimana dalam SIKI : Manajemen energy dukung perawatan
diri. Intervensi yang tersusun tersebut telah diterapkan dan sesuai dengan teori yang ada

D. Implementasi Keperawatan
Melakukan asuhan menyeluruh atau tindakan yang tertera pada intervensi yaitu
1. Diagnose pertama: pola napas tidak efektif b.d penurunan energi
Fokus :
 Manajemen jalan nafas
- Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, udaha napas)
- Memonitor bunyi napas tambahan (gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
- Memposisikan semi fowler atau fowler
- Memberikan oksigen, jika perlu
 Pemantauan respirasi.
- Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
- Memonitor pola nafas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
Cheyne-stokes, biot, ataksis)
- Memonitor adanya produksi sputum
- Memonitor saturasi oksigen
2. Diagnosa kedua: penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
Fokus “
 perawatan jantung.

42
- Mengidentifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dyspnea,
ortopnea, PND, peningkatan CVP)
- Mengidentifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
- Memonitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
- Memonitor saturasi oksigen
- Memposisikan semifowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
- Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
- Memonitor intake dan output cairan

3. Diagnose ketiga: hipervolemia b.d gangguan aliran balik vena


Focus:
 Manajemen hypervolemia.
- Memeriksa tanda dan gejala hipervolemia
- Memonitor intake dan output cairan
- Membatasi asupan cairan garam
- Meninggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
- Melakukan delegatif pemberian diuretic
 Pemantauan Cairan
- Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Memonitor frekuensi napas
- Memonitor tekanan darah
- Memonitor waktu CRT
- Memonitor elastisitas atau turgor kulit
- Memonitor intake dan output cairan
- Mengidentifikasi tanda-tanda hypervolemia

4. Diagnosa keempat: intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen
Focus
 Manajemen energi- Dukungan perawatan diri
- Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
- Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

43
- Menganjurkan tirah baring
- Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan ini sesuai dengan hasil yang diharapkan dari Tn. NS masalah
keperawatan pada diagnosa pertama, kedua dan ketiga telah teratasi, namun pada diagnose
keempat, masalah belum teratasi dan pasien masih mengeluh sesak setelah beraktivitas
ringan, perasaan mudah lelah masih, perasaan lemah masih.

44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Gagal jantung merupakan bentuk akhir dan manifestasi terberat dari hampir
semua bentuk penyakit jantung seperti atherosclerosis coroner, infark miokard,
kelainan katup, hipertensi, penyakit jantung bawaan dan kardiomiopati. Studi
Farmingham menyebutkan bahwa kejadian gagal jantung per tahun pada orang
berusia > 45 tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap
1000 orang perempuan.
Kejadian gagal jantung diperkirakan akan semakin meningkat di masa depan
karena semakin bertambahnya usia harapan hidup. Secara keseluruhan 50% dari total
pasien meninggal dalam kurun waktu empat tahun. Sebanyak 15,8% pasien yang
datang ke rumah sakit dengan diagnosis gagal jantung meninggal dan 32%
mendapatkan rawat inap kembali dalam waktu satu tahun pertama
Seorang pasien yang menderita gagal jantung biasanya sering kembali datang ke
rumah sakit karena peningkatan angka kematian yang tinggi pada penyakit ini.
Sekitar 45% pasien gagal jantung akut akan dirawat ulang paling tidak satu kali, 15%
paling tidak dua kali dalam dua belas bulan pertama. Estimasi risiko kematian dan
perawatan ulang antara 60 hari berkisar 30-60%, tergantung dari studi populasi.

B. Saran
Kejadian gagal jantung diperkirakan akan semakin meningkat dibarengi dengan
semakin bertambahnha usia. Secara keseluruhan 50% dari total pasien meninggal
dalam kurun waktu empat tahun dikarenakan mengalami gagal jantung, diharapkan
dengan adanya laporan kasus tentang ADHF ini pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan ADHF dapat dilakukan semaksimal dan seoptimal mungkin segingga
dapat mengurangi resiko atau komplikasi lainnya

DAFTAR PUSTAKA

45
Crouch MA, Di Domenico, RJ, Rodgers Jo E. Applying Consensus Guidlies In tHe
Management of Acute Decmpensated Heart Failure. California : 41st ASHP Midlayer
Clinical Meeting ; 2006 (diakses 17 Oktober 2019). available :
fromwww.ashpadvantage.com/webite_images/pdf/adhf_scios_06.pdf

Dickstein K, Cohen SA, Filippatos G, McMurray JJV, Poikowski P, Atar D et al. ESC
Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2008.
European journal of heart failure [serial on the internet].2008.aug (diakses 17 Oktober
2019) Available fromhttp://eurjhf.oxforfjournals.org/content/10/10/1993.full.pdf

Hanafiah, A. 2006. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia

Leonard LS. Patophysiology of heart disease. 5th edition. Philadelphia : Wolters Kluwer
Lippincott Williams and Wilkins, 2011 ; 224

Lepage S. Acute decompensated heart failure. Can J Cardiol 2008, 24 (Suppl B) : 6B – 8B.

Mc Bride BF, White M. Acute Decompensated Heart Failure Pathophysiology. 5Journal of


Medicine [serial on the internet]. 2010. (Diakses 17 Oktober 2019). Available
fromhttp://www.medscape.com/viewarticle/459179_3

PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan Indonesia : definisi dan indicator diagnostik.
Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia : definisi dan kriteria hasil keperawatan.
Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan keperawatan.
Jakarta : DPP PPNI

Prince A. Wilson L.M. Patofisiologi konsep klii proses-proses penyakit-edisi 6. 2005.


Jakarta: EGC.

Prince A. Wilson L.M. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6 Volume 1.
2012. Jakarta: EGC.

Sani, A. 2007. Heart Failure : Current Paradigm. Jakarta : Medya Crea.

Santoso A, Erwinanto, Munawar M, Suryawan R, Rifqi S, Soerianata S. Diagnosis dan


tatalaksana praktis gagal jantung akut. 2007

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s. 2000. Textbook of Medical – Surgical
Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC.

Suyono, S, et al. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

46
Weinstock, D. 2010. Rujukan Cepat di Ruang ICU/ICCU. Jakarta : EGC.

47

Anda mungkin juga menyukai