General Anestesi
Pembimbing:
dr. Martin Yudi, Sp. An
Disusun Oleh:
Naafi Sabbah (201720401011136)
Adiningtyas Kurniawati (201720401011092)
Shinta Dewi Triandini (201720401011115)
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Pusing, nyeri wajah
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan pusing di bagian depan kepala sejak 4hari yll, nyeri
saat sujud, nyeri pada bagian wajah, pasien juga mengeluhkan batuk
berdahak sejak 1minggu yll, dahak sulit keluar, sudah diberi obat namun
tetap.
C. Riwayat Penyakit Dahulu:
Penyakit jantung (+), Sinusitis maxilaris (+), Riw. trauma (-), asma (-)
D. Riwayat Operasi:
Op. Sinusitis maxilaris bilateral tahun 2017
E. Riwayat Alergi:
Obat: Ranitidin, ultraflu, levo, clanexi
F. Riwayat pengobatan:
Tuzalos
G. RPSos:
Makan minum teratur, BAB BAK lancar
V. DIAGNOSIS
Diagnosis umum : Sinusitis Maksilaris
VI. TINDAKAN ANESTESI
1. Anestesi :
Dilakukan secara : Spinal anesthesia
Induksi dengan : Regivel 15 mg
Obat – obat yang diberikan : Bupivacain spinal 15 mg, Oxitocyn 20 IU,
Dexketoprofen 2 cc diencerkan
Maintenance : O2 3L/menit
Mulai anestesi : 09.45 WIB
Selesai anestesi : 11.00 WIB
Lama anestesi : 105 menit
Catatan : bayi lahir pukul 10.10 WIB, perempuan, BB 3000 g,
AS 9-9-10
2. Terapi cairan :
BB : 54 kg
EBV : 70 cc/kgBB x 54 kg = 3780 cc
Jumlah perdarahan : ± 750 cc = 15%
Kebutuhan cairan :
Maintenance : 40 cc x 54 kg = 2160 cc/24 jam
Jenis anestesi : Besar
Resiko anestesi : Besar
Perdarahan : ± 750 cc (15 %)
15% x 3780 = 567 cc x 3 1701 cc RL
Grojok kristaloid 20 x 54 kg = 1080 cc 10-20
menit sisanya 621 cc 310 untuk 8 jam 1,
310 cc untuk 16 jam kedua
Perintah di ruangan :
a. Awasi tanda vital (tensi, nadi, pernapasan tiap ½ jam)
b. Bila kesakitan beri analgetik.
c. Bila mual atau muntah, beri injeksi Ondansetron 4 mg iv
d. Program cairan : infus RL 20 tetes/menit
e. Program analgetik : injeksi Dexketoprofen 2cc diencerkan menjadi
5cc
f. Selama 24 jam post operasi, pasien tidur dengan bantal tinggi (30o),
tidak boleh berdiri atau berjalan.
g. Bila tekanan darah sistole < 90 mmHg, beri injeksi ephedrin 10 mg iv
diencerkan.
h. Bila HR < 60x/menit, beri SA 0,5 mg dan konsul anestesi.
i. Bila sakit kepala hebat berkepanjangan, konsul anestesi.
PEMBAHASAN
Farmakologi Obat Anestetik Lokal
Obat anestesi lokal adalah suatu senyawa amino organik atau gabungan alkaloid
larut lemak dan garam larut air11. Obat anestesi lokal yang digunakan dibagi ke
dalam dua macam, yakni golongan ester seperti kokain, benzokain, prokain,
kloroprokain, ametokain, tetrakain dan golongan amida seperti lidokain,
mepivakain, prilokain, bupivakain, etidokain, dibukain, ropivakain,
levobupivakain. Perbedaannya terletak pada kestabilan struktur kimia. Golongan
ester mudah dihidrolisis dan tidak stabil dalam cairan, sedangkan golongan amida
lebih stabil. Golongan ester dihidrolisa dalam plasma oleh enzim pseudo-
kolinesterase dan golongan amida dimetabolisme di hati4,12. Di Indonesia golongan
ester yang paling banyak digunakan ialah prokain, sedangkan golongan amida
tersering ialah lidokain dan bupivakain2,4.
Tabel 2. Jenis anestesi lokal2
Prokain Lidokain Bupivakain
Golongan Ester Amida Amida
Mula kerja 2 menit 5 menit 15 menit
Lama kerja 30-45 menit 45-90 menit 2-4 jam
Metabolisme Plasma Hepar Hepar
Dosis maksimal 12 6 2
(mg/kgBB)
Potensi 1 3 15
Toksisitas 1 2 10
Selama operasi berlangsung dilakukan pemantauan tiap 5 menit secara efisien dan
terus-menerus, dan pemberian cairan intravena Ringer Laktat.