Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS

General Anestesi

Pembimbing:
dr. Martin Yudi, Sp. An

Disusun Oleh:
Naafi Sabbah (201720401011136)
Adiningtyas Kurniawati (201720401011092)
Shinta Dewi Triandini (201720401011115)

SMF ANESTESI RS BHAYANGKARA KEDIRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS
Alamat : Dsn Jenggotan RT/RW 001/012 Papar, Kediri
Tanggal Op : 23 September 2019

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Pusing, nyeri wajah
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan pusing di bagian depan kepala sejak 4hari yll, nyeri
saat sujud, nyeri pada bagian wajah, pasien juga mengeluhkan batuk
berdahak sejak 1minggu yll, dahak sulit keluar, sudah diberi obat namun
tetap.
C. Riwayat Penyakit Dahulu:
Penyakit jantung (+), Sinusitis maxilaris (+), Riw. trauma (-), asma (-)
D. Riwayat Operasi:
Op. Sinusitis maxilaris bilateral tahun 2017
E. Riwayat Alergi:
Obat: Ranitidin, ultraflu, levo, clanexi
F. Riwayat pengobatan:
Tuzalos
G. RPSos:
Makan minum teratur, BAB BAK lancar

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Baik, kesadaran composmentis
Tanda Vital : T : 132/80 mmHg RR : 20x/menit
N : 86x / menit t : 36,4oC
BB : 63 kg
Kepala : a/i/c/d : -/-/-/- pupil isokor,
Sinusitis maksilaris: NT (+)
Telinga : Discharge (-)
Hidung : Discharge (-), nafas cuping (-)
Mulut : Gigi goyang (-), gigi palsu (-), sianosis (-)
Leher : Pembesaran kel. limfe (-), deviasi trakea (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (+)
Thorax :
- Paru : Insepeksi : Simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, Rhonki (+)/(+)
- Jantung : Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak teraba
Perkusi : pekak, batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I-II tunggal, reguler, bising (-)
Abdomen : Inspeksi : tidak ada pembesaran
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : hepar dan lien tak teraba, massa (-)
Ekstremitas : Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Foto X-Ray Watters: didapatkan penebalan mukosa pada sinus maksilaris
kanan dan kiri

V. DIAGNOSIS
Diagnosis umum : Sinusitis Maksilaris
VI. TINDAKAN ANESTESI
1. Anestesi :
Dilakukan secara : Spinal anesthesia
Induksi dengan : Regivel 15 mg
Obat – obat yang diberikan : Bupivacain spinal 15 mg, Oxitocyn 20 IU,
Dexketoprofen 2 cc diencerkan
Maintenance : O2 3L/menit
Mulai anestesi : 09.45 WIB
Selesai anestesi : 11.00 WIB
Lama anestesi : 105 menit
Catatan : bayi lahir pukul 10.10 WIB, perempuan, BB 3000 g,
AS 9-9-10

2. Terapi cairan :
BB : 54 kg
EBV : 70 cc/kgBB x 54 kg = 3780 cc
Jumlah perdarahan : ± 750 cc = 15%
Kebutuhan cairan :
Maintenance : 40 cc x 54 kg = 2160 cc/24 jam
Jenis anestesi : Besar
Resiko anestesi : Besar
Perdarahan : ± 750 cc (15 %)
15% x 3780 = 567 cc x 3 1701 cc RL
Grojok kristaloid 20 x 54 kg = 1080 cc 10-20
menit sisanya 621 cc  310 untuk 8 jam 1,
310 cc untuk 16 jam kedua

Cairan yang diberikan : RL 2000 cc, HAES 500 cc

3. Pemantauan di Recovery Room :


a. Tensi, nadi, pernapasan, aktivitas motorik.
b. Beri O2 3L/menit nasal canul atau 6L/menit sungkup.
c. Bila mual (-), muntah (-), peristaltik usus (+), boleh makan dan
minum sedikit – sedikit.

Perintah di ruangan :
a. Awasi tanda vital (tensi, nadi, pernapasan tiap ½ jam)
b. Bila kesakitan beri analgetik.
c. Bila mual atau muntah, beri injeksi Ondansetron 4 mg iv
d. Program cairan : infus RL 20 tetes/menit
e. Program analgetik : injeksi Dexketoprofen 2cc diencerkan menjadi
5cc
f. Selama 24 jam post operasi, pasien tidur dengan bantal tinggi (30o),
tidak boleh berdiri atau berjalan.
g. Bila tekanan darah sistole < 90 mmHg, beri injeksi ephedrin 10 mg iv
diencerkan.
h. Bila HR < 60x/menit, beri SA 0,5 mg dan konsul anestesi.
i. Bila sakit kepala hebat berkepanjangan, konsul anestesi.

PEMBAHASAN
Farmakologi Obat Anestetik Lokal
Obat anestesi lokal adalah suatu senyawa amino organik atau gabungan alkaloid
larut lemak dan garam larut air11. Obat anestesi lokal yang digunakan dibagi ke
dalam dua macam, yakni golongan ester seperti kokain, benzokain, prokain,
kloroprokain, ametokain, tetrakain dan golongan amida seperti lidokain,
mepivakain, prilokain, bupivakain, etidokain, dibukain, ropivakain,
levobupivakain. Perbedaannya terletak pada kestabilan struktur kimia. Golongan
ester mudah dihidrolisis dan tidak stabil dalam cairan, sedangkan golongan amida
lebih stabil. Golongan ester dihidrolisa dalam plasma oleh enzim pseudo-
kolinesterase dan golongan amida dimetabolisme di hati4,12. Di Indonesia golongan
ester yang paling banyak digunakan ialah prokain, sedangkan golongan amida
tersering ialah lidokain dan bupivakain2,4.
Tabel 2. Jenis anestesi lokal2
Prokain Lidokain Bupivakain
Golongan Ester Amida Amida
Mula kerja 2 menit 5 menit 15 menit
Lama kerja 30-45 menit 45-90 menit 2-4 jam
Metabolisme Plasma Hepar Hepar
Dosis maksimal 12 6 2
(mg/kgBB)
Potensi 1 3 15
Toksisitas 1 2 10

Tabel 3. Anestetik lokal yang paling sering digunakan4


Anestetik lokal Berat jenis Sifat Dosis
Lidokain
2% plain 1.006 Isobarik 20-100 mg (2-5 ml)
5% dalam 1.033 Hiperbarik 20-50 mg (1-2 ml)
dekstrosa 7,5%
Bupivakain
0.5% dalam air 1.005 Isobarik 5-20 mg (1-4 ml)
0.5% dalam 1.027 Hiperbarik 5-15 mg (-3 ml)
dekstrosa 8.25%

Oxytocin diberikan sebagai ureterotonika yang berguna mengontrol perdarahan


paska persalinan dengan merangsang kontraksi uterus

Selama operasi berlangsung dilakukan pemantauan tiap 5 menit secara efisien dan
terus-menerus, dan pemberian cairan intravena Ringer Laktat.

Anda mungkin juga menyukai