Dokter Muda:
Supervisor:
2018
DAFTAR ISI
BAB I……………………………………………………………………………………….1
1.2 Tujuan..………………………………………………………………………………..2
BAB II………………………………………………………………………………….3
2.1 Definisi……………………………………………………………………………3
BAB III
Penutup ………………………………………………………………………….16
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pemeriksaan analisa gas darah atau (Blood Gas Analysis/ BGA) adalah
suatu pemeriksaan untuk mengetahui tekanan gas karbondioksida (CO2),
oksigenasi, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan
basa. Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan
untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh
gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD
mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa).
(Manuputty J dan Nindatu M, 2012)
Tujuan dari pemeriksaan ini antara lain untuk mengetahui keadaan oksigen
dalam metabolisme sel, efisiensi pertukaran oksigen dan karbondioksida,
mengetahui kemampuan Hb dalam melakukan transportasi oksigen ke jaringan,
mengetahui tekanan oksigen dalam darah arteri dan jaringan secara terus menerus.
(Manuputty J dan Nindatu M, 2012)
Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan klinis pasien
dan kemajuan terapi.Pemeriksaan analisa gas darah tidak dapat digunakan untuk
mendiagnosis suatu penyakit, harus disertai dengan pemeriksaan klinis dan
penunjang lainnya. Pada dasarnya PH atau derajat keasaman darah tergantung
pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3
faktor, yaitu; 1. Mekanisme dapar kimia, 2. Mekanisme pernafasan dan 3.
Mekanisme ginjal. (William M, 2008)
Tabel gas darah normal dari sample arteri dan sampel vena campuran analisa gas
darah
Pada pemeriksaan ini diperlukan sedikit sampel darah yang diambil dari pembuluh
darah arteri yang ada di pergelangan tangan, lengan, atau pangkal paha. Oleh
sebab itu prosedur ini disebut juga dengan pemeriksaan analisa gas darah arteri.
Dokter atau petugas lab pertama-tama akan mensterilkan tempat suntikan dengan
cairan antiseptik. Setelah menemukan arteri, memasukkan jarum ke dalam arteri
dan mengambil darah. Mungkin pasien akan sedikit merasakan sakit saat jarum
suntik masuk ke dalam kulit, tapi tentu ini tidak begitu menyakitkan. Setelah dirasa
cukup, kemudian jarum dicabut, dan luka tusukan ditutup dengan perban. Sampel
darah kemudian akan dianalisa oleh mesin portabel atau mesin yang ada di
laboratorium. Sampel darah harus dianalisis dalam waktu 10 menit dari waktu
pengambilan untuk memastikan hasil tes yang akurat. (Manuputty J dan Nindatu M,
2012).
lain. Buffer ,adalah bahan yang dapat bekerja sebagai reksi kimia yang dapat
menarik atau melepaskan ion-ion hydrogen, sehingga pH tetap relative stabil. Bufer
terdapat pada semua cairan tubuh dan bekerja dengan segera setelah terjadi pH
abnormal (Horne dan Swearingen,2001). Buffer merupakan pertahanan pertama
terhadap perubahan pH, tetapi buffer tidak dapat mempertahankan keseimbangan
asam-basa. Pada keadaan sakit atau perubahan mendadak produksi ion
hydrogen,system buffer mungkin tidak mampu mempertahankan pH normal untuk
jangka waktu yang lama, sehingga aksi buffer harus dibantu oleh
perubahanfisiologis kompensasi atau korektif di paru paru dan ginjal. Peran paru-
paru dalam menjaga keseimbangan asam basa adalah mengendalikan konsentrasi
asam karbonat (H2CO3), sedangkan ginjal berperan dalam pengendalian
konsentrasi bikarbonat (HCO3-) (Asmadi, 2008).
Kompensasi kelainan asam-basa primer merupakan suatu proses yang lebih
lambat daripada buffer, tetapi lebih efektif untuk mengembalikan pH ke normal. Pada
kelainan metabolic primer, system pernafasan melakukan mekanisme kompensasi.
Ginjal mengkompensasi kelainan respirasi primer dengan meningkatkan basa atau
ekskresi asam. Kompensasi mengurangi perubahan pH, tetapi harus diikuti dengan
koreksiyang akan mengembalikan semua ukuran asam-basa menjadi normal.
a) Kompensasi Respiratorik
Jumlah CO2 bervariasi bergantung pada kecepatan dan kedalaman
pernapasan. Perubahan ventilasi paru-paru akan mengubah konsentrasi
CO2 dan H+ dalam tubuh. Kompensasi respiratori dalam
mempertahankan keseimbangan asam basa adalah dengan pengaturan
konsentrasi CO2 cairan ekstraseluler oleh paru. Dengan menyesuaikan
PCO2 meningkat atau menurun, paru secara efektif akan mengatur
konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler.
Bila kadar CO2 ditahan dalam jumlah besar, maka CO2 akan lebudah
bersenyawa dengan air membentuk asam karbonat atas bantuan suatu
enzim. Berikut ini merupakan reaksi kimia yang terjadi:
Adalah kondisi dimana pH rendah dengan kadar PCO2 tinggi dan kadar
HCO3- juga tinggi sebagai kompensasi tubuh terhadap kondisi asidosis tersebut.
Ventilasi alveolar yang inadekuat dapat terjadi pada keadaan seperti
kegagalan otot pernafasan, gangguan pusat pernafasan, atau intoksikasi
obat. Kondisi lain yang juga dapat meningkatkan PCO2 adalah keadaan
hiperkatabolisme. Ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan ekskresi H+
dan retensi bikarbonat. Setelah terjadi kompensasi, PCO2 akan kembali ke tingkat
yang normal.
Asidosis respiratorik
Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Metabolik
1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin &
Hippe, 2010).
2. Modifikasi Allen tes negatif, apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa
untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan
terjadi thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer
pada tempat yang akan diperiksa
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan
denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi
relative
Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan ini, yaitu (McCann, 2004):
1. Adanya risiko jarum mengenai periosteum tulang yang kemudian
menyebabkan pasien mengalami kesakitan. Hal ini akibat dari terlalu
menekan dalam memberikan injeksi.
2. Adanya risiko jarum melewati dinding arteri yang berlainan.
3. Adanya kemungkinan arterial spasme sehingga darah tidak mau
mengalir masuk ke syringe.
BAB III
PENUTUP
7. Eyster KM. (2007). " Acidosis and alcalosis and hipocalemia". Advances
inPhysiology Education 31: 5–16.