BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Semenjak ditemukanya penggunaan listrik secara komersial pada
tahun 1849, makin tinggi juga potensi komorbiditas di masyarakat.
Berdasarkan data statistic, ada 0,8-1% kematian diakibatkan oleh luka
bakar listrik, dengan perkiraan seperempatnya disebabkan oleh listrik
alami. Luka bakar elektrik menyebabkan 1000 kematian setiap tahunnya di
Amerika, dengan laju kematian 3-15%.1,2
Semakin
tingginya
penggunaan
listrik
dan
luka
yang
luka
baik
efek
fisiologis
dan
patologisnya,
serta
penanganannya.
Listrik sendiri merupakan aliran elektron dari atom ke atom.
Pergerakan elektron ini sepertinya jalannya air yang melalui suatu barisan
ember. Elektron berpindah dari satu atom ke atom yang lain. Ampere
merupakan istilah yang digunakan untuk laju aliran elektron. Setiap
6,242x1015 elektron melalui dari satu titik setiap 1 detik, 1 ampere arus
telah berpindah. Arus inilah yang dapat membunuh atau melukai korban
akibat luka bakar listrik. Satu ampere setara dengan jumlah arus yang
melalui 100 watt bola lampu.3,4
Efek listrik pada tubuh dapat ditentukan dari 7 faktor: tipe arus,
jumlah arus, jalur arus, durasi kontak, area kontak, resistensi tubuh, dan
voltase.5
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan
api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas
Tujuan Penulisan
1. Memahami mengenai penatalaksanaan penatalaksanaan resusitasi dan
anastesi pada luka bakar listrik
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan karya ilmiah di bidang
kedokteran.
3. Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Program Pendidikan
Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP Haji Adam Malik
Medan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Luka Bakar
2.1.1. Definisi
Luka bakar merupakan suatu trauma termal yang menimbulkan morbiditas
dan mortalitas yang cukup tinggi. Trauma termal menimbulkan masalah
yang cukup besar dikarenakan mempengaruhi kehidupan manusia,
menambah penderitaan, serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Menguasai prinsip-prinsip dasar resusitasi awal pada pasien trauma dan
menerapkan tindakan sederhana pada saat yang tepat dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas. Prinsip yang dimaksud adalah kewaspadaan
yang tinggi akan terjadinya gangguan jalan napas pada trauma inhalasi,
identifikasi dan pengelolaan trauma mekanik, serta mempertahankan
hemodinamik dalam batas normal melalui resusitasi cairan.7
2.1.2. Klasifikasi
Luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi 6 kelompok terpisah
berdasarkan mekanisme terjadinya yaitu, scalds, luka bakar kontak, luka
bakar akibat kebakaran, luka bakar kimiawi, luka bakar
listrik, dan
radiasi.8
2.2.
2.2.1. Epidemiologi
Dari laporan American Burn Association tahun 2012 dikatakan bahwa
angka morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita. Berdasarkan
tempat kejadian, 69% di rumah tangga, 9% di tempat kerja, 7% di jalan
raya, 5% di tempat rekreasi atau oahraga, dan 10% di tempat lain. Jumlah
kejadian trauma listrik diperkirakan menimbulkan 1000 kematian pertahun
dan sekitar 3000 orang yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat.
Diperkirakan 20% kejadian luka listrik terjadi pada anak-anak, jumlah
terbanyak pada usia balita. Luka bakar listrik kebanyakan terjadi pada
anak-anak saat di rumah. Pada orang dewasa, kebanyakan kejadian luka
bakar terjadi di tempat kerja dan menjadi tempat keempat tertinggi yang
mengancam jiwa. Lebih dari 50% pekerja elektrik, mendapat luka dari
kabel listrik, dan 25% berasal dari alat elektrik. Rasio laki-laki dan
perempuan sebanyak 9:1.9
2.2.2. Patofisiologi
Terdapat 3 zona luka bakar menurut Jackson 1947, yaitu9:
1. Zona Koagulasi
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas
dan terjadi nekrosis serta kerusakan jaringan yang ireversibel yang
disebabkan oleh koagulasi protein.
2. Zona Stasis
Zona statis berada di sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami
kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga terjadi
penurunan perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan
respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam paska
cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
3. Zona Hiperemia
Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi dan jaringan
masih viabel. Proses penyembuhan berasal dari zona ini kecuali jika
terjadi sepsis berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.
4.
5.
Luka bakar derajat I (mis. sengatan matahari), disebut juga luka bakar
superfisial, mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai
mengenai dermis, ditandai dengan adanya eritema, nyeri, dan tidak ada
bulla. Karena tidak berbahaya sehingga tidak memerlukan pemberian
cairan intravena.7
Luka bakar derajat III atau full thickness burns, menyebabkan luka
kehitaman dan kaku, kerusakaan jaringan yang permanen. Warna kulit
bisa terlihat putih seperti lilin, merah sampai kehitaman. Warna kulit
merah ini tidak berubah menjadi pucat dengan penekanan, tidak terasa
nyeri dan kering. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai
mengenai otot dan tulang.7
10
luka
bakar
merupakan
suatu
bentuk
cedera,
sehingga
endotrakeal
profilaktik.
Intubasi
bertujuan
untuk
lebih
besar
dibandingkan
dengan
intubasi.
11
respon
inflamasi
dan
hipermetabolik
dan
12
melalui
mekanisme
penarikan
cairan
dari
intraselular.9,10,11
Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan Dextran.
Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi membran
kapiler, oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan dalam ruang
intravaskular. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga molekul akan berpindah ke ruang
interstitial.9,12,15
13
kali
defisit
intravaskular.
1L
cairan
kristaloid
akan
14
15
luka
dengan
mengupayakan
proses
reepitelisasi,
dipecahkan
tanpa
membuang
lapisan
epidermis
diatasnya.9,10,11
Pengangkatan skar atau eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar
derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab
pengerutan
berlangsung
skar
dan
dapat
pembengkakan
mengakibatkan
yang
terus
penjepitan
menerus
(sindroma
16
pasien dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka
dibalut dengan kasa lelbab steril dengan atau tanpa krim pelembap.
Perawatan luka tertutup dengan occlusive dressing untuk mencegah
penguapan berlebihan.9,10,11
6. Lain-lain
Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai
profilaksis infeksi maupun mengatasi infeksi yang sudah terjadi.
Dalam 3-5 hari pertama populasi kuman yang sering dijumpai
adalah bakteri gram positif non patogen sedangkan hari 5-10
adalah bakteri gram negatif patogen. Dalam 1-3 hari pertama paska
cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak diperlukan
antibiotik. Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan
adalah silver sulfadiazine.1%, silver nitrat, mafenidin, dan
bacitracin.9,10,11
Periksa status imunisasi tetanus. Bila belum di imunisasi, beri ATS
atau imunoglobulin tetanus (jika ada). Bila sudah diimunisasi, beri
ulangan imunisasi TT jika sudah waktunya.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu
sebanyak 2500-3000 kalori perhari dengan kadar protein tinggi.
Pemberian nutrisi enteral dini melalui nasogastik dalam 24 jam
pertama paska cedera bertujuan untuk mencegah terjadinya atrofi
mukosa usus.9,10,11
Penderita yang sudah mulai stabil keadaanya perlu fisioterapi
untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan
sendi. Jika perlu sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional
dengan bidai. Penderita luka bakar harus dipantau terus
menerus.9,10,11
17
2.2.7. Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi pada
saat perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan
eksisi dan grafting. Komplikasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah
SIRS, sepsis, dan MODS. Selain itu, komplikasi pada gastrointestinal juga
dapat terjadi, yaitu atrofi mukosa, ulserasi, dam perdarahan mukosa,
motilitas usus menurun dan ileus. Pada ginjal dapat terjadi akut tubular
nekrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin graft loss merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi, hal ini disebabkan oleh, infeksi dan
robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat terjadi jaringan
parut pada kulit berupa jaringan parut hipertropik, keloid, dan kontraktur.
Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan
sendi.9,10
2.3.7. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas
permukaan tubuh yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti
infeksi, dan kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar ringan
dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin dapat menimbulkan luka
parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa
kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk membuang jaringan parut.9,11
2.3.
Sindroma Kompartemen
2.3.1. Definisi
Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi
penekanan terhadap syaraf, pembuluh darah dan otot di dalam
kompatement osteofasial yang tertutup. Hal ini mengawali terjadinya
peningkatan tekanan interstisial, kurangnya oksigen dari penekanan
pembuluh darah, dan diikuti dengan kematian jaringan.19,20,22 Dapat dibagi
menjadi akut, subakut dan kronik.19
18
2.3.2. Anatomi
Kompartemen osteofasial merupakan ruangan yang berisi otot, syaraf dan
pembuluh darah yang dibungkus oleh tulang dan fasia serta otot-otot yang
masing-masing dibungkus oleh epimisium.
Secara anatomi, sebagian besar kompartemen terletak dianggota
gerak. Berdasarkan letaknya, kompartemen terdiri dari beberapa macam,
antara lain:
1. Anggota gerak atas
b. Lengan atas : terdapat kompartemen anterior dan posterior
c. Lengan bawah : terdapat tiga kompartemen , yaitu flexor
superfisial, fleksor profundus dan ekstensor
2. Anggota gerak bawah
a. Tungkai atas; terdapat tiga kompartemen, yaitu : anterior, medial
dan posterior
b. Tungkai bawah : tedapat empat kompartemen, yaitu : kompartemen
anterior, lateral, posterior superfisial, dan posterior profundus
Sindrom kompartemen paling sering terjadi pada daerah tungkai
bawah (yaitu kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial dan
posterior profundus) serta lengan atas (kompartemen volar dan dorsal).19,20
2.3.3. Epidemiologi
Mortalitas/Morbiditas kompartemen sindrom tergantung dari dua hal,
diagnosis dan waktu antara terjadinya cedera sampai dilakukan penganan.
Rorabeck dan Macnab melaporkan keberhasilan dekompresi untuk
perbaikan perfusi adalah 6 jam.22
Hasil penelitian study kasus oleh McQueen, sindrom kompartemen
didiagnosa lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan. Hal ini
dikarenakan kebanyakan pasien trauma adalah laki-laki.22
2.3.4. Etiologi
19
secara
terus
menerus
menyebabkan
tekanan
arteriolar
intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada lagi darah yang
akan masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam
kompartemen,
kompartemen.19
yang
diikuti
oleh
meningkatnya tekanan
dalam
20
berbeda
(tekanan
arteriol-tekanan
jaringan),
ini
21
22
dengan
hilangnya
fungsi
bagian
yang
terkena
23
dan
dengan
bantuan
pemeriksaan
penunjang.
Pada
lanjuti
pemeriksaan
fisik
penting
untuk
mengetahui
perkembangan gejala yang terjadi, antara lain nyeri pada saat istirahat atau
saat bergerak dan nyeri saat bergerak ke arah tertentu, terutama saat
peregangan otot pasif dapat meningkatkan kecurigaan kita dan merupakan
awal indikator klinis dari sindrom kompartemen. Nyeri tersebut biasanya
tidak dapat teratasi dengan pemberian analgesik termasuk morfin.
Kemudian bandingkan daerah yang terkena dan daerah yang tidak terkena.
Nyeri yang dikeluhkan pasien, harus kita pantau dan
pertimbangkan ada saraf yang terkena.
a. Saraf sensoris mulai hilang kemampuannya, diikuti oleh saraf
motorik.
b. Beberapa saraf dapat mengakibatkan efek meningkatkan tekanan.
24
25
26
a.
b.
Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan pembalut
kontriksi dilepas.
c.
Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat
perkembangan sindroma kompartemen
d.
e.
Terapi Bedah
27
28
2.
Kontraktur volkman
Merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh terlambatnya
penanganan sindrom kompartemen sehingga timbul deformitas
pada tangan, jari, dan pergelangan tangan karena adanya trauma
pada lengan bawah
3.
Trauma vascular
4.
5.
Sepsis
6.
2.3.10. Prognosis
Prognosis bisa baik sampai buruk, tergantung :
-
29
BAB 3
LAPORAN KASUS
STATUS ORANG SAKIT
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Muhammad Rabiul Harahap
Jenis Kelamin
: laki-laki
Umur
: 27 tahun 11 bulan 14 hari
No. Rekam Medik
: 68.76.56
Ruangan
: RB3. 16.2
Tanggal masuk
: 28 September 2016
ANAMNESIS
Keluhan utama
: Tersengat listrik
Telaah
30
: Fasciotomy
RPO
: -
STATUS PRESENS
Sensorium
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmhg
Suhu
: 37 C
Respiratory Rate
: 24 x/i
Heart rate
: 89 x/i
Kepala :
Bentuk : Normal
Mata : Pupil isokor, refleks cahaya (+/+), konjungtiva palpebra
inferior pucat (-/-)
Telinga/ hidung/ mulut: dalam batas normal
Leher
Toraks:
inspeksi
Abdomen`
Palpasi
: SF kanan = SF kiri
Perkusi
Auskultasi
inspeksi
Palpasi
: Soepel (+)
31
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: normoperistaltik
Ekstremitas :
- Superior
Kanan : warna jari kehitaman, Luka fasciotomy (+), bula kehitaman (+),
nadi tidak teraba saturasi kelima jari tidak terukur. Luka bakar (3%)
Kiri
- Inferior
Kanan : dalam batas normal
Kiri
Anogenital
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium
28 September 2016
JENIS PEMERIKSAAN
SATUAN
HASIL
RUJUKAN
g%
12.1
13 18
Eritrosit (RBC)
105/mm3
4.16
4.50 6.50
Leukosit (WBC)
103/mm3
17,260
10 30
36
39 54
103/mm
290
150 450
MCV
Fl
86
80 97
MCH
Pg
29.1
26.5 33.5
MCHC
g%
33.9
31.5 36
RDW
12.8
11 15
MPV
fL
9.3
7 11
PCT
0.270
0.100
HEMATOLOGI
Darah Lengkap (CBC)
Hemoglobin (HBG)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
32
0.500
PDW
fL
LED
mm/jam
9.7
10 -18
<20
Hitung jenis
Neutrofil
74.900
50 70
Limfosit
11.30
20 40
Monosit
13.00
28
Eosinofil
0.60
16
Basofil
0.20
01
Neutrofil Absolut
103/l
19.86
5.5 18.3
Limfosit Absolut
103/l
5.45
2.8 9.3
Monosit Absolut
103/l
2.59
0.5 1.7
Eosinofil Absolut
103/l
0.23
0.02 0.70
Basofil Absolut
103/l
0.15
0.1 0.2
mg/ dL
103
40 60
Ureum
mg/ dL
21
15 40
Kreatinin
mg/ dL
0.65
0.6 1.1
Natrium (Na)
mEq/L
130
135 155
Kalium (K)
mEq/L
4.8
3.6 5.5
Klorida (Cl)
mEq/L
101
96 106
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah (Sewaktu)
GINJAL
Elektrolit
33
34
35
36
Kesimpulan : Sinus ritme, QRS rate 68x/I, QRS axis N, P wave N, PR interval
0,12mm, QRS duration 0,06mm, ST-T changes(-)
DIAGNOSA KERJA
Post fasciotomy o/t right arm d/t Electrical burn 13% + (R) dead limb o/t lower
arm + open (L) dislocation proximal phalanx
PENATALAKSANAAN
RL 20gtt/i
Inj Ketorolac 30g/8jam
Inj Ceftriaxone 1g/12jam
Inj Ranitidine 50mg/12jam
R/ cek lab, CXR, Amputation below elbow (R) d/t Dead Limb o/t (R) Lower
Arm, Closed Reduction + Debridement d/t Open Dislocation Proximal Phalanx
Digiti 1st manus
37
Tanggal S
A
Terapi
29/09/2
016
Suhu : 37,3 C
HR : 96x/menit
VAS : 5
2/10/20
16
3/10/20
16
Sens : Compos
Mentis
RR : 20x/menit
TD : 110/70
mmHg
0
Suhu : 37,1 C
HR : 94x/menit
Post
fasciotomy
o/t right arm
d/t Electrical
burn 10 % +
post
Amputation
below elbow
(R) d/t dead
limb o/t
lower arm +
Post open
(L)
dislocation
proximal
phalanx
digiti 1st
manus
IVFD RL 20gtt/i
Inj
Cetriaxon
1gr/12jam
Inj
Post
fasciotomy
o/t right arm
d/t Electrical
burn 10% +
post
Amputation
below elbow
(R) d/t dead
limb o/t
lower arm +
Post open
(L)
dislocation
proximal
phalanx
digiti 1st
manus
Post
fasciotomy
o/t right arm
d/t Electrical
burn 10% +
post
Amputation
below elbow
(R) d/t dead
Metronidazole
500mg/8jam
Inj
Ketorolac
30mg/8jam
Inj
Ranitidine
50mg/12jam
Diet MBTKTP
Rawat luka
Diet MBTK TP
IVFD RL 20gtt/I
Inj
Ceftriaxon
1gr/12jam
Inj
Metronidazole
500g/8jam
Inj
ketolorac
30mg/8jam
Inj
Ranitidine
50mg/12jam
Rawat luka
IVFD RL 20gtt/I
Inj
Ceftriaxon
1gr/12jam
Inj
Metronidazole
500g/8jam
Inj
Ranitidine
50mg/12jam
Rawat luka
38
39
BAB 4
DISKUSI
Teori
Pada orang dewasa, kebanyakan kejadian luka
bakar terjadi di tempat kerja dan menjadi
tempat keempat tertinggi yang mengancam
jiwa. >50% pekerja elektrik, mendapat luka
dari kabel listrik, dan 25% berasal dari alat
elektrik.
Rasio laki-laki dan perempuan sebanyak = 9:1
Semua pasien luka bakar listrik harus
dilakukan
pemeriksaan
EKG
untuk
menyingkirkan kejadian seperti cardiac
dysrthmia
Infeksi merupakan persoalan yang penting
dalam penaganan luka bakar. Faktor-faktor
yang kontribusi kepada terjadinya infeksi :
Rawat inap di ICU dalam jangka panjang,
intubasi, alat ventilasi, bladder kateter, dan
potensi kolonisasi bakteri pada luka bakar
Antibiotik spectrum luas harus dipakai untuk
mencegah terjadinya infeksi. Idealnya, C&S
luka seharusnya dilakukan untuk memilih
antibiotic yang sensitive.
Resusitasi cairan diperlukan pada luka bakar
akibat listrik.
Cairan yang dapat diberikan : Ringer Laktat ,
RL dengan glukosa 5%, NS.
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan
resusitasi jalan nafas, mekanisme bernafas, dan
resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi
debridement atau eksisi, pencucian luka,
wound dressing, dan pemberian antibiotic
topical.
Diskusi
Pada kasus ini, pasien adalah
seorang laki-laki yang berkerja
sebagai buruh kasar.
Pasien
ini
dilakukan
pemeriksaan EKG di IGD RSUP
HAM dan hasil menunjukkan
dalam batas normal.
Pada pasien ini, mendapat
antibiotic seperti:
Inj Ceftriaxone
Inj Metronidazole
Pada
tanggal
pasien
10/10/16,
dilakukan
debridement
perawatan luka.
untuk
40
BAB 5
KESIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
42
syndrome.
Available
at:
compartment
http://www.emedicine.com/EMERG/topic739.htm.
syndrome".
(Diunduh
bulan
Oktober 2011)
23. Undersea and Hyperbaric Medical Society. "Crush Injury, Compartment
syndrome, and other Acute Traumatic Ischemias". Available at :
http://www.uhms.org/ResourceLibrary/Indication...
(Diunduh
bulan
Oktober 2011)
24. Syamjuhidayat, De Jong (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.
Hal 462; 853.
25. Compartement
syndrome,
Available
at
43
26. Compartement
syndrom,,
Available
http://ww:answer.com/topic/compartementsyndrom
at
(Diunduh
bulan
Oktober 2011)
27. Compartement syndrom, http://emedicinemedscape.com/article/1269081o... (Diunduh bulan Oktober 2011)