TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Klasifikasi
Luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi 6 kelompok terpisah
berdasarkan mekanisme terjadinya yaitu, scalds, luka bakar kontak, luka bakar
akibat kebakaran, luka bakar kimiawi, luka bakar listrik, dan radiasi.2
2.2.1. Epidemiologi
Dari laporan American Burn Association tahun 2012 dikatakan bahwa angka
morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita. Berdasarkan tempat kejadian,
69% di rumah tangga, 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di tempat rekreasi
atau oahraga, dan 10% di tempat lain. Jumlah kejadian trauma listrik diperkirakan
menimbulkan 1000 kematian pertahun dan sekitar 3000 orang yang dirawat di
rumah sakit di Amerika Serikat. Diperkirakan 20% kejadian luka listrik terjadi
pada anak-anak, jumlah terbanyak pada usia balita. Luka bakar listrik kebanyakan
terjadi pada anak-anak saat di rumah. Pada orang dewasa, kebanyakan kejadian
luka bakar terjadi di tempat kerja dan menjadi tempat keempat tertinggi yang
mengancam jiwa. Lebih dari 50% pekerja elektrik, mendapat luka dari kabel
listrik, dan 25% berasal dari alat elektrik. Rasio laki-laki dan perempuan sebanyak
9:1.3
2.2.2. Patofisiologi
Terdapat 3 zona luka bakar menurut Jackson 1947, yaitu3:
1. Zona Koagulasi
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas dan
terjadi nekrosis serta kerusakan jaringan yang ireversibel yang disebabkan oleh
koagulasi protein.
2. Zona Stasis
Zona statis berada di sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami
kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga terjadi
penurunan perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon
inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam paska cedera dan
mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
3. Zona Hiperemia
Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi dan jaringan asih
viabel. Proses penyembuhan berasal dari zona ini kecuali jika terjadi sepsis
berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.
Elektron mengalir dalam tubuh secara abnormal sehingga menghasilkan cedera
atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama elektrik
pada jantung dan otak atau menghasikan luka bakar elektrik internal maupun
eksternal melalui panas dan pembentukan pori di mebran sel. Arus yang melalui
otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan penurunan kesadaran
segera karena depolarisasi saraf otak. Arus bolak-balik (AC) dapat menyebabkan
fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik yang lama
mengakibatkan iskemik otak yang diikuti gangguan nafas.4,5,6
Cedera listrik dapat berupa luka bakar ringan sampai kematian tergantung
kepada6:
1. Jenis dan kekuatan arus listrik
2. Ketahan tubuh terhadap arus listrik
3. Adanya hubungan dengan bumi
4. Lamanya waktu kontak dengan konduktor
5. Aliran arus listrik
2.2.7. Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi pada saat
perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan
grafting. Komplikasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS, sepsis, dan
MODS. Selain itu, komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi, yaitu atrofi
mukosa, ulserasi, dam perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada
ginjal dapat terjadi akut tubular nekrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin
graft loss merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, hal ini disebabkan
oleh, infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat terjadi
jaringan parut pada kulit berupa jaringan parut hipertropik, keloid, dan kontraktur.
Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi. 3,5
2.2.7. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan
tubuh yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar ringan dapat sembuh dalam 10-14 hari
dan mungkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi
gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk
membuang jaringan parut.3,5
DAFTAR PUSTAKA
1. American College of Surgeon. Advanced Trauma Life Support for
Doctors: ATLS Student Course Manual. 8th ed. USA: American College of
Surgeon. 2008;248-255
2. Edlich, R.F. Thermal Burn. America: Medscape. 2015
Accessed from: http://www.emedicine.medscape.com/article/1278244-overview
3. Wim, de Jong. Luka bakar: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:EGC.
2005;66-88
4. Gerard, M.D. Current Surgical Diagnosis and Treatment. 12th ed. New
York: McGraw-Hill Companies. 2009;245-259
5. Rubangi, S. Trauma Listrik dan Halilintar. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1990
6. Hoediyanto, H. 2008. Trauma Listrik. Surabaya: Universitas Airlangga.
http;//www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr,20%Listrik.pdf
7. Henderson, O.S. Emergency Medicine. USA: Landes Bioscience. 2007
8. World Health Organization. Management of Burns. America: WHO. 2007
9. James, H.H., David, M.H. Burns in: Schwartz's Principles of Surgery. 18 th
ed. New York: McGraw-Hill. 2005;189-216
10. Marzoeki, D. Overview in Burn Management dalam Penanganan Luka
Bakar Masa Kini. Seminar Luka Bakar. 2004;1-2
11. Duke, J. Anasthesia and Burns in Anesthesia Secrets. 2 nd ed. Philadelphia:
Hanley & Belfus. Inc. 2000, 292-297
12. Tim Adaptasi Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit. Jakarta: WHO. 2009;262-264