Tugas ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
yang diampu oleh Ns. Yunita Galih Yudanari, S.Kep., M.Kep
DISUSUN OLEH :
1. APRIYANA SARI (011316A001)
2. GIYASTUTI DEWI APRIYANTI (010115A047)
3. HARI ANTENG LINTANG S (010115A051)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang
pernah atau dapat dialami seseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh
terbakar. Sewaktu kejadian luka bakar, terjadi rasa sakit yang sangat hebat
karena ujung-ujung dari saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit
yang terus menerus. Luka bakar dapat dikarenakan oleh panas, kimia, listrik,
cahaya, atau radiasi. Luka bakar sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
kematian.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi)
dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang
besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan
yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka
bakar yang dikarenakan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang
dikarenakan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan
kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan
listrik (elektrik) atau percikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko infeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan
ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi
kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan teknik pengobatan yang
berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Setelah terjadi luka, jaringan tubuh akan memulai proses
penyembuhan luka. Secara histologi, proses penyembuhan luka menyebabkan
beberapa perubahan pada vaskularisasi, epitel, serat kolagen, sel-sel fagosit,
dan melibatkan peran fibroblas. Sel epitel kulit berbentuk polyhedral tak
teratur yang menggepeng ke arah permukaan, dan pada lapisan superfisial
berupa sel gepeng. Proses penyembuhan luka, epitel sel basal di tepian luka
akan terlepas dari dasarnya dan berpindah menutupi dasar luka, lalu
tempatnya diisi oleh hasil mitosis sel epitel lainnya (Bloom & Fawcett, 2002).
Fibroblas dan epitel memiliki peranan besar dalam penyembuhan luka. Proses
reepitelisasi adalah proses yang pertama kali tercetus untuk menutupi jaringan
luka sehingga mencegah infeksi. Hal ini dapat dicegah dengan
penatalaksanaan luka fase awal yang meliputi kehilangan atau kerusakan
epitel maupun jaringan yang menjadi struktur di bawahnya (Moenajat, 2003).
Saat ini luka bakar masih merupakan masalah yang besar dan serius.
Pertolongan pertama yang tepat dan baik akan membantu dalam prognosis dan
penyembuhan korban. Memelihara kebersihan dan sterilitas selama
pertolongan pertama merupakan salah satu kunci keberhasilan penyembuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang maksud dengan luka bakar?
2. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?
3. Apakah etiologi dari luka bakar?
4. Apa saja derajat kedalaman dari luka bakar?
5. Bagaimana penghitungan luas luka bakar?
6. Bagaimana kriteria berat ringannya luka bakar?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari luka bakar?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang luka bakar?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis luka bakar?
10. Bagaimana asuhan keperawatan luka bakar?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari luka bakar
2. Mengetahui patofisiologi dari luka bakar
3. Mengetahui etiologi dari luka bakar
4. Mengetahui derajat kedalaman dari luka bakar
5. Mengetahui penghitungan luas luka bakar
6. Mengetahui kriteria berat ringannya luka bakar
7. Mengetahui menifestasu klinis luka bakar
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang luka bakar
9. Mengetahui penatalaksanaan medis luka bakar
10. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien luka bakar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas
cairan, api, uap, bahan kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi
(Sjamsuhidayat, 2005).
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan
disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel
listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat
(Triana, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Kusumaningrum, 2008).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya
berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang
mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif
(PRECISE, 2011).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi
setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem
kardiovaskuler.
B. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
1. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar
atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupun bahan pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk
keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi.
C. Patofisiologi
Panas tidak hanya merusak kulit secara lokal tetapi memiliki banyak
efek umum pada tubuh. Perubahan ini khusus untuk luka bakar dan umumnya
Bahan kimia, suhu, radiasi, listrik
D. Pathway
Luka balar
tidak mengalami pada luka yang disebabkan oleh cedera lainnya (Vartak A,
2010).
Pada wajah Luka bakar suhu pada tubuh terjadi
Kerusalan kulit baik karena kondisi panas
Diruang tertutup
langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur
sampai 440C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan
Kerusakan mukosa Keracunan Masalah perawatan
berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.
Penguapan meningkat Resiko tinggi terhadap infeksi
Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari
Edema laring
lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein
Gangguan aktivitas
CO mengikat Hb
plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan
obstruksi
permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan
Kerusakan jaringan masif
integritas kulitdi
intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan iuntravaskuler
Hb tidak mengikat O2 Peningkatan pd kapiler
Jalan nafas mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses
transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).
Hipoksia Otak Ekstravasasi cairan
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
Gagal nafas
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
Tekanan osmotic menurun
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein),
Hipovolemik dan hemokonsentrasi
sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler
menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
Gangguan makrosirkulasi
hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan
perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi sirkulasi
Gangguan orang perifer
Gangguan perfusi organ
organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus
gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ perfusi
Gangguan
Otak-hipksia-sel otak mati. Gang.fungsi sentral
multi sistem.
Untuk anak-anak rumus ini tidak dapat dipakai karena kepala relatif lebih
besar, dan ekstremitas yang relatif kecil sehingga harus lihat patokan sebagai
berikut :
F. Manifestasi Klinis
Luka Bakar Ringan Luka Bakar Sedang Luka bakar derajat berat
1. Luka bakar derajat II 1. Luka bakar derajat II 15- 1. Luka bakar derajat II 25 %
<15% 25 % pada orang dewasa atau lebih
2. Luka bakar derajat II 2. Luka bakar derajat II 10- 2. Luka bakar derajat II 20%
<10% pada anak-anak 25 % pada abak-anak atau lebih
3. Luka bakar derajat III < 3. Luka bakar derajat II 3. Luka bakar derajat III 10%
2% <10% atau lebih
4. luka bakar mengenai tangan
wajah, telinga, mata, kaki dan
genitalia/perineum
5. Luka bakar dengan ceder
inhalasi, listrik, disertai traum
lain.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari
15% mengindikasikan
2. adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan
adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
3. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.
I. Penalataksanaan Medis
Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik.
Prioritas utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi
yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea
dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar berat atau kecurigaan
adanya jejas inhalasi atau luka bakar di jalan nafas atas. Intubasi dapat
tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian cairan
resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi
orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya
hipotensi awal yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda
hipovolemia sistemik pada pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan
adanya jejas tersembunyi. Oleh karena itu, setelah mempertahankan
ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis dan menatalaksana jejas
lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa. Riwayat
terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan kemungkinan
adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu, penggunaan
obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai.
Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak
dapat membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.
Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar
dievaluasi. Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan
sebelum dilakukan transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi
adekuat, dan jika diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi.
Tatalaksana resusitasi luka bakar
1. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
a. Intubasi : Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa
menimbulkan manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi
mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas pemelliharaan
jalan nafas
b. Krikotiroidotomi : Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja
dianggap terlalu agresif dan menimbulkan morbiditas lebih besar
dibanding intubasi. Krikotiroidotomi memperkecil dead space,
memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan
bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika dibanding dengan
intubasi.
c. Pemberian oksigen 100% : Bertujuan untuk menyediakan
kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan nafas yang
menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen
dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga
akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan
modulator sepsis.
d. Perawatan jalan nafas
g. Bilasan bronkoalveolar
1) Cara Evans
a) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
b) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
c) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
2) Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
3. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak
sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT).
Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60%
karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili
usus.
Penanganan Luka : Penanganan luka merupakan hal yang sangat
penting dalam menangani pasien luka bakar baik untuk mencegah infeksi
maupun menghindari terjadinya sindrom kompartemen karena adanya luka
bakar.
1. Pendinginan Luka
Mengingat sifat kulit merupakan penyimpanan panas yang terbaik
maka, pada pasien luka bakar tubuh masih tetap menyimpan energy kalor
setelah beberapa menit terjadinya trauma panas. Oleh karena itu tindakan
pendinginan luka perlu dilakukan untuk mencegah luka bakar lebih dalam,
dan perluasaan kerusakan fisik sel, mencegah dehidrasi juga
membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri.
2. Debridemen
Debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dan jaringan-jaringan
nekrosis atau bahan lain yang menempel pada luka juga mencegah
terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Tindakan ini bisa
dilakukan pada saat pendinginan luka, perawatan luka, penggantian
balutan atau pada saat tindakan pembedahan.
3. Tindakan Pembedahan
Luka bakar mengakibatkan terjadinya jaringan parut. Jaringan
parut merupakan jaringan dermis dan epidermis yang berisi protein yang
terkoagulasi yang bisa bersifat progresif. Pada luka bakar jaringan yang
terbentuk akan mengeras dan menekan pembuluh darah sehingga
diperlukan tindakan eskarotomi. Eskarotomi merupakan tindakan
pembedahan utama untuk mengatasi perfusi jaringan yang tidak adekuat
karena adanya eschar yang menekan vascular.. Tindakan yang dilakukan
hanya berupa insisi dan bukan membuang eschar. Apabila tindakan ini
dilakukan akan mengakibatkan tidak adanya aliran darah ke pembuluh
darah dan terjadi hipoksia serta iskemia jaringan. Tindakan pembedahan
lain yang sering dipakai adalah eksisi tangensial yaitu tindakan membuang
jaringan dan jaringan dibawahnya sampai persis diatas fasia dimana
terdapat pleksus pembuluh darah sehingga langsung dilakukan operasi
skin graft (Sidik, 1983).
Pada eksisi tangensial, kulit yang terkena luka bakar dihilangkan dalam
lapirsan tipis dengan dermatom sampai dicapai jaringan viabel yang
mendasari. Bila seluruh luka sudah dieksisi sampai lapangan normal, maka
luka sudah bisa ditutup dengan cangkokan sebagai ketebalan kulit (split
thickness). Cangkokan kulit harus disesuaikan dengan keadaan kulit yang
akan dicangkokan. Sebagai contoh apabila luka bakar terjadi pada wajah
dengan cangkokan kecil maka harus ditutup dengan cangkokan kecil yang
diambil dari daerah post-auricularis atau supraclavicularis untuk
menghindari kesulitan mencocokan warna. Bedah rekonstruksi merupakan
tindakan bedah yang mengkhususkan pada penanganan kecacatan serta
kelainan pada kulit, jaringan lunak, rangka, dan otot. Salah satu contoh
tindakan bedah ini adalah cangkok kulit (transpalnatasi kulit) pada pasien
yang mengalami kerusakan kulit akibat luka bakar atau kecelakaan.
Transplantasi umumnya merupakan auto-transplantasi, yaitu kulit yang
digunakan berasal dari individu yang sama. Hal ini dilakukan sebgai upaya
untuk meningkatkan keberhasilna tindakan bedah untuk meminimalkan
reaksi penolakan tubuh yang dapat timbul
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh
panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat
kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
2) TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan
lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah
pada 48 jam pertama
3) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna
rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka
bakar, grade dan luas luka bakar
b) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata,
lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan
penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas,
bahan kimia akibat luka bakar
c) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan
dan bulu hidung yang rontok.
d) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir
kering karena intake cairan kurang
e) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
f) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami
peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi
kekurangan cairan
g) Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi
dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena
cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan
egoponi, suara nafas tambahan ronchi
h) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi
adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi
adanya gastritis.
i) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling
nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan
indikasi untuk pemasangan kateter.
j) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat
luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun
karen nyeri
k) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS.
Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok
hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
l) Pemeriksaan kulit
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka,
berdasarkan ukuran luas luka bakar, dan berdasarkan berat ringannya.
Berdasarkan penyebabnya luka bakar terdiri dari : luka bakar yang
disebabkan oleh radiasi, air panas, listrik, bahan/ zat kimia, api dan
sebagainya.
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan
bebebrapa faktor antara lain : persentase area (luasnya) luka bakar pada
permukaan tubuh, kedalaman luka bakar, umur klien, riwayat pengobatan
yang lalu, dan trauma yang menyertai atau bersamaan.
Seseorang yang menderita luka bakar akan mengalami sesuatu bentuk
syok hipovolemik yang dikenal sebagai syok luka bakar. Segera setelah
cedera termal, terjadi kenaikan nyata pada tekanan hidrostatik kapiler pada
jaringan yang cidera, disertai dengan peningkatan permeabilitas kapiler.
Hal ini mengakibatkan perpindahan cepat cairan plasma dari kompartemen
intravaskular menembus kapiler yang rusak karena panas, dalam daerah
interstisial (mengakibatkan edema) dan luka bakar itu sendiri.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca khususnya tentang perawatan pada pasien luka
bakar.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Cetakan II.
Jakarta : Salemba Mahardika.
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong
W, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC