Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KMB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN LUKA BAKAR

Tugas ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
yang diampu oleh Ns. Yunita Galih Yudanari, S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH :
1. APRIYANA SARI (011316A001)
2. GIYASTUTI DEWI APRIYANTI (010115A047)
3. HARI ANTENG LINTANG S (010115A051)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang
pernah atau dapat dialami seseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh
terbakar. Sewaktu kejadian luka bakar, terjadi rasa sakit yang sangat hebat
karena ujung-ujung dari saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit
yang terus menerus. Luka bakar dapat dikarenakan oleh panas, kimia, listrik,
cahaya, atau radiasi. Luka bakar sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
kematian.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi)
dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang
besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan
yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka
bakar yang dikarenakan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang
dikarenakan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan
kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan
listrik (elektrik) atau percikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko infeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan
ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi
kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan teknik pengobatan yang
berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Setelah terjadi luka, jaringan tubuh akan memulai proses
penyembuhan luka. Secara histologi, proses penyembuhan luka menyebabkan
beberapa perubahan pada vaskularisasi, epitel, serat kolagen, sel-sel fagosit,
dan melibatkan peran fibroblas. Sel epitel kulit berbentuk polyhedral tak
teratur yang menggepeng ke arah permukaan, dan pada lapisan superfisial
berupa sel gepeng. Proses penyembuhan luka, epitel sel basal di tepian luka
akan terlepas dari dasarnya dan berpindah menutupi dasar luka, lalu
tempatnya diisi oleh hasil mitosis sel epitel lainnya (Bloom & Fawcett, 2002).
Fibroblas dan epitel memiliki peranan besar dalam penyembuhan luka. Proses
reepitelisasi adalah proses yang pertama kali tercetus untuk menutupi jaringan
luka sehingga mencegah infeksi. Hal ini dapat dicegah dengan
penatalaksanaan luka fase awal yang meliputi kehilangan atau kerusakan
epitel maupun jaringan yang menjadi struktur di bawahnya (Moenajat, 2003).
Saat ini luka bakar masih merupakan masalah yang besar dan serius.
Pertolongan pertama yang tepat dan baik akan membantu dalam prognosis dan
penyembuhan korban. Memelihara kebersihan dan sterilitas selama
pertolongan pertama merupakan salah satu kunci keberhasilan penyembuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang maksud dengan luka bakar?
2. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?
3. Apakah etiologi dari luka bakar?
4. Apa saja derajat kedalaman dari luka bakar?
5. Bagaimana penghitungan luas luka bakar?
6. Bagaimana kriteria berat ringannya luka bakar?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari luka bakar?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang luka bakar?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis luka bakar?
10. Bagaimana asuhan keperawatan luka bakar?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari luka bakar
2. Mengetahui patofisiologi dari luka bakar
3. Mengetahui etiologi dari luka bakar
4. Mengetahui derajat kedalaman dari luka bakar
5. Mengetahui penghitungan luas luka bakar
6. Mengetahui kriteria berat ringannya luka bakar
7. Mengetahui menifestasu klinis luka bakar
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang luka bakar
9. Mengetahui penatalaksanaan medis luka bakar
10. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien luka bakar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas
cairan, api, uap, bahan kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi
(Sjamsuhidayat, 2005).
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan
disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel
listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat
(Triana, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Kusumaningrum, 2008).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya
berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang
mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif
(PRECISE, 2011).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi
setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem
kardiovaskuler.

B. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
1. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar
atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupun bahan pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk
keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi.

C. Patofisiologi
Panas tidak hanya merusak kulit secara lokal tetapi memiliki banyak
efek umum pada tubuh. Perubahan ini khusus untuk luka bakar dan umumnya
Bahan kimia, suhu, radiasi, listrik
D. Pathway

Luka balar
tidak mengalami pada luka yang disebabkan oleh cedera lainnya (Vartak A,
2010).
Pada wajah Luka bakar suhu pada tubuh terjadi
Kerusalan kulit baik karena kondisi panas
Diruang tertutup
langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur
sampai 440C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan
Kerusakan mukosa Keracunan Masalah perawatan
berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh
darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.
Penguapan meningkat Resiko tinggi terhadap infeksi
Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari
Edema laring
lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein
Gangguan aktivitas
CO mengikat Hb
plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan
obstruksi
permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan
Kerusakan jaringan masif
integritas kulitdi
intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan iuntravaskuler
Hb tidak mengikat O2 Peningkatan pd kapiler
Jalan nafas mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses
transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).
Hipoksia Otak Ekstravasasi cairan
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
Gagal nafas
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
Tekanan osmotic menurun
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein),
Hipovolemik dan hemokonsentrasi
sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler
menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
Gangguan makrosirkulasi
hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan
perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi sirkulasi
Gangguan orang perifer
Gangguan perfusi organ
organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus
gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ perfusi
Gangguan
Otak-hipksia-sel otak mati. Gang.fungsi sentral
multi sistem.

Kardiovaskuler- kebocoran kapiler- gagal jantung Laju metabolism

Ginjal- hipoksi- fungsi ginjal menurun- gagal ginjal glukonegenesis

Hepar- plespasan ketokolamin- gagal hepar


glukogrnesis

Gastro intestinal- dilatasi lambung


Perubahan nutrisi

Imunitas- daya tahan tubuh menurun


D. Derajat Kedalaman Luka Bakar
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung ujung
syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam
waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan
dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung ujung syaraf sensorik teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal (Moenadjat, 2001).
a. Derajat II Dangkal (Superficial)
1) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
3) Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan
luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan
mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24
jam
4) Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan
basah.
5) Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
6) Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
b. Derajat II dalam (Deep)
1) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
2) Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
3) Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
4) Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak
berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera
karena variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih
mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama
sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih
ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001)
5) Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu
(Brunicardi et al., 2005)
3. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam,
tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna
putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit
sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai
scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung
ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian.
Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari
dasar luka (Moenadjat, 2001).
4. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis,
organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar
berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit
sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal
scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya
terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka
(Moenadjat, 2001).

E. Luas Luka Bakar


Luas luka bakar harus segera dapat diketahui, karena akan masuk dalam
laporan medik. Menduga luas luka bakar dapat dihitung dengan cara Rule of
Nine ( rumus 9) yaitu ada 11 daerah masing-masing 9% dengan perineum 1
% (total 100 %). Kesebelas daerah ini adalah sebagai berikut :

Untuk anak-anak rumus ini tidak dapat dipakai karena kepala relatif lebih
besar, dan ekstremitas yang relatif kecil sehingga harus lihat patokan sebagai
berikut :
F. Manifestasi Klinis

Kedalaman dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Luka Perjalanan


Penyebab Luka Yang terkena Kesembuhan
Bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemuta Memerah;menjadi Kesembuhan
Tersengat matahari Hiperestesia putih jika ditekan lengkap dalam
Terkena Api dengan (super Minimal atau tanpa waktu satu minggu
intensitas rendah sensitive) edema Pengelupasan kulit
Rasa nyeri
mereda jika
didinginkan
Derajat Dua Epidermis dan Nyeri Melepuh, dasar Kesembuhan luka
Tersiram air Bagian Dermis Hiperestesia luka berbintik dalam waktu 2 3
mendidih Sensitif bintik minggu
Terbakar oleh nyala terhadap merah,epidermis Pembentukan
api udara yang retak, permukaan parutdan
dingin luka basah depigmentasi
Edema Infeksi dapat
mengubahnya
menjadi derajat tiga
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering ;luka Pembentukan eskar
Terbakar nyala api Keseluruhan nyeri bakarberwarna Diperlukan
Terkena cairan Dermis dan Syok putih seperti badan pencangkokan
mendidihdalam kadang Hematuri dan kulit atau berwarna Pembentukan parut
waktu yang lama kadang kemungkinan gosong. dan hilangnya
Tersengat arus listrik hemolisis Kulit retak dengan kountur serta
jaringan
Kemungkin bagian kulit yang fungsi kulit.
subkutan
terdapat luka tampak Hilangnya jari
masuk dan Edema tangan atau
keluar (pada ekstermitas dapat
luka bakar terjadi
listrik)a

G. Kriteria Berat dan ringannya luka bakar

Luka Bakar Ringan Luka Bakar Sedang Luka bakar derajat berat
1. Luka bakar derajat II 1. Luka bakar derajat II 15- 1. Luka bakar derajat II 25 %
<15% 25 % pada orang dewasa atau lebih
2. Luka bakar derajat II 2. Luka bakar derajat II 10- 2. Luka bakar derajat II 20%
<10% pada anak-anak 25 % pada abak-anak atau lebih
3. Luka bakar derajat III < 3. Luka bakar derajat II 3. Luka bakar derajat III 10%
2% <10% atau lebih
4. luka bakar mengenai tangan
wajah, telinga, mata, kaki dan
genitalia/perineum
5. Luka bakar dengan ceder
inhalasi, listrik, disertai traum
lain.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari
15% mengindikasikan
2. adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan
adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
3. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.

4. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan


cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida.

5. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan


dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada
awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.

6. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan


cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

7. Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan


perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

8. Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon


stress.

9. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada


edema cairan.

10. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau


fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

11. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap


efek atau luasnya cedera.

12. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau


distritmia.

13. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka


bakar.

I. Penalataksanaan Medis
Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik.
Prioritas utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi
yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea
dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar berat atau kecurigaan
adanya jejas inhalasi atau luka bakar di jalan nafas atas. Intubasi dapat
tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian cairan
resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi
orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya
hipotensi awal yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda
hipovolemia sistemik pada pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan
adanya jejas tersembunyi. Oleh karena itu, setelah mempertahankan
ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis dan menatalaksana jejas
lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa. Riwayat
terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan kemungkinan
adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu, penggunaan
obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai.
Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak
dapat membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.
Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar
dievaluasi. Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan
sebelum dilakukan transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi
adekuat, dan jika diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi.
Tatalaksana resusitasi luka bakar
1. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
a. Intubasi : Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa
menimbulkan manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi
mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas pemelliharaan
jalan nafas
b. Krikotiroidotomi : Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja
dianggap terlalu agresif dan menimbulkan morbiditas lebih besar
dibanding intubasi. Krikotiroidotomi memperkecil dead space,
memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan
bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika dibanding dengan
intubasi.
c. Pemberian oksigen 100% : Bertujuan untuk menyediakan
kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan nafas yang
menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen
dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga
akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan
modulator sepsis.
d. Perawatan jalan nafas

e. Penghisapan sekret (secara berkala)

f. Pemberian terapi inhalasi : Bertujuan mengupayakan suasana udara


yang lebih baik didalam lumen jalan nafas dan mencairkan sekret
kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi umumnya
menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan
bronkodilator bila perlu. Selain itu bisa ditambahkan zat-zat
dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan
produksi sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler)
dan steroid (masih kontroversial)

g. Bilasan bronkoalveolar

h. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi

i. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki


kompliansi paru
2. Tatalaksana resusitasi cairan
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang
adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional,
sehingga iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain
itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas
yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi
intravaskular untuk menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta
meminimalisasi respons inflamasi dan hipermetabolik dengan
menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai macam cairan
seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu yang
tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat
mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi
fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti.
Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

1) Cara Evans
a) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
b) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
c) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
2) Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
3. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak
sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT).
Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60%
karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili
usus.
Penanganan Luka : Penanganan luka merupakan hal yang sangat
penting dalam menangani pasien luka bakar baik untuk mencegah infeksi
maupun menghindari terjadinya sindrom kompartemen karena adanya luka
bakar.
1. Pendinginan Luka
Mengingat sifat kulit merupakan penyimpanan panas yang terbaik
maka, pada pasien luka bakar tubuh masih tetap menyimpan energy kalor
setelah beberapa menit terjadinya trauma panas. Oleh karena itu tindakan
pendinginan luka perlu dilakukan untuk mencegah luka bakar lebih dalam,
dan perluasaan kerusakan fisik sel, mencegah dehidrasi juga
membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri.
2. Debridemen
Debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dan jaringan-jaringan
nekrosis atau bahan lain yang menempel pada luka juga mencegah
terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Tindakan ini bisa
dilakukan pada saat pendinginan luka, perawatan luka, penggantian
balutan atau pada saat tindakan pembedahan.
3. Tindakan Pembedahan
Luka bakar mengakibatkan terjadinya jaringan parut. Jaringan
parut merupakan jaringan dermis dan epidermis yang berisi protein yang
terkoagulasi yang bisa bersifat progresif. Pada luka bakar jaringan yang
terbentuk akan mengeras dan menekan pembuluh darah sehingga
diperlukan tindakan eskarotomi. Eskarotomi merupakan tindakan
pembedahan utama untuk mengatasi perfusi jaringan yang tidak adekuat
karena adanya eschar yang menekan vascular.. Tindakan yang dilakukan
hanya berupa insisi dan bukan membuang eschar. Apabila tindakan ini
dilakukan akan mengakibatkan tidak adanya aliran darah ke pembuluh
darah dan terjadi hipoksia serta iskemia jaringan. Tindakan pembedahan
lain yang sering dipakai adalah eksisi tangensial yaitu tindakan membuang
jaringan dan jaringan dibawahnya sampai persis diatas fasia dimana
terdapat pleksus pembuluh darah sehingga langsung dilakukan operasi
skin graft (Sidik, 1983).
Pada eksisi tangensial, kulit yang terkena luka bakar dihilangkan dalam
lapirsan tipis dengan dermatom sampai dicapai jaringan viabel yang
mendasari. Bila seluruh luka sudah dieksisi sampai lapangan normal, maka
luka sudah bisa ditutup dengan cangkokan sebagai ketebalan kulit (split
thickness). Cangkokan kulit harus disesuaikan dengan keadaan kulit yang
akan dicangkokan. Sebagai contoh apabila luka bakar terjadi pada wajah
dengan cangkokan kecil maka harus ditutup dengan cangkokan kecil yang
diambil dari daerah post-auricularis atau supraclavicularis untuk
menghindari kesulitan mencocokan warna. Bedah rekonstruksi merupakan
tindakan bedah yang mengkhususkan pada penanganan kecacatan serta
kelainan pada kulit, jaringan lunak, rangka, dan otot. Salah satu contoh
tindakan bedah ini adalah cangkok kulit (transpalnatasi kulit) pada pasien
yang mengalami kerusakan kulit akibat luka bakar atau kecelakaan.
Transplantasi umumnya merupakan auto-transplantasi, yaitu kulit yang
digunakan berasal dari individu yang sama. Hal ini dilakukan sebgai upaya
untuk meningkatkan keberhasilna tindakan bedah untuk meminimalkan
reaksi penolakan tubuh yang dapat timbul
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Luka Bakar


1. Pengkajian
Data biografi
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt,
tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita
perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya
mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2
tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap
jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu
karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar
agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam
pendekatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka
bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat
disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien
mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh
darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila
edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
b. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb
lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan
klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian.
Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (48 jam
pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama
beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
c. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh
klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan
meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler,
paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol
d. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah
anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan
e. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri
body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik
mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga
membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien
dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.
1) Bernafas
Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Yang dikaji adalah serak; batuk
mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi
nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
2) Makan dan Minum
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan
apabila terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien.
Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan
anoreksia, mual, dan muntah.
3) Eliminasi:
haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak
ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
4) Gerak dan Aktifitas :
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
5) Istirahat dan Tidur
Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh
kondisi klien ddan akan mempengaruhi proses penyembuhan
6) Pengaturan Suhu
Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada beberapa
jam pertama pasca luka bakar, kemudian sebagian besar periode
luka bakar akan mengalami hipertermia karena hipermetabolisme
meskipun tanpa adanya infeksi
7) Kebersihan diri
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena
klien tidak dapat melakukan sendiri.
8) Rasa Aman
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler
pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin
dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam
sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut
kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut
dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen
penyebab.Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti
kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal.
Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan
dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah
cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih
sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat
meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari
gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi
(jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan
dengan syok listrik).
9) Rasa Nyaman
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri;
smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
10) Sosial
masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Sehingga klien mengalami ansietas, menangis, ketergantungan,
menyangkal, menarik diri, marah.
11) Rekreasi
Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang dialami
12) Prestasi
Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya
13) Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi respon
klien terhadap penyakitnya

f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh
panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat
kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
2) TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan
lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah
pada 48 jam pertama
3) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna
rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka
bakar, grade dan luas luka bakar
b) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata,
lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan
penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas,
bahan kimia akibat luka bakar
c) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan
dan bulu hidung yang rontok.
d) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir
kering karena intake cairan kurang
e) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
f) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami
peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi
kekurangan cairan
g) Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi
dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena
cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan
egoponi, suara nafas tambahan ronchi
h) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi
adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi
adanya gastritis.
i) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling
nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan
indikasi untuk pemasangan kateter.
j) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat
luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun
karen nyeri
k) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS.
Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok
hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
l) Pemeriksaan kulit

Luas luka bakar : Untuk menentukan luas luka bakar dapat


digunakan salah satu metode yang ada, yaitu metode rule
of nine atau metode Lund dan Browder

Kedalaman luka bakar : Kedalaman luka bakar dapat


dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka bakar derajat
I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah
diuraikan dimuka.

Lokasi/area luka : Luka bakar yang mengenai tempat-


tempat tertentu memerlukan perhatian khusus, oleh karena
akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah.
Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan
dada dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada
yang diantaranya disebabkan karena edema pada laring .
Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat
menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas
karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena
itu pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan
pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat
diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata dapat
menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina
dan menurunnya tajam penglihatan.

2. Diagnosa dan intervensi

DIAGNOSA NANDA NOC NIC


(00027) kekurangan Setelah dilakukan tindakan (4120) manajemen cairan
volume cairan keperawatan selama 3x24 jam, Definisi :
Definisi : diharapkan pasien mampu Meningkatkan
Penurunan cairan meningkatkan (0601) keseimbangan cairan dan
intavaskuler, interstitial, keseimbangan cairan. pencegahan komplikasi
dan/atau intraselular. Ini Definisi : yang dihasilkan dari tingkat
mengacu pada dehidrasi, Keseimbangan cairan di dalam cairan tidak normal atau
kehilangan cairan saja tanpa ruang intraselular dan tidak diinginkan.
perubahan kadar natrium. ekstraselular. Aktivitas-aktivitas :
Batasan karakteristik : Dengan kriteria hasil : Monitor status
Peningkatan (060101) tekanan darah hidrasi (mis.,
frekuensi nadi ditingkatkan dari skala membran mukosa
Penurunan tekanan 2 ke skala 5 lembab, denyut nadi
darah (060122) denyut nadi adekuat, dan
Faktor yang berhubungan : radial ditingkatkan dari tekanan darah
Kegagalan skala 2 ke skala 5 ortostatik.
(060107) keseimbangan Monitor tanda-tanda
mekanisme regulasi
intake dan output dalam vital pasien
24 jam ditingkatkan Berikan cairan
dari skala 2 ke skala 5 dengan tepat
Distribusikan asupan
(0602) hidrasi
Definisi : cairan selama 24 jam
Dukung pasien atau
(ketersediaan) air yang cukup
keluarga untuk
dalam kompartemen
membantu dalam
intraselular dan ekstraselular
pemberian makan
tubuh.
dengan baik.
Dengan kriteria hasil : Monitor
(060201) turgor kulit makanan/cairan
ditingkatkan dari skala yang dikonsumsi
2 ke skala 5 dan hitung asupan
(060212) Penurunan
kalori harian.
tekanan darah
ditingkatkan dari skala
2 ke skala 5
(060221) nadi cepat
dan lemah ditingkatkan
dari skala 2 ke skala 5
(00004) Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan (6540) kontrol infeksi
Definisi : keperawatan selama 3x24 jam , Definisi :
Rentan mengalami invasi diharapkan pasien mampu Meminimalkan penerimaan
dan multiplikasi organisme untuk (1902) kontrol risiko dan transmisi agen infeksi.
patogenik yang dapat dengan baik. Aktivitas-aktivitas :
mengganggu kesehatan. Dengan kriteria hasil : Bersihkan
Faktor resiko : (190220) lingkungan dengan
Gangguan integritas mengidentifikasi faktor baik setelah
kulit resiko ditingkatkan dari digunakan untuk
Supresi respon skala 3 ke skala 5 setiap pasien.
inflamasi (190201) mengenali Ganti peralatan
faktor resiko perawatan per pasien
ditingkatkan dari skala sesuai protokol
3 ke skala 5 institusi.
(190203) memonitor Pertahankan teknik
faktor resiko isolasi yang sesuai
Batasi jumlah
ditingkatkan dari skala
3 ke skala 5 pengunjung
Anjurkan pasien
mengenai teknik
cuci tangan dengan
tepat
Pakai sarung tangan
steril dengan tepat
Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus melaporkan
kepada penyedia
perawatan kesehatan

(00132) Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan (1400) manajemen nyeri


Definisi : keperawatan selama 3x24 jam, Definisi :
Pengalaman sensori dan diharapkan pasien mampu Pengurangan atau reduksi
emosional tidak (1605) kontrol nyeri dengan nyeri sampai pada tingkat
menyenangkan yang baik. kenyamanan yang dapat
muncul akibat kerusakan Dengan kriteria hasil : diterima oleh pasien.
jaringan aktual atau (160502) mengenali Aktivitas-aktivitas :
potensial atau yang kapan nyeri terjadi Lakukan pengkajian
digambarkan sebagai ditingkatkan dari skala nyeri komprehensif
kerusakan ; awitan yang 3 ke skala 5 yang meliputi lokasi,
tiba-tiba atau lambat dari (160501) karakteristik, durasi,
intensitas ringan hingga menggambarkan faktor frekuensi, intensitas
berat dengan akhir yang prnyebaba ditingkatkan dan faktor pencetus.
dapat diantisipasi atau dari skala 3 ke skala 5 Pastikan perawatan
(160503) menggunakan analgesik pada
diprediksi.
tindakan pencegahan pasien dilakukan
Batasan karakteristik :
ditingkatkan dari skal 3 dengan pemantauan
Ekspresi wajah
ke skala 5 yang ketat
nyeri (mis., mata (160505) menggunakan Kendalikan faktor
kurang bercahaya, analgesik yang lingkungan yang
tampak kacau, dirokomendasikan dari dapat mempengaruhi
gerakan mata skala 3 ke skala 5 respon pasien
berpencar atau tetep (160511) melaporkan
terhadap
pada satu fokus, nyeri yang terkontrol
ketidaknyamanan
meringis) ditingkatkan dari skala
Laporan tentang (misalnya, suhu
3 ke skala 5
perilaku ruangan,

nyeri/perubahan pencahayaan, suara

aktivitas (mis., bising)


Kurangi faktor-
anggota
faktor yang dapat
keluarga,pemberi
meningkatkan nyeri
asuhan)
Mengekspresikan ( misalnya,

perilaku (mis., ketakutan, kelelahan,

gelisah, merengek, keadaan monoton

menangis, waspada) dan kurang


pengetahuan)
Faktor yang berhubungan : Ajarkan
Agen cedera fisik menggunaan teknik
(mis., abses, non-farmakologi
amputasi, luka
bakar, prosedur
pembedahan,
trauma, olahraga
berlebihan)
(00046) kerusakan Setelah dilakukan tindakan (3500) manajemen
integritas kulit keperawatan selama 3x24 jam, tekanan
Definisi : diharapkan pasien mampu Definisi :
Kerusakan pada epidermis meningkatkan (1101) Meminimalkan tekanan
dan/atau dermis. integritas jaringan : kulit pada bagian tubuh.
Batasan karakteristik : dan membran mukosa. Aktivitas-aktivitas :
Kerusakan integritas Definisi : Berikan pakaian
kulit Keutuhan struktur dan fungsi yang tidak ketat
Faktor yang berhubungan : fisiologis kulit dan selaput pada pasien
Balikkan posisi
Cedera kimiawi lendir secara normal.
pasien minimal
kulit (mis., luka Dengan kriteria hasil :
(110101) suhu kulit setiap 2 jam sesuai
bakar, kapsaisin,
ditingkatkan dari skala jadwal khusus
metilen klorida,
Monitor area kulit
agens mustrad) 2 ke skala 4
(110104) hidrasi dari adanya
Hipotermia
Gangguan turgor ditingkatkan dari skala kemerahan dan
kulit 2 ke skala 4 adanya pecah-pecah
Gangguan volume (110113) integritas kulit Monitor mobilitas
cairan ditingkatkan dari skala dan aktivitas pasien
Monitor status
2 ke skala 4
nutrisi pasien
(1107) penyembuhan luka Monitor sumber
bakar tekanan dan gesekan
Definisi :
Tingkat kesembuhan fisik dan
psikologis secara keseluruhan
pada luka bakar mayor.
Dengan kriteria hasil :
(110703) persentase
luka bakar yang
sembuh ditingkatkan
dari skala 2 ke skala 4
(110704) stabilitas suhu
ditingkatkan dari skala
2 ke skala 5
(110706) keseimbangan
cairan ditingkatkan dari
skala 2 ke skala 5

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka,
berdasarkan ukuran luas luka bakar, dan berdasarkan berat ringannya.
Berdasarkan penyebabnya luka bakar terdiri dari : luka bakar yang
disebabkan oleh radiasi, air panas, listrik, bahan/ zat kimia, api dan
sebagainya.
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan
bebebrapa faktor antara lain : persentase area (luasnya) luka bakar pada
permukaan tubuh, kedalaman luka bakar, umur klien, riwayat pengobatan
yang lalu, dan trauma yang menyertai atau bersamaan.
Seseorang yang menderita luka bakar akan mengalami sesuatu bentuk
syok hipovolemik yang dikenal sebagai syok luka bakar. Segera setelah
cedera termal, terjadi kenaikan nyata pada tekanan hidrostatik kapiler pada
jaringan yang cidera, disertai dengan peningkatan permeabilitas kapiler.
Hal ini mengakibatkan perpindahan cepat cairan plasma dari kompartemen
intravaskular menembus kapiler yang rusak karena panas, dalam daerah
interstisial (mengakibatkan edema) dan luka bakar itu sendiri.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca khususnya tentang perawatan pada pasien luka
bakar.

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Cetakan II.
Jakarta : Salemba Mahardika.
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong
W, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction
Publishing Jogjakarta

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Lukman Abdul. 2011. Askep Luka Bakar Combustio. Available.on


Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media
Aeuscullapius

Nanda International. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarata:
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai