PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter
dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang
relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan
dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung
atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia.(Elizabeth,2009)
1
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau
yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih
intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang
disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis
dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau
paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan
yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api.
Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar
daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau
tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan
tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan
umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna
untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang
menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian luka bakar?
2. Apa penyebab terjadinya luka bakar?
3. Bagaimana klasifikasi luka bakar?
4. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
5. Apa saja komplikasi dari luka bakar?
2
6. Bagaimana penatalaksanaan luka bakar?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien luka bakar?
8. Apa yang dimaksud dengan debridement?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian luka bakar.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya luka bakar.
3. Untuk mengetahui klasifikasi luka bakar.
4. Untuk mengetahui patofisiologi luka bakar.
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari luka bakar.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan luka bakar.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.
8. Untuk mengetahui tentang debridement.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya
berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam
nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011)
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid
(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat
menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga
terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan.
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman
kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam
kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003).
B. Etiologi
4
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-
lain) (Moenadjat, 2005).
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang
sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,2005).
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif.
Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar
matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi
(Moenadjat, 2001).
C. Klasifikasi
Berdasarkan kedalaman luka bakar:
1. Luka bakar derajat I (luka bakar superfisial)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat
pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat
gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak
5
mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta
hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai
eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat
pertama akan sembuh tanpa bekas.
6
Gambar 2. Luka bakar derajat II
3. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya
lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan
epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak
ada proses epitelisasi spontan.
7
b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
3. Luka bakar berat (major burn)
a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun
b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
D. Fase Luka Bakar
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase
akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka
yang terjadi menyebabkan:
8
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase
ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
E. Patofisiologi Combustio/ Luka Bakar
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap
drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang
kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam
hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar
ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan
jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan
iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan
proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).
9
gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting
seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang
dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem. Proses kegagalan organ multi
sistem ini terangkum dalam bagan berikut
10
F. Manifestasi Klinis
1. Luas luka bakar
11
c. Grade III
1) Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis.
2) Kulit kering, kaku, terlihat gosong.
3) Terasa nyeri karena ujung saraf rusak.
4) Waktu sembuh lebih dari 21 hari.
G. Komplikasi
1. Infeksi
12
4. Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan
(penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
13
l. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya. (Doenges, 2000, 804).
I. Penatalaksanaan
1. Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian
yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada
fase cleaning.
2. Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah
normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3
jam setelah kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering diganti
agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa
nyeri) untuk luka yang terlokalisasi – Jangan pergunakan es karena es
menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan
memperberat derajat luka dan risiko hipotermia – Untuk luka bakar karena zat
kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka
singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
3. Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa
sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan
lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
4. Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang
lebih dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal
pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan
infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh
14
diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir,
ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan
5. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan
derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau
bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan
untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit
akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.]
6. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
a. Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
b. Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
c. Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
2. Circulation
15
berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi
perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah
yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi
dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam
pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang
berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
16
4. Pembalutan tertutup disarankan untuk luka bakar partial thickness. Cairan
yang keluar dari luka bakar menentukan frekuensi penggantian balutan
Follow up
Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau
menunjukkan tanda-tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan
sebaiknya dilakukan. Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan
17
(scar hipertrofik) harus dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar
belum juga menyembuh.
Airway and breathing (jalan napas dan pernapasan) Apabila ada tanda-
tanda luka bakar pada saluran napas atau cedera pada paru-paru maka intubasi
dilakukan secepatnya sebelum pembengkakan pada jalan napas terjadi.
Cairan
Jika luas area luka bakar >10% maka lakukan resusitasi cairan dan
lakukan penghitungan cairan dari saat waktu kejadian luka bakar. Pasang
kateter urin jika luka bakar>15% atau luka bakar daerah perineum NGT-pipa
nasogastrik dipasang jika luka bakar>10% berupa deep partial thickness atau
full thickness, dan mulai untuk pemberian makanan antara 6-18 jam.
1. Pembersihan Luka
Ada tiga preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver sulfadiazin,
silver nitrat, dan mafenide asetat.
18
3. Penggantian Balutan
4. Debridemen
6. Dukungan Nutrisi
Fase Rehabilitasi
Meskipun aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar berada pada
tahap akhir, tetapi proses rehabilitasi harus segera dimulai segera setelah
terjadinya luka bakar sama seperti periode darurat. Fase ini difokuskan pada
19
perubahan citra diri dan gaya hidup yang dapat terjadi. Kesembuhan luka,
dukungan psikososial dan pemulihan aktifitas fungsional tetap menjadi
prioritas. Fokus perhatian terus berlanjut pada pemeliharaan keseimbangan
cairan dan elekrolit serta perbaikan status nutrisi. Pembedahan rekonstruksi
pada bagian anggota tubuh dan fungsinya yang terganggu mungkin diperlukan.
Untuk perawatan lanjutan dapat bekerjasama dengan fisioterapi agar dapat
melatih rentang gerak. (Smeltzer, 2001, 1918)
a. Identitas Klien
Nama Klien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Tanggal Masuk :
No.register :
Diagnosa Medik :
20
b) Quality : bisakah anda menggambarkan rasa nyerinya?apakah seperti diiris,
tajam, ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar, kram, kolik, diremas? (biarkan
pasien mengatakan dengan kata-katanya sendiri.
c) Radiates: apakah nyerinya menyebar? Menyebar kemana? Apakah nyeri
terlokalisasi di satu titik atau bergerak?
d) Severity : seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10 dengan 0 tidak
ada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat
e) Time : kapan nyeri itu timbul?, apakah onsetnya cepat atau lambat? Berapa
lama nyeri itu timbul? Apakah terus menerus atau hilang timbul?apakah
pernah merasakan nyeri ini sebelumnya?apakah nyerinya sama dengan nyeri
sebelumnya atau berbeda
c. Pengkajian Primer
a) Airway
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
1) Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau
bernafas dengan bebas? Pada kasus luka bakar kaji jalan pernafasan apakah
terdapat cilia pada saluran pernafasan mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh asap atau inhalasi.
2) Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
Adanya snoring atau gurgling
Stridor atau suara napas tidak normal
Agitasi (hipoksia)
Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
Sianosis
3) Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan
potensial penyebab obstruksi :
Muntahan
Perdarahan
Gigi lepas atau hilang
Gigi palsu
21
Trauma wajah
4) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien
terbuka.
5) Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang
berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
6) Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai
indikasi :
Chin lift/jaw thrust
Lakukan suction (jika tersedia)
Lakukan intubasi
b) Pengkajian Breathing (Pernafasan)
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan
nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien
tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah:
dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of
open chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
c) Pengkajian Circulation
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien,
antara lain :
1) Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
2) CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
3) Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian
penekanan secara langsung.
4) Palpasi nadi radial jika diperlukan:
Menentukan ada atau tidaknya
Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
Regularity
5) Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia
(capillary refill).
22
d. Pengkajian Sekunder
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan
secara head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya
dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil.
a) Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien
yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien
meliputi keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis,
riwayat keluarga, sosial, dan sistem. (Emergency Nursing Association, 2007).
Pengkajian riwayat pasien secara optimal harus diperoleh langsung dari pasien,
jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia, dan cacat atau kondisi pasien yang
terganggu, konsultasikan dengan anggota keluarga, orang terdekat, atau orang
yang pertama kali melihat kejadian. Anamnesis yang dilakukan harus lengkap
karena akan memberikan gambaran mengenai cedera yang mungkin diderita,
seperti terbakar dalam ruangan tertutup: cedera inhalasi, keracunan CO.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari
pasien dan keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
A: Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
M: Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang
menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau
penyalahgunaan obat
P: Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang
pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan
herbal)
L: Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi
berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk
dalam komponen ini)
E: Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)
b) Pemeriksaan fisik
23
2. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nasfas tidak efektif b.d edema & efek inhalasi asap.
Gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbon monoksida, inhalasi asap &
destruksi saluran nafas atas.
Nyeri akut b.d cedera jaringan.
Kekurangan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka bakar.
Hipertermia b.d peningkatan metabolisme
Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan ingesti/digesti/absorbsi makanan.
Risiko infeksi b.d peningkatan paparan dan penurunan sistem imune
Cemas b.d ketakutan dan dampak emosional.
Kerusakan mobilitas fisik b.d luka bakar,nyeri.
Sindrom defisit self care b.d kelemahan, nyeri.
PK: Anemia.
PK: Gagal ginjal akut.
PK; Ketidakseimbangan elektrolit
PK: Sepsis
Kerusakan integritas jaringan d.b mekanikal (luka bakar)
3. Renpra Combustio
24
Lakukan terapi dada jika
memungkinkan
Keluarkan lendir dengan suction
Asukultasi suara nafas
Lakukan suction melalui ET
Atur posisi untuk mengurangi
dyspnea
Monitor respirasi dan status
oksigen jika memungkinkan
Airway Suction
Tentukan kebutuhan suction
melalui oral atau tracheal
Auskultasi suara nafas sebelum
dan sesudah suction
Informasikan pada keluarga
tentang suction
Masukan slang jalan afas
melalui hidung untuk
memudahkan suction
Bila menggunakan oksigen
tinggi (100% O2) gunakan
ventilator atau rescution manual.
Gunakan peralatan steril, sekali
pakai untuk melakukan prosedur
tracheal suction.
Monitor status O2 pasien dan
status hemodinamik sebelum,
selama, san sesudah suction.
Suction oropharing setelah
dilakukan suction trachea.
Bersihkan daerah atau area
stoma trachea setelah dilakukan
suction trachea.
Hentikan tracheal suction dan
berikan O2 jika pasien
bradicardia.
Catat type dan jumlah sekresi
dengan segera
2 Gangguan Setelah dilakukan Airway Manajemen
pertukaran gas askep … jam Status Bebaskan jalan nafas
berhubungan dengan pernafasan seimabang Dorong bernafas dalam lama dan
perubahan membran antara kosentrasi udara tahan batuk
25
kapiler - alveolar dalam darah arteri dg Atur kelembaban udara yang
KH: sesuai
Menunjukkan Atur posisi untuk mengurangi
peningkatan Ventilasi dispneu
dan oksigen cukup Monitor frekuensi nafas b/d
AGD dbn penyesuaian oksigen
Monitor Respirasi
Monitor kecepatan,irama,
kedalaman dan upaya bernafas
Catat pergerakan dada, lihat
kesimetrisan dada, menggunakan
alat bantu dan retraksi otot
intercosta
Monitoring pernafasan hidung,
adanya ngorok
Monitor pola nafas, bradipneu,
takipneu, hiperventilasi, resirasi
kusmaul dll
Palpasi kesamaan ekspansi paru
Perkusi dada anterior dan
posterior dari kedua paru
Monitor kelelahan otot
diafragma
Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan dan atau
ketidakadanya ventilasi dan
bunyi nafas
Monitor kegelisahan, cemas dan
marah
Catat karakteristik batuk dan
lamanya
Monitor sekresi pernafasan
Monitor dispneu dan kejadian
perkembangan dan perburukan
Lakukan perawatan terapi
nebulasi bila perlu
Tempatkan pasien kesamping
untuk mencegah aspirasi
26
missal AGD,urin dan tingkatan
serum)
Monitor AGD selama PH rendah
Posisikan pasien untuk perfusi
ventilasi yang optimum
Pertahankan kebersihan jalan
udara (suction dan terapi dada)
Monitor pola respiorasi
Monitor kerja pernafsan
(kecepatan pernafasan)
3 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
berhubungan dengan Asuhan keperawatan Lakukan pegkajian nyeri secara
agen injury: fisik …. jam tingkat komprehensif termasuk lokasi,
kenyamanan klien karakteristik, durasi, frekuensi,
meningkat dg KH: kualitas dan faktor presipitasi.
Klien melaporkan Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri berkurang dg ketidak nyamanan.
scala 2-3 Gunakan teknik komunikasi
Ekspresi wajah tenang terapeutik untuk mengetahui
klien dapat istirahat pengalaman nyeri klien
dan tidur sebelumnya.
v/s dbn Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologis/non
farmakologis)..
Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri..
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila
ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.
Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
27
frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
Monitor TV
Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul &
Evaluasi gejala efek sampingnya.
4 Deficit volume Setelah dilakukan Manajemen cairan
cairan b/d askep .. Monotor diare, muntah
jam
peningkatan terjadipeningkatan Awasi tanda-tanda hipovolemik
permeabilitas keseimbangan (oliguri, abd. Pain, bingung)
kapiler dan cairandg KH: Monitor balance cairan
kehilangan cairan Urine 30 ml/jam Monitor pemberian cairan
akibat evaporasi dari V/S dbn parenteral
luka bakar Kulit lembab dan tidak Monitor BB jika terjadi
ada tanda-tanda penurunan BB drastis
dehidrasi Monitor td dehidrasi
Monitor v/s
Berikan cairan peroral sesuai
kebutuhan
Anjurkan pada keluarga agar
tetap memberikan ASI dan
makanan yang lunak
Kolaborasi u/ pemberian
terapinya
5 Hypertermi b/d Setelah dilakukan Termoregulasi
proses infeksi tindakan keperawatan Pantau suhu klien (derajat dan
selama….x 24 jam pola) perhatikan
menujukan temperatur menggigil/diaforsis
dalan batas Pantau suhu lingkungan,
normaldengan kriteria: batasi/tambahkan linen tempat
- Bebas dari kedinginan tidur sesuai indikasi
- Suhu tubuh stabil 36- Berikan kompres hangat hindari
37 C penggunaan akohol
Berikan minum sesuai
kebutuhan
Kolaborasi untuk pemberian
antipiretik
Anjurkan menggunakan pakaian
tipis menyerap keringat.
Hindari selimut tebal
6 Ketidak seimbangan Setelah dilakukan Managemen nutrisi
28
nutrisi kurang dari askep .. jam Kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh b/d terjadipeningkatan Kaji kebiasaan makan klien dan
ketidak mampuan status nutrisi dg KH: makanan kesukaannya
pemasukan b.d Mengkonsumsi nutrisi Anjurkan pada keluarga untuk
faktor biologis yang adekuat. meningkatkan intake nutrisi dan
Identifikasi kebutuhan cairan
nutrisi. kelaborasi dengan ahli gizi
Bebas dari tanda tentang kebutuhan kalori dan tipe
malnutrisi. makanan yang dibutuhkan
tingkatkan intake protein, zat
besi dan vit c
monitor intake nutrisi dan kalori
Monitor pemberian masukan
cairan lewat parenteral.
Nutritional terapi
kaji kebutuhan untuk pemasangan
NGT
berikan makanan melalui NGT
k/p
berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang untuk mendukung
makan
monitor penurunan dan
peningkatan BB
monitor intake kalori dan gizi
7 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan Kontrol infeksi.
penurunan imunitas askep … jam infeksi Batasi pengunjung.
tubuh, prosedur terkontrol, status imun Bersihkan lingkungan pasien
invasive adekuat dg KH: secara benar setiap setelah
Bebas dari tanda digunakan pasien.
dangejala infeksi. Cuci tangan sebelum dan sesudah
Keluarga tahu tanda- merawat pasien, dan ajari cuci
tanda infeksi. tangan yang benar.
Angka leukosit Pastikan teknik perawatan luka
normal. yang sesuai jika ada.
Tingkatkan masukkan gizi yang
cukup.
Tingkatkan masukan cairan yang
cukup.
Anjurkan istirahat.
Berikan therapi antibiotik yang
sesuai, dan anjurkan untuk
minum sesuai aturan.
29
Ajari keluarga cara
menghindari infeksi serta tentang
tanda dan gejala infeksi dan
segera untuk melaporkan
keperawat kesehatan.
Pastikan penanganan aseptic
semua daerah IV (intra vena).
Proteksi infeksi.
Monitor tanda dan gejala infeksi.
Monitor WBC.
Anjurkan istirahat.
Ajari anggota keluarga cara-cara
menghindari infeksi dan tanda-
tanda dan gejala infeksi.
Batasi jumlah pengunjung.
Tingkatkan masukan gizi dan
cairan yang cukup
8 Cemas berhubungan Setelah dilakukan Pengurangan kecemasan
dengan krisis askep … Bina hubungan saling percaya.
situasional, jam kecemasan Kaji kecemasan keluarga dan
hospitalisasi terkontrol dg KH: identifikasi kecemasan pada
ekspresi wajah tenang , keluarga.
anak / keluarga mau Jelaskan semua prosedur pada
bekerjasama dalam keluarga.
tindakan askep. Kaji tingkat pengetahuan dan
persepsi pasien dari stress
situasional.
Berikan informasi factual
tentang diagnosa dan program
tindakan.
Temani keluarga pasien untuk
mengurangi ketakutan dan
memberikan keamanan.
Anjurkan keluarga untuk
mendampingi pasien.
Berikan sesuatu objek sebagai
sesuatu simbol untuk mengurang
kecemasan orangtua.
Dengarkan keluhan keluarga.
Ciptakan lingkungan yang
nyaman.
Alihkan perhatian keluarga
untuk mnegurangi kecemasan
30
keluarga.
Bantu keluarga dalam
mengambil keputusan.
Instruksikan keluarga untuk
melakukan teknik relaksasi.
9 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan Terapi ambulasi
fisik berhubungan askep…. jam Kaji kemampuan pasien dalam
dengan patah tulang tjdpeningkatan melakukan ambulasi
Ambulasi :Tingkat Kolaborasi dg fisioterapi untuk
mobilisasi, Perawtan perencanaan ambulasi
diri Dg KH : Latih pasien ROM pasif-aktif
Peningkatan aktivitas sesuai kemampuan
fisik Ajarkan pasien berpindah tempat
secara bertahap
Evaluasi pasien dalam
kemampuan ambulasi
Pendidikan kesehatan
Edukasi pada pasien dan
keluarga pentingnya ambulasi
dini
Edukasi pada pasien dan
keluarga tahap ambulasi
Berikan reinforcement positip
pada pasien.
10 PK: Setelah dilakukan Monitor tanda-tanda anemia
Anemia askep ..... jam Observasi keadaan umum klien
perawat dapat Anjurkan untuk meningkatkan
meminimalkan asupan nutrisi klien yg bergizi
terjadinya komplikasi Kolaborasi untuk pemeberian
anemia : terapi initravena dan tranfusi
Hb >/= 10 gr/dl. darah
Konjungtiva tdk Kolaborasi kontrol Hb, HMT,
anemis Retic, status Fe
Kulit tidak pucat
hangat
11 PK: Insuf Renal Setelah dilakukan Pantau tanda dan gejala insuf
askep ... jam Perawat renal ( peningkatan TD, urine
akan menangani atau <30 cc/jam, peningkatan BJ
mengurangi komplikasi urine, peningkatan natrium urine,
dari insuf renal BUN Creat, kalium, pospat dan
amonia, edema).
Timbang BB jika
31
memungkinkan
Catat balance cairan
Sesuaikan pemasukan cairan
setiap hari = cairan yang keluar +
300 – 500 ml/hr
Berikan dorongan untuk
pembatasan masukan cairan yang
ketat : 800-1000 cc/24 jam. Atau
haluaran urin / 24 jam + 500cc
Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian diet, rendah
natrium (2-4g/hr)
pantau tanda dan gejala asidosis
metabolik ( pernafasan dangkal
cepat, sakit kepala, mual muntah,
Ph rendah, letargi)
Kolaborasi dengan timkes lain
dalam therapinya
Pantau perdarahan, anemia,
hipoalbuminemia
Kolaborasi untuk hemodialisis
12 PK; Setelah dilakukan Pantau td hipokalemia (poli uri,
Ketidakseimbangan askep … jam perawat hipotensi, ileus, penurunan
elektrolit akan mengurangi tingkat kesadaran,kelemahan,
episode mual, muntah, anoreksia, reflek
ketidakseimbangan tendon melemah)
elektrolit Dorong klien u/ meningkatkan
intake nutrisi yang kaya kalium
Kolaborasi u/ koreksi kalium
secara parenteral
Pantau cairan IV
13 PK: Sepsis Setelah dilakukan Pantau tanda dan gejala
askep … jam perawat septikemia ( s>38 / <36, N:>
akan menangani / 90X/mnt, R: >20 x/mnt)
memantau komplikasi Pantau lansia terhadap
: septikemia perubahan mental, kelemahan,
hipotermi dan anoreksia.
Kolaborasi dalam pemberian
therapi antiinfeksi
Pantau dan berikan oxigen
Pantau intake nutrisinya
14 Kerusakan integritas Setelah dilakukan Wound Care :
jaringan d.b askep .. jam, integritas· Kaji area luka dan tentukan
32
mekanikal (luka jaringan membaik penyebabnya
bakar) dengan kriteria hasil : · Tentukan ukuran kedalaman
· melaporkan luka
penurunan sensasi atau· Monitor area luka minimal
nyeri pada area sehari sekali thd perubahan
kerusakan jaringan/ warna, kemerahan, peningkatan
luka suhu, nyeri dan tanda-tanda
· mendemonstrasikan infeksi
pemahaman rencana· Monitor kondisi sekitar luka,
tindakan untuk monitor praktek klien dalam
perawatan jaringan dan peran serta merawat luka, jenis
pencegahan injuri sabun/pembersih yang
· keadaan luka digunakan, suhu air, frekuensi
membaik (kering)dan membersihkan kulit/ area luka
peningkatan jaringan dan sekitar luka
granulasi · Anjurkan klien untuk tidak
membasahi area luka dan sekitar
luka
II. Debridement
A. Pengertian
33
potensial terjadi atau berkembangnya infeksi sehingga merupakan tindakan
pemutus rantai respon inflamasi sistemik & maupun sepsis. Tindakan ini
dilakukan seawal mungkin, & dapat dilakukan tindakan ulangan sesuai kebutuhan.
B. Tujuan
Debridemen ialah sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan ini
mempunyai dua tujuan :
34
mengenai jaringan yg masih berdarah. Tindakan ini dapat dimulai beberapa hari
atau segera sesudah kondisi hemodinamik pasien stabil & edemanya berkurang.
Selanjutnya lukanya segera ditutup dengan graf kulit atau balutan. Balutan
biologic temporer atau balutan biosintetik dapat digunakan dahulu sebelum graf
kulit dipasang pada pembedahan berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid
(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat
menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga
terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan.
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman
kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam
kerusakan jaringan yang terjadi.
35
2. Mekanis : penggunaan gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan
mengangkat jaringan mati.
3. Bedah : tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit
sampai mengupas kulit yang terbakar.
36