Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar dapat terjadi dimana saja, sewaktu- waktu dan seringkali tidak terduga,
sehingga korban tidak mendapatkan pertolongan pertama yang benar dan biasanya
masyarakatlah yang pertama kali menjumpai untuk melakukan upaya pertolongan pertama
(Pranata,2008: 1). Pada dasarnya, luka bakar adalah bukan penyakit, melainkan merupakan
akibat dari peristiwa kecelakaan luka bakar (Yayasan Luka Bakar, 2010).
Peristiwa kecelakaan luka bakar sebagai penyebab luka bakar sering terjadi dimana
saja, seperti di tempat kerja yang beresiko tinggi dengan sumber api dan di lingkungan rumah
tangga. Penyebab terjadinya kecelakan luka bakar biasanya didasari oleh perilaku masyarakat
yang kurang waspada terhadap sumber api, sehingga dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
Penyebab kecelakaan luka bakar yang sering terjadi menurut Noer MS (dalam Rivai, 2011)
menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena
kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab- sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan
bom, dan gunung meletus. Kecelakaan luka bakar yang sering terjadi di lingkungan rumah
tangga menunjukkan bahwa masyarakat masih kurang menyadari tentang resiko bahaya
kebakaran. Pandangan budaya di masyarakat mengenai resiko terjadinya luka bakar ini
memang dirasa masih sangat kurang, sehinggakasus kecelakaan luka bakar masih sering
terjadi.
Luka bakar yang dianggap sebagai suatu akibat dari kecelakaan luka bakar bisa
menghambat aktivitas sehari- hari penderita luka bakar karena akan menimbulkan perubahan
pada kondisi fisiknya. Hal ini disebabkan karena kerusakan fisik yang terjadi pada penderita
luka bakar akan mengalami gangguan fungsi pada anggota gerak setelah luka bakar sembuh
atau kering, akan menimbulkan bekas yang sulit dihilangkan , dan membutuhkan waktu yang
cukup panjang untuk menyamarkan bekas tersebut (Poerwantoro, 2008: 5-6).
Pada penderita luka bakar menjumpai sejumlah masalah akibat luka bakar yang
mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis. Selain berdampak pada fisik dan psikis, luka
bakar yang dialami seseorang juga berdampak pada kondisi psikososialnya (Taufik, 2010:
68). Dampak psikologis yang dirasakan oleh penderita luka bakar terdiri dari berbagai
macam masalah. Menurut Artz (1979), masalah psikologis ini terbagi menjadi problem
primer dan sekunder, antara lain :
Problem yang primer adalah ancaman terhadap kehidupan : ketakutan akan mengalami
kecatatan, rasa badan tidak nyaman yan berkepanjangan, berkali- kali mengalami prosedur
anesthesia dan tindakan pembedahan, serta masa konvalesi yang lama dan mengesalkan.
Sebagai tambahan terhadap hal- hal di atas, timbul problem lainnya dalam kombinasi yang
bervariasi, sebagai problem sekunder. Termasuk di dalamnya, separasi dengan keluarga dan
teman, merasa kekurangan (inadequancy) dan ditolak, ketegangan emosional yang
berlebihan yang berhubungan dengan kecelakaannya, kemungkinan pengaruh perlukaan
(injury) terhadap rencana masa depan , dan konflik- konflik yang dilahirksn oleh suatu
keadaan ketergantungan total (dalam Yusuf 1982: 3-1).
Dampak luka bakar yang dihadapi penderita luka bakar dirasakan berbeda satu sama
lain. Faktor yang mempengaruhi dampak dari luka bakar ini dipengaruhi oleh dukungan
sosial, lokasi tubuh luka bakar, kecelakaan luka bakar, bekas luka yang terlihat, fungsi
psikologis sebelum terkena luka bakar, penyesuaian dari orang tua, demografik, umur dan
jumlah luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar (Noronhs dan Faust, 2007: 381).
Dukungan sosial sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi dampak kecelakaan luka
bakar ini dibutuhkan oleh penderita luka bakar saat menjalani proses perawatan luka bakar.
Berikut merupakan salah satu contoh kasus terjadinya kecelakaan luka bakar :

Seorang ibu datang dengan suaminya datang ke apotek. Bapak tersebut mengatakan jika
kaki istrinya melepuh karena kena knalpot 2 jam yang lalu saat mau turun dari motor.
Kemudian bapak tersebut langsung membasuh kaki istrinya dengan air mengalir.
Sekarang bapak tersebut membeli obat untuk luka bakar istrinya karena kakinya sudah
mulai ada gelembung air dan melepuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keluhan yang dirasakan oleh pasien luka bakar akibat terkena knalpot ?
2. Bagaimana pelayanan informasi obat yang diberikan TTK kepada pasien luka bakar
akibat terkena knalpot ?
3. Bagaimana penyampaian informasi nonfarmakologi yang diberikan TTK kepada pasien
luka bakar akibat terkena knalpot ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan oleh pasien luka bakar akibat terkena knalpot
2. Untuk mengetahui pelayanan informasi obat yang diberikan TTK kepada pasien luka
bakar akibat terkena knalpot
3. Untuk mengetahui penyampaian informasi nonfarmakologi yang diberikan TTK kepada
pasien luka bakar akibat terkena knalpot

1.4 Manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan oleh pasien luka bakar akibat terkena knalpot
2. Untuk mengetahui pelayanan informasi obat yang diberikan TTK kepada pasien luka
bakar akibat terkena knalpot
3. Untuk mengetahui penyampaian informasi nonfarmakologi yang diberikan TTK kepada
pasien luka bakar akibat terkena knalpot
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA

Pelayanan informasi obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,


rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini, oleh apoteker kepada pasien,
masyarakat, profesional kesehatan yang lain, dan pihak-pihak lain yang memerlukan. Pemberian
informasi obat memiliki peranan penting dalam rangka memperbaiki kualitas hidup pasien dan
menyediakan pelayanan bermutu bagi pasien. Kualitas hidup dan pelayanan bermutu dapat
menurun akibat adanya ketidakpatuhan terhadap program pengobatan serta penggunaan obat
yang salah.
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit adalah
organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostasis. Kulit tipis
terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan
kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara
embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari
mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan
menimbulkan bula yang banyak elektrolit.Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler.
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat Luka bakar thermal burn
biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di
tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam
panas, dan lain-lain).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh
asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga.
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Listrik menyebabkan kerusakan yang
dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh
yang memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun
grown.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar
dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar
matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

Penilaian Derajat Luka Bakar


1. Luka bakar grade I
a. Disebut juga luka bakar superficial
b. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah dermis. Sering
disebut sebagai epidermal burn
c. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.
d. Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).
2. Luka bakar grade II
a. Superficial partial thickness:
Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka bakar grade
I
Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka
Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah
Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan
Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena infeksi ), tapi
warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.
b. Deep partial thickness
Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
disertai juga dengan bula
permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari vaskularisasi
pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang
merah muda mempunyai beberapa aliran darah
luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.
3. Luka bakar grade III
a. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
b. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan pembuluh darah
sudah hancur.
c. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang 1
4. Luka Bakar grade IV
Berwarna hitam.

Perawatan Luka Bakar


Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan
perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari
semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.Setelah luka
dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:
pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan
timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah
evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar
pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


a. Usia
Sirkulasi darah dan pengiriman oksigen pada luka, pembekuan, respon inflamasi,dan
fagositosis mudah rusak pada orang terlalu muda dan orang tua, sehingga risiko infeksi lebih
besar. Kecepatan pertuumbuhan sel dan epitelisasi pada luka terbuka lebih lambat pada usia
lanjut sehingga penyembuhan luka juga terjadi lebih lambat.
b. Nutrisi
Diet yang seimbang antara jumlah protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin yang
adekuat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap patogen dan menurunkan
risiko infeksi. Pembedahan, infeksi luka yang parah, luka bakar dan trauma, dan kondisi
defisit nutrisi meningkatkan kebutuhan akan nutrisi. Kurang nutrisi dapat meningkatkan
resiko infeksi dan mengganggu proses penyembuhan luka. Sedangkan obesitas dapat
menyebabkan penurunan suplay pembuluh darah, yang merusak pengiriman nutrisi dan
elemen-elemen yang lainnya yang diperlukan pada proses penyembuhan. Selain itu pada
obesitas penyatuan jaringan lemak lebih sulit, komplikasi seperti dehisens dan episerasi yang
diikuti infeksi bisa terjadi.
c. Oksigenasi
Penurunan oksigen arteri pada mengganggu sintesa kolagen dan pembentukan epitel,
memperlambat penyembuhan luka. Mengurangi kadar hemoglobin (anemia), menurunkan
pengiriman oksigen ke jaringan dan mempengaruhi perbaikan jaringan
d. Infeksi
Bakteri merupakan sumber paling umum yang menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi
menghematkan penyembuhan dengan memperpanjang fase inflamasi, dan memproduksi zat
kimia serta enzim yang dapat merusak jaringan. Resiko infeksi lebih besar jika luka
mengandung jaringan nekrotik, terdapat benda asing dan suplai darah serta pertahanan
jaringan berkurang.
e. Merokok
Merokok dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin dan kerusakan oksigenasi
jaringan. Sehingga merokok menjadi penyulit dalam proses penyembuhan luka.
f. Diabetes Melitus
Menyempitnya pembuluh darah (perubahan mikrovaskuler) dapat merusak perkusi jaringan
dan pengiriman oksiken ke jaringan. Peningkatan kadar glukosa darah dapat merusak fungsi
luekosit dan fagosit. Lingkungan yang tinggi akan kandungan glukosa adalah media 25 yang
bagus untuk perkembangan bakteri dan jamur.
g. Sirkulasi
Aliran darah yang tidak adekuat dapat mempengaruhi penyembuhan luka hal ini biasa
disebabkan karena arteriosklerosis atau abnormalitas pada vena.
h. Faktor Mekanik
Pergerakan dini pada daerah yang luka dapat menghambat penyembuhan
i. Steroid
Steroid dapat menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera dan
menghambat sintesa kolagen. Obat obat antiinflamasi dapat menekan sintesa protein,
kontraksi luka, epitelisasi dan inflamasi.
j. Antibiotik
Penggunaan antibiotik jangka panjang dengan disertai perkembangan bakteri yang resisten,
dapat menigkatkan resiko infeksi.

Kontrol Rasa Sakit


Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang mengalami luka bakar
untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan epidermis akan
menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak terdapatnya jaringan
epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan lebih mudah tersensitasi oleh
rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan paling nyeri, sedangkan luka bakar derajat
III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul
rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi,
tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi berkeringat, flush pada
wajah dan dilatasi pupil. Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur
operasi, atau saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi farmakologi dan
non farmakologi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Keluhan yang dirasakan oleh pasien luka bakar akibat terkena knalpot
Berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien pada kasus diatas, pasien tersebut mengalami
luka bakar karena terkena knalpot. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi.
Luka bakar pada khasus ini merupakan luka bakar thermal karena pasien mengaku
kakinya kontak dengan knalpot panas. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget
dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.
Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit.
3.2 Pelayanan informasi obat yang diberikan TTK kepada pasien luka bakar akibat terkena
knalpot
Dalam mengobati luka bakar akibat knalpot, obat yang dapat digunakan diantaranya obat
yang mengandung :
1.
3. Fitocassol
4. Setrimida 0,5% (cetrisillin)

Indikasi : Antiseptik untuk luka ringan, luka bakar ringan, karena


sengatan matahari
Kontra Indikasi: hipersensitif
Dosis : sehari 2-3 x olesan pada tempat yang sakit
Kemasan :salep

4.1 Penyampaian informasi nonfarmakologi yang diberikan TTK kepada pasien luka bakar
akibat terkena knalpot
Luka bakar dapat ditimbulkan oleh panas,seperti api, air panas ,minyak panas dan knalpot.
Bila menderita luka bakar lakukan hal hal berikut :
1. Guyur luka dengan air mengalir atau air es. Guyuran air kran atau es yang mengalir
dimaksudkan agar suhu air selalu konstan, tidak mengikuti suhu tubuh. Tujuannya, agar
panas tidak masuk dan menjalar ke jaringan yang lebih dalam.
2. Mengolesi luka dengan daging lidah buaya. Caranya dengan mengoleskan bagian daun
yang berlendir pada luka sampai lendir menutupi seluruh bagian luka. Daun lidah buaya
mengandung saponin, flavonoid, tanin dan polifenol. Tanin dapat digunakan sebagai
pencegahan terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik dan obat luka
bakar. Sedangkan saponin mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif
untuk menyembuhkan luka terbuka.
3. Diamkan bagian yang melepuh sampai sembuh sendiri. Jangan kupas bagian melepuh
untuk menghindari infeksi.
4. Jangan olesi luka bakar dengan pasta gigi atau sejenisnya karena dapat mengiritasi luka.
Karena pasta gigi tidak dapat meringankan luka bakar. Berbagai kandungan zat di
dalamnya, seperti pemutih dan pewarna, justru malah bisa memperparah luka dan
memicu timbulnya infeksi. Mengolesi pasta gigi pada luka bakar juga bisa menutupi
kulit dan menghambat cairan yang akan keluar dari dalam tubuh, yang akhirnya
menghambat proses penyembuhan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Nesya, Inka. 2011. Pembentukan Komunitas Luka Bakar dalam Proses Perawatan Bagi
Penderita Luka Bakar di Jakarta. Fakultas Ilmu Politik Program Studi Sarjana Reguler
Departemen Farmakologi : Depok (Online) Tersedia : http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20306269-S42216-Pembentukan%20komunitas.pdf Diakses : 28 Oktober 2015
Suranto,adji.2010.Jangan Panik Bunda; Jakarta. (Online) Tersedia :
https://books.google.co.id/books?isbn=6028661201 Diakses : 28 Oktober 2015

Rohmawati, Nina. 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar Dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol
70% Daun Lidah Buaya(Aloe Vera L.) Pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. (Online)
Tersedia : http://eprints.ums.ac.id/3330/1/K100040151.pdf Diakses : 30 Oktober 2015

Yovita, Safriani. Penanganan Luka Bakar. (Online) Tersedia :http://www1-


media.acehprov.go.id/uploads/PENANGANAN_LUKA_BAKAR.pdf Diakses : 28 Oktober
2015

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai