PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi dimana jenis yang berat
memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relative tinggi dibandingkan dengan
cedera yang lainnya. Penyebab dari luka bakar selain karena api (baik secara langsung,
ataupun tidak langsung), dapat juga dikarenakan pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia, dan siraman air panas. Luka bakar karena api atau akibat lainnya
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Di Amerika Serikat, kurang lebih terdapat 250.000 orang menderita luka bakar setiap
tahunnya. Dari angka tersebut terdapat 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan
emergency, dan sekitar 210 orang meninggal dunia. Di Indonesia belum terdapat angka pasti
mengenai luka bakar, tetapi seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka angka penderita
luka bakar akan meningkat.
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan efek
sistemik yang sangat kompleks.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari luka bakar.
2. Untuk mengetahui etiologi dari luka bakar.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari luka bakar.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar.
5. Untuk mengetahui pathway dari luka bakar.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari luka bakar.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien luka bakar.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada penderita luka bakar.
9. Untuk mengetahui cara menghitung luas luka bakar.
10. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka bakar.
11. Untuk mengetahui komplikasi dari luka bakar.
12. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keprawaatan pada klien luka bakar.
BAB II
PEMBAHASAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
Luka bakar adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis
yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Lazarus, 1994
dalam Potter & Perry, 2006:1853).
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan
yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan
kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki
penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat
keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut) (Chemical Burn
Causes:2008).
2.2 Etiologi
1. Luka bakar termal, tipe yang paling sering ditemukan secara umum terjadi karena :
a. Kebakaran rumah
b. Kecelakaan kendaraan
c. Bermain dengan korek api
d. Menggunakan petasan dengan cara yang salah
e. Menggunakan bensin dengan cara yang salah
f. Cedera melepuh dan kecelakaan di dapur (seperti anak yang memanjat kompor
gas atau memegang alat setrika yang panas)
g. Pelecahan anak atau lanjut usia oleh dewasa
h. Pakaian yang terbakar
2. Luka bakar kimia disebabkan senyawa yanga asam, alkali, atau merupakan vesikan
(zat yang menimbulkan lepuhan) yang mengenai tubuh korban karena kontak,
terminum, terhirup (inhalasi), atau karena suntikan.
3. Luka bakar listrik biasanya terjadi karena kontak dengan kawat listrik yang
mengandung arus listrik atau dengan sumber arus listrik tegangan tinggi. Kadang-
kadang luka bakar listrik terjadi pada anak-anak yang menggigit kabel listrik.
4. Luka bakar gesekan atau ekskoriasi terjadi ketika kulit mengalami gesekan hebat
dengan permukaan yang kasar.
5. Luka bakar karena sengatan matahari (sunburn) terjadi karena seseorang terpajan
cahaya matahari secara berlebihan.
(Kowalak, Welsh & Mayer, 2011)
Tingkat keperawatan perubahan tergantung kepada luas dan kedalaman luka bakar
yang menimbulkan kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan berlangsung
sampai 48-72 jam pertama. Kondisi ditandai dengan pergeseran cairan dari komponen
vaskuler ke ruang interstitium. Bila jaringan terbakar, vasodilatasi meningkatkan
permeabilitas kapiler, dan timbul perubahan permeabilitas sel pada yang luka bakar dan
di sekitarnya. Dampaknya jumlah cairan yang banyak berada pada ekstra sel, sodium
chloride dan protein melalui daerah yang terbakar dan membentuk gelembung-
gelembung dan oedema atau keluar melalui luka terbuka. Akibat adanya oedema luka
bakar lingkungan kulit mengalami kerusakan. Kulit sebagai barier mekanik berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan diri yang penting dari organisme yang mungkin masuk.
Terjadi kerusakan lingkungan kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk dalam
tubuh dan menyebabkan infeksi luka yang dapat memperlambat proses penyembuhan
luka. Dengan adanya oedema juga berpengaruh terhadap peningkatan peregangan
pembuluh darah dan syarat yang dapat menimbulkan rasa nyeri juga dapat mengganggu
mobilitas pasien.
Dengan kehilangan cairan dari sistem vaskuler, terjadi homo konsentrasi dan
hematokrit naik, cairan darah menjadi kurang lancar pada daerah luka bakar dan nutrisi
kurang. Adanya cedera luka bakar menyebabkan tahanan vaskuler perifer meningkat
sebagai akibat respon stress neurohormonal. Hal ini meningkatkan afterload jantung dan
mengakibatkan penurunan curah jantung lebih lanjut. Akibat penurunan curah jantung,
menyebabkan metabolisme anaerob dan hasil akhir produk asam ditahan karena
rusaknya fungsi ginjal. Selanjutnya timbul asidosis metabolik yang menyebabkan
perfusi jaringan terjadi tidak sempurna.
Mengikuti periode pergeseran cairan, pasien tetap dalam kondisi nyeri akut.
Periode ini ditandai dengan anemi dan malnutrisi. Anemi berkembang akibat banyak
kehilangan eritrosit. Keseimbangan nitrogen negatif mulai terjadi pada waktu terjadi
luka bakar dan disebabkan kerusakan jaringan kehilangan protein, dan akibat respon
stress. Ini terus belangsung selama periode akut karena terus menerus kehilangan
protein melalui luka.
Gangguan respiratory timbul karena obstruksi saluran nafas bagian atas atau
karena efek syok hipovolemik. Obstruksi saluran nafas bagian diatas disebabkan karena
inhalasi bahan yang merugikan atau udara yang terlalu panas, menimbulkan iritasi
kepada saluran nafas, eodema laring dan obstruksi potensial.
2.5 Pathway
2.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala luka bakar bergantung pada tipe luka bakar dan dapat meliputi :
1. Nyeri dan eritma setempat yang biasa terjadi tanpa lepuh dalam waktu 24 jam
pertama (luka bakar derajat satu).
2. Menggigil, sakit kepala, edema local dan nausea serta vomitus (pada luka bakar
derajat satu yang lebih parah).
3. Lepuhan berdinding tipis berisi carian, yang muncul dalam tempo beberapa menit
seduah cedera disertai edema ringan hingga sedang dan rasa nyeri (luka baakr derajat
dua dengan ketebalan parsial superfisial).
4. Tampilan putih seperti lilin pada daerah yang rusak (luka bakar derajat dua dengan
ketebalan parsial-dalam).
5. Jaringan seperti bahan dari kulit yang berwarna putih, cokelat, atau hitam dengan
pembuluh darah yang terlihat dan mengalami thrombosis akibat destruksi elastisitas
kulit (bagian dostrum tangan merupakan lokasi paling sering terdapat vena yang
mengalami thrombosis) tanpa disertai lepuhan (luka bakar derajat tiga).
6. Daerah yang menonjol dan berwarna seperti perak, yang biasa terlihat pada tempat
terkena arus listrik (luka bakar elektrik).
7. Bulu hidung yang berbau sangit, luka bakar mukosa, erubahan suara, batuk-batuk,
mengi, hangus pada mulut atau hidung, dan sputum berwarna gelap (karena inhalasi
asap dan kerusakan paru)
1. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam.
2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumah plasma / 24 jam (no
1 dan 2) pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti
plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga
mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar)
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat
penguapan)
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan
rumus Baxter yaitu :
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari
pertama.
Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan
kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan
2000 cc pada hari kedua.
2.11 Komplikasi
Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari
ketidakmampuan tubuh saat proses penyembuhan luka (Burninjury, 2013).
1. Infeksi luka bakar
Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Sistem
integumen memiliki peranan sebagai pelindung utama dalam melawan infeksi. Kulit
yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap patogen di udara
seperti bakteri dan jamur. Infeksi juga dapat terjadi akibat penggunaan tabung atau
kateter. Kateter urin dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius, sedangkan tabung
pernapasan dapat memicu infeksi traktus respirasi seperti pneumonia (Burninjury,
2013).
2. Terganggunya suplai darah atau sirkulasi
Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan kondisi
hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka bakar berat lebih
rentan mengalami sumbatan darah (blood clot)pada ekstremitas. Hal ini terjadi akibat
lamanya waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu menganggu
sirkulasi darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi darah di vena yang
kemudian akan membentuk sumbatan darah (Burninjury, 2013).
3. Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis. Pada luka
bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks terjadi secara berat dan menetap
seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar terjadi di area sendi, pasien mungkin
akan mengalami gangguan pergerakan sendi. Hal ini terjadi ketika kulit yang
mengalami penyembuhan berkontraksi atau tertarik bersama. Akibatnya, pasien
memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu,pasien dengan trauma luka bakar
berat dapat mengalami tekanan stress pasca trauma atau post traumatic stress
disorder (PTSD). Depresi dan ansietas merupakan gejala yang sering ditemukan pada
penderita (Burninjury, 2013).
Pemerikasaan fisik
1. Breathing
Kaji adanya tanda distres pernapasan, seperti rasa tercekik, tersedak, malas bernafas,
atau adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atu tenggorokan, hal ini
menandakan adanya iritasi pada mukosa.Adanya sesak napas atau kehilangan suara,
takipnea atau kelainan pada uaskultasi seperi krepitasi atau ronchi. (Sjaifuddin, 2006)
2. Blood
Pada luka bakar yang berat, perubahan permiabilitas kapiler yang hampir
menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyababkan
kondisi hipovolemik. Volume cairan intravascular mengalami defisit, timbul ketidak
mampuan menyelenggarakan proses transportasi oksigen kejaringan (syok).
Sjaifuddin (2006)
3. Brain
Manifestasi sistem saraf pusat karena keracunan karbon monoksida dapat berkisar
dari sakit kepala, sampai koma, hingga kematian (Huddak dan Gallok, 1996)
4. Bledder
Haluaran urin menurun disebabkan karena hipotensi dan penurunan aliran darah ke
ginjal dan sekresi hormone antideuretik serta aldosteron (Hudak dan Gallok, 1996)
5. Bowel
Adanya resiko paralitik usus dan distensi lambung bisa terjadi distensi dan mual.
Selain itu pembentukan ulkus gastrduodenal juga dikenal dengan Curlings biasanya
merupakan komplikasi utama dari luka bakar (Hudak dan Gallok, 1996).
6. Bone
Penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain misalnya mengalami patah
tulang punggung atau spine.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dialami oleh masyarakat. Jenis yang
berat dari luka bakar memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif lebih tinggi
dari cedera yang disebabkan oleh sebab lain. Penyebab dari luka bakar selain oleh sebab api
(baik secara langsung dan tidak langsung), juga dikarenakan pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar akibat api yang tidak langsung seperti
tersiram air panas sering terjadi dalam kecelakaan rumah tangga.
3.2 Saran
Diharapkan seorang perawat agar dapat lebih professional dalam segi pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki, sehingga dapat melakukan penanganan luka bakar dengan cepat
dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Burninjury. 2013. Burn complications. Diakses tanggal 24 September 2017. Tersedia dari :
http://burninjuryguide.com/burn-recovery/burncomplications/
Delaune & Ladner. 2002. Fundamental of Nursing Standarts and Practice Second Edition. USA:
Delmar.
Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015. Jakarta : EGC
Hudak & Gallo. 1996 . Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI. Jakarta : ECG.
Marylin E. Doenges. 2000 . Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi
IV. Jakarta : ECG.