Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TAHUN 2019

Oleh :

IDA AYU KADEK DWI MAHARIANI


NIM. P07120215063

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV
DENPASAR
2019
SKRIPSI

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TAHUN 2019

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Keperawatan
Jurusan Keperawatan

Oleh :
IDA AYU KADEK DWI MAHARIANI
NIM. P07120215063

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV
DENPASAR
2019

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TAHUN 2019

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp.,M.Pd. Ns.I Wayan Sukawana,S.Kep.,M.Pd


NIP. 195812191985032005 NIP. 196709281990031001

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Denpasar

I Dewa Putu Gede Putra Yasa , S.Kp.,M.Kep.Sp.MB


NIP. 197108141994021001

iii
SKRIPSI DENGAN JUDUL :

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TAHUN 2019

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI

PADA HARI : RABU

TANGGAL : 29 MEI 2019

TIM PENGUJI :
1. I Wayan Surasta, S.Kp.,M.Fis (Ketua) (..…...……..)
NIP. 196512311987031015

2. Ni Made Wedri A.Per.Pen.,S.Kep.Ns.M.Kes (Anggota I) (……...…...)


NIP.196106241987032002

3. V.M. Endang S.P. Rahayu., SKp.,M.Pd (Anggota II) (……...…...)


NIP. 195812191985032005

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Denpasar

I Dewa Putu Gede Putra Yasa , S.Kp.,M.Kep.Sp.MB


NIP. 197108141994021001

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ida Ayu Kadek Dwi Mahariani

NIM : P07120215063

Program Study : Diploma IV

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2019

Alamat : Perumahan Jadi Pesona Gg.Pesonaku No.11 Pedungan


Denpasar Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi dengan judul Hubungan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019 adalah benar

karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.

2. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini bukan karya saya sendiri atau

plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia menerima sanksi

sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan ketentuan

perundang – undangan yang berlaku.

Demian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Denpasar ,27 Mei 2019

Ida Ayu Kadek Dwi Mahariani


NIM.P07120215063

v
Relationship Of Central Obesity With Hypertension
In Work Area of Puskesmas 1 Denpasar Timur
In the year 2019

ABSTRACT

By
Ida Ayu Kadek Dwi Mahariani
The prevalence of hypertension continually increases in the world
including Indonesia. The increase of hypertension prevalence is affected by a
modifiable trigger factor as supposed central obesity. Central obesity is measured
through the abdominal circumference. The increased abdominal circle has the
potential to increase blood pressure. The purpose of this study was to analyze the
relationship of central obesity with blood pressure in hypertension in the Working
Area of Puskesmas 1 Denpasar Timur in 2019. The design of this study used a
non-experimental design with a cross sectional approach. The sampling method
was non probability with purposive sampling. The number of samples was 52
people. Pearson Test was used as the hypothesis test. The instrument of this
research was a digital sphygmomanometer and an abdominal circumference
measuring tape (circumference band). The results of this study showed that most
people with hypertension had central obesity as many as 52 people (76.5%). From
52 people who suffered from primary hypertension, 45 people (66.2%) had stage
2 hypertension, then from the analysis results obtained p <0.05, thus, Ho was
rejected. Therefore, from those results, it can be concluded that there was a
significant relationship between central obesity and blood pressure both systolic
and diastolic blood pressure (p = 0.032 and p = 0.001) concerning on
hypertension in Puskesmas 1 Denpasar Timur Area in 2019. For further
researchers, it is expected to fully analyze other factors such as income, access to
health services, genetics, stress, physical activity, smoking, alcohol consumption,
and food intake that can affect blood pressure in hypertensive patients.
Keywords: Abdominal Circumference, Blood Pressure, Central Obesity,
Hypertension

vi
Hubungan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur
Tahun 2019

ABSTRAK

Oleh
Ida Ayu Kadek Dwi Mahariani

Prevalensi hipertensi terus meningkat di dunia termasuk Indonesia.


Peningkatan prevalensi hipertensi disebabkan oleh faktor pencetus yang dapat
dimodifikasi yaitu obesitas sentral. Obesitas sentral di ukur melalui lingkar perut.
Lingkar perut yang meningkat berpotensi meningkatkan tekanan darah. Tujuan
dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan obesitas sentral dengan
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2019. Desain
penelitian ini menggunakan rancangan non eksperimental dengan pendekatan
cross sectional. Cara pengambilan sampel adalah non probability dengan
purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 52 orang. Uji hipotesis yang
digunakan adalah Uji Pearson. Instrumen penelitian ini adalah
sphygmomanometer digital dan pita pengukur lingkar perut (pita circumference).
Hasil penelitian menunjukkan semua penderita hipertensi mengalami obesitas
sentral sebanyak 52 orang. Dari 52 orang yang menderita hipertensi primer, 45
orang (66,2%) mengalami hipertensi stadium 2, lalu dari hasil analisis diperoleh
p<0,05 sehingga Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara obesitas sentral dengan hipertensi baik tekanan darah
sistolik maupun diastolik ( p = 0,032 dan p = 0,001) di Wilayah Kerja Puskesmas
1 Denpasar Timur Tahun 2019. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya diharapkan
lebih menganalisis secara penuh faktor – faktor lain seperti pendapatan, akses
menuju pelayanan kesehatan, genetik, stress, aktivitas fisik, merokok, konsumsi
alkohol, dan asupan makanan yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada
pasien hipertensi.

Kata kunci : Obesitas Sentral, Lingkar Perut, Tekanan Darah, Hipertensi.

vii
RINGKASAN PENELITIAN

Hubungan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur
Tahun 2019

Oleh : Ida Ayu Kadek Dwi Mahariani (P07120215063)

Hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah sistolik ≥130


mmHg dan diastolik ≥80 mmHg secara abnormal dan terus menerus pada dua kali
pengukuran tekanan darah yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor risiko
yang tidak berjalan sebagai mana mestinya dalam memepertahankan tekanan
darah normal (Wijaya & Putri, 2013). Di dunia sekitar 30% orang dewasa berusia
25 tahun ke atas telah didiagnosa hipertensi. Jumlah hipertensi terus meningkat
dari 600 juta menjadi 1 miliar (WHO, 2013). Sebanyak 50% orang dewasa yang
mempunyai tekanan darah tinggi tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka berpotensi menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari
dan tidak mengetahui faktor risiko hipertensi (Syahrini, 2012). Tekanan darah
tinggi apabila tidak ditangani akan menimbulkan terjadinya komplikasi pada
kerusakan organ tubuh diantaranya yaitu jantung, ginjal, mata, dan pembuluh
darah. Komplikasi dari tekanan darah tinggi mencapai angka 9,4 juta orang yang
meninggal per tahun di seluruh dunia. Di Asia Tenggara dengan jumlah 1/3
penduduk mengalami hipertensi menyebabkan 1,5 juta kematian per tahun akibat
tekanan darah tinggi (WHO, 2013)
Peningkatan prevalensi hipertensi ini terjadi karena salah satu faktor
risikonya yaitu obesitas sentral. Sebanyak 30% kematian akibat kardiovaskuler
termasuk penyakit jantung koroner dan hipertensi terjadi pada mereka yang
tergolong obesitas sentral (Pudiastuti, 2011). Proporsi orang dewasa dengan
kelebihan berat badan atau obesitas meningkat dari 28,8% menjadi 36,9% di
antara laki-laki dan dari 38,0% di antara perempuan di seluruh dunia dari tahun
1980 hingga 2013. Berdasarkan NHANES (National Health and Nutrition

viii
Examination), prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa di Amerika Serikat
meningkat dari tahun 2014 dari 30,5% menjadi 37,7% (AHA, 2017).
Saat ini pengukuran lingkar perut dipilih untuk menilai massa lemak
abdominal karena pengukuran lingkar perut lebih berkorelasi dengan lemak intra
abdomen dibandingkan dengan pengkuran indeks massa tubuh (Lipoeto, 2017).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan obesitas sentral
dengan tekanan darah pada hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar
Timur Tahun 2019. Rancangan penelitian menggunakan non eksperimental
dengan pendekatan cross sectional. Cara pengambilan sampel adalah non
probability yaitu purposive sampling. Jumlah subyek penelitian sebanyak 52
orang. Instrumen penelitian ini yaitu sphygmomanometer digital dan pita
pengukur lingkar perut (pita circumference) dan uji normalitas data menggunakan
Skewnnes, karena data berdistribusi normal maka digunakan uji hipotesis yang
dipilih adalah Uji Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan semua penderita hipertensi mengalami
obesitas sentral sebanyak 52 orang. Dari 52 orang yang menderita hipertensi
primer, 45 orang (66,2%) mengalami hipertensi stadium 2, lalu dari hasil analisis
diperoleh p<0,05 sehingga Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dengan hipertensi baik tekanan
darah sistolik maupun diastolik ( p = 0,032 dan p = 0,001) di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2019. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya
diharapkan lebih menganalisis secara penuh faktor – faktor lain seperti
pendapatan, akses menuju pelayanan kesehatan, genetik, stress, aktivitas fisik,
merokok, konsumsi alkohol, dan asupan makanan yang dapat mempengaruhi
tekanan darah pada pasien hipertensi.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan

Obesitas Sentral dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar

Timur Tahun 2019” tepat pada waktunya dan sesuai dengan harapan.

Skripsi ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha peneliti sendiri,

melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu melalui

kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH., selaku Direktur

Poltekkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program

pendidikan D-IV di Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar.

2. Bapak I Dewa Putu Gede Putra Yasa, S.Kep.,M.Kep.,Sp.MB selaku Ketua

Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu N.L.K. Sulisnadewi,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An selaku Ketua Prodi Studi D-IV

Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar, yang telah memberikan

kesempatan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu dr. I.G.A. Mirah Herawati selaku Kepala Puskesmas I Denpasar Timur,

yang telah memberikan ijin dalam melaksanakan penelitian untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu VM Endang S.P. Rahayu., S.Kp., M.Pd selaku pembimbing utama yang

telah membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

x
6. Bapak Ns. I Wayan Sukawana,S.Kep.,M.Pd selaku pembimbing pendamping

yang telah membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Ida Bagus Mahendrawan dan Ibu Ketut Ariani selaku orang tua penulis

yang telah memberikan dorongan moral maupun material dalam penyelesaian

skripsi ini.

8. Mahasiswa angkatan II D-IV Keperawatan Poltekkes Denpasar yang banyak

memberikan motivasi pada peneliti.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Denpasar, 27 Mei 2019

Peneliti

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v
ABSTRACT vi
ABSTRAK vii
RINGKASAN PENELITIAN viii
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
1. Tujuan umum 7
2. Tujuan khusus 7
D. Manfaat Penelitian 8
1. Manfaat teoritis 8
2. Manfaat praktis 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tekanan Darah Pada Hipertensi 9
1. Definisi tidak terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi 9
2. Faktor yang mempengaruhi tidak terkontrolnya tekanan darah pada
hipertensi 10
3. Klasifikasi tekanan darah pada hipertensi 13
4. Manifestasi klinis tidak terkontrolnya tekanan darah pada
hipertensi 14
5. Patofisiologi tidak terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi 15

xii
6. Komplikasi tidak terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi 17
7. Penatalaksanaan tidak terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi 17
8. Pengukuran tekanan darah 18
B. Konsep Obesitas Sentral 19
1. Definis obesitas sentral 19
2. Etiologi obesitas sentral 20
3. Patofisiologi obesitas sentral 20
4. Komplikasi obesitas sentral 22
5. Penatalaksanaan obesitas sentral 23
6. Pengukuran obesitas sentral 24
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep 26
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 27
1. Variabel penelitian 27
2. Definisi operasional 27
C. Hipotesis Penelitian 28
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 29
B. Alur Penelitian 30
C. Tempat dan Waktu Penelitian 31
D. Populasi dan Sampel Penelitian 31
1. Populasi penelitian 31
2. Sampel penelitian 31
3. Teknik sampling 33
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 33
1. Jenis data 33
2. Metode pengumpulan data 34
3. Instrument pengumpulan data 36
F. Pengolahan dan Analisa Data 37
1. Teknik pengolahan data 37
2. Teknik analisa data 38
G. Etika Penelitian 40

xiii
1. Autonomy / menghormati harkat dan martabat manusia 40
2. Confidentiality / kerahasiaan 40
3. Justice / keadilan 40
4. Beneficience dan non maleficience 41

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Kondisi lokasi penelitian 42
2. Karakteristik subjek penelitian 43
3. Hasil analisis terhadap subjek penelitian berdasarkan variabel
penelitian 46
4. Hasil analisis data 47
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Karakteristik subjek penelitian pada pasien hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019 49
2. Gambaran obesitas sentral pada pasien hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019 52
3. Gambaran hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar
Timur Tahun 2019 54
4. Hubungan obesitas sentral dengan hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019 56
C. Kelemahan 60
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 61
B. Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Hipertensi 14


Tabel 2 Risiko PTM Berdasarkan Lingkar Perut (LP) Pada Orang
Dewasa 23
Tabel 3 Definisi Operasional Hubungan Obesitas Sentral Dengan
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur
Tahun 2019 28
Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2019 44
Tabel 5 Ditribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun
2019 44
Tabel 6 Ditribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur
Tahun 2019 45
Tabel 7 Ditribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur
Tahun 2019 46

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar I Kerangka Konsep Hubungan Obesitas Sentral Dengan Hipertesi


di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019 26
Gambar 2 Hubungan Obesitas Sentral Dengan Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019 30

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian


Lampiran 2 Rencana Anggaran Penelitian
Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 5 Persetujuan Setelah Penjelasan
Lampiran 6 SOP Mengukur Tekanan Darah
Lampiran 7 SOP Mengukur Lingkar Perut
Lampiran 8 Lembar Pengumpulan Data
Lampiran 9 Master Tabel
Lampiran 10 Hasil Analisis Data
Lampiran 11 Lembar Bimbingan
Lampiran 12 Surat Studi Pendahuluan

xvii
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara global perubahan struktur masyarakat dan perubahan gaya hidup

di duga sebagai salah satu hal yang melatarbelakangi meningkatnya prevalensi

penyakit tidak menular. Salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok

penyakit tidak menular yaitu hipertensi (WHO, 2013).

Menurut American Heart Association (AHA), hipertensi didefinisikan

sebagai peningkatan tekanna darah arteri sistemik yang menetap dengan

tekanan darah sistolik ≥130 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥80 mmHg

(AHA, 2017). Dalam American College of Cardiology mengemukakkan

bahwa klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok

normal, tinggi, hipertensi tahap 1 dan tahap 2.

Di seluruh dunia sekitar 40% orang dewasa berusia 25 tahun ke atas

telah didiagnosa hipertensi. Jumlah orang dengan hipertensi terus meningkat

dari 600 juta menjadi 1 miliar (WHO, 2013).

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 menyatakan prevalensi

hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah terhadap penduduk

Indonesia yang berusia ≥18 tahun mengalami peningkatan dari 25,8% menjadi

34,1%. Berdasarkan hasil wawancara yang mengaku pernah didiagnosis nakes

8,4% dan sedang minum obat hipertensi terjadi peningkatan prevalensi dari

7,6% pada tahun 2013 menjadi 8,8% pada tahun 2018. Hal ini berarti sebagian

besar pengidap hipertensi di Indonesia tidak menyadari bahwa telah menderita

hipertensi (Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan RI, 2018).

1
Hipertensi primer menduduki peringkat kedua terbanyak setelah

nasofaringitis akut (commond cold) dalam tiga tahun terakhir secara berturut-

turut menurut data yang dirangkum dari seluruh puskesmas di Provinsi Bali

dalam gambaran sepuluh besar penyakit terbanyak menunjukkan bahwa

jumlah pasien dengan hipertensi primer di seluruh puskesmas di Provinsi Bali

pada tahun 2014 yaitu 114.421 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2015).

Jumlah pasien dengan hipertensi primer di seluruh puskesmas di Provinsi Bali

pada tahun 2016 masih sama dengan tahun sebelumnya (Dinas Kesehatan

Provinsi Bali, 2017). Hasil Survey Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas)

menyatakan prevalensi hipertensi meningkat dari 25,8% pada tahun 2013

menjadi 32,4% pada tahun 2016 (Puslitbang Ukesmas, 2016).

Jumlah penderita hipertensi di Kota Denpasar mengalami peningkatan

dari 7.273 orang di tahun 2017 menjadi 9.745 orang di tahun 2018 (Dinas

Kesehatan Kota Denpasar, 2017). Jumlah penderita hipertensi tertinggi dari 11

puskesmas se-Kota Denpasar terletak di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar

Timur. Peningkatan jumlah penderita hipertensi di Puskesmas I Denpasar

Timur dari 1.670 di tahun 2017 orang menjadi 3.549 orang di tahun

2018(Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2018). Pemegang program penyakit

tidak menular bekerja sama dengan pemegang program pengelolaan penyakit

kronis di Puskesmas I Denpasar Timur telah melakukan upaya pengendalian

penyakit hipertensi yaitu pemantauan tekanan darah setiap bulan dan kegiatan

senam yang dilaksanakan secara rutin serta pembinaan dan pemberian obat

sesuai standar bagi penderita hipertensi.

2
Berdasarkan laporan capaian standar minimal (SPM) di Puskesmas I

Denpasar Timur Tahun 2018, tercatat dari 3.549 orang yang menjadi sasaran

pengendalian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur,

terdapat 2.649 orang atau sekitar 74,64% penderita hipertensi yang

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar. Hal ini

menunjukkan bahwa upaya pelayanan kesehatan untuk penderita hipertensi

masih belum mencapai target 100%.

Tekanan darah pada pasien hipertensi yang mendapat pengobatan

memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol sebanyak 62% (Makridakis &

Dinicolantonio, 2014). Indonesian Society of Hypertension (2014)

mengatakan jumlah penderita hipertensi memiliki tekanan darah tidak

terkontrol yaitu sebesar 82%. Lindholm mengatakan tekanan darah pada

pasien hipertensi dari 7 negara seperti Kanada, Francis, Jerman, Italia,

Spanyol, UK, dan USA dengan 17.000 pasien hipertensi memiliki tekanan

darah sistolik 90% dan tekanan darah diastolik 50% yang tidak terkontrol

(Wulansari, Ichsan, & Usdiana, 2013). Peningkatan tekanan darah sistolik

sebesar 20 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 10 mmHg dikaitkan dengan

dua kali lipat risiko kematian akibat stroke, penyakit jantung, atau penyakit

pembuluh darah lainnya (Whelton et al., 2017). Tekanan darah tidak terkontrol

menyebabkan 2,23 kali risiko kematian penyakit jantung, 2,19 kali risiko

kematian penyakit jantung spesifik, dan 3,01 kali risiko kematian jantung

serebrovaskuler (Zhout et al. 2018).

Sebanyak 50% orang dewasa yang mempunyai tekanan darah tinggi

tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka berpotensi

3
menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui

faktor risiko hipertensi (Syahrini, 2012). Tekanan darah tinggi apabila tidak

ditangani akan menimbulkan terjadinya komplikasi pada kerusakan organ

tubuh diantaranya yaitu jantung, ginjal, mata, dan pembuluh darah.

Komplikasi dari tekanan darah tinggi mencapai angka 9,4 juta orang yang

meninggal per tahun di seluruh dunia. Di Asia Tenggara dengan jumlah 1/3

penduduk mengalami hipertensi menyebabkan 1,5 juta kematian per tahun

akibat tekanan darah tinggi (WHO, 2013).

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengontrol

tekanan darah tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program

Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga yaitu menyediakan akses

pelayanan terpadu untuk penyakit tidak menular di fasilitas kesehatan tingkat

pertama (FKTP), posbindu di setiap desa/kelurahan yang berfungsi dengan

baik, sistem pengawasan keteraturan minum obat dari kader kesehatan,

pelayanan konseling berhenti merokok di puskesmas/FKTP dan rumah sakit,

kegiatan senam dan aktivitas fisik di kalangan masyarakat, promosi oleh

tenaga kesehatan atau di fasilitas kesehatan tentang pengobatan hipertensi dan

pembatasan kandungan garam dalam makanan (Kemenkes RI, 2016).

Tekanan darah dapat terkontrol dengan memperbaiki faktor pencetus

hipertensi yang dapat di modifikasi, seperti obesitas, kurang aktivitas fisik,

konsumsi alkohol berlebihan, merokok, psikososial, stress dan lainnya (Badan

Penelitian & Pengembangan Kesehatan RI, 2013). Insiden hipertensi terus

meningkat akibat obesitas diperkirakan sebanyak 75% di Amerika Serikat

4
(Landsberg, 2016). Sebanyak 30% kematian akibat penyakit kardiovaskuler

termasuk penyakit jantung koroner dan hipertensi terjadi pada mereka yang

tergolong obesitas terutama obesitas sentral (Pudiastuti, 2011).

Proporsi orang dewasa dengan kelebihan berat badan atau obesitas

meningkat dari 28,8% menjadi 36,9% di antara laki-laki dan dari 38,0% di

antara perempuan di seluruh dunia dari tahun 1980 hingga 2013. Berdasarkan

NHANES (National Health and Nutrition Examination), prevalensi obesitas di

kalangan orang dewasa di Amerika Serikat meningkat dari tahun 2014 dari

30,5% menjadi 37,7% (AHA, 2017).

Secara nasional, prevalensi obesitas sentral pada tahun 2013 yaitu

26,6% kemudian meningkat pada tahun 2018 menjadi 31,0% (Badan

Penelitian & Pengembangan Kesehatan RI, 2018). Data dalam Profil

Kesehatan Provinsi Bali tahun 2017 menyatakan bahwa terdapat 21,06%

termasuk obesitas dari 11.730 orang yang dilakukan pemeriksaan status gizi di

seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,

2017a).

Pada obesitas sentral terjadi penurunan adiponektin, maka proses

aterosklerosis dapat mudah terjadi. Aterosklerosis merupakan suatu keadaan

pembuluh darah dinding arteri sedang dan besar menjadi kaku dan menebal

akibat lesi lemak (plak ateromatosa) pada permukaan dalam dinding arteri.

Hilangnya distenbilitas arteri (arteri menjadi kaku) menyebabkan tekanan

darah meningkat dan darah tidak dapat mengembang saat darah dari jantung

melewati arteri (Guyton, 2007),

5
Salah satu cara menilai massa lemak abdominal (subkutan dan intra

abdomen) adalah dengan cara pengukuran lingkar perut. Pengukuran lingkar

perut lebih berkorelasi dengan lemak intra abdomen dibandingkan dengan

pengukuran indeks massa tubuh (Lipoeto, 2017).

Studi observasi yang dilakukan oleh Sari, dkk (2016) menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas sentral dengan

tekanan darah sistolik pada subjek laki-laki dan perempuan, namun tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas sentral dengan tekanan

darah diastolik pada subjek laki-laki maupun perempuan (Sari, Lipoeto, &

Herman, 2016). Tchernof dan Despres pada tahun 2013 menyatakan bahwa

obesitas sentral memiliki hubungan dengan tekanan darah, baik tekanan darah

sistolik maupun diastolik (Tchernof & Després, 2013). Sejalan dengan

penelitian Dwivedi, Sethi, Singh, & Singh (2016) menyatakan bahwa lingkar

perut sebagai indikator obesitas sentral dapat disarankan sebagai prediktor

risiko yang lebih baik untuk peningkatan tekanan darah sistolik dan tekanan

darah diastolik daripada boddy mass indeks.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusteviani (2015) menunjukkan faktor

yang berisiko terhadap obesitas sentral adalah usia 35-64 tahun dengan faktor

risiko yang paling berpengaruh dalah jenis kelamin perempuan.

Benmuhammed et al. (2017) dalam penelitiannya di salah satu sekolah di

Aljazair menyimpulkan bahwa remaja laki-laki dengan obesitas sentral lebih

berisiko mengalami hipertensi daripada remaja perempuan dengan usia yang

sama. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al.

(2016) pada kalangan mahasiswa di Shandong, Cina menyatakan bahwa

6
kelebihan berat badan dan obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan

tekanan darah dan responden laki-laki dengan obesitas sentral lebih berisiko

mengalami hipertensi dibandingkan dengan perempuan.

Hasil studi pendahuluan pada sepuluh orang pasien yang berkunjung ke

Puskesmas I Denpasar Timur, didapatkan tujuh orang yang didiagnosa

hipertensi oleh dokter, empat diantaranya tergolong obesitas sentral.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Obesitas Sentral dengan Tekanan Darah Pada

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara obesitas sentral

dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun

2019”?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan obesitas sentral dengan hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019.

2. Tujuan khusus

Berikut ini ada beberapa tujuan khusus dari penelitian yang dilaksanakan:

a. Mendeskripsikan mengenai obesitas sentral pada pasien hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019.

7
b. Mendeskripsikan mengenai tekanan darah pada hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019.

c. Menganalisis hubungan obesita sentral dengan hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019.

D. Manfaat

Peneliti berharap ini bermanfaat secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien dengan obesitas sentral dan mengalami hipertensi

yang nantinya dapat menurunkan tekanan darah pasien tersebut. Sebagai

standar bagi tenaga kesehatan dalam melakukan pengukuran obesitas sentral

pada pasien dengan penyakit dalam khususnya hipertensi pada situasi gawat

darurat.

2. Manfaat praktis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan di bidang

keperawatan medikal bedah khususnya keperawatan pasien dengan hipertensi

dan menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan obesitas

sentral.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tekanan Darah Pada Hipertensi


1. Definisi tidak terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada

dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis di

dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya

darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah

suatu aliran darah yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi,

maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan

hasil-hasil metabolisme lainnya (Potter & Perry, 2005).

Tidak terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi merupakan suatu

keadaan terjadi peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90

mmHg secara abnormal dan terus menerus pada dua kali pengukuran tekanan

darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan

sebagai mana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah normal (Wijaya &

Putri, 2013).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terkontrolnya tekanan darah pada

hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung akibat satu

atau beberapa faktor risiko yang menyebabkan terhambatnya suplai oksigen dan

nutrisi yang dibawa oleh darah menuju ke jaringan tubuh yang membutuhkannya

sehingga meningkatkan tekanan darah sistolik ≥149 mmHg atau tekanan darah

9
diastolik ≥80 mmHg yang diukur paling sedikit dua kali kunjungan dengan alat

pengukur tekanan darah.

2. Faktor yang mempengaruhi tidak terkontrolnya tekanan darah pada


hipertensi
Menurut Potter & Perry (2005) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

tekanan darah:

a. Faktor yang tidak dapat di kontrol

1) Umur

Tekanan darah meningkat sejalan dengan bertambahnya umur, disebakan

oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, yang terutama

menyebabkan peningkatan darah sistolik. Tekanan darah sistolik terus meningkat

sampai usia 80 tahun.

2) Jenis kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada

laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki tekanan

darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan

darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.

3) Keturunan (genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunana) juga

mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer

(esensial). Faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan lain,

yang kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor genetik

juga berkaitan dengan metabolism pengaturan garam dan renin membrane sel.

10
4) RAS

Kajian populasi menunjukkan bahwa tekanan darah pada masyarakat berkulit

hitam lebih tinggi dibandingkan dengan golongan suku lainnya. Suku atau ras

mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan darah.

Frekuensi hipertensi (tekanan darah tinggi) pada orang Afrika – Amerika

lebih tinggi daripada orang Eropa – Amerika. Kematian yang dihubungkan

dengan hipertensi juga lebih banyak pada orang Afrika – Amerika.

Kecenderungan populasi ini terhadap hipertensi diyakini berhubungan dengan

genetik dan lingkungan.

b. Faktor yang dapat dikontrol

1) Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan

darah tinggi. Merokok meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk

menggumpal dalam pembuluhnya dan melekat pada lapisan pembuluh darah.

2) Konsumsi Alkohol berlebihan

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol disebakan karena

peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta

kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.

3) Obesitas

Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak

yang berlebihan di jaringan lemak tubuh, dan dapat mengakibatkan terjadinya

beberapa penyakit. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan

11
tekanan darah telah dilaporkan dalam beberapa studi. Orang yang obesitas

mempunyai peningkatan risiko untuk berkembang menjadi masalah kesehatan

yang serius, salah satunya hipertensi.

Penyelidikan epidemiologi membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas

pada populasi pasien hipertensi. Banyaknya asupan kalori pada penderita

obesitas meningkatkan turn over dari norepinefrin di jaringan perifer,

meningkatkan konsentrasi epinefrin plasma. Diet tinggi karbohidrat dan lemak

dapat merangsang reseptor adrenergik α1 dan β di perifer yang dapat

meningkatkan aktivitas simpatis dan menimbulkan tekanan darah tinggi (Runge

et al., 2010).

Lemak intra abdominal mengakibatkan penurunan adiponektin, maka proses

aterosklerosis dapat mudah terjadi. Aterosklerosis merupakan suatu keadaan

pembuluh darah dinding arteri sedang dan besar menjadi kaku dan menebal

sebagai akibat lesi lemak (plak ateromatosa) pada permukaan dalam dinding

arteri. Hilangnya distenbilitas arteri (arteri menjadi kaku) menyebabkan tekanan

darah meningkat dan pembuluh darah tidak dapat mengembang saat darah dari

jantung melewati arteri tersebut (Guyton, 2007).Curah jantung dan volume darah

sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan

penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara

(Susali et al.,2004)

4) Stress

Stress menyebabkan respon neurohormonal. Respons stress melibatkan

sejumlah respons dan pengaruh yang saling berkaitan. Efek utama stress adalah

pelepasan hormol medulla adrenal, epinefrin dan norepinefrin. Epinefrin

12
memiliki beberapa efek termasuk menyebabkan jantung berkontraksi lebih kuat,

meningkatkan frekuensi jantung, dan menstimulasi vasokonstriksi perifer.

Norepinefrin menyebabkan penyebaran vasokonstriksi, yang meningkatkan

tekanan darah.

5) Konsumsi garam berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan

diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga meningkatkan volume dan tekanan

darah.

6) Kepatuhan dalam pengobatan

Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam kontrol tekanan darah pada

hipertensi adalah kepatuhan dari masing-masing pasien. Pada pasien hipertensi

tedak sepenuhnya mengikuti pengobatan yang telah disediakan. Ketidakpatuhan

dalam terhadap terapi dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk biaya

obat-obatan dan perawatan yang terkait, banyaknya obat yang harus dikonsumsi,

pendidikan pasien kurang tentang hipertensi.

3. Klasifikasi tekanan darah pada hipertensi

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa ≥18 tahun didasarkan pada

pengukuran tekanan darah dari dua atau lebih kunjungan klinis. Tekanan darah

sistolik dan nilai tekanan darah diastolik yang termasuk dalam kategori yang

berbeda, maka klasifikasi keseluruhan ditentukan berdasarkan tekanan darah

yang lebih tinggi.

Tekanan darah dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu normal,

prehipertensi, hipertensi stadium satu dan hipertensi stadium dua. Prehipertensi

tidak dianggap sebagai penyakit, namun kategori tekanan darah prehipertensi

13
mengidentifikasi mereka yang cenderung maju ke hipertensi tahap satu dan

hipertensi tahap dua di masa depan. Pengukuran tekanan darah sebagai deteksi

dini kejadian hipertensi diharapkan akan menyebabkan adanya upaya pencegahan

sebelum mencapai ke stadium lanjut (Jeffery, 2008).

Tabel 1
Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Darah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100

4. Manifestasi klinis tidak terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi


Sebagian besar penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala spesifik

hanya melalui pemeriksaan fisik. Pada umunya, alasan pasien datang ke dokter

dapat digolongkan menjadi tida kategori, yaitu (1) kenaikan tekanan itu sendiri,

(2) penyakit vaskuler hipertensif, (3) penyakit yang mendasarinya pada kasus

hipertensi sekuder. Gejala kenaikan tekanan darah yang paling sering ditunjukkan

yaitu sakit kepala daerah oksipital sebagai karakteristikbuntuk hipertensi berat

yang terjadi ketika pasien bangun pagi hari, dan berkurang secara spontan setelah

beberapak jam.

Keluhan lain yang mungkin berhubungan adalah pusing, palpitasi, mudah

lelah dan impotensi. Keluhan yang mengarah ke penyakit vaskuler termasuk

epitaksis, hematuria, pandangan kabur karena perubahan retina, episode lemah

atau pusing yang disebabkan oleh iskemia serebral sementara, angina pectoris dan

14
dipsnea yang disebabkan oleh gagal jantung. Nyeri karena diseksi aorta atau

bocornya aneurisma merupakan gejala yang kadang-kadang terjadi.

5. Patofisiologi tidak terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Jarak saraf simpatis berawal dari

pusat vasomotor, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impus yang bergerak ke bawah

melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Neuron preganglion

melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

memengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu

dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi (Suddarth & Brunner, 2001)

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon

rangsang emosi juga diikuti dengan terangsangnya kelenjar adrenal,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya yang dapat mempekuat respon vasokonstriksi pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone

ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

15
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi (Suddarth & Brunner, 2001).

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.

Berbagai faktor dapat memengaruhi curah jantung dan tahanan perifer, salah

satunya yaitu obesitas. Penderita obesitas mengalami peningkatan aktivitas saraf

simpatis dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Curah jantung akan kembali

normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh reflex

autoregulasi yaitu mekanisme tubuh untuk memertahankan keadaan hemodinamik

yang normal. Hal ini disebabkan oleh terjadinya konstriksi sfingter pre-kapiler

yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer

(Setiati & Dkk., 2015). Menurut Lund-Johansen (1989), sebagian besar pasien

hipertensi stadium awal menunjukka curah jantung yang meningkat kemudian

diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan

darah yang menetap.

Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap

dalam waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu yang

singkat sehingga diduga adanya faktor lain yang juga memengaruhi peningkatan

darah yaitu faktor hemodinamik. Kelainan hemodinamik diikuti pula dengan

hipertrofi dinding pembuluh darah dan penebalan dinding ventrikel jantung

(Setiati & Dkk., 2015). Perubahan struktur pembuluh darah disebabkan oleh

adanya proses aterosklerosis yang terjadi pada pasien obesitas terutama pada

obesitas sentral karena penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah

(Guyton, 2007).

16
6. Komplikasi tidak terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi
Tekanan darah yang tidak terkontrol dan tidak segera diatasi dalam jangka

panjang akan mengganggu pembuluh darah arteri dalam mensuplai darah ke

organ-organ diantaranya jantung, otak, ginjal dan mata. Hipertensi yang tidak

terkontrol berakibat komplikasi pada jantung meliputi infark jantung dan

pembesaran ventrikel kiri atau tanpa payah jantung. Stroke dan euchephalitis

merupakan penyakit yang terjadi pada organ otak sebagai akibat hipertensi yang

tidak ditangani dalam waktu lama. Hematuria (urine yang disertai darah) dan

oliguria (kencing sedikit) merupakan komplikasi hipertensi pada ginjal.

Komplikasi hipertensi juga dapat terjadi pada mata berupa retinopati hipertensi

(Wijaya & Putri, 2013).

7. Penatalaksanaan tidak terkontrolnya tekanan darah pada hipertensi

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi menurut Kementerian Kesehatan RI,

(2013) meliputi:

a. Terapi farmakologis

Obat-obatan yang diberikan untuk penderita hipertensi meliputi Angiotensin-

converting enzyme (ACE), diuretik, beta-blocker, dan lain-lain. Diuretik

merupakan pengobatan yang pertama bagi kebanyakan orang dengan hipertensi.

b. Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologis diantaranya yaitu pengelolaan diet dengan gizi

seimbang, melakukan olahraga teratur, berhenti merokok, mengurangi konsumsi

alkohol dan mengurangi berat badan. Penderita hipertensi yang mengalami

kelebihan berat badan (obesitas) dianjurkan untuk menurunkan berat badan hingga

mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m2, lingkar perut <90 cm untuk laki-laki

dan <80cm untuk perempuan.

17
8. Pengukuran tekanan darah
Besarnya tekanan darah diukur dengan seberapa kuat ia dapat menekan

naik air raksa (Hg) yang ada dalam tabung pengukur tekanan darah. Satuan

tekanan darah adalah mmHg, yaitu berapa milimeter air raksa (Hg) dalam tabung

pengukur tekanan darah dapat ditekan naik. Hasil pengukuran tekanan darah dapat

tidak valid akibat adanya faktor-faktor lain seperti minum kopi atau minuman

beralkohol, merokok, rasa cemas, terkejut, stress dan ingin buang air kecil.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengukur tekanan draah yaitu

faktor pasien, faktor alat, dan tempat pengukuran untuk mencegah adanya faktor

yang dapat meningkatkan tekanan darah dari nilai sebenarnya (Perhimpunan

Hipertensi Indonesia, 2012)

Perhimpunan Hipertensi Indonesia menyarankan pengukuran tekanan

darah dilakukan dalam posisi duduk setelah rileks selama lima menit dan 30 menit

tanpa merokok atau minum kopi (Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2012).

Manset harus melingkat setidaknya 80% dari lengan atas dan lebar manset

setidaknya 2/3 kali panjang lengan atas. Teknik pengukuran tekanan darah dengan

alat ukur digital menurut (Kowalski,2010)

a. Pengukuran bertujuan untuk mengukur tekanan sistolik dan diastolik.

b. Siapkan posisi pasien untuk duduk atau berbaring.

c. Pasangkan manset di sekeliling lengan.

d. Anjurkan pasien untuk rileks selama beberapa menit sebelum memompa

manset.

e. Anjurkan pasien untuk menjejakkan kaki di permukaan lantai jika pengukuran

dilakukan saat posisi duduk. Pasien dianjurkan untuk tidak mengangkat kaki

18
selama pengukuran tekanan darah karena gerakan akan menurunkan akurasi.

Posisi lengan dan manset harus sejajar dengan jantung.

f. Tekan tombol “start” dan catat tekanan darah setelah hasil sudah terlihat.

B. Konsep Obesitas Sentral


1. Definisi obesitas sentral
Seseorang dikatakan obesitas apabila konsumsi kilokalori melalui

makanan lebih banyak daripada yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

energi tubuh, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan sebagai trigliserida

di jaringan lemak (Pudiastuti, 2011). Jenis obesitas menurut distribusi lemak,

dapat dibedakan menjadi dua yaitu obesitas viseral dan obesitas perifer. Obesitas

viseral atau yang biasa disebut dengan obesitas intra-abdominal sentral atau

maskulin yaitu obesitas yang disebabkan oleh distribusi lemak terlokalisasi pada

bagian perut atau bagian atas tubuh sehingga bentuk tubuh penderitanya

diibaratkan seperti bentuk buah apel. Sedangkan obesitas perifer adalah obesitas

yang terjadi karena distribusi lemak tubuh terlokalisasi pada bagian bawah tubuh,

seperti pinggul dan paha (Tchernof & Després, 2019).

Obesitas sentral adalah penumpukan lemak pada jaringan lemak subkutan

dan jaringan lemak viseral perut. Penumpukan lemak pada jaringan lemak viseral

disebabkan oleh tidak berfungsinya jaringan lemak subkutan dalam mengontrol

kelebihan energy akibat konsumsi lemak yang berlebihan. Kelebihan energy

terjadi ketika seseorang memiliki aktivitas kurang naming mengonsumsi kalori

yang berlebihan. Ketidakmampuan jaringan lemak subkutan dalam mengatur

kelebihan energi akan menyebabkan produksi lemak yang dapat menumpuk pada

19
bagian-bagian tubuuh yang tidak diinginkan, seperti hati, jantung, ginjal, otot dan

kelenjar pancreas (Tchernof & Després, 2019).

2. Etiologi obesitas sentral


Faktor-faktor yang memicu obesitas sentral yaitu kebiasaan merokok,

konsumsi minuman beralkohol, status ekonomi, status perkawinan dan kondisi

mental emosional (Sugianti, 2009). Selain itu, faktor usia, jenis kelamin, hormone

genetik, ras, stress, asupan gizi dan aktivitas fisik juga memicu terjadinya obesitas

sentral (Tchernof & Després, 2019).

3. Patofisiologi obesitas sentral


Ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari tubuh serta aktivitas

fisik yang menurun atau sedentary life style yang menimbulkan penumpukan

lemak di beberapa bagian tubuh terutama di bagian tubuh atas sehingga terjadilah

obesitas sentral (Rosenblum, 2012). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa

mekanisme neural dan humoral (neurohumora) yang dipengaruhi oleh nutrisi,

sinyal psikologis, genetic, dan lingkungan berfungsi mengontrol nafsu makan dan

tingkat kekenyangan seseorang. Hipotalamus berperan dalam mengatur

keseimbangan energi dengan tiga proses fisiologis, yaitu dengan mengatur sekresi

hormon, pengendalian rasa lapar dan kenyang, dan laju penggunaan energi yang

dikeluarkan. Proses pengaturan penyimpanan energi terjadi melalui sinyal-sinyal

eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari

perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot) (Sherwood, 2014).

Sinyal- sinyal tersebut berupa meningkatkan rasa lapar serta menurunkan

pengeluaran energi yang bersifat anabolic dan berupa anoreksia, meningkatkan

pengeluaran energi yang bersifat katabolik dan dibagi menjadi dua kategori, yaitu

sinyal pendek dan sinyal panjang. Porsi makan dan waktu makan, serta faktor

20
distensi lambung dan peptide gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin

(CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar termasuk sinyal pendek.

Fat-derived hormone leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan

keseimbangan energi memerankan sinyal panjang (Sherwood, 2014).

Mekanisme obesitas menyebabkan hipertensi merupakan mekanisme

multifactorial yaitu mekanisme yang melibatkan beberapa sistem. Salah satu yang

membedakan lemak visceral dan lemak subkutan adalah tingkat lipolysis dari

lemak visceral lebih tinggi dibandingkan dengan lemak subkutan. Hal ini memicu

terjadinya penyimpanan lemak di jaringan berupa trigliserida yang akan dipecah

menjadi asam lemak dan gliserol lalu diedarkan melalui peredarah darah. Proses

ini mengakibatkan kadar LDL dalam darah meningkat. LDL berperan dalam

membawa asam lemak di tempat penyimpanan menuju jaringan perifer (Kotsis,

Stabouli, Papakatsika, Rizos, & Parati, 2010),

Jaringan adiposa pada penderita obesitas berfungsi sebagi penyimpanan

lemak di dalam tubuh. Jaringan adipose dapat hipertrofi dan hyperplasia sesuai

kebutuhan dari penyimpanan tubuh. Jaringan adiposa akan meningkat apabila

asupan enegi melebihi dari yang dibutuhkan oleh tubuh diiringi dengan

peningkatan kadar leptin dalam sistem peredaran darah sebagai upaya penurunan

nafsu makan. Leptin akan merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar

menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY). Demikian pula sebaliknya,

jaringan adiposa berkurang bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi

dan terjadi rangsangan pada anorexigenic center di hipotalamus sehingga terjadi

peningkatan nafsu makan. Resistensi leptin yang terjadi pada penderita obesitas

21
menyebabkan leptin tidak mampu bekerja secara adekuat dalam merangsang

anorexigenic center di hipotalamus sehingga nafsu makan tidak dapat dikontrol.

Pada obesitas sentral terjadi penimbunan lemak berlebih di daerah

abdomen (Djausal, 2015). Lemak intrabdominal mengakibatkan penurunan

adiponektin, maka proses aterosklerosis dapat mudah terjadi. Aterosklerosis

merupakan suatu keadaan pembuluh darah dinding arteri sedang dan besar

menjadi kaku dan menebal sebagai akibat lesi lemak (plak ateromatosa) pada

permukaar dalam dinding arteri. Hilangnya distenbilitas arteri (arteri menjadi

kaku) menyebabkan tekanan darah meningkat dan pembuluh darah tidak dapat

mengembang saat darah dari jantung melewati arteri tersebut (Guyton, 2007).

Hipertrofi vaskuler disebabkan oleh berbagai promotor pressor-growth

salah satunya obesitas dengan kelainan fungsi membran sel sehingga

meningkatkan tahanan perifer yang mengakibatkan terjadinya peningkatan

tekanan darah (Susali et al.,2004).

4. Komplikasi obesitas sentral


Obesitas sentral dapat memicu beberapa penyakit diantaranya diabetes

mellitus, dislipidemia, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kanker, dan sindrom

metabolik (Tchernof & Després, 2019). Sindrom metabolik terjadi ketika

seseorang mengalami obesitas sentral, hipertensi, resistensi insulin dan

dislipidemia dalam waktu bersamaan. Sindrom metabolik adalah kelompok gejala

sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Obesitas sentral juga

memengaruhi sistem pernapasan yang dapat menimbulkan ganggguan paru-paru,

mengorok saat tidur dan tersumbatnya jalan napas ( obstructive sleep apnea )

(Lipoeto, 2012).

22
Penumpukan lemak pada tubuh bagian atas berhubungan lebih kuat

dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan

obesitas tubuh bagian bawah (Sugianti, 2009). Seseorang dengan obesitas sentral

dikatakan lebih berisiko mengalami penyakit kardiovaskuler dan perubahan

struktur pembuluh darah karena sel-sel lemak di sekitar abdomen lebih siap

melepaskan lemak ke dalam pembuluh darah dibandingkan dengan sel-sel lemak

di perifer.

Berikut risiko terjadinya PTM (diabetes, hipertensi, dan penyakit

kardiovaskuler) yang dinilai berdasarkan lingkar perut (LP) pada orang dewasa.

Tabel 2
Risiko PTM berdasarkan Lingkar Perut (LP) pada Orang Dewasa

No. Lingkar Perut (cm) Jenis Kelamin Risiko PTM


1. ≥90 Laki-laki Meningkat
2. ≥102 Laki-laki Sangat meningkat
3. ≥80 Perempuan Meningkat
4. ≥88 Perempuan Sangat meningkat
(Kemenkes RI, 2012).

5. Penatalaksanaan obesitas sentral


Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan (2014) untuk menanggulangi obesitas dapat dilakukan beberapa

terapi terutama (non medikamentosa), yaitu merubah gaya hidup dengan cara

melakukan pengaturan pola makan sehat dan aktivitas fisik dengan terapi

tambahan berupa psikoterapi dan farmakoterapi (medikamentosa) apabila terapi

non medikamentosa tidak memberikan hasil maksimal serta sebagai alternatif

terakhir yaitu dengan tindakan operasi contohnya yaitu bedah gastrointestinal atau

bypass gastric.

23
Rujukan dapat dilakukan apabila ditemukan gejala dan tanda obesitas yang

disertai penyakit seperti diabetes mellitus tipe dua, penyakit kandung empedu,

dislipidemia, sindrom metabolik, hipertensi, osteoarthritis lutut dan panggul, asam

urat, kanker, abnormal hormone reproduksi, polikistik ovarium syndrome,

perlemahan hati dan low back pain.

6. Pengukuran obesitas sentral


Status gizi penduduk dewasa berumur >18 tahun terdiri dari status gizi

menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kecenderungan komposit TB dan

IMT/U, status gizi menurut lingkar perut (LP), risiko kurang energy kronis (KEK)

wanita usia subur, wanita hamil dan wanita tidak hamil serta wanita risiko tinggi

(TB<150 cm) (Badan Penelitia & Pengembangan Kemenkes RI, 2013)

Pemeriksaan status gizi berupa pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT)

dan lingkar perut (LP) dapat mengidentifikasi seseorang mengalami obesitas atau

tidak. Pengukuran IMT memiliki kelemahan yaitu tidak bisa membedakan ukuran

besar yang terjadi pada seseorang karena lemak atau karena otot. Orang-orang

yang memiliki kondisi otot yang besar biasanya terdeteksi overweight atau

obesitas (Setiati & Dkk., 2015). Pengukuran IMT juga tidak dapat digunakan

untuk mengukur obesitas sentral seseorang karena IMT tidak dapat menilai

distribusi lemak abdominal sehingga kurang sensitif dalam menentukan obesitas

sentral (Maryani, 2013).

Obesitas sentral dapat diukur dengan mengukur lingkar perut (LP). Nilai

LP diperoleh dari hasil pengukuran LP (dalam satuan cm). kriteria hasil

pengukuran lingkar perut normal atau baik yaitu <90 cm untuk laki-laki dan <80

cm untuk perempuan (Direktorat Pengendalian PTM, 2014).

24
Pengukuran lingkar perut dapat menggambarkan lemak tubuh dan

diantaranya tidak termasuk sebagian besar berat tulang (kecuali tulang belakang)

atau massa otot yang besar yang mungkin akan bervariasi dan mempengaruhi

hasil pengukuran (Setiati & Dkk., 2015). Hal ini karena lingkar perut baik pada

laki-laki maupun perempuan berhubungan dengan lemak pada bagian viseral dan

subkutan perut (Power & Schulkin, 2019).

25
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah susunan konstruksi logika yang dirancang untuk

menjelaskan saling ketergantungan antara variabel yang akan diukur atau diamati

melalui penelitian sehingga fokus penelitian menjadi lebih terarah (Notoatmodjo,

2010). Kerangka konsep dari penelitian ini dapat disajikan pada skema gambar

berikut ini:

Adiponektin
Obesitas Sentral Tekanan Darah

Arterosklerosis

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Merokok dan konsumsi
alkohol
4. Stress
5. Aktivitas fisik
6. Obesitas
7. Konsumsi garam
berlebihan
8. Kepatuhan pengobatan

Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel tidak diteliti
: alur
Gambar. 1 Kerangka Konsep Hubungan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019.

26
B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah karakteristik yang melekat pada populasi,

bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu

penelitian (Dharma, 2015). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas

Variabel bebas atau variabel independen adalah stimulasi atau intervensi

keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku

klien (Nursalam, 2017). Variabel bebas penelitian ini adalah obesitas sentral.

b. Variabel terikat atau variabel dependen merupakan faktor yang diamati dan

diukur untuk menentukan adanya pengaruh dari variabel bebas atau variabel

independen (Nursalam, 2017). Variabel terikat pada penelitian ini adalah

tekanan darah.

2. Definisi Operasional
Definisi operaisonal adalah mengukur/menilai variabel penelitian,

kemudian memberikan gambaran tentang variabel tersebut atau

menghubungkannya (Dharma, 2015). Definisi operasional dari variabel sangat

diperlukan, terutama untuk menentukan alat atau instrument yang akan digunakan

dalam pengumpulan data. Definisi operasional dapat dijelaskan lebih rinci sebagai

berikut:

27
Tabel 3

Definisi Operasional Hubungan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019

No. Variabel Definisi Operasioanl Alat ukur Skala


1 2 3 4 5
1. Variabel Penumpukan lemak pada jaringan Pita Interval
independen visceral perut dengan pengukuran circumference
Obesitas lingkar perut (LP) pada pasien (pita pengukur
Sentral hipertensi yang diukur pada bagian lingkar perut)
atas pusar lalu melingkarkan alat ukur
secara horizontal menggunakan pita
circumference (dalam satuan cm),
dengan menggunakan pakaian yang
tipis pada saat pengukuran.
2. Variabel Hasil pengukuran tekanan darah Sphygmomano Interval
dependen kepada pasien hipertensi yang diukur meter digital
Hipertensi pada lengan kiri/kanan menggunakan
sphygmomanometer digital yang
dinyatakan dengan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada layar
monitor dalam posisi duduk setelah
rileks lima menit dan tiga puluh menit
tanpa merokok atau minum kopi.

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2017). Hipotesis adalah pernyataan awal

mengenai hubungan antar variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang

kemungkinan hasil penelitian (Dharma, 2015). Hipotesis dalam penelitian ini

adalah: “ada hubungan obesitas sentral dengan hipertensi”.

28
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental, karena

tidak adanya intervensi atau manipulasi terhadap subyek penelitian. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah korelasional. Menurut Nursalam (2017),

penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif

antarvariabel. Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi

suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain. Dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan hipertensi.

Model pendekatan subyek yang digunakan adalah cross sectional.

Penelitian cross sectional menekankan pada waktu pengukuran atau observasi

data variabel independen dan dependen yang dalam penelitian ini adalah obesitas

sentral dan hipertensi. Menurut Setiadi (2013), dalam penelitian cross sectional,

variabel sebab (independent) dan akibat (dependent) diukur dan dikumpulkan

secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu, dan tidak ada

follow up.

29
B. Alur Penelitian
Subjek Sasaran
Pasien hipertensi yang mengalami tidak terkontrolnya tekanan darah
sejumlah 243 orang

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Populasi Sampling:
Pasien hipertensi dengan tidak terkontrolnya tekanan darah yang
sesuai kriteria inklusi berjumlah 52 orang

 Variabel independen obesitas sentral diukur dengan pita pengukur


lingkat perut (pita circumference).
 Variabel dependen tekanan darah diukur menggunakan
sphygmomanometer digital.

 Hasil pengukuran lingkar perut


(dalam satuan cm)
 Hasil pengukuran tekanan darah
sistol dan diastol

Pengolahan Data

Analisa data:
Menggunakan uji pearson jika data berdistribusi normal, uji
spearman jika data tidak berdistribusi normal.

Penyajian Data

Gambar 2 Hubungan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di Wilayah Kerja


Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2019.

30
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur

dengan dasar pertimbangan jumlah penderita hipertensi yang tinggi di Puskesmas

Kabupaten Denpasar. Penelitian dimulai sejak pengurusan izin hingga

penyelesaian laporan penelitian yang dimulai dari bulan Maret – Mei 2019.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi penelitian
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi

yang mengalami ketidakkontrolan tekanan darah di Wilayah Kerja Puskesmas I

Denpasar Timur. Jumlah penderita hipertensi pada tahun 2018 sebanyak 3.549

orang. Dengan menganggap proporsi pasien hipertensi yang mengalami

ketidakkontrolan tekanan darah adalah 82%, maka jumlah populasinya adalah

2.910 orang, dengan rata-rata kunjungan per bulan sebanyak 243 orang.

2. Sampel penelitian
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penenlitian melalui sampling. Sampling adalah proses menyeleksi

porsi dari populasi yang dapat mewakili populai yang ada (Nursalam, 2017).

Kriteria inklusi dan eksklusi dari sampel yang diambil yaitu:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pasien yang terdiagnosis hipertensi primer oleh tenaga kesehatan

2) Pasien yang menderita hipertensi lebih dari 2 bulan

31
3) Pasien berusia 40-55 tahun baik laki-laki maupun perempuan

4) Pasien yang mempunyai tekanan darah ≥140/90 mmHg

5) Pasien yang memiliki lingkar perut > 80 cm (perempuan) dan >90 cm (laki-

laki).

6) Pasien yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed

consent saat pengambilan data.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak

memenuhi kriteria inklusi studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017). Kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pasien yang mengalami stress atau gangguan mental

2) Pasien dengan edema atau acites pada abdomen serta ibu hamil

3) Pasien yang memiliki komplikasi penyakit seperti DM,Stroke, Ginjal, Jantung

Menurut (Nursalam, 2017), sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

besar sampel yaitu:

n= N.z2.p.q
d2 (N-1) + z2.p.q

Keterangan:

n = Perkiraan besar sampel

N = Perkiraan besar populasi

z = Derajat kepercayaan, nilai standar normal untuk α = 0,05 adalah 1,96

p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui anggap 50%

q = 1 – p (100% - p)

d = Tingkat kesalahan yang dipilih (0,05 atau 0,1)

32
Populasi pasien hipertensi yang mengalami tidak terkontrolnya tekanan

darah adalah 243 orang. Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampelnya

adalah:

n= 243. 1,962. 0,8 . 0,2


0,12. (243 – 1) + 1,962. 0,8 . 0,5

n = 149.361408
2.42 + 0.614656

n = 149.361408
3.03465
6
n = 49 , maka n = 49 orang.

3. Teknik sampling
Teknik sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian(Nursalam, 2017).

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non probability

sampling dengan purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik

penetapan sample dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan

yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal.

E. Jenis dan Cara Pengumpulam Data


1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran,

33
pengamatan, survei dan lain-lain. Data primer yang dikumpulkan dari sampel

meliputi data identitas pasien serta hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan

diastolik di arteri brachialis menggunakan alat sphygmomanometer digital dan

pengkuran lingkar perut dilakukan berdasarkan SOP di tempat penelitian.

2. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2017). Metode pengumpulan data dari penelitian adalah dengan

pemeriksaan fisik yaitu mengukur tekanan darah dan mengidentifikasi diagnose

hipertensi dalam catatan medis dan mengukur lingkar perut sebagai indikator

obesitas berdasarkan SOP di tempat penelitian. Peneliti bekerja sama dengan dua

orang peneliti pendamping yang akan membantu peneliti selama penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengajukan izin penelitian kepada Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Denpasar melalui bidang pendidikan Jurusan Keperawatan Poltekkes

Denpasar.

b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Jurusan Keperawatan

Poltekkes Denpasar yang ditujukan ke Direktorat Poltekkes Denpasar Bagian

Penelitian.

c. Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian ke Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali.

d. Melakukan pendekatan formal kepada Kepala Puskesmas I Denpasar Timur

dengan pengiriman surat permohonan izin lokasi penelitian di Puskesmas I

Denpasar Timur.

34
e. Menjelaskan kepada dua orang peneliti pendamping tentang cara

mengidentifikasi kejadian hipertensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

melalui catatan medis responden dan mengukur tekanan darah serta tugas

peneliti pendamping selama melakukan penelitian.

f. Melakukan pemilihan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

g. Melakukan pendekatan secara informal kepada sampel yang diteliti dengan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, serta memberikan lemar

persetujuan dan jika sampel bersedia untuk diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan dan jika sampel menolak untuk diteliti

maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya.

h. Sampel yang bersedia menjadi responden dan sudah menandatangani lembar

persetujuan, kemudian ditanyakan tentang data demografinya (usia,

pendidikan, dan pekerjaan).

i. Peneliti pendamping mengukur tekanan darah responden menggunakan

sphygmomanometer dan stetoskop yang telah disediakan.

j. Peneliti pendamping mendokumentasikan hasil pengukuran tekanan darah.

k. Peneliti mengukur lingkar perut responden dengan pita circumference (pita

pengukur lingkar perut).

l. Mendokumentasikan hasil pengukuran lingkar perut.

m. Melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah didokumentasikan.

n. Mengolah data yang telah diperoleh.

o. Merekapitulasi dan mencatat data yang diperoleh pada lembar rekapitulasi

(master tabel) untuk diolah.

35
3. Instrument pengumpulan data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Notoatmodjo, 2010). Alat

ukur/instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sphygmomanometer

digital,pita pengukur lingkar perut (pita circumference), informed consent, alat

tulis, dan lembar rakapitulasi secara terstruktur untuk mencatat identitas

responden.

a. Sphygmomanometer digital

Pengukuran tekanan darah menggunakan alat sphygmomanometer digital dan

manset besar yang telah diuji kalibrasinya menggunakan tensi meter air raksa

sebelumnya. Adapun lembar prosedur pengukuran tekanan darah terlampir.

b. Pita pengukur lingkar perut

Lingkar perut diperoleh dari hasil pengukuran lingkar perut (dalam satuan

cm). kriteria hasil pengukuran lingkar perut normal atau baik yaitu < 90 cm untuk

laki-laki dan < 80 cm untuk perempuan (Direktorat Pengendalian PTM, 2014).

Adapun lembar prosedur pengukuran lingkar perut terlampir.

c. Lembar rakapitulasi karakteristik responden, catatan medis, dan hasil

pengukuran

Kuesioner ini memuat data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin,

pekerjaan, pendidikan, hasil tekanan darah diastol dan sistol, hasil pengukuran

lingkar perut.

36
F. Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik pengolahan data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah

dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan (Setiadi, 2013). Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan

data, yaitu :

a. Editing

Pada penelitian ini kegiatan editing yang dilakukan adalah mengumpulkan

semua hasil pengukuran lingkar perut dan tekanan darah pada hipertensi dan

mengecek serta melengkapi lembar check list yang belum lnegkap.

b. Coding

Coding merupakan proses mengklasifikasi data sesuai dengan

klasifikasinya dengan cara memberikan kode tertentu. Semua data akan

diberikan kode untuk memudahkan proses pengolahan data (Sukawana, 2008).

Pada penelitian ini, data yang diberikan kode yaitu data demografi ; jenis

kelamin : perempuan (1); tingkat pendidikan : SD (1), SMP (2), SMA/SMK

(3), perguruan tinggi (4) ; pekerjaan : tidak bekerja (1), sekolah (2), PNS (3),

pegawai swasta (4), wiraswasta (5), petani (6), nelayan (7), buruh (8), lainnya

(9) ; sedangkan untuk usia tidak diberikan kode. Variabel untuk tekanan darah

diberikan kode : hipertensi stadium 1 (1), hipertensi stadium 2 (2) ; variabel

lingkar perut : obesitas (1), tidak obesitas (2).

c. Entry

Setelah semua data terkumpul, serta sudah melewati pengkodean, maka

langkah selanjutnya adalah di-entry. Entry data adalah kegiatan memasukkan

37
data yang telah dikumpulkan dari lembar master tabel ke paket program

komputer.

d. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan pengecekan kembali data yang

sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut

dimungkinkan terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

2. Teknik analisa data

Analisa data merupakan suatu proses atau anlisa yang dilakukan secara

sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya data trend

dan relationship bias dideteksi (Nursalam, 2016).

a. Analisis univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai

distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik

variabel bebas maupun variabel terikat. Dalam penelitian ini, uji univariat

digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu, gambaran obesitas sentral

dengan pengukuran lingkar perut dan gambaran tekanan darah pada pasien

hipertensi , dianalisis dengan statistik deskriptif yang meliputi nilai rata-rata

(mean), median, dan standar deviasi.

Selain itu, karakteristik responden berupa usia juga dianalisis dengan statistik

deskriptif yang meliputi nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata (mean),

median, dan standar deviasi. Jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan akan dianalisis

dengan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

yang memuat frekuensi dan presentase.

38
b. Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan obesitas sentral

dengan tekanan darah pada hipertensi mempunyai skala data interval, sehingga

dapat dilakukan uji parametrik. Menurut Dahlan (2016), langkah-langkah yang

dilakukan dalam uji parametrik adalah sebagai berikut:

1) Melakukan uji normalitas dengan cara menghitung rasio skewness. Data

dikatakan berdistribusi normal apabila nilai skewness dibagi dengan std error

yaitu -2 < x < 2 atau p > 0,005.

2) Apabila kedua data berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan adalah uji

korelasi pearson.

3) Namun apabila data tidak berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan

adalah uji korelasi spearman.

Interpretasi hasil uji hipotesis ditentukan berdasarkan nilai p, arah korelasi,

dan kekuatan korelasinya. Jika nilai p < alpha (0,05), berarti ho ditolak, atau

terdapat hubungan antara obesitas sentral dengan hipertensi. Apabila nilai p >

alpha (0,05), berarti ho gagal ditolak, atau tidak ada hubungan antara obesitas

sentral dengan hipertensi.

Arah korelasi obesitas sentral dengan tekanan darah pada hipertensi dapat

berpola positif atau negatif. Jika hubungan obesitas sentral dan hipertensi

berkorelasi positif, berarti semakin tinggi nilai obesitas sentral, semakin tinggi

juga hipertensi. Jika hubungan obesitas sentral dengan hipertensi berkorelasi

negatif, berarti semakin tinggi nilai obesitas sentral maka hipertensi akan semakin

rendah. Kekuatan korelasi (r) dua variabel dibagi dalam 5 tingkatan, yaitu sangat

39
lemah (0,00 sd <0,2), lemah (0,2 sd <0,4), sedang (0,4 sd <0,6), kuat (0,6 sd

<0,8), dan sangat kuat (0,8 sd 1) (Dahlan, 2016).

G. Etika Penelitian
Penelitian ilmu keperawatan menggunakan hamper 90% subjek manusia,

maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Hal ini

dilaksanakan agar peneliti tidak melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang

menjadi subjek penelitian (Nursalam, 2017)

1. Autonomy / menghormati harkat dan martabat manusia

Autonomy berarti responden memiliki kebebasan untuk memilih rencana

kehidupan dan cara bermoral mereka sendiri (Wasis, 2008). Memberikan

responden kebebasan untuk memilih ingin menjadi responden atau tidak.

Peneliti tidak memaksa calon responden yang tidak bersedia menjadi

responden. Calon responden yang tidak bersedia menjadi responden tetap akan

diberikan pelayanan dari puskesmas.

2. Confidentiality / kerahasiaan

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

karahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

Kerahasiaan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

memberikan kode responden bukan nama asli responden.

3. Justice / keadilan

Justice berarti bahwa dalan melakukan sesuatu pada responden, peneliti

tidak boleh membeda-bedakan repsonden berdasarkan suku, agama, ras,

40
status, sosial ekonomi, politik ataupun atribut lainnya dan harus adil dan

merata (Hidayat, 2007). Menyamakan setiap perlakuan yang diberikan kepada

setiap responden tanpa memandang suku, agama, ras , dan status sosial

ekonomi.

4. Beneficience dan maleficience

Berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian diharapkan

dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia (Hidayat, 2007). Penelitian

keperawatan mayoritas menggunakan populasi dan sampel manusia, oleh

karena itu sangat berisiko terjadi kerugian fisik dan psikis terhadap subjek

penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya tidak

mengandung unsur bahaya atau merugikan pasien sampai mengancam jiwa

pasien (Wasis, 2008). Penelitian ini memberikan manfaat mengenai obesitas

apakah terdapat hubungan dengan tekanan darah melalui pengukuran tekanan

darah dan lingkar perut. Penelitian ini juga tidak berbahaya karena responden

hanya akan diukur tekanan darah dan lingkar perutnya.

41
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Lokasi Penelitian

Puskesmas I Denpasar Timur merupakan salah satu puskesmas dari 11

puskesmas yang ada di Kota Denpasar. Puskesmas 1 Denpasar Timur berlokasi di

Jalan Pucuk No. 1 Sumerta, Kecamatan Denpasar Timur, Bali dengan luas

wilayah kerja 7.506 km2 yang terdiri dari 4 Desa dan 2 Kelurahan yaitu Kelurahan

Dangin Puri yang terdiri dari 8 banjar dan 1 RT, Kelurahan Sumerta terdiri dari 7

banjar, Desa Sumerta Kelod terdiri dari 10 banjar, Desa Sumerta Kaja terdiri dari

6 banjar, Desa Sumerta Kauh yang terdiri dari 6 banjar dan Desa Dangin Puri

Kelod yang terdiri dari 6 banjar.

Berdasarkan data profil Puskesmas 1 Denpasar Timur, jumlah penduduk di

wilayah kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur pada tahun 2018 berjumlah 74.077

jiwa yang masuk dalam 13.346 KK dengan jumlah laki-laki 40.739 jiwa dan

perempuan 33.338 jiwa. jumlah tenaga kerja di Puskesmas 1 Denpasar Timur

sebanyak 97 orang yang terdiri dari dokter umum 12 orang, dokter gigi 4 orang,

bidan 29 orang, perawat 12 orang, tenaga farmasi 4 orang, ahli gizi 1 orang,

tenaga kesmas 3 orang, sanitasi 2 orang dan analis laboratorium 3 orang. Program

pemerintah yang telah dilaksanakan di Puskesmas 1 Denpasar Timur yaitu upaya

promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga

berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular dan pengobatan dasar, serta upaya kesehatan pengembangan yang terdiri

42
dari 8 program yaitu upaya kesehatan sekolah, perawatan kesehatan masyarakat,

kesehatan kerja, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa, kesehatan mata,

kesehatan telinga, dan kesehatan usia lanjut.

Penyakit hipertensi termasuk dalam upaya kesehatan usia lanjut dan promosi

kesehatan karena sebagian besar pasien hipertensi berusia lebih dari 50 tahun dan

termasuk promosi kesehatan tentang penyuluhan kesehatan terutama penyuluhan

mengenai penyakit tidak menular. Prolanis (Program Pengendalian Penyakit

Kronis) merupakan salah satu program yang dilaksanakan di Puskesmas 1

Denpasar Timur untuk mengendalikan penyakit kronis yang diderita oleh pasien

usia produktif hingga usia lanjut.

Jumlah kunjungan yang datang ke Puskesmas 1 Denpasar Timur pada tahun

2018 sebanyak 42.428 orang dengan keluhan yang berbeda-beda. Kunjungan

pasien hipertensi di Puskesmas 1 Denpasar Timur pada tahun 2018 sebanyak

2.909 orang. Penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 01 April 2019 sampai 01

Mei 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur. Selama dilakukan

penelitian didapatkan jumlah pasien hipertensi yang berkunjung ke puskesmas

sebanyak 97 orang. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak

52 responden, sehingga jumlah responden yang dijadikan smapel dalam penelitian

ini sebanyak 52 orang.

2. Karakteristik subjek penelitian


Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi

prmer yang mempunyai tekanan darah tidak terkontrol di Puskesmas 1 Denpasar

Timur tanggal 01 April 2019 sampai 01 Mei 2019 dengan menggunakan teknik

purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan jumlah

43
sampel yang diperoleh sebanyak 52 responden. Adapun karakteristik responden

yang telah diteliti adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik responden berdasarkan usia

Data karakteristik responden berdasarkan usia yang didapatkan dari 52

responden disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2019

Variabel Mean Median Modus SD Minimal Maksimal n


Usia 51,02 52,00 53 2,517 46 tahun 55 tahun 52

Hasil analisis data didapatkan rata-rata usia pasien hipertensi yang

mempunyai tekanan darah yang tidak terkontrol yang berkunjung ke Puskesmas 1

Denpasar Timur tahun 2019 adalah 51,02 tahun. Responden termuda berusia 46

tahun dan responden tertua berusia 55 tahun.

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang didapatkan

dari 52 responden disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2019

Jenis kelamin f %
Laki – laki 18 34,6
Perempuan 34 65,4
Total 52 100,00

44
Hasil analisis karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin,

pendidikan dan pekerjaan yang didapatkan dari 52 responden sebagian besar

berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 34 responden (65,4%) dan laki – laki

sebanyak 18 responden (34,6%).

c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Data karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang didapatkan dari

52 responden disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di
Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2019

Pendidikan f %
SD 16 23,5
SMP 10 14,7
SMA/SMK 14 20,6
Perguruan Tinggi 12 17,6
Total 52 100,00

Hasil analisis karakteristik subjek penelitian berdasarkan pendidikan dari

52 responden sebagian besar berpendidikan SD sebanyak 16 responden (23,5%),

SMP sebanyak 10 responden (14,7%), SMA/SMK sebanyak 14 responden

(20,6%), dan Perguruan Tinggi sebanyak 12 responden (17,6%).

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Data karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yang didapatkan dari

52 responden disajikan dalam tabel 7.

45
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2019

Pekerjaan f %
Tidak Bekerja 3 5,8
PNS 10 14,7
Pegawai Swasta 14 20,6
Wiraswasta 2 2,9
Petani 4 5,9
Buruh 10 14,7
Lainnya 9 13,2
Total 52 100,00

Hasil analisis karakteristik subjek penelitian berdasarkan pekerjaan dari 52

responden sebagian besar sebagai pegawai swasta sebanyak 14 responden

(20,6%), PNS sebanyak 10 responden (14,7%), wiraswasta sebanyak 2 responden

(2,9%), petani sebanyak 4 responden (5,9%), buruh sebanyak 10 responden

(14,7%), tidak bekerja sebanyak 3 responden (5,8%), dan lainnya sebanyak 9

responden (13,2%).

3. Hasil analisis terhadap subjek penelitian berdasarkan variabel penelitian

Penelitian yang telah dilakukan pada 52 responden di Wilayah Kerja

Puskesmas 1 Denpasar Timur menghasilkan data yang telah diolah dan dianalisis

dengan statistik deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi

dan dijabarkan presentase dari masing-masing variabel penelitian yang terdiri dari

obesitas sentral, tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

a. Obesitas sentral

Data obesitas sentral didapatkan berdasarkan hasil pengukuran lingkar perut

dari 52 responden yang telah terdiagnosa hipertensi didapatkan hasil bahwa

46
sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 34 responden (73,5%)

dengan nilai rata-rata 87,00 dan nilai minimum 83 cm dan maksimum 87 cm.

b. Hipertensi

Data hipertensi didapatkan dengan melakukan pengukuran tekanan darah

sistolik dan diastolik pada 52 responden menggunakan sphygmomanometer

digital. Hasil analisis menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik yakni 163,00,

nilai minimum 143 mmHg dan maksimum 179 mmHg sedangkan nilai rata-rata

tekanan darah diastolik yakni 96,04, nilai minimum 90 mmHg dan maksimum

115 mmHg. Dari 52 responden tersebut, sebagian besar tekanan darah sistolik

mengalami hipertensi stadium 2 yakni sebanyak 37 responden (54,4%).

4. Hasil Analisis Data


Uji normalitas data perlu dilakukan sebelum dilakukan uji hipotesis dan

untuk mengetahui teknik uji hipotesis yang digunakan. Menurut Sugiono (2013)

mengemukakan uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data pada

variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data ini menggunakan uji

normalitas Skewnnes karena subyek penelitiannya lebih dari 50. Data dikatakan

berdistribusi normal apabila nilai skewness dibagi dengan std error yaitu -2 < x <

2 atau p > 0,005.

Hasil uji normalitas sebaran pada variabel tekanan darah sistolik p = 0,282

hasil tersebut lebih kecil dari p = 2 berarti data berdistribusi normal. Hasil uji

normalitas variabel tekanan darah diastolik p = 1,189 hasil tersebut lebih kecil dari

p = 2 maka data tersebut berdistribusi normal, hasil uji normalitas pada variabel

lingkar perut p = 1,467 hasil tersebut lebih kecil dari p = 2 maka data berdistribusi

normal.

47
Hasil uji hipotesis ditentukan dari tingkat signifikansi atau nilai p yang

dipilih oleh peneliti, jika memilih signifikansi 0,05 maka hipotesis akan diterima

apabila nilai p ≤ 0,05 (Heavey, 2015). Teknik uji hipotesis yang digunakan adalah

uji statistik parametrik yaitu Uji Pearson. Uji Pearson digunakan untuk

mengetahui derajat keeratan hubungan 2 variabel yang berskala interval.

Interpretasi hasil uji hipotesis ditentukan berdasarkan nilai p, arah korelasi, dan

kekuatan korelasinya. Jika nilai p < alpha (0,05), berarti ho ditolak, atau terdapat

hubungan antara obesitas sentral dengan hipertensi. Apabila nilai p > alpha (0,05),

berarti ho gagal ditolak, atau tidak ada hubungan antara obesitas sentral dengan

hipertensi.

Hasil uji statistik Pearson di dapatkan hasil antara obesitas sentral dengan

tekanan darah sistolik yaitu p value sebesar 0,032 (p value < 0,05) yang artinya

secara statistik ada hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dengan

tekanan darah sistolik. Tingkat hubungan antara obesitas sentral dengan tekanan

darah sistolik yaitu 0,260 yang artinya berkorelasi lemah. Hasil uji statistik antara

obesitas sentral dengan tekanan darah diastolik yaitu p value 0,001 (p value

<0,05) yang artinya secara statistik ada hubungan antara obesitas sentral dengan

tekanan darah diastolik. Tingkat hubungan antara obesitas sentral dengan tekanan

darah diastolik yaitu 0,40 artinya berkorelasi lemah. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara dengan hipertensi baik tekanan darah sistolik

maupun tekanan darah diastolik dengan korelasi lemah.

48
B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian berdasarkan tujuan penelitian dapat dijabarkan

sebagai berikut :

1. Karakteristik subjek penelitian pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2019

a. Usia

Penelitian yang dilakukan terhadap 52 pasien di Puskesmas 1 Denpasar Timur

Tahun 2019 didapatkan rata-rata 51,02 tahun. Responden termuda berusia 46

tahun dan responden tertua berusia 55 tahun. Potter & Perry (2009) mengatakan

tekanan darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia.

WHO (2014) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap

peningkatan prevalensi hipertensi adalah usia.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Amu (2015)

tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan hipertensi di wilayah perkotaan

dan pedesaan di Indonesia tahun 2013 yang menyatakan bahwa proporsi

hipertensi berdasarkan usia, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan

didominasi oleh responden yang berusia 45-54 tahun dengan presentase

hipertensi di perkotaan yaitu 33,2% dan di daerah pedesaan yaitu 30,45%.

Faktor usia menjadi salah satu pencetus hipertensi yang disebabkan oleh

perubahan structural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi ketika usia

semakin tua. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang

pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

49
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sukuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Smeltzer & Bare, 2001).

b. Jenis kelamin

Penelitian yang dilakukan terhadap 52 pasien di Puskesmas 1 Denpasar

Timur Tahun 2019 didapatkan sebagian besar penderita hipertensi berjenis

kelamin perempuan sebanyak 34 pasien (65,4%) dan jenis kelamin laki-laki 18

pasien (34,6%).

Penelitian oleh Amu (2015) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

faktor sosiodemografi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan)

dengan hipertensi di wilayah perkotaan, sedangkan di pedesaan, jenis kelamin

adalah satu – satunya faktor sosiodemografi yang tidak berhubungan dengan

hipertensi. Di semua wilayah WHO menunjukkan bahwa pria memiliki

prevalensi peningkatan tekanan darah lebih tinggi daripada wanita (WHO, 2014).

Perempuan berusia > 40 tahun lebih berisiko mengalami hipertensi daripada laki-

laki karena pengaruh hormone estrogen. Hormone estrogen berperan dalam

proteksi tekanan darah istirahat ketika adanya aktivitas saraf simpatis akibat dari

peningkatan aktivitas saraf simpatis otot. Oleh karena itu, prevalensi atau risiko

hipertensi akan meningkat pada perempuan yang telah menopause (Robertson et

al., 2012). Perbedaan risiko hipertensi lebih ditentukan oleh faktor gaya hidup

baik perempuan maupun laki-laki dapat berisiko mengalami hipertensi karena

gaya hidup yang diterapkan berisiko menimbulkan hipertensi (Amu, 2015).

50
c. Pendidikan

Penelitian yang dilakukan pada pasien hipertensi yang menjadi responden di

Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur,didapatkan hasil bahwa sebagian

besar responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 23,5%, berpendidikan SMP

14,7%, yang berpendidikan SMA/SMK sebesar 20,6% dan berpendidikan

perguruan tinggi sebesar 17,6%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Purnomo (2015) di Puskesmas Gatak tentang hubungan tingkat

pengetahuan dengan keaktifan kontrol pada penderita hipertensi bahwa sebagian

besar pasien hipertensi berpendidikan SMA/SMK yaitu sebesar 37,7%,

berpendidikan SMP sebesar 40,6%, berpendidikan SD sebesar 41,8% dan

perguruan tinggi sebesar 17,6%.

Menurut Notoatmojo (2010), tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi

kemampuan mendengar, menyerap informasi, menyelesaikan masalah, perilaku

serta gaya hidup. Latar belakang pendidikan akan mempengaruhi pola pikir

seseorang. Penderita yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan penderita yang memiliki

tingkat pengetahuan rendah. Latar belakang pendidikan akan mempengaruhi pola

pikir dan kemampuan kognitif seseorang, sehingga pasien hipertensi yang

berpendidikan lebih tinggi akan lebih menjaga kesehatan diri sendiri sehingga

lebih sering berkunjung ke pelayanan kesehatan yang ada.

d. Pekerjaan

Penelitian yang dilakukan terhadap 52 pasien hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas 1 Denpasar Timur bahwa sebanyak 20,6% pasien hipertensi bekerja

sebagai pegawai wasta, sebanyak 14,7% bekerja sebagai PNS, sebanyak 5,9%

51
sebagai petani, sebanyak 2,9% sebagai wiraswasta, sebanyak 14,7% bekerja

sebagai buruh, sebanyak 13,2% tidak bekerja. Pekerjaan merupakan salah satu

faktor risiko tidak langsung yang mempengaruhi hipertensi. Hal ini karena

pekerjaan berhubungan dengan tingkat stress seseorang, stress disebabkan karena

pekerjaan yang dapat meningkatkan tekanan darah karena merangsang kelenjar

anak ginjal melepaskan hormone adrenalis dan memacu jantung berdenyut lebih

cepat serta kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mubin, dkk (2010) di Puskesmas Sragi tentang

hubungan antara karakteristik dan pengetahuan pasien dengan hipertensi bahwa

sebagian besar pasien hipertensi (65,9%) memiliki pekerjaan dan 34,1% tidak

bekerja. Seseorang yang bekerja akan mengalami stress karena pekerjaannya

yang kian menumpuk, tekanan dari atasan, dan gaji yang tidak sesuai harapan.

Sehingga pada penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas 1

Denpasar Timur ditemukan lebih banyak pasien hipertensi yang bekerja sebagai

pegawai swasta.

2. Gambaran Obesitas sentral pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas 1 Denpasar Timur

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas 1

Denpasar Timur tahun 2019, diperoleh hasil yang mengalami obesitas sentral

yakni sebanyak 52 responden, didapatkan hasil bahwa sebagian besar berjenis

kelamin perempuan yakni sebanyak 34 responden (73,5%). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kusteviani (2015) tentang faktor – faktor yang

berhubungan dengan obesitas sentral pada usia produktif (15-64 tahun) di Kota

Surabaya menunjukkan bahwa faktor yang berisiko terhadap obesitas sentral

52
adalah usia 50-64 tahun dengan faktor risiko yang paling berpengaruh adalah jenis

kelamin perempuan.

Faktor jenis kelamin dapat memicu terjadinya obesitas sentral (Tchernof &

Després, 2013). Jaringan adipose berhubungan dengan jenis kelamin dan

meningkat dengan bertambahnya umur. Perempuan setelah menopause cenderung

lebih berisiko mengalami obesitas sentral karena presentase lemak perut,

kolesterol total, dan trigliserida yang tinggi. Semakin bertambahnya usia dan

bertambahnya efek menopause, maka kandungan lemak tubuh akan semakin

meningkat, terutama distribusi lemak tubuh pusat (Chang, 2003). Perempuan

cenderung menyimpan kandungan lemak sebagai upaya untuk mengontrol

kelebihan energi, sedangkan laki-laki menggunakan kelebihan energinya untuk

mensintesis protein. Hal ini terjadi karena penyimpanan lemak jauh lebih efisien

daripada protein dan penyimpanan energy sebagai lemak akan berperan pada

rendahnya rasio jaringan lemak bebas dengan jaringan lemak dengan hasil tidak

meningkatnya RMR (Resting Metabolite Rate) pada kecepatan yang sama sebagai

massa tubuh (Bjorntorp et al., 2000).

Obesitas sentral sebagai salah satu faktor yang memicu terjadinya hipertensi

sesungguhnya dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan pemeriksaan kesehatan

khususnya berupa pemeriksaan antropometri secara teratur di fasilitas kesehatan

untuk mengetahui sedini mungkin tanda – tanda kelebihan maupun kekuranagn

asupan gizi yang berisiko tinggi. Diperlukan adanya peningkatan upaya – upaya

seperti yang telah dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya obesitas

sentral antara lain memberikan informasi tentang manfaat pola hidup sehat,

obesitas dan dampaknya terhadap kesehatan melalui media cetak maupun

53
elektronik, mengajak pihak sekolah untuk memberikan pendidikan pola hidup

sehat serta memfasilitasi tersedianya makan sehat dan sarana untuk melakulak

aktivitas fisik ataupun olahraga, mengajak masyarakat untuk melakukan diet

seimbang, melakukan aktivitas fiisk dan latihan fisik yang baik, benar, terukur dan

teratur, serta hindari konsumsi obat – obatan untuk menggemukkan badan (Dinas

Kesehatan Provinsi Bali, 2015).

Pemegang program PTM, prolanis dan posyandu lansia di Puskesmas 1

Denpasar Timur telah bekerja sama melaksanakan beberapa upaya untuk

mengatasi obesitas sentral yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang

pentingnya makan makanan sehat dan aktivitas fisik serta pemeriksaan kesehatan

seperti pengukuran tekanan darah dan berat badan ke beberapa SMA, masing –

masing banjar yang menjadi wilayah kerja maupun kepada pasien yang

berkunjung ke puskesmas dan memiliki risiko mengalami penyakit tidak menular.

Selain itu, setiap minggu juga dilakukan kegiatan senam dan pemberian makanan

sehat bagi lansia yang dipandu oleh pemegang program PTM, prolanis dan

posyandu lansia. Pemegang program PTM dan prolanis belum menjadikan pasien

– pasien usia produktif sebagai fokus upaya pencegahan penyakit tidak menular

dan pengukuran lingkar perut belum merata diterapkan bagi pasien – pasien usia

produktif yang berisiko mengalami penyakit tidak menular.

3. Gambaran hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur

Penelitian yang telah dilakukan terhadap 52 responden dengan diagnose

hipertensi di Puskesmas 1 Denpasar Timur tahun 2019 berdasarkan hasil

pengukuran tekanan darah, diperoleh sebagian besar mengalami hipertensi

stadium 2 yakni sebanyak 37 responden (54,4%) yang paling banyak pada jenis

54
kelamin perempuan yakni 24 responden (79,4%). Sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Louisa, Sulistiyani, & Joko (2018) menunjukkan bahwa

prevalensi hipertensi pada perempuan lebih banyak lebih besar jika dibandingkan

dengan laki - laki yaitu sebesar 60%. Penelitian lain yang berjudul Association

between obesity and high blood pressure among Lithuanian adolescents yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara obesitas sentral dengan hipertensi (p

value = 0,001), sebagian besar dari 90 responden mengalami hipertensi stadium 2

yakni 60 responden (79,7%).

Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat diubah yaitu

merokok, stress psikososial, dan obesitas (Price & Wilson, 2010). Insiden

hipertensi akibat obesitas diperkirakan sebanyak 75% (Landsberg et al., 2016).

Tchernof dan Despres pada tahun 2013 menyatakan bahwa obesitas sentral yang

diketahui melalui pengukuran lingkar perut memiliki hubungan dengan tekanan

darah, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diatsolik.

Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh peningkatan curah jantung dan

tahanan perifer. Penderita obesitas mengalami peningkatan aktivitas saraf simpatis

dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Curah jantung akan kembali normal

sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi

yaitu mekanisme tubuh untuk memertahankan keadaan hemodinamik yang

normal. Hal ini disebabkan oleh terjaidnya konstriksi sfingter pre-kapiler yang

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Susalit

et al.,2004).

Penderita hipertensi mengalami peningkatan tahanan perifer dalam waktu

yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu yang singkat

55
sehingga diduga adanya faktor lain yang juga memengaruhi peningkatan darah

yaitu faktor hemodinamik. Kelainan hemodinamik diikuti pula dengan hipertrofi

dinding pembuluh darah dan penebalan dinding ventrikel jantung (Susalit et al.,

2004). Perubahan struktur pembuluh darah disebabkan oleh adanya proses

aterosklerosis yang terjadi pada pasien obesitas terutama pada obesitas sentral

karena penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah (Guyton, 2008).

Upaya pengendalian terhadap faktor-faktor pemicu tekanan darah tinggi yang

dilakukan oleh masyarakat, juga harus diiringi dengan upaya oleh pemerintah

dengan melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka kejadian penyakit

tidak menular khususnya hipertensi antara lain dengan peningkatan deteksi dini

faktor risiko PTM melalui posbindu, peningkatan akses pelayanan terpadu PTM di

fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), penyuluhan tentang dampak buruk

merokok dan menyelenggarakan layanan upaya berhenti merokok di puskesmas

(Kemenkes RI, 2016).

Pemegang program PTM bekerja sama dengan pemegang program prolanis

dan posyandu lansia di Puskesmas 1 Denpasar Timur telah melakukan beberapa

upaya pengendalian penyakit hipertensi yaitu pemantauan tekanan darah dan

kegiatan senam yang dilaksanakan secara rutin setiap minggu serta pembinaan

dan pemberian obat sesuai standar bagi penderita hipertensi.

4. Hubungan obesitas sentral dengan hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2019

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas 1

Denpasar Timur pada tanggal 01 April 2019 sampai 01 Mei 2019 terhadap 52

responden yang telah terdiagnosis hipertensi, diperoleh hasil bahwa terdapat

56
hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dengan hipertensi baik tekanan

darah sistolik dengan p value 0,032 (p value < 0,05) maupun tekanan darah

diastolik dengan p value 0,001 (p value < 0,005) di wilayah kerja Puskesmas 1

Denpasar Timur tahun 2019.

Hasil penelitian yang sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di

Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur tahun 2019 yaitu penelitian oleh

Amanda dan Martini (2018) di Puskesmas Sidoarjo tentang hubungan status

obesitas sentral dengan hipertensi. Sejalan dengan hasil penelitian yang berjudul

The Relationship Central Obesity with Hypertension among Adults 50 Years and

Older in Jinan, Cina yang menyatakan bahwa ada hubungan antara obesitas

sentral dengan hipertensi (p value = 0,002) dengan populasi terbanyak adalah

perempuan yakni 57 responden (79,7%). Peluang tersebut dapat dicegah dengan

mengontrol adanya faktor pencetus hipertensi, salah satunya yaitu obesitas sentral

sebagai faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi. Penelitian yang dilakukan

di sebuah Poliklinik Umum Puskesmas Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara

menunjukkan hasil nilai p = 0,01 dengan nilai OR 3,48 dimana responden yang

mengalami obesitas memiliki risiko 3,40 kali lebih besar mengalami hipertensi

dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami obesitas (Kembuan,

Kandou, & Kaunang, 2016).

Semakin besar nilai lingkar perut seseorang, maka semakin banyak pula

penumpukan lemak di daerah abdomen. Penumpukan lemak di abdomen inilah

yang disebut sebagai obesitas sentral. Penumpukan lemak di abdomen erat

kaitannya dengan penumpukan kolesterol. Sel lemak pada perut mudah lepas dan

bisa masuk ke pembuluh darah sehingga bisa menyebabkan tersumbatnya aliran

57
darah. Obesitas abdominal merupakan faktor risiko yang lebih kuat terhadap

komplikasi hipertensi dari pada obesitas secara umum karena adanya akumulasi

lemak sekitar daerah abdominal yang memengaruhi proses aterosklerosis. Hal ini

akan menyebabkan menurunnya elastisitas pembuluh darah sehingga pembuluh

darah menjadi kaku dan menebal lalu menimbulkan terjadinya tekanna darah

tinggi (Guyton, 2008).

Obesitas sentral dapat diketahui dengan mengukur lingkar perut (LP)

(Indriati, 2010). Pengukuran lingkar perut dianggap penting untuk mengenali

adanya faktor risiko hipertensi. Apabila seseorang sudah mengetahui bahwa

dirinya mengalami obesitas sentral dengan ukuran lingkar perut yang melebihi

batas normal, maka peran perawat diperlukan untuk memberi edukasi tentang cara

mengubah pola hidup dengan cara melakukan pengaturan pola makan sehat

dengan mengurangi makanan dengan kandungan lemak tinggi dan melakukan

aktivitas fisik secara rutin serta mengontrol faktor pencetus obesitas sentral yang

dapat diubah seperti kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan

stress.

Penatalaksanaan obesitas sentral penting dilakukan untuk mencegah

terjadinya komplikasi yaitu penyakit-penyakit tidak menular yang risikonya

meningkat pada dislipidemi, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kanker dan

sindrom metabolik. Selain itu, seseorang yang telah mengenali terlebih dahulu

bahwa dirinya berisiko mengalami obesitas sentral,akan mengontrol faktor-faktor

yang menyebabkan lingkar perutnya meningkat. Hal ini tentu akan mengurangi

angka kejadian obesitas sentral sekaligus mengurangi akibat yang ditimbulkannya

yaitu hipertensi. Tekanan darah yang terkontrol akan mencegah seseorang untuk

58
mengalami komplikasi akibat hipertensi yang mengganggu fungsi organ jantung,

otak, ginjal, dan mata.

Pemegang program PTM bekerja sama dengan pemegang program prolanis

dan posyandu lansia di Puskesmas 1 Denpasar Timur telah melakukan beberapa

upaya pengendalian penyakit hipertensi yaitu pemantauan tekanna darah setiap

bulan dan kegiatan senam yang dilaksanakan rutin serta pembinaan dan

pemberian obat sesuai standar bagi penderita hipertensi. Menurut hasil

pengamatan dari buku register skrining kesehatan, pengukuran antropometri

khususnya pengukuran lingkar perut belum terlaksana secara rutin bagi semua

pasien yang terlibat dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan saat pelaksanaan

program PTM dan prolanis, khususnya bagi pasien-pasien usia produktif.

Penelitian ini telah dilaksanakan di Poli Umum di Wilayah Kerja Puskesmas

1 Denpasar Timur terhadap 52 responden yang telah terdiagnosis hipertensi

primer. Menurut hasil wawancara dengan petugas di Poli Umum dan pemegang

program PTM di Puskesmas 1 Denpasar Timur, diketahui bahwa pengukuran

tekanna darah merupakan salah satu pengukuran tanda-tanda vital yang rutin

dilakukan selain pengukuran nadi, suhu dan berat badan bagi semua pasien yang

berkunjung ke poli tersebut. Namun, berdasarkan hasil wawancara, petugas Poli

Umum dan pemegang program PTM di Puskesmas 1 Denpasar Timur mengatakan

belum menerapkan pengukuran lingkar perut sebagai indikator obesitas sentral

bagi pasien yang berkunjung ke Poli Umum Puskesmas 1 Denpasar Timur.

59
C. Kelemahan Penelitian

Obesitas sentral merupakan faktor penyebab hipertensi terbanyak namun

bukan faktor penyebab hipertensi satu-satunya. Penelitian ini hanya menganalisis

satu faktor yang berkaitan dengan hipertensi yaitu obesitas sentral. Oleh karena

itu, penelitian yang dapat menganalisis faktor lain seperti pendapatan, akses

menuju pelayanan kesehatan, genetik, stress, aktivitas fisik, merokok, konsumsi

alkohol, dan asupan makanan sangat diperlukan untuk melengkapi penelitian ini

sehingga dapat diperoleh analisis faktor selain obesitas sentral yang berhubungan

dengan hipertensi.

60
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan obesitas sentral

dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur tahun 2019

terhadap 52 responden, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan 52 responden yang diteliti,sebagian besar mengalami hipertensi

stadium 2 yakni 37 responden (54,4%), berjenis kelamin perempuan sebanyak

24 responden (79,4%).

2. Berdasarkan hasil pengukuran lingkar perut dari 52 responden yang telah

terdiagnosa hipertensi didapatkan hasil bahwa sebagian besar berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 34 responden (73,5%) dan laki-laki sebanyak 18

responden (26,5%).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dengan hipertensi

baik tekanan darah sistolik dan diastolik di Wilayah Kerja Puskesmas 1

Denpasar Timur Tahun 2019 dengan derajat hubungan korelasi lemah dengan

p value 0,032 ( p value < 0,05) dan p value 0,001 ( p value < 0,05). Arah

korelasi positif yaitu semakin tinggi lingkar perut maka semakin tinggi

tekanan darah yang dimiliki atau sebaliknya.

61
B. Saran

1. Bagi Kepala Puskesmas 1 Denpasar Timur

Disarankan kepada perawat di Puskesmas 1 Denpasar Timur untuk

menerapkan pengukuran antropometri khususnya lingkar perut dalam melakukan

skrining kesehatan kepada pasien usia produktif dengan hipertensi sehingga

dapat mendeteksi dan mencegah lebih awal risiko terjadinya komplikasi

hipertensi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya agar lebih menganalisis secara penuh faktor-

faktor lain seperti pendapatan, akses menuju pelayanan kesehatan, genetik, stress,

aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, dan asupan makanan yang dapat

mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi serta lebih membatasi

keberagaman distribusi data dengan lebih membatasi rentang usia, tingkat

pendidikan, serta pekerjaan dari responden yang digunakan sehingga lebih

berfokus pada faktor yang akan diteliti.

62
DAFTAR PUSTAKA

Agusti, M. R. P. and Lestariningsih, L. (2014) 'Hubungan Hipertensi Derajat 1


dan 2 Pada Obesitas Terhadap Komplikasi Organ Target Di RSUP Dr
Kariadi Semarang', Jurnal Kedokteran Diponegoro, 3(1).

AHA. (2017). 2017 Guideline for the Prevention , Detection , Evaluation , and
Management of High Blood Pressure in Adults 2017 Guideline for the
Prevention , Detection , Evaluation , and Management of High Blood
Pressure in Adults. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2017.07.745

American Herat Association (AHA). (2017). Hypertension Highlights 2017, 1–2.


https://doi.org/10.1161/HYP.0000000000000065.

Amanda & Martini (2018) ' Hubungan Karakteristik dan Status Obesitas Sentral
dengan Kejadian Hipertensi', Jurnal Berkala Epidemiologi, 6, pp. 57-66.

Amu, D. A. (2015) Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi di


Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Indonesia Tahun 2013.

Bjorntorp, P., et al. (2000) ' Obesity: Preventing and Managing the Global
Epidemic', WHO Technical Report Series, p. 253. doi: ISBN 92 4 120894 5.

Chang (2003) ' Behavioral Change for Blood Pressure Control among Urban and
Rural Adults in Taiwan', Health Promotion International, 18..

Dinas Kesehatan Kota Denpasar. (2015). Situs Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
Retrieved from http://dinkes.denpasarkota.go.id

(2017). Dinas Kesehatan Kota Denpasar Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2015). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun
2014. Denpasar.

(2016). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015. Denpasar.

(2017a). Profil Kesehatan Provinsi Bali 2017. Denpasar.

(2017b). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2016. Denpasar.

Dharma. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan (revisi). Jakarta: Trans Info


Media.

Djausal, A. N. (2015). Effect Of Central Obesity As Risk Factor Of Metabolic, 4,


19–22.

Dwivedi, G. N., Sethi, S., Singh, R., & Singh, S. (2016). Association of blood
pressure with body mass index and waist circumference in adolescents, 3(3),

63
971–976.

Guyton, A. C. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Harris, dkk (2000). Association of fat distribution and obesity with hypertension in
a bi-ethnic populayion: the ARIC Study. Obesity Research 8(7): 515-24.

Hidayat. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dn Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Hypertension, I. S. of. (2014). ASH/ISH Clinical Practice Guidelines, (January).

Indriati (2010 Antropometri untuk Kedokteran, Keperawatan, Gizi dan Olah


Raga). Jakarta: Citra Aji Pratama.

Janghorbani, et al. (2007) ' First Nationwide Survey of Prevalence of Overweight,


Underweight, and Abdminal Obesity in Iranian Adults', Obesity, 15, pp.
2797-2808.

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian Dan


Pengembangan Kemenkes RI. Jakarta.

(2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun


2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga.

(2018). Riset Kesehatan Dasar Badan Peneitian dan Pengembangan


Kemenkes RI. Jakarta.

Kotsis, V., Stabouli, S., Papakatsika, S., Rizos, Z., & Parati, G. (2010).
Mechanisms of obesity-induced hypertension. Hypertension Research, 33(5),
386–393. https://doi.org/10.1038/hr.2010.9

Kusteviani. (2015). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS


ABDOMINAL, 45–56.

Landsberg, L., Aronne, L. J., Beilin, L. J., Burke, V., & Igel, L. I. (2013). Obesity-
Related Hypertension : Pathogenesis , Cardiovascular Risk , and Treatment,
15(1). https://doi.org/10.1111/jch.12049

Lahino (2014) ' Perbedaan Non Obesitas Sentral dengan Obesitas Sentral
Terhadap Kejadian Hipertensi pada Kelompok Usia 35-64 Tahun di
Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur'.

Lipoeto. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Lipoeto. (2017). Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah,

64
186, 1–14.

Makridakis, S., & Dinicolantonio, J. J. (2014). Hypertension : empirical evidence


and implications in 2014, 1–8. https://doi.org/10.1136/openhrt-2014-000048

Martin, J. (2008). Hypertension Guidelines : Revisiting the JNC 7


Recommendations, 3(3), 91–97.

Maryani, E. (2013). Jantung Koroner Di RSUD Kabupaten Sukoharjo ( The Ratio


of Waist and Hip Circumference to Coronary Heart Desease at the Sukoharjo
District Hospital ), 73–82.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam.(2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

(2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P.


P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Perhimpunan Hipertensi Indonesia (2012). Referensi Populer untuk Masyarakat


Umum :Kenalilah Tekanan Darah Anda.

Potter, P. &. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Power, M. L., & Schulkin, J. (2019). Review Article Sex differences in fat storage
, fat metabolism , and the health risks from obesity : possible evolutionary
origins, (2008), 931–940. https://doi.org/10.1017/S0007114507853347

PTM, D. P. (2014). Pedoman umum pos pembinaan terpadu penyakit tidak


menular.

Pudiastuti. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.

Puslitbang, Ukesmas . (2016). Laporan Kinerja (LKj). Jakarta. doi: Kementerian


Kesehatan RI.

Rosenblum, J. L., Castro, V. M., Moore, C. E., & Kaplan, L. M. (2012). Calcium
and vitamin D supplementation is associated with decreased abdominal
visceral adipose tissue in overweight and obese adults 1 – 4, (7), 1–8.
https://doi.org/10.3945/ajcn.111.019489.INTRODUCTION

Runge, Patterson, C. A. M., Craig, J. A., Mascaro, D. J., Moon, S., Carter, K., …
Blvd, J. F. K. (2010). Netter’s Cardiology Second Edition.

Sari, M. K., Lipoeto, N. I., & Herman, R. B. (2016). Artikel Penelitian Hubungan
Lingkar Abdomen ( Lingkar Perut ) dengan Tekanan Darah, 5(2), 456–461.

65
Setiati, & Dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (VI Jilid I). Jakarta:
Interna Publishing.

Sherwood. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem (8th ed.). Jakarta: EGC.

Suddarth, & & Brunner. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah. (S. C. B. G.


Smeltzer, Ed.). Jakarta: EGC.

Sugianti. (2009). Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Orang Dewasa Di DKI
Jakarta, 32(2), 105–116.

Sukawana. (2008). Pengantar Statistik untuk Perawat. Denpasar: Jurusan


Keperawatan Poltekkes Denpasar.

Susalit, et al. (2004) ' Hipertensi Primer' , in Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II. 3rd edn. Jakarta: Gaya Baru..

Syahrini, E. N. (2012). Faktor - faktor Risiko Hipertensi Primer di Puskesmas


Tlogosari Kulon Kota Semarang, 1.

Tchernof, A., & Després, J. (2019). Pathophysiology Of Human Visceral Obesity :


An Update Biology Of Abdominal Adipose ... Aspects Of Regional Body Fat
Distribution, 359–404. https://doi.org/10.1152/physrev.00033.2011

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Whelton, P. K., Carey, R. M., Aronow, W. S., Casey, D. E., Collins, K. J.,
Himmelfarb, C. D., … Gentile, F. (2018). Clinical Practice Guideline :
Executive Summary 2017 ACC / AHA / AAPA / ABC / ACPM / AGS / APhA /
ASH / ASPC / NMA / PCNA Guideline for the Prevention , Detection ,
Evaluation , and Management of High Blood Pressure in Adults : Executive
Summary A Report of the American College of Cardiology / American Heart
Association Task Force on Clinical Practice Guidelines.
https://doi.org/10.1161/HYP.0000000000000066

WHO. (2013). A global brief on Hypertension - World Health Day 2013. WHO,
1–40. https://doi.org/10.1136/bmj.1.4815.882-a

WHO. (2014). Global status report on noncommunicable disease 2014.


https://doi.org/ISBN 9789241564854

Wijaya, A, S., Putri, Y, M. (2013). Kmb 1 Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

Wulansari, J., Ichsan, B., & Usdiana, D. (2005). Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Di Poliklinik, 17–22.

66
67
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TAHUN 2019

Waktu Kegiatan (Dalam Minggu)


No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar proposal
3 Revisi Proposal
4 Pengurusan Izin Penelitian
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 Penyusunan Laporan
9 Sidang Hasil Penelitian
10 Revisi Laporan
11 Pengumpulan Skripsi

Keterangan : warna hitam (proses penelitian)


Lampiran 2
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TAHUN 2019

Adapun rencana anggaran biaya penelitian yang dikeluarkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
No Kegiatan Frekuensi x Jumlah
@satuan
1 Tahap Persiapan
a. Pembelian ATK
1) Map 15 x Rp. 3.000 Rp. 45.000,00
2) Pulpen 10 x Rp. 4.000 Rp. 40.000,00
3) Kertas HVS A4 2 rim x Rp. 50.000 Rp. 100.000,00
4) Tinta Printer 1 x Rp. 100.000 Rp. 100.000,00
b. Pembelian Alat Ukur Tensi 1 x Rp. 500.000 Rp. 500.000,00
meter digital
c. Pembelian alat ukur pita 2 x Rp. 25.000 Rp. 50.000,00
circumference
d. Revisi Proposal 3 x Rp. 50.000 Rp. 150.000,00
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan Izin Penelitian 1 x Rp. 170.000 Rp 170.000,00
b. Penggandaan Lembar
Persetujuan 70 x Rp.1.000 Rp 70.000,00
c. Lembar Pengumpulan Data 70 x Rp. 3000 Rp 210.000,00
d. Transportasi 15 x Rp. 30.000 Rp 450.000,00

3 Tahap Akhir
a. Penggandaan Laporan 4 x Rp. 80.000 Rp 320.000,00
Penelitian
b. Revisi Laporan 3 x Rp. 50.000 Rp 150.000,00
c. Biaya CD 1 x Rp. 20.000 Rp 20.000,00
d. Jilid Cover Laporan 3 x Rp. 40.000 Rp 120.000,00
Jumlah Rp 2.500.000,00
Lampiran 3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Saudara/I Calon Responden

Di –

Puskesmas I Denpasar Timur

Dengan hormat,

Saya mahasiswa D-IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar

semester VIII bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Obesitas

Sentral dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun

2019”, sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi D-IV

Keperawatan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, saya mohon kesediaan

bapak/ibu/saudara/i untuk menjadi responden yang merupakan sumber informasi

bagi peneliti.

Demikian permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya, saya

ucapkan terima kasih.

Denpasar, 2019
Peneliti

Ida Ayu Kd. Dwi Mahariani


NIM. P0712215063
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Dengan menandatangani lembar persetujuan ini, saya :

Nama :

Tempat / Tanggal Lahir :

Alamat :

Bersedia untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tenpa

paksaan. Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti

mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Ida Ayu Kd. Dwi Mahariani

dengan judul “Hubungan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019’. Bila selama penelitian ini saya

menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-

waktu tanpa sanksi apapun.

Saksi 2019

Yang memberikan persetujuan

Peneliti
Lampiran 5

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT) SEBAGAI PESERTA PENELITIAN

Yang terhormat Bapak/Ibu/Saudara/i, kami meminta kesediaanya untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan dari penelitian ini bersifat

sukarela/tidak memaksa. Mohon untuk dibaca penjelasan dibawah dengan

seksama dan disilahkan bertanya bila ada yang belum dimengerti.

Judul Hubungan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun
2019
Peneliti Utama Ida Ayu Kd. Dwi Mahariani
Institusi Poltekkes Kemenkes Denpasar
Peneliti Lain -
Lokasi penelitian Puskesmas I Denpasar Timur
Sumber pendanaan Swadana
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas sentral

dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur tahun 2019.

Jumlah peserta sebanyak 68 orang dengan syaratnya yaitu kriteria inklusi,pasien

yang terdiagnosa hipertensi primer oleh tenaga kesehatan, pasien yang menderita

hipertensi lebih dari 2 bulan, pasien berusia 40-55 tahun baik laki-laki maupun

perempuan, pasien yang mempunyai tekanan darah ≥140/90 mmHg, pasien yang

bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent saat

pengambilan data. Kriteria eksklusi: pasien yang mengalami stress atau gangguan
mental, pasien dengan edema atau acites pada abdomen serta ibu hamil, pasien

yang memiliki komplikasi penyakit seperti DM, Stroke, Jantung, Ginjal. Peserta

tidak diberikan perlakuan dalam penelitan ini karena peserta hanya akan diukur

tekanan darah dan lingkar perutnya.

Kepesertaan Bapak/Ibu/Saudara/i pada penelitian ini bersifat sukarela.

Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan

pada penelitian atau menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa

ada sanksi. Keputusan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berhenti sebagai peserta

penelitian tidak akan mempengaruhi mutu dan akses/kelanjutan pengobatan yang

akan diberikan.

Jika setuju untuk menjadi peserta penelitian ini, Bapak/Ibu/Saudara/i

diminta untuk menandatangani formulir “Persetujuan Setelah Penjelasan

(Informed Consent) Sebagai Peserta Penelitian” setelah Bapak/Ibu/Saudara/i

benar-benar memahami tentang penelitian ini. Bapak/Ibu/Saudara/i akan diberi

salinan persetujuan yang sudah ditandatangani ini.

Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang

dapat mempengaruhi keputusan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk kelanjutan

kepesertaan dalam penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada

Bapak/Ibu/Saudara/i. bila ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti,

silahkan hubungi peneliti : CP : Ida Ayu Kd. Dwi Mahariani (087760142289)

Tanda tangan Bapak/Ibu/Saudara/I dibawah ini menunjukkan bahwa

Bapak/Ibu/Saudara/i telah membaca, telah memahami dan telah mendapat


kesempatan untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui

untuk menjadi peserta penelitian.

Peserta/Subyek Penelitian, Wali,

Tanggal: / / Tanggal: / /

Hubungan dengan Peserta/Subyek Penelitian:

(Wali dibutuhkan bila calon peserta adalah anak <14 tahun, lansia, tuna
grahina, pasien dengan kesadaran kurang – koma)
Peneliti

Tanggal: / /

Tanda tangan saksi diperlukan pda formulir Consent ini hanya bila

Peserta Penelitian memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, tetapi


tidak dapat membaca/tidak dapat bicara atau buta.

Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/tidak dapat bicara ata buta.

Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada


penelitian ini (misalnya untuk penelitian risiko tinggi dana tau prosedur
penelitian invasive)
Catatan:

Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim
penelitian.

Saksi:

Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskan dengan
benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan persetujuan untuk
menjadi peserta penelitian diberikan sukarela.

Tanggal: / /

(jika tidak diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini dibiarkan
kosong)

*coret yang tidak perlu.


Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
Judul penelitian : Hubungan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2019
Kode responden :
Tanggal pengisian

A. Data Umum Responden


1. Usia
…………….tahun
2. Jenis kelamin

: Laki-laki : Perempuan

3. Pendidikan

: SD
: SMP
: SMA/SMK
: Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan
: Tidak Bekerja : Petani
: Sekolah : Nelayan
: PNS : Buruh
: Pegawai swasta : Lainnya
: Wiraswasta

B. Data Hasil Pengukuran


1. Tekanan darah (mmHg)
:
2. Lingkar perut (cm) :
Lampiran 9

MASTER TABEL
HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TAHUN 2019

Kode Data Demografi Data Hasil Pengukuran


Responden Usia Jenis Pendidikan Pekerjaan LP TD ( mmHg) Stadium
(Tahun) Kelamin (cm) Sistolik Diastolik hipertensi
001 48 2 2 9 87 151 90 1
002 52 2 4 3 97 178 95 2
003 53 1 1 1 95 152 98 1
004 46 1 3 5 95 175 100 2
005 49 2 1 8 85 151 107 1
006 50 2 2 6 86 155 90 1
007 53 2 3 5 87 143 115 1
008 50 2 2 6 87 160 95 2
009 55 2 2 1 90 179 100 2
010 52 1 3 5 96 161 90 2
011 54 1 4 4 98 165 95 2
012 54 1 3 5 107 152 96 1
013 48 2 1 9 84 161 90 2
014 52 2 1 6 87 170 100 2
015 45 2 4 3 86 162 97 2
016 53 1 4 4 98 162 95 2
017 49 1 2 8 96 155 90 1
018 54 1 3 5 100 160 95 2
019 48 2 2 9 87 170 100 2
020 47 2 2 6 89 160 95 2
021 49 1 1 1 95 155 90 1
022 47 1 2 8 99 148 95 1
023 52 1 4 3 105 165 100 2
024 54 2 3 5 88 155 95 1
025 54 2 2 8 87 163 90 2
026 54 1 3 5 107 172 100 2
027 48 1 4 4 96 162 95 2
028 50 2 4 3 85 152 97 1
029 46 2 3 5 89 172 100 2
030 53 2 1 1 87 172 100 2
031 49 2 2 8 84 155 88 1
032 52 1 4 3 95 161 95 2
033 50 1 3 5 98 160 95 2
034 55 1 1 8 102 162 95 2
035 50 1 2 8 96 155 95 1
036 50 2 4 3 87 175 100 2
037 52 2 1 8 87 173 95 2
038 53 1 3 5 98 148 90 1
039 52 2 1 1 88 163 100 2
040 48 1 4 4 100 154 90 1
041 49 1 3 5 97 172 100 2
042 53 2 3 5 87 163 90 2
043 48 2 1 1 90 173 100 2
044 53 2 1 1 85 154 90 1
045 50 2 3 5 89 163 100 2
046 53 1 3 5 110 163 100 2
047 49 1 4 3 96 163 100 2
048 52 1 3 5 97 154 90 1
049 53 1 4 3 95 162 100 2
050 52 2 3 8 85 154 95 1
051 48 2 4 3 84 163 100 2
052 49 2 4 3 83 172 95 2
Keterangan:
Kode Data Demografi Jenis Kelamin laki-laki (1), perempuan (2)
Pendidikan SD (1), SMP(2), SMA/SMK(3), Perguruan Tinggi (4)
Pekerjaan Tidak bekerja (1), Sekolah (2), PNS (3), Pegawai swasta
(4), wiraswasta (5), nelayan (6), petani (7), buruh (8),
lainnya (9);

Kode Data Hasil Pengukuran Stadium Hipertensi Hipertensi stadium satu (1), hipertensi stadium dua (2)
Lampiran 12
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai