OLEH :
i
SKRIPSI
OLEH
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Serjana
Nusa Cendana
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Tim Penguji
Mengetahui
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
selaku Pembimbing II dan Ibu Dr. Marylin Susanti Junias, ST, M.Kes selaku
Penguji yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis hingga
selesainya skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan
1. Bapak Dr. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
2. Ibu Dr. Luh Putu Ruliati, S.KM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
4. Ibu drg. Dian Sukmawati Arkiang selaku Kepala Puskesmas Bakunase beserta
staf yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian
5. Bapak Tay H. Ndima, Ibunda Kaita K. Humba, adik Asrini R. Ana dan Rambu
v
6. Teman-teman angkatan 2015 khususnya kelas B dan PKIP15 dan teristimewa
7. Semua pihak yang telah mendukung penulis baik secara langsung maupun
atas segala jasa dan perhatian kita semua. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam tulisan ini. Oleh karena itu, masukan sangat
diharapkan demi perbaikan ini. Semoga ini mampu memberikan manfaat bagi
pembaca.
Penulis
vi
ABSTRAK
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti merupakan vektor yang paling utama, namun spesies lain seperti Aedes
albopictus juga dapat menjadi vektor penular. Beberapa faktor yang
mempengaruhi munculnya DBD antara lain rendahnya status kekebalan kelompok
masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat
perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan. Penyakit DBD
masih menjadi penyakit yang sering terjadi merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Kasus penyakit Demam Berdarah
Dengue di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2015 tercatat sebanyak 665 kasus,
tahun 2016 sebanyak 1.213 kasus, tahun 2017 sebanyak 542 kasus dan pada tahun
2018 ,meningkat sebanyak 1.603 kasus. Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota
Kupang pada tahun 2018 meningkat lagi menjadi 238 kasus dengan 4 kasus
meninggal, dan 25 diantaranya berasal dari Puskesmas Bakunase dan pada tahun
2019 Puskesmas Bakunase menjadi Puskesmas dengan peenderita terbanyak
setelah puskesmas Oesapa dengan Penderita sebanyak 43 kasus. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku dengan kejadian penyakit
demam berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas bakunase kota kupang pada
tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengaan rancangan Case
control. Penelitian ini dilakukan pada pulan januari sampai februari tahun 2020.
Hasil peenelitian ini menunjukan bahwa tidak memiliki hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan kejadian penyakit DBD dengan nilai p-value (0,254) <
Alpha (0,05), Tidak memiliki hubungan yang signifikan antara sikap dengan
kejadian penyakit DBD dengan nilai p-value (0,464) < Alpha (0,05), dan Ada
hubungan yang signifikan antara tindakan dengan kejadian penyakit DBD dengan
nilai p-value (0,002) < Alpha (0,05). Kesadaran dan kemampuan masyarakat yang
meningkat dapat membantu penurunan penyakit DBD dengan memelihara dan
bersikap proaktif terhadap upaya-upaya pencegahan terjadinya resiko penyakit
DBD tersebut.
vii
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus which
is transmitted from person to person through the bite of the Aedes albopictus
mosquito which can also be a vector of transmission. Several factors that
influence the emergence of DHF include the low immune status of community
groups and the density of the mosquito population because of the large number of
breeding places for mosquitoes that usually occur during the rainy season. DHF is
still a disease that often occurs and is one of the main public health problems in
Indonesia. Dengue Hemorrhagic Fever cases in East Nusa Tenggara in 2015 were
665 cases, in 2016 there were 1.213 cases, in 2017 there were 542 cases and in
2018 there where 1.603 cases. Dengue hemorrhagic fever cases in Kupang City in
2018 increased again to 238 cases with 4 deaths, and 25 of them came from the
Bakunase Public Health Center and in 2019 the Bakunase Public Health Center
became the Public Helath Center with the most sufferes after Oesapa Public
Health Center with 43 cases. This study aims to analyze the behavior with the
incidence of dengue fever in the working area of the Bakunase Public Health
Center, Kupang City in 2019. This type of research is descriptive analytic with a
Case control design. This research was conducted from January to February 2020.
The results of this study indicate that there is no significant relationship between
knowledge and the incidence of DHF with p-value (0.254) < Alpha (0.05), there is
no significant relationship between attitudes and the incidence of DHF with a
value (0.464) < Alpha (0.05) and there is a significant relationship between the
action and the incidence of DHF with p-value (0.002) < Alpha (0.05). Increased
awareness and capacity of the community can help reduce DHF by maintaining
and being proactive in efforts to prevent the occurrence of the risk of DHF.
viii
DAFTAR ISI
ix
2.2.1 Pengetahuan ................................................................................... 22
2.2.2 Sikap............................................................................................... 25
2.2.3 Tindakan atau Praktik .................................................................... 28
2.3 Kerangka Konsep .................................................................................... 30
2.3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ......................................... 30
2.3.2 Kerangka konsep............................................................................ 31
2.4 Hipotesis ........ ......................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 33
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 34
3.2.1 Lokasi Penelitian............................................................................ 34
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 34
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 34
3.3.1 Populasi .......................................................................................... 34
3.3.2 Sampel ........................................................................................... 34
3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................. 36
3.5 Jenis Data, Teknik, dan Instrumen Pengumpulan Data .......................... 37
3.5.1 Jenis Data ....................................................................................... 37
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian.................... 38
3.6 Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data ................................... 38
3.6.1 Teknik Pengolahan Data ................................................................ 38
3.6.2 Analisis Data .................................................................................. 39
3.6.3 Penyajian Data ............................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN BAHASAN ................................................................... 43
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 43
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 46
4.1.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden .................................. 46
4.1.3 Analisis Hubungan Antar Variabel ................................................ 52
4.2 Bahasan ................................................................................................... 55
4.2.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Penyakit
DBD ............................................................................................... 55
x
4.2.2 Hubungan antara Sikap dengan Kejadian Penyakit DBD ............. 57
4.2.3 Hubungan antara Tindakan dengan Kejadian Penyakit DBD ....... 59
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 62
5.1 Simpulan.................................................................................................. 62
5.2 Saran ........................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64
LAMPIRAN ....................................................................................................... 64
xi
DAFTAR TABEL
Tabel III.2 Tabel Silang Kasus Kontrol dilihat Dari Faktor Risiko.. 41
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
2
BAB I
PENDAHULUAN
virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti merupakan vektor yang paling utama, namun spesies lain seperti Aedes
albopictus juga dapat menjadi vektor penular. Nyamuk penular dengue ini
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyakit DBD banyak
dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa
tersebut mengalami peningkatan kasus DBD dari 2,2 juta di tahun 2010 hingga
3,2 juta di tahun 2015. Penyakit DBD menjadi wabah di wilayah Asia Tenggara
pada tahun 2015 dan tercatat lebih dari 169.000 kasus dsi Filipina serta 111.000
kasus terjadi di Malaysia. Tren kasus DBD tersebut mengalami peningkatan dari
Penyakit DBD masih menjadi penyakit yang sering terjadi merupakan salah
1
2
penduduk yang terjadi. Kejadian penyakit DBD di Indonesia pada tahun 2015
kejadian penyakit DBD tercatat sebanyak 129.650 kasus, IR 50,75 per 100.000
penduduk, kasus meninggal sebanyak 1.071 kasus, CFR 0,83%; pada tahun 2016
dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 kasus, CFR 0,78%; sedangkan pada
tahun 2017 mengalami kasus sebanyak 59,094 IR 22,55 per 100.000 penduduk
dengan jumlah kematian sebanyak 444 kasus, CFR 0,75%, dan pada tahun 2018
jumlah kasus sebanyak 65,602 IR 24,73 per 100.000 penduduk dengan jumlah
kematian sebanyak 462 kasus, CFR 0,70% (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
tahun 2015 tercatat sebanyak 665 kasus, IR 13,0 per 100.000 penduduk dengan
kasus meninggal sebanyak 4 kasus, CFR 0,6%; pada tahun 2016 sebanyak 1.213
kasus, IR 23,3 per 100.000 penduduk dengan kasus meninggal 4 kasus, dengan
CFR 0,3%; pada tahun 2017 sebanyak 542 kasus, IR 10,3 per 100.000 penduduk
dengan jumlah sematian sebanyak 6 kasus, CFR 1,1 % dan pada tahun 2018
,meningkat sebanyak 1.603 kasus IR 29,8 per 100.000 penduduk dengan kasus
Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Kupang pada tahun 2016 kasus
DBD sebanyak 381 kasus dengan IR 94,7 per 100.000 penduduk; tahun 2017
sebanyak 132 kasus dengan kasus meninggal sebanyak 3 kasus, IR 32,0 per
100.000 penduduk dan pada tahun 2018 meningkat lagi menjadi 238 kasus dengan
4 kasus meninggal, IR 56,2 per 100.000 penduduk. Rincian jumlah kasus DBD
3
tahun 2016 sampai dengan 2019 pada wilayah kerja Puskesmas Bakunase
kurun waktu tiga tahun terakhir dengan kasus DBD pada tahun 2015 sebanyak 40
kasus dan tahun 2016 sebanyak 67 kasus, tahun 2017 sebanyak 15 kasus, tahun
2018 sebanyak 25 kasus (Dinas Kesehatan Kota Kupang, 2018). pada tahun 2019
DBD karena selalu ditemukan kasus penderita DBD di beberapa tahun terakhir,
Bakunase mengatakan masih adanya tempat penampungan air yang di buat oleh
peran aktif dari masyarakat diperlukan unruk mencegah penularan DBD seperti
3M Plus yaitu menutup, menguras, mengubur, penggunaan lotion dan obat anti
nyamuk, kelambu, pemasangan kasa pada ventilasi, dan lain-lain (Rinaldo, 2016).
kemampuan masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga
dapat ditingkatkan melalui aspek pengetahuan, sikap dan peran aktif individu,
Tahun 2019?
5
2019.
diharapkan.
DBD dapat digunakan dalam upaya pencegahan secara dini agar terhindar dari
penyakit DBD.
6
pengetahuan yang telah didapat pada bangku kuliah serta pengalaman berharga
bagi peneliti dan juga dapat bermanfaat sebagai sumber, acuan dan referensi
TINJAUAN PUSTAKA
disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui
kecuali di tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan
flaviviridae, genus flavivirus. Virus berukuran kecil (50 nm) ini memiliki
7
8
Terdapat empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas
silang meski baru beberapa bulan terjadi infeksi dengan salah satu dari mereka
memindahkan dan atau menjadi sumber penular DBD. Di Indonesia, ada tiga
jenis nyamuk yang bisa menularkan virus dengue yaitu: Aedes aegypti, Aedes
berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam
a. Morfologi
1) Telur
9
2) Jentik
3) Pupa
4) Nyamuk dewasa
rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik
betina. Perbedaan morfologi antara nyamuk Ae. aegypti betina dan jantan
antena berbulu lebat sedangkan yang betina berbulu agak jarang/ tidak lebat
b. Bioekologi
1) Siklus hidup
Stadium telur, jentik dan pupa hidup di dalam air. Pada umumnya telur
akan menetas menjadi jentik/ larva dalam waktu ± dua hari setelah telur
2) Habitat perkembangbiakan
dapat menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-
lain.
betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada hewan (bersifat
petang hari, dengan dua puncak aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan
yang gelap dan lembab di dalam atau di luar rumah, berdekatan dengan
atas permukaan air, kemudian telur menepi dan melekat pada dinding-
menetas menjadi jentik/ larva dalam waktu ± dua hari. Setiap kali
Telur itu di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan ± enam bulan,
4) Penyebaran
dapat berpindah lebih jauh. Ae. aegypti tersebar luas di daerah tropis
Pada ketinggian 1.000 m dpl, suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak
5) Variasi musiman
a. Demam
tujuh hari. Fase kritis ditandai saat demam mulai turun biasanya setelah
b. Tanda-tanda perdarahan
dicurigai dengan kaca objek atau penggaris plastik transparan, atau dengan
perdarahan gusi, melena dan hematemesis. Pada anak yang belum pernah
14
sebagai presumtif test (dugaan keras). Pada hari kedua demam, uji
pada hari ke tiga demam nilai sensitivitas 98,7 % dan spesifisitas 74,2 %.
Uji tourniquet dinyatakan positif jika terdapat lebih dari sepuluh petekie
pada area 1 inci persegi (2,8 cm x 2,8 cm) di lengan bawah bagian depan
procesus xifoideus;
hati. Nyeri perut lebih tampak jelas pada anak besar dari pada anak
kecil.
15
d. Renjatan (syok)
Tanda-tanda renjatan:
1) Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
perdarahan lain;
tampak gelisah;
4) Derajat IV: syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
16
yang banyak dianut pada DBD adalah hipotesis infeksi sekunder yang
kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog, mempunyai risiko yang
lebih besar untuk menderita DBD. Antibodi heterolog yang telah ada
penularan yaitu dengan pengendalian vektornya, karena vaksin dan obat masih
Pengendalian vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan
DBD) dalam bentuk kegiatan 3M Plus, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan,
kegiatan 3M Plus ini harus dilakukan secara luas/ serempak dan terus menerus/
17
antara lain:
1) Menguras TPA
Menguras TPA seperti bak mandi, bak WC, dan lain-lain perlu
2014).
2016).
Barang bekas seperti ban, botol, kaleng, drum, ember yang tidak
yang dijadikan kursi dan meja, drum bekas yang dijadikan tempat
sampah atau botol bekas yang dijadikan pot bunga, dan lain
sebagainya.
dengan dosis yang kurang tidak akan efektif untuk membunuh jentik
nyamuk Aedes.
oleh masyarakat. Hal ini karena berbagai macam jenis obat anti
yang telah menggunakan obat anti nyamuk jenis oles, kemudian lupa
makan.
20
dengan jumlah kamar serta tempat tidur yang banyak tentunya juga
besar. Mulai dari menyiapkan kolam atau tempat untuk ikan, biaya
berkurangnya kadar gas CO2, adanya bau pengap, suhu udara ruang
yang sehat maka orang yang sehat tersebut dapat tertular virus
individu untuk melakukan kegiatan ini secara rutin serta penguatan peran tokoh
populasi nyamuk Ae. aegypti, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi. Ukuran keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%
yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal. Benyamin
Bloom dalam Notoatmodjo (2013), membedakan ada tiga area, wilayah, ranah,
2.2.1 Pengetahuan
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
a. Tahu (know)
penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Ae. aegypti, dan
b. Memahami (comprehension)
tersebut.
24
c. Aplikasi (application)
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah
d. Analisis (analysis)
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup
e. Sintesis (synthesis)
sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat
f. Evaluasi (evaluation)
sebagainya.
2.2.2 Sikap
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
object.” Jadi jelas, di sini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau
kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu
(Notoatmodjo, 2013).
Menurut Allport dalam Notoadmodjo (2013), sikap itu terdiri dari tiga
DBD.
sikap terhadap penyakit DBD di atas, adalah apa yang dilakukan seseorang
utuh (total attitude). Pemegang peranan penting dalam sikap yang utuh ini
untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena
penyakit demam berdarah. Pemikiran ini komponen emosi dan keyakinan ikut
27
1. Menerima (receiving)
lingkungannya.
2. Menanggapi (responding)
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang
3. Menghargai (valuing)
penyuluhan DBD.
bertindak (praktik). Sikap belum tentu muncul dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau
sarana dan prasarana. Seorang yang sakit atau sedang menderita penyakit tertentu
kesehatan. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan biaya
pengobatan, tenaga kesehatan, atau puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau
fasilitas tersebut mudah dicapainya. Apabila tidak kemungkinan ibu tersebut tidak
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut
kualitasnya, yaitu:
29
orang lain. Seorang anak kecil menggosok gigi namun masih selalu
terpimpin.
sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
menunggu perintah dari orang lain atau petugas kesehatan. Seorang anak
secara otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh oleh ibunya.
3. Adopsi (adoption)
Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau meknisme saja,
murah harganya.
30
akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia
(pejamu) dan berbagai sifat nya, (biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis dan
masyarakat di indonesia yang bersifat fatal karena dalam waktu yang relatif
Penyebab penyebaran penyakit DBD pada faktor host, antara lain oleh perilaku
penderita DBD. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah
tujuan dari pendidikan kesehatan. Perilaku meliputi tiga ranah yaitu ranah
upaya pencegahan secara dini terhadap diri sendiri, keluarga maupun upaya
Sikap penderita DBD dalam menjaga dirinya agar terhindar dari infeksi
DBD.
menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan merujuk pada persepsi penderita DBD
yang sesuai dan mulai membiasakan diri dengan kebiasaan hidup bersih dan
sehat dengan tujuan meminimalkan risiko terjangkit infeksi penyakit DBD dan
a. Kerangka Konsep
Agent
Pengetahuan
Kejadian
Host Perilaku Sikap Penyakit DBD
Tindakan
Environment
32
Keterangan :
2. Ada hubungan antara sikap dengan kejadian Penyakit DBD di Wilayah Kerja
Ada hubungan antara tindakan dengan kejadian Penyakit DBD di Wilayah Kerja
METODE PENELITIAN
pendekatan retrospective, atau dengan kata lain efek (penyakit atau kasus
kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi ada
Faktor risiko +
Retrospektif Efek +
(Kasus)
Faktor risiko - Populasi
(Sampel)
Faktor risiko +
Retrospektif Efek -
(Kontrol)
Faktor risiko -
2012):
faktor risiko.
33
34
Kupang.
2019.
3.3.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2012).
a) Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh penderita DBD dan
3.3.2 Sampel
a) Sampel kasus dalam penelitian ini adalah seluruh penderita DBD yang
Puskesmas Bakunase dalam kurun waktu Januari 2019 sampai Maret 2019.
dimana semua populasi dijadikan sampel dengan alasan jumlah populasi yang
kurang dari 100, sehingga populasi dijadikan sampel penelitian. Populasi kasus
antara sampel kasus dan kontrol yaitu 1:2 sehingga total sampel sebanyak 45
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder.
1. Data primer
2. Data sekunder
seperti Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Dinas Kesehatan Kota Kupang dan
2. Instrumen penelitian
responden.
1. Editing
2. Coding
3. Scoring
ditentukan.
4. Entry
1. Analisis univariat
2. Analisis bivariat
Uji statistik yang dipilih adalah Chi square (X2 ). Uji statistik ini
kategorial itu sendiri terdiri atas data kualitatif (nominal) dan data
dan faktor efek dilihat melalui nilai odds ratio (OR). OR dalam hal ini
berikut:
Fisher exact.
rasio prevalen < 1, berarti faktor risiko yang diteliti justru mengurangi
faktor efek. Apablila nilai rasio revalen yang dihasilkan = 1 maka variabel
faktor risiko tidak berpengaruh terhadap faktor efek, sedangkan bila nilai
(O − E)²
X² = 𝛴
E
Tabel III.2 Tabel silang kasus kontrol dilihat dari faktor risiko
Interpretasi OR:
(ada hubungan)
CI (Confident Interval).
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi
4.1. Hasil
1996. Puskesmas Bakunase terletak di Jalan Kelinci no. 04, RT 10, RW 04,
Kupang Kota, dan sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Oebobo.
Luas wilayah kerja Puskesmas Bakunase adalah 6,1 km² dan terdiri dari
Naikoten II, Airnona, Nunleu, Kuanino, dan Fontein. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Kupang tahun 2017, jumlah penduduk di wilayah
1. Sarana Kesehatan
43
44
a) Puskesmas
d) Poskeskel
45
tahun 2013, terus meningkat dimana pada tahun 2017 sudah mencapai 37
buah posyandu.
3. Tenaga Kesehatan
orang. Kelompok kasus yaitu orang yang tercatat menderita DBD di wilayah
kontrol adalah orang yang tidak tercatat menderita DBD di wilayah kerja
DBD
terdapat pada kelompok umur 31-40 tahun dan pada kelompok umur
DBD
Laki-Laki 6 40
Perempuan 9 60
Total 15 100
9 orang (60%) .
48
berikut.
umur 31-40 tahun dan pada kelompok umur >40 tahun yaitu masing-
sebagian besar terdapat pada kelompok umur 21-30 tahun yaitu sebanyak
tabel berikut.
orang (37,8%).
tabel berikut.
DBD diperoleh nilai P-value= 0,254 (P-value > 0,05) yang artinya
Tahun 2019.
0,464 (P-value > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang
berikut.
value= 0,002 (P-value < 0,05) yang artinya ada hubungan yang
4.2. Bahasan
(Notoatmodjo,2013).
dengan kejadian DBD diperoleh nilai P-value= 0,254 (P-value > 0,05), yang
artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
Dari data hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa responden yang
menderita penyakit DBD dan yang tidak menderita lebih banyak yang memiliki
pengetahuan yang baik, hal ini dikarenakan masyarakat sudah sering mendapat
penyuluhan dan pembinaan oleh tenaga kesehatan dan juga dari berbagai media
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya
baik masih ditemukan adanya responden yang mempunyai perilaku yang tidak
DBD itu sendiri, hal ini dilihat dari pengamatan pada saat wawancara dimana
masih ada responden yang tidak menutup tempat penampungan air yang ada,
dan didapati juga masih ada responden yang menggantung pakian setelah
dipakai.
terutama dalam upaya pencegahan DBD dan dari pengalaman terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka
dari penyebab, tanda dan gejala, vektor penularan, cara penularan, pola
masyarakat.
57
penyakit DBD.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryati
Tahun 2012 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
rata-rata pengetahuan ibu rumah tangga di Kelurahan Baler Bale Agung baik.
tertentu yang merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap dalam kata lain belum merupakan
DBD diperoleh nilai P-value= 0,464 (P-value > 0,05) yang artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian DBD di wilayah kerja
DBD, hal ini berkaitan dengan responden sudah memiliki pengetahuan yang
baik, sikap positif atau negatif yang terbentuk dalam diri seseorang tergantung
dari segi manfaat atau tidaknya komponen pengetahuan, makin banyak manfaat
yang diketahui semakin banyak pula sikap yang terbentuk Akhmadi (2012).
Namun dari hasil wawancara yang ada masih didapati responden yang
mempunyai sikap yang tidak sejalan dengan pengetahuan yang didmiliki hal ini
terlihat dalam proses wawancara dimana masih ada responden yang tidak
wawancara seperti tidak menutup tempat penampungan air yang ada dan juga
perilaku menggantung pakian yang telah digunakan yang kemudian hal ini
dari seseorang harus mengetahui terlebih dahulu apa arti dan manfaat perilak u
tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Dalam proses adopsi perilaku baru, di
dalam diri seseorang terjadi proses yang berturutan antara lain Awareness
dirinya. Hal ini berarti sikap seseorang sudah lebih baik dari sebelumnya Sari
tentu muncul dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor
lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang yang
sakit atau sedang menderita penyakit tertentu sudah mempunyai niat (sikap)
puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya.
kejadian DBD diperoleh nilai P-value= 0,002 (P-value < 0,05) yang artinya
wilayah kerja Puskesmas Bakunase Kota Kupang, dengan nilai OR = 13,00 dan
kejadian DBD, dengan nilai P-value= 0,002 (P-value < 0,05) dan nilai OR =
tidak melakukan tindakan berisiko 13,00 lebih besar menderita penyakit DBD.
banyak yang memiliki tindakan yang buruk, sebagian besar responden tidak
menggunakan insektisida atau lotion pengusir nyamuk saat tidur dan juga tidak
merasa risih dan tidak nyaman saat tidur menggunakan lotion atau kelambu.
tidak menutup bak mandi dan tempat penampungan air yang ada dengan baik
hal ini terjadi karena responden merasa kurang praktis saat melakukan kegiatan
61
mandi atau mengambil air tapa harus membuka dan menutup tempat
dengan mudah berkembang biak dengan baik di tempat penampungan air yang
terbuka. responden masih banyak juga menggantung pakian sebelum dicuci hal
ini terjadi karena responden beranggapan bahwa pakian yang baru dipakai
sekali masih bisa dipakai lagi, kebiasaan sepele menggantung pakian sebelum
manusia.
Hal ini dikarenakan pengetahuan dan sikap yang baik tidak menjamin
tindakan yang baik pada seseorang hal ini dapat terjadi karena responden
pengendalina penyakit DBD. Sasaran yang paling dasar adalah tatanan rumah
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryati
Tahun 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tindakan responden
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
penyakit DBD dengan nilai p-value (0,254) < Alpha (0,05) dan nilai Odds
b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kejadian penyakit
DBD dengan nilai p-value (0,464) < Alpha (0,05) dan nilai Odds Ratio (OR)
= 2,000.
DBD dengan nilai p-value (0,002) < Alpha (0,05) dan nilai Odds Ratio (OR)
= 13,00.
5.2 Saran
sampah secara baik dan benar, sehingga bisa menurunkan risiko kejadian
penyakit DBD.
baik dari segi variabel yang belum diteliti yaitu variabel sosial ekonomi,
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kota Kupang. 2016. Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun
2015. Kupang: Dinas Kesehatan Kota Kupang.
Dinas Kesehatan Provinsi NTT. 2018. Profil Kesehatan Provinsi NTT Tahun
2017. Kupang: Dinas Kesehatan Provinsi NTT.
Notoatmodjo. 2011. Kesehatan Masyarakat (Ilmu & Seni). Jakarta : Rineka Cipta.
Novita, B., Mutahar, R., & Purnamasari, I. 2017. Jurnal: Analisis Faktor Resiko
Kejadian DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas Celikah
Putri, A. D., & Mustakin. 2018. Jurnal: Perbandingan Evektivitas Biaya vaksin
Dengue Dari Berbagai Negara.
Putri, R., & Naftassa, Z. 2016. Jurnal: Hubungan Tingkat Pendidikan Dan
Pengetahuan Masyarakat Dengan Perilaku Pencegahan DBD.
Rianti, E. D. (2017). Mekanisme Paparan Obat Anti Nyamuk Elektrik dan Obat
Anti Nyamuk Bakar Terhadap Gambaran Paru Tikus. INIVASI Volume XIX,
Nomor 2.
Sari, T. W., & Yuliea, M. S. (2019). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu
Rumah Tangga Tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di
Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru.
Yunita, J., Mitra, & Susmaneli, H. (2012). Pengaruh Perilaku Masyarakat dan
Kondisi Lingkungan terhadap Kejadian DBD. Jurnal Kesehatan Komunitas,
Vol.1, No.4, 193-198.
67
LAMPIRAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama responden :
2. Desa/Kelurahan :
3. Umur responden :
4. Pendidikan Responden :
B. PENGETAHUAN
C. SIKAP
D. TINDAKAN
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.800 8
Item-Total Statistics
Corrected Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Item-Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
5.60 3.214 .587 .766
P2 5.43 3.702 .376 .799
P3 5.30 3.872 .454 .787
P4 5.53 3.223 .614 .761
P5 5.40 3.490 .563 .770
P6 5.30 3.872 .454 .787
P7 5.50 3.293 .591 .765
P8 5.33 3.747 .481 .783
Scale Statistics
70
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.718 6
Item-Total Statistics
Corrected Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Item-Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
S1 4.60 .800 .531 .661
S2 4.47 1.085 .383 .699
S3 4.53 .947 .424 .692
S4 4.47 1.085 .383 .699
S5 4.47 1.016 .530 .662
S6 4.47 1.016 .530 .662
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
5.40 1.352 1.163 6
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.779 8
Item-Total Statistics
Corrected Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Item-Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
T1 4.43 4.806 .448 .761
T2 4.43 4.875 .414 .767
T3 4.43 4.806 .448 .761
T4 4.33 4.782 .507 .752
T5 4.37 4.723 .518 .750
T6 4.43 4.668 .519 .749
T7 4.37 4.723 .518 .750
T8 4.43 4.737 .483 .755
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
5.03 6.033 2.456 8
72
1. Pengetahuan
Penderita DBD
Penderita Tidak
DBD DBD Total
Pengetahuan Pengetahuan Count
2 1 3
Buruk
% within Penderita
DBD 4.4% 2.2% 6.7%
% within Penderita
28.9% 64.4% 93.3%
DBD
Total Count
15 30 45
% within Penderita
33.3% 66.7% 100.0%
DBD
73
Chi-Square Tests
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .186 .205
N of Valid Cases 45
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Pengetahuan (Pengetahuan
4.462 .371 53.704
Buruk / Pengetahuan
Baik)
For cohort Penderita DBD
2.154 .859 5.398
= Penderita DBD
For cohort Penderita DBD
.483 .096 2.423
= Tidak DBD
N of Valid Cases 45
74
2. Sikap
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .145 .327
N of Valid Cases 45
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Sikap
(Sikap Buruk / Sikap 2.000 .494 8.089
Baik)
For cohort Penderita DBD
1.545 .673 3.547
= Penderita DBD
For cohort Penderita DBD
.773 .432 1.382
= Tidak Menderita DBD
N of Valid Cases 45
76
3. Tindakan
Penderita DBD
Tidak
Penderita Menderita
DBD DBD Total
Tindakan Tindakan Count 13 10 23
Buruk
% within Penderita
28.9% 22.2% 51.1%
DBD
Tindakan Count 2 20 22
Baik
% within Penderita
4.4% 44.4% 48.9%
DBD
Total Count 15 30 45
% within Penderita
33.3% 66.7% 100.0%
DBD
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
11.130 1 .001
Association
N of Valid Casesb 45
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,33.
Symmetric Measures
N of Valid Cases 45
Risk Estimate
N of Valid Cases 45
78
1 KS01 P 24 2 0 1 0 0
2 KT01A P 28 3 1 1 1 0
3 KT01B L 19 2 1 1 1 1
4 KS02 P 40 2 0 1 1 0
5 KT02A P 23 2 1 1 1 1
6 KT02B P 25 3 1 1 1 0
7 KS03 P 52 2 0 1 1 0
8 KT03A P 30 3 1 1 1 1
9 KT03B L 33 2 1 1 1 0
10 KS04 L 31 2 0 1 0 0
11 KT04A L 34 1 1 0 1 1
12 KT04B P 42 3 1 1 1 0
13 KS05 L 39 1 0 0 0 1
14 KT05A L 34 2 1 1 0 1
15 KT05B P 23 2 1 1 1 1
16 KS06 P 43 1 0 1 1 0
79
17 KT06A P 33 2 1 1 0 1
18 KT06B L 36 3 1 1 1 1
19 KS07 L 32 3 0 1 1 0
20 KT07A L 38 3 1 1 1 1
21 KT07B P 27 3 1 1 0 1
22 KS08 P 36 1 0 0 0 0
23 KT08A P 32 1 1 1 1 0
24 KT08B L 21 2 1 1 1 1
25 KS09 L 25 3 0 1 1 0
26 KT09A L 28 3 1 1 1 1
27 KT09B P 23 3 1 1 1 1
28 KS10 P 48 2 0 1 1 0
29 KT10A P 42 3 1 1 1 1
30 KT10B L 25 3 1 1 1 1
31 KS11 P 21 2 0 1 0 0
32 KT11A P 26 3 0 1 1 1
33 KT11B L 34 3 1 1 1 1
34 KS12 L 27 2 0 1 1 0
35 KT12A L 35 2 1 1 0 1
36 KT12B P 41 3 1 1 1 1
37 KS13 P 45 1 0 1 1 0
38 KT13A P 47 1 1 1 1 0
39 KT13B L 20 2 1 1 1 0
40 KS14 L 23 3 0 1 1 0
80
41 KT14A L 20 2 1 1 0 1
42 KT14B P 34 3 1 1 1 0
43 KS15 P 21 2 0 1 0 0
44 KT15A P 29 3 1 1 1 1
45 KT15B L 45 3 1 1 1 0
Gambar 4 dan 5 : kondisi tempat penampungan air tidak di tutup yang berpotensi
tempat nyamuk berkembang biak dan tempat penampungan yang ditutup.
Kewarganegaraan : Indonesia
Riwayat Pendidikan
SD Inpres Umamapu (Tamat pada tahun 2009)
SMP Negeri 3 Waingapu (Tamat pada tahun 2012)