Anda di halaman 1dari 7

NTT Tahun 2018

Letak Geografis : 8°-12° & 118°-125° BT


Jumlah Pulau : 1.192 (Besar & Kecil)
Pulau Berpenghuni : 43 Pulau
Iklim : Kering (4 Bulan Basah)
Penduduk Th. 2018 : 5.371.519
Luas Wilayah Daratan : +_ 48.718.10 Km² & lautan +_ 15.141.773, 10 Ha
Wilayah Administratif : 21 kabupaten dan 1 kota, 309 kecamatan, dan 3.382 Desa/ Kelurahan

Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung


A. Survei konsumsi pangan

B. Vital statistics
Masalah gizi : malnutrisi?
 Morbiditas (Angka Kesakitan)
Morbiditas yaitu derajat kesehatan penduduk yang dilihat dari angka kesakitan
(morbiditas) yang menunjukkan ada tidaknya keluhan kesehatan yang menyebabkan
terganggunya kegiatan sehari-hari baik dalam melakukan pekerjaan, bersekolah,
mengurus rumah tangga maupun aktifitas lainnya. Keluhan yang dimaksud adalah
mengindikasikan adanya jenis penyakit tertentu yang dirasakan penduduk. Semakin
tinggi angka morbiditas, maka semakin banyak penduduk yang mengalami gangguan
kesehatan.
Morbiditas penduduk NTT pada tahun 2012 mencapai 22,69%. Tahun 2011 24,27
%. Lamanya hari sakit penduduk di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda secara
signifikan yakni sekitar 5 hari. Dapat dikatakan bahwa status atau derajat kesehatan
penduduk pada tahun 2012 lebih baik dibanding dengan tahun sebelumnya.
1. Pola 10 Penyakit di Puskesmas
NTT Tahun 2018

No Nama Penyakit Jumlah


1. ISPA 287.858
2. Myalgia 77.530
3. Hipertensi 65.194
4. Rheumatic 38.384
5. Observasi Febris 33.697
6. Dispepsia 27.116
7. Gastritis 23.586
8. Penyakit Kulit 23.131
9. Influenza 27.156
10 Cepalgia 15.605
.
Jadi, penyakit yang terbanyak berobat ke Puskesmas adalah penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), disusul dengan penyakit Myalgia.
2. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain AFP, TB Paru,
Pneumoni, HIV/AIDS, Diare, Kusta, Dipteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum (TN),
Campak, Polio, Hepatitis B, DBD, Malaria dan Filariasis.
a. TB Paru
Angka Kasus TB Paru seluruhnya pada tahun 2015 berjumlah 5.392 kasus
(CNR 105.31 per 100.000 penduduk). Pada tahun 2016 angka kasus TB Paru
seluruhnaya berjumlah 1.320 kasus ( CNR 25,37 per 100.000 penduduk atau
terdapat 25 orang setiap 100.000 penduduk. Pada tahun 2017 jumlah kasus TB
paru seluruhnya sebesar 6.236 kasus (117,94 per 100.000 penduduk) berarti
ada 118 orang dalam 100.000 penduduk. Angka kasus ini menunjukan bahwa
ada peningkatan sebanyak 4.916 kasus. Pada tahun 2018 jumlah kasus TB
Paru meningkat menjadi 6.833 kasus.
b. Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak- anak usia
kurang dari 5 tahun. Dalam program ISPA ini, bahwa diperkirakan dari
jumlah Balita yang ada, akan terdapat 10 % penderita ISPA pada Balita.
Penemuan dan penanganan ISPA pada tahun 2014 sebesar 3.714 kasus (13%),
tahun 2015 sebanyak 3.079 kasus (4,94%), tahun 2016 sebanyak 3.683 kasus
(5,87%) dan tahun 2017 sebesar 6.059 kasus (9,99%) dan pada tahun 2018
sebnayak 3.529 kasus (33,4%).
c. Penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS)
Jumlah kasus HIV-AIDS dari tahun 2014 – 2018 selalu ada kasus
baru, pada tahun 2014 kasus baru HIV meningkat menjadi sebesar 219, dan
pada tahun 2015, penderita HIV menjadi 1.865 dan AIDS menjadi 2.343, pada
tahun 2016 kasus HIV menjadi sebesar 395 kasus, sedangkan kasus AIDS
sebesar 345,pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 657 kasus dan
kasus AIDS sebanyak 354 kasus dan pada tahun 2018 kasus HIV sebanyak
599 kasus dan AIDS sebnayak 288 kasus .Hal ini menunjukan bahwa kasus
HIV dan AIDS setiap tahun terjadi penurunan dan peningkatan yang
signifikan.
d. Penyakit Kusta
Pada tahun 5 tahun terakhir yaitu sejak tahun 2014-2018 dilaporkan
bahwa kasus Kusta mengalami fluktuasi, pada tahun 2014 kasus kusta
sebanyak 575 kasus (11.42 per 100.000 penduduk), dan menurun lagi menjadi
2015 menjadi 306 kasus (CDR 5,98 per 100.000 penduduk), sedangkan pada
tahun 2016 menurun lagi menjadi 261 Kasus (CDR 5,02 per 100.000
penduduk)., tahun 2016 meningkat menjadi 384 kasus (CDR 7,26 per 100.000
penduduk) dan pada tahun 2018 menurun menjadi 350 kasus (CDR 6,5 per
100.000 penduduk). Jika dibandingkan dengan indikator yang ada pada
Renstra Dinkes Provinsi NTT berarti NCDR Provinsi NTT pada tahun 2018
masih tetap masuk pada kriteria low endemic. (>10 per 100.000 penduduk).
e. AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Indikator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate
minimal sebesar 2/100.000 anak usia < 15 tahun. Dalam 5 tahun terakhir yaitu
sejak tahun 2014 – 2018 gambaran tentang kasus Non Polio AFP Rate di
Provinsi NTT mengalami fluktuasi, pada tahun 2014 kasus sebesar 65 kasus
( 3,74 per 100.000 anak usia < 15 tahun), pada tahun 2015 menurun lagi
menjadi sebesar 37 kasus (2,06 per 100.000 anak usia < 15 tahun), pada tahun
2016 meningkat lagi menjadi 40 kasus (2,21 per 100.000 penduduk kelompok
umur < 15 tahun), pada tahun 2017 menurun menjadi (1,75 per 100.000
penduduk kelompok umur lagi menjadi 51 kasus (6,4 per 100.000 penduduk
kelompok umur.
f. Filariasis
Kasus baru Filariasis tahun 2014 hanya ada 1 kabupaten yang
melaporkan yaitu kabupaten manngarai timur sebanayak 2 kasus, pada tahun
2015 sebesar 68 kasus, pada tahun 2016 tidak ada kabupaten/kota yang
melaporkan, tahun 2017 terdapat 15 kasus dan pada tahun 2018 sebanyak 23
kasus sedangkan target Renstra Dinkes Provinsi NTT yang harus dicapai
sebesar.
3. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
a. Hepatitis
Hasil Riskesdas tahun 2013, di antara 4 jenis hepatitis yang dikenal di
Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah hepatitis B (29,6 %) lalu disusul oleh
hepatitis A (27,9 %) sedangkan hepatitis C dan hepatitis lainnya sangat kecil
proporsinya dan bahkan kedua jenis hepatitis terakhir ini hanya ditemukan di
1 atau 2 kabupaten/kota saja. Kabupaten/kota yang tertinggi proporsi hepatitis
B adalah Sabu Raijua (100 %). Adapun proporsi hepatitis A yang tertinggi
adalah di Manggarai (74,6 %). Kasus Hepatitis B pada tahun 2018 sebanyak
453 kasus, yaitu pada kota kupang sebanyak 220 kasus, kupang sebanyak 20
kasus, TTS sebanyak 83 kasus, TTU sebanyak 67 kasus, Nagekeo sebanyak
26 kasus dan manggarai timur sebanyak 21 kasus.
b. Difteri
Pada tahun 2018 tidak ada kasus difteri.
c. Pertusis
Pada tahun 2018 tidak ada kasus pertusis.
d. Tetanus Neonatorum
Pada tahun 2018 terdapat 2 kasus tetanus neonatorum sebanyak 2 kasus
pada kabupaten Timor Tengah Utara.
e. Campak
Pada tahun 2014 meningkat menjadi 411 kasus, dan pada tahun 2015
menurun menjadi sebesar 284 kasus, sedangkan pada tahun 2016 meningkat
lagi menjadi sebesar 329 kasus dan pada tahun 2017 menurun menjadi 78
kasus dan pada tahun 2018 suspek campak sebnayak 110 kasus.
4. Penyakit Potensial Kejadian Luar Biasa/KLB
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kasus DBD untuk 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun 2014 – 2018,
gambarannya sebagai berikut : pada tahun 2014 kasus DBD sebesar 487 kasus
( 10 per 100.000 penduduk), pada tahun 2015 meningkat menjadi sebesar 665
kasus (13 per 100.000 penduduk), pada tahun 2016 meningkat lagi menjadi
sebesar 1.213 (23,3 per 100.000 penduduk), tahun 2017 menurun menjadi 542
kasus (10,3 per 100.000 penduduk) dan pada tahun 2018 menurun meningkat
menjadi 1.603 kasus (29,8 per 100.000 penduduk). Jika diabndingkan dengan
capaian Renstra Dinkes NTT belum mencapai target yang seharusnya sebesar
8 per 100.000.
b. Diare
Kasus diare lima tahun terakhir yaitu tahun 2014-2018 sebagai berikut :
pada tahun 2014 ditemukan penderita yang diare yang ditangani sebesar
86.429 kasus (80,2%), pada tahun 2015 penderita diare yang ditemukan dan
ditangani meningkat menjadi 98.918 (90 %), pada tahun 2016 diperkirakan
kasus diare meningkat lagi menjadi 111.355, yang ditangani sebanyak 91.938
(82,6%),pad atahun 2017 meningkat lagi menjadi 113.148 kasus dan yang
ditanganin80.2019 kasus (70,9%) dan pada tahun 2018 menurun menjadi
145.031 kasus dan yang ditangani sebanyak 102.617 (70,75%).
c. Malaria
Pada periode 2014 – 2018 Provinsi NTT memiliki API yang semakin
menurun. Pada tahun 2014 menjadi 14 %, pada tahun 2015 menurun menjadii
7 %, pada tahun 2016 menurun lagi menjadi 6 %. Tahun 2017 menurun lagi
menjadi 3,77% dan pada tahun 2018 menurun lagi menjadi 3,2 %.
5. Penyakit Tidak Menular
a. Hipertensi
Pada Tahun 2018 kasus pendrita Hipertensi dilayani dari hasil estimasi
sebanyak sebanyak 183.152 kasus (26,5%). Kabupaten/Kota tertinggi kasus
Hipertensi ada pada kabupaten Ende 17.609 kasus dan terendah ada pada
kabupaten Sumba tengah 1.615 kasus. Kabupaten yang tidak melapor adalah
kabupaten Sumba Timur.
b. Penyandang Diabetes Mellitus (DM)
Pada Tahun 2018 jumlah penderita DM sebanyak 74.867 orang dengan
penderita DM yang mendaptkan pelayanan kesehatan sesuai standart sebanyak
16.968 orang. Kabupaten/Kota tertinggi kasus DM ada pada Kota Kupang
dengan jumlah penderita sebnayak 29.242 dan yang menadpatkan pelayanan
5.517 orang (18,9%) dan terendah ada pada kabupaten sumba tengah
sebanyak 24 orang dan yang menadpat pelayanan sebanyak 24 orang (100%).
c. Pemeriksaan Leher Rahim dan Payudara
Pada tahun 2018 pemeriksaan leher rahim dan payudara sebanyak 23.364
kasus dengan Iva Postif sebanyak 781 kasus, curiga kanker sebanyak 218
kasus dan tumor/benjolan sebanyak 60 kasus.

 Mortalitas (Angka Kematian)


1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Secara umum terjadi penurunan angka kematian ibu dari tahun 2014 ke
2018. Kasus Kematian Ibu dari Tahun 2014 – 2018 mengalami fluktuasi dari
tahun ketahun, tahun 2014 kasus kematian ibu sebanyak 158 kasus dengan Angka
Konversi Ibu sebesar 169 per 100.000 Kelahiran Hidup, pada tahun 2015 kasus
kematin ibu meningkat menjadi 178 kasus dengan Angka Kematian Ibu sebesar
163 per 100.000 Kelahiran Hidup, pada tahun 2016 kasus kematian ibu menurun
menjadi 177 kasus dengan Angka Konversi Kematian Ibu sebesar 131 per
100.000 Kelahiran Hidup, pada tahun 2017 kasus kematian ibu menurun lagi
menjadi 163 kasus dengan Angka Konversi Kematian Ibu sebesar 120 per
100.000 Kelahiran Hidup dan pada tahun 2018 kasus kematian ibu meningkat lagi
mnejadi 155 kasus dengan Angka Konversi Kematian Ibu sebesar 161 per
100.000 Kelahiran Hidup.
2. Angka Kematian Bayi (AKB)
Berdasarkan hasil konversi jumlah kasus kematian bayi mengalami
fluktuasi dari tahun 2014 – 2018, pada tahun 2014 kematian bayi berjumlah 1.280
kasus dengan Angka Konversi Bayi sebesar 14 per 1000 Kelahiran Hidup, pada
tahun 2015 kasus kematinan bayi meningkat menjadi 1.488 kasus dengan Angka
Konversi Bayi sebesar 10 per 1000 Kelahiran Hidup, pada tahun 2016 mkasus
kematian bayi menurun menjadi 704 kasus dengan Angka Konversi Bayi sebesar
7,7 per 1000 Kelahiran Hidup dan pada Tahun 2018 kasus kematian bayi
meningkat menjadi 1.131 kasus dengan Angka Konversi Bayi sebesar 11,7 per
1000 Kelahiran Hidup.
3. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Anak Balita (AKABA) dari tahun 2014-2018 mengalami
fluktuasi yang cukup bervariasi. Pada Tahun 2014 kasus kematian balita 1408
kasus dengan Angka Konversi Anak Balita sebesar 15 per 1000 Kelahiran Hidup,
pada tahun 2015 kasus kematian anak balita menurun menjadi 208 kasus dengan
Angka Konversi Kematian Anak Balita sebesar 3 per 1000 Kelahiiran Hidup,
pada Tahun 2016 kasus kematian anak balita meningkat lagi menjadi 893 kasus
dengan Angka Konversi Kematian Anak Balita sebesar 7 per 1000 Kelahiran
Hidup, dan tahun 2018 kasus kematian Anak Balita menurun drastis menjadi 159
kasus dengan Angka Konversi Kematian Angka Balita sebesar 1,7 per 1000
kelahiran hidup.

 Age Specific Mortality Rate : Bayi (0-<1 Tahun) sebesar 11,7 per 1000 kelahiran
hidup.

C. Faktor Ekologi
 Faktor Budaya
 Faktor Sosial Ekonomi
Jumlah penduduk di Nusa Tenggara Timur Tahun 2018 berdasarkan proyeksi
penduduk sebesar 5.371.519 jiwa , yang mendiami 47.349,9 kilometer persegi luas
wilayah daratan Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian, secara rata-rata, satu
kilometer persegi di Nusa Tenggara Timur didiami oleh 110 jiwa. Menurut jenis
kelamin, penduduk perempuan di Nusa Tenggara Timur masih lebih banyak
dibandingkan penduduk laki-laki. Jumlah penduduk terbanyak ada pada usai
produktif 0-4 tahun. Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin perkelompok
lima tahunan, didominasi kelompok usia muda.
Data Susenas menunjukkan bahwa masih terdapat 8,48 persen penduduk usia 15
tahun ke atas di Nusa Tenggara Timur yang buta huruf. Artinya bahwa dalam 100
penduduk yang berusia 15 tahun ke atas ada sekitar 8-9 orang yang tidak dapat
membaca dan menulis, baik huruf latin, huruf Arab atau huruf lainnya.
 Produksi Pangan
Pada tahun 2018 Jumlah TPM yang ada sebanyak 4.953 buah, yang memenuhi
syarat hygiene sanitasi sebanyak 2.466 buah (49,8%).
 Layanan / Sarana Kesehatan & Pendidikan
Total Puskesmas tahun 2014 jumlah Puskesmas 379 unit, jumlah Puskesmas
Rawat Inap sebanyak 179 unit dan Puskesmas non Rawat Inap sebanyak 200 unit.
Tahun 2015 jumlah Puskesmas sebanyak 383 dengan jumlah Puskesmas Rawat Inap
190 unit dan puskesmas Non Rawat Inap 193 unit. Tahun 2016 menjadi 384 dengan
jumlah puskesmas Rawat Inap 194 unit dan puskesmas Non Rawat Inap 190 unit.
Tahun 2017 jumlah Puskesmas sebanyak 394 unit, dengan rincian Puskesmas Rawat
Inap sebanyak 195 unit dan Puskesmas Non Rawat Inap sebanyak 199 unit dan Tahu
2018 sebanyak dan pada tahun 2018 jumlah Puskesmas sebanyak 404 unit yang
terdiri dari puskesmas Rawat Inap sebanyak 189 unit dan puskesmas Non Rawat Inap
215 unit.
Jumlah rumah sakit (Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta dan Rusmah
Sakit TNI/POLRI) tahun 2014-2018 mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
di mana tahun 2014 jumlah rumah sakit sebanyak 23 unit, tahun 2015 jumlah rumah
sakit sebanyak 40 unit, tahun 2016 jumlah rumah sakit 40 unit, tahun 2017 sebanyak
44 unit dan tahun 2015 bertambah menjadi 50 Unit.
Rumah Sakit juga dikelompokan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan
menjadi Kelas A,Kelas B, Kelas C, dan Kelas D.Tahun 2018 terdapat 2 rumah sakit
kelas B yaitu RSUD Prof Dr WZ Johanes dan RS Siloam Kupang, rumah sakit kelas
C sebanyak 21 dan rumah sakit kelas D sebanyak 27 rumah sakit.

Sumber :
DINKES. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Tahun 2018. Kupang : Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Anda mungkin juga menyukai