Anda di halaman 1dari 12

STUDI PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL PADA MASYARAKAT SUKU

SENTANI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO Tahun 2011, Memperkiran 105.536 Industri obat tradisional di dunia, dan di
Indonesia dari tahun ke tahun terjadi peningkatan produksi obat tersebut.Obat tradisional
sebagai obat asli di suatu negara yang digunakan secara turun temurun di negara.WHO
mendefinisikan pengobatan tradisonal sebagai sistem pengetahuan medis yang berkembang
pada berbagai generasi dalam masyarakat sebelum era kedokteran modern,termasuk praktek-
praktek kesehatan ,pendekatan , pengetahuan , dan keyakinan menggabungkan tanaman ,
hewan , dan mineral yang berbasis obat-obatan , terapi sipirutual ,teknik manual dan latihan
,di terapkan tunggal atau dalam kombinasi untuk mengobati , mengdiagnosa , dan mencegah
penyakit atau menjaga kesehatan . ( Bussmann et al, 2010)

Indonesia merupakan tropis yang sudah di kenal sebagai penghasilan berbagai macam
komoditas hasil pertanian termasuk turun temurun dari nenek moyang yang berakar kuat
dalam budaya bangsa. Tanaman obat atau jenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat
sebagai obat dan di pergunakan untuk penyembuhan ataupun pencegahan berbagai
penyakit.Tempat yang termasuk sulit alat transportasi sehingga masyarakat di dalam menjaga
kesehatannya masih menggunakan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan
sebagai bahan obat-obatan. (Takarasel, 2010)

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hayati spesies
terbanyak di dunia, termasuk etnis dan budaya beserta beragam berbagai sumber daya alam
lainnya. (Kumalasari, 2006 ) .Pemanfaatan tumbuhan obat di maksudkan bagi peningkatan
kesehatan fisik dan mental. Sejalan dengan perkembangan pengobatan modern yang ada ,
Pengobatan tradisional di anggap perlu untuk lebih di kembangkan, melihat dari perubahan
alam dan pola hidup masyarakat(Wijaya kusuma 2000). Menurut Darusman dan Arif (2004)
masyarakat lokal memiliki pengertian yang dalam tentang manfaat berbagai jenis tumbuhan
lokal.
KETERANGAN PRESENTASI PENDUDUK INDONESIA
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Penduduk yang
mengeluh sakit 25,6 25,49 26,25 24,41 26,51 26,68 28,15
dalam sebulan
terakhir
Pemilihan
pengobatan
sendiri oleh 62,94 58,78 60,60 64,35 72,44 69,88 65,01
penduduk yang
sakit
Penggunaan
obat dalam 87,68 83,88 85,10 86,18 87,37 82,56 82,28
pengobatan
sendiri
Penggunaan
obat tradisional
dalam 15,59 30,24 29,73 30,67 32,87 35,52 38,30
pengobatan
sendiri

Suku Sentani banyak menggunakan tumbuhan sebagai obat karena kehidupannya


dekat dengan alam, Suku sentani masih umumnya bekerja sebagai nelayan atau petani yang
memiliki pendapatan secukupnya. Keadaan ini yang membuat masyarakat Suku Sentani
cenderung menggunakan bahan-bahan alam sebagai alternatif pengobatan jika ada
keluarganya yang sakit.
Berdasarkan hasil pengamatan pada survai awal diketahui wawancara ibu-ibu masih
memilih untuk menggunakan ramuan tradisional di banding pengobatan modern. Alasannya
inilah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul STUDI
PEMANFAATAN OBAT TRADIDIONAL PADA MASYARAT SUKU SENTANI.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengobatan tradisional pada suku sentani ?


1.3 Tujuan Penulis

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui berbagai jenis tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat tradisional.

B. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan suku sentani

b. Mengetahui Bagian tanaman yang digunakan

c. Mengetahui Cara pengolahan

d. Mengetahui Cara penggunaan

e. Mengetahui Manfaat/ Identifikasi

f. Mengetahui Campuran dengan bahan lain

g. Mengetahui Efek samping

h. Mengetahui Pantangan

i. Mengetahui tumbuhan obat yang digunakan kampung Ifar besar

j. Mengetahui selut belut pemanfaatan TOT

k. Mengetahui bagian-bagian obat tradisional


1.4 Manfaat
Manfaat obat tradisonal mengurangi risiko efek samping, kebanyakan obat-obatan herbal
sebagai lawan produk farmasi .

contoh meliputi:

Mengurangi risiko efek samping: kebanyakan obat-obatan herbal yang dapat di telorensi
dengan baik oleh pasien, dengan konsekuensi yang tidak di inginkan kurang dari obat-obatan
farmasi. Herbal biasanya memiliki efek samping yang lebih sedikit di bandingkan obat tradisional,
dan mungkin lebih aman untuk di gunakan dari waktu ke waktu.

Efektifitas dengan kondisi kronis obat-obatan herbal cenderung lebih efektif untuk lama
keluhan kesehatan yang tidak merespon dengan baik untuk obat tradisional. Salah satu contoh adalah
bumbu dan pengobatan alternatif di gunakan untuk mengobati arthritis. Daun, obat resep terkenal di
gunakan untuk mengobati segala penyakit alternatif pengobatan untuk daun disisi lain memiliki
beberapa efek samping, tetapi efek samping sedikit di bandingkan dengan obat apotik obat modern.

Biaya yang lebih rendah keuntungan lain obat tradisional adalah biaya. Obat tradisional lebih
murah dari pada obat modern. Penelitian , pengujian, dan pemasaran menambah besar biaya obat
modern. Obat tradisional lebih murah dibandingkan dengan obat modern karena mudah didapatkan
di wilayah Ifar Besar.

Ketersediaan luas namun lain keuntungan dari obat-obatan tradisional. Obat tradisional yang
tersedia tidak memiliki atau memakai resep hanya saja masyarakat harus tau cara penggunaanya.

Intinya adalah bahwa obat tradisional mereka, memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Mengunjungi dokter untuk diagnosis yang benar, konsultasi dengan seorang penjual obat tradisional
yang tepat untuk mengetahui dosisnya, dan juga merangkul obat modern, pada saat itu yang paling
praktis bagi mereka menggunakan obat tradisional dan komplementer .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanTentangTumbuhanObat

1. Sejarah Tumbuhan Obat Tradisional.

Obat-obat yang diperoleh langsung dari bahan-bahan alam dan yang belum mempunyai data
secara klinik, namun diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman, disebut dengan obat
tradisional (Sirait,1992 dalam karubaba,2003).
Sejarah mengenai penggunaan tumbuhan dalam pengobatan sangat panjang dan rumit serta
sebagian besar berkaitan dengan kepercayaan penduduk primitif, misalnya penyakit yang disebabkan
oleh adanya mahluk jahat dapat diusir dengan menggunakan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan.
Obat asli Indonesia adalah obat-obatan yang diperoleh langsung dari tumbuh-tumbuhan yang
terdapat di Indonesia, dapat diolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan pemanfaatannya
dalam pengobatan tradisional (Maheswari,2002).

2. Pengelolaan ObatTradisional
Pengelolaan obat tradisional secara modern hanya dapat menjangkau 25-30% dari penduduk
bangsa Indonesia. Sebelum mengungkapkan pada cara pengelolaan obat maupun penggunaan
tumbuhan berkhasiat obat, syarat pertama adalah mengalter lebih dahulu tumbuhan tersebut setelah
tahu tumbuhan yang mengandung khasiat obat, maka sudah tidak perlu khawatir lagi jika terjadi hal-
hal yang tidak kita inginkan seperti keracunan dan lain-lain (Soedarmilah,1994)
Langkah selanjutnya yaitu perlu mengetahui pula cara pengobatannya. Banyak sekali yang nanti akan
terbuang karena rusak, berjamur, dan hilang dimakan hama. Bahan-bahan yang diperkirakan untuk
dijadikan jamu atau ramuan harus lebih cermat penanganannya, karena khasiat obat yang ada
didalamnya yaitu terdiri dari minyak Astiri dan sebagainya akan hilang atau berkurang khasiatnya bila
cara memetiknya tidak tepat berdasarkan musim maupun waktu. Misalnya ada beberapa tumbuhan
yang sebaiknya dipetik pada musim kemarau agar kadar air tidak menghambat dalam proses
pengeringannya (Soedarmilah,1994)

3. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional


Pemanfaatan tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat bagi masyarakat Indonesia bukan hal
baru. Pemanfaatan tumbuhan dalam pengobatan sudah dilakukan oleh nenek moyang bangsa
Indonesia sejak dulu kala. Cara pengobatan ini kemudian diwariskan secara turun-temurun dan
menjadikannya tradisi atau ciri khas setiap suku-suku di Indonesia. Penggunaan obat tradisional erat
kaitannya dengan aspek budaya masyarakat yang bersangkutan dan diwariskan oleh nenek
moyangnya sejarah turun-temurun.
Meskipun sekarang banyak obat-obatan yang dibuat secara sintetik, tetapi jangan diabaikan arti
tumbuhan, sebab tumbuhan sebagai penghasil bahan yang berkhasiat. Seperti dapat di lihat dari
banyaknya antibiotika yang diperkenalkan dalam dunia pengobatan, yang boleh di katakan bahwa
semua zat tersebut berasal dari tumbuhan (Tjitrosoepomo,1999).
4. Perkembangan obat tradisional di Indonesia
Masyarakat Indonesia mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sudah sejak lama,
yaitu salah satu upaya dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya sebelum pelayanan
kesehatan formal dengan pemakaian obat-obatan sintetik menyentuh masyarakat. Pengetahuan
tentang tumbuhan berkhasiat obat ini merupakan suatu pelajaran yang diwariskan berdasarkan
pengalaman dan keterampilan yang secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Hasil pengobatan
dengan menggunakan obat tradisional ini terbukti kemajuannya baik secara empiris,maupun dengan
cara klinis (Hebling, 1996 dalam Karubaba, 2003).
Pengobatan dengan menggunakan obat tradisional di Indonesia masih terbatas di lingkungan
keluarga. Berbeda dengan Negara-negara lain yang sudah memberlakukan cara dan pengobatan
tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan formal (Supriadi, 2001). Obat-obat tradisional pada
awalnya diramu secara sederhana dikerjakan dengan bahan-bahan yang ada di sekitar kehidupan
masyarakat. Sekalipun sudah mengenal obat-obat yang diolah modern tetapi bangsa Indonesia tetap
percaya bahwa resep tradisional peninggalan nenek moyang masih tetap mujarab, manjur khasiatnya
dan juga murah harganya (Reksodikarjo dkk,1991,dalam Karubaba,2003).

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Tumbuhan Obat tradisional.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan tumbuhan obat tradisonal, yaitu seperti faktor
lingkungan, budaya, sosial ekonomi, pendidikan .

1. Lingkungan

Lingkungan adalah sebuah tempat, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang ada di sekitar tempat tinggal
termasuk hutan, kebun, dan pekarangan rumah yang mempengaruhi hal yang hidup, termasuk kehidupan
manusia.

Manusia secara rutin mengelola lingkungan hidup, agar dapat memanfaatkan lingkungan secara optimal.
Lingkungan hidup bagi manusia berupa hutan memang sangat stabil dari waktu ke waktu. Seribu tahun yang
akan datang mungkin keadaan hutan tidak banyak bedannya dengan keadaan sekarang, dapatkah manusia
memanfaatkan lingkungan yang berupa hutan secara optimal (Darsono, 1995)

Terdapat hubunganan atara faktor lingkungan dengan kehidupan manusia, hal demikian bukan merupakan hal
yang baru. Misalnya perkins (1938) menyebutkan bahwa sehat atau tidaknya seseorang amat tergantung dari
adanya keseimbangan yang relative dari bentuk dan fungsi tubuh, yang terjadi sebagai hasil dari kemampuan
penyesuaian secara dinamis terhadap berbagai tenaga atau kekuatan (lazimnya besumber darilingkungan)
yang berusaha mengganggunya (Azwar, 1996).

2. Budaya

Budaya adalah keseluruhan kompleks yang meliputi (1) pengetahuan, (2) kepercayaan, (3) seni, (4)
kesusilaan, (5) hukum, (6) adat istiadat serta (7) kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Manusia sebagai bagian dari makhluk hidup yang lebih beruntung
karena dikaruniai budi dan akal, ternyata lebih mengutamakan cara adaptasi. Demikianlah telah dapat
dibuktikan, bahwa semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu bangsa semakin rendah angka kelahiran
(reproduksi) dan bersamaan dengan itu kemampuan melakukan adaptasi terhadap lingkungan makin
sempurna. Yang dimaksud dengan pekerjaan adaptasi disini tidak hanya terhadap lingkungan fisik, seperti
keadaan alam, cuaca dan lain sebagainya, tetapi juga terhadap lingkungan non fisik seperti kehidupan sosial
budaya dan adat istiadat (Azwar, 1996).
3. Sosial Ekonomi

Moeljarto 1990, bahwa jenis pembangunan sosial ini konotasinya lebih ditekankan pada kepercayaan pada diri
masyarakat sendiri yang dimulai dari kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Demikian
pula status kesehatan yang rendah sebagai suatu keadaan sosial ternyata merupakan salah satu gambaran dari
konsep kemiskinan. Kemiskinan biasanya dikaitkan dengan masalah kekurangan “pendapatan”, kekurangan
pendapatan kemungkinan seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhanya yaitu kebutuhan dasar minimum.

4. Pendidikan dan Pelatihan

Secara sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
dengan kondisi dalam masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu betapapun primitifnya suatu masyarakat
didalamnya pasti ada terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Secara umum pendidikan sangat
berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang. Dengan tingginya tingkat pendidikan maka semakin tinggi
pula pengetahuan tentang penyakit (Notoatmojo, 1993).

5. Pengetahuan

Pengetahuan adalah mengenal, melihat atau menyaksikan, merasakan, mengalami dan mempelajari tentang
sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari sautu proses pembelajaran yang terjadi melalui penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba sebagian besar dari pendengaran (Notoatmojo, 1993).

C. KerangkaTeori

Ini dari penelitian ini adalah untuk mendeskriptifkan variable independent dan variable dependent, dengan
asumsi bahwa pemanfaatan tumbuhan obat tradisional oleh penduduk desa khususnya masyarakat di kampung
Yoka dalam penyembuhan berbagai penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional sangat erat kaitannya
dengan, lingkungan, budaya, sosial ekonomi, pendidikan dan pegetahuan.

Pengobatan penyakit oleh masyarakat tidak saja dengan menggunakan obat-obatan dari kimia, namun lebih
cenderung memanfaatkan tumbuhan obat tradisional. Kebiasaan secara turun temurun ini akan mempengaruhi
keyakinan masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit tertentu dengan menggunakan tumbuhan obat
tradisional.
LINGKUNGAN

BUDAYA
PEMANFAATAN
OBAT
SOSIAL TRADISIONAL
EKONOMI

PENDIDIKAN
DAN
PELATIHAN
PENGETAHUAN

Gambar: Skema variabel yang diteliti


D. Kerangka Konsep

Jenis-jenis tumbuhan
obat yang digunakan
suku sentani

Bagian tanaman
yang digunakan

Cara pengolahan

Studi Pemanfaatan
Manfaat /
obat tradisional pada
Identifikasi
Masyarakat suku
Sentani

Campuran dengan
bahan lain

Efek samping

Pantangan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 A. jenis penelitian

Jenis penelitian ini kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara in depth interview (
wawanvara mendalam ) menggunakan panduan wawancara yang sudah di sediakan ( Hasmi,2015 ).

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Kampung Ifar Besar Sentani Kabupaten Jayapura.

3.3 Instrumen

Instrumen dari peneliti memakai teknik wawancara terbuka. Menggunakan hp vivo Samsung tipe
4550

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

a. Observasi

Yaitu melihat dan membuat catatan-catatan dengan peneliti tentang aktifitas yang ada
hubungannya dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional yang tidak dapat dijaring
melalui wawancara. Seperti keadaan lingkungan sekitar perumahan.

b. Data Sekunder

Yaitu melakukan wawancara tanya jawab secara terbuka dengan responden dengan
menggunakan kuisioner penelitian yang sudah disusun sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari instansi terkait yang ada di lokasi
penelitian, misalnya data demografis, geografis, dan lain-lain.

3.5 Definisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif

1. Lingkungan

Yang di maksud lingkungan dalam penelitian ini adalah segala benda, kondisi, keadaan dan
pengaruhnya yang terdapat dalam sekitar tempat tinggal termasuk hutan, kebun, dan pekarangan
rumah yang mempengaruhi hal yang hidup, termasuk kehidupan manusia, termasuk keadaan hutan,
jarak tempat tinggal ke tempat pengambilan tumbuhan obat dan kondisi jalan menuju ke tempat
pengambilan tumbuhan obat.Lingkungan diukur dengan menggunakan skala Guttman dan
perhitungan nilai tertinggi 1(satu) dan nilai terendah 0 (nol) untuk setiap pertanyaan.
Lingkungan di anggap :

Baik : Bila di jawab responden >51%

Kurang : Jawaban responden < 50%

2. Budaya

Yang dimaksud dengan budaya dalam penelitian ini adalah segala macam perilaku,
pengalaman serata interaksi manusia dengan lingkungannya yang berwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan yang berhubungan dengan tanaman obat tradisional termasuk cara
meramu obat, melestarikan tumbuhan yang berkhasiat obat dan mempertahankan keberadaan obat
tradisonal. Budaya diukur dengan menggunakan skala Guttman dan perhitungan nilai tertinggi 1(
satu) dan nilai terendah 0 (nol) untuk setiap pertanyaan.

Budaya dianggap :

Baik : Bila di jawab responden >51%

Kurang : Jawaban <50%

3. Sosial Ekonomi

Yang dimaksud sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan keluarga
sesuai jenis pekerjaan atau mata pencaharian sehari-hari untuk pemenuhan kebutuhan keluarga serta
biaya yang dibutuhkan keluarga..

Sosial Ekonomi diukur dengan kriteria objektif sebagai berikut :

Cukup : Bila jawaban responden >51%

Kurang : Jawaban responden <50%

4. Pendidikan dan pelatihan

Pendidikan dan pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang
dimiliki oleh responden berdasarkan jenjang pendidikan umum formal yang ditetapkan oleh
Pemeritah dan Pendidikan non formal seperti kursus yang ada hubungannya dengan tumbuhan obat
tradisional.

Pendidikan diukur dengan menggunakan skala Guttman dan perhitungan nilai tertinggi 1(satu) dan
nilai terendah 0(n0l) untuk setiap pertanyaan.

Pendidikan dan Pelatihan di anggap :

Baik : Bila responden 51%

Kurang : Jawaban responden <50%


5. Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh responden tentang tumbuhan obat tradisional
dan mampu menjawab pertanyaanyang diajukan dengan benar tentang tumbuhan obat tradisional
termasuk jenis tumbuhan obat dan manfaat obat tradisonal.

Pengetahuan diukur dengan menggunakan skala Guttman dan perhitungan nilai tertinggi 1(satu) dan
nilai terendah 0 (nol) untuk setiap pertanyaan.

Pengetahuan dianggap :

Baik : Bila jawaban responden setuju >51%

Kurang : Jawaban responden tidak setuju <50%

F. Pengelohan Data Dan Analisa Data

1. Pengelohan Data.

Ada beberapa proses pengelohan dan yang dilakukan untuk mengolah data yang telah terjaling
melalui kuesioner yaitu: editing, tally, tabulasi.

- Editing dilakukan untuk meneliti atau merapikan kembali catatan-catatan dalam pengambilan
data melalui kuesioner dan wawancara, agar data yang didapatkan menjadi data valid dan
benar-benar merupakan data yang terjadi di lapangan.

- Tally yaitu mendistribusikan dan respoden dari setiap kategori jawaban sesuai dengan variable
penelitian.

- Tabulasi adalah proses penyusunan data mentah yang diperoleh kedalam bentuk table, sehingga
data tersebut akan lebih mudah dibaca dan di pahami.

2. Analisa Data.

Karena penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk melihat pemanfaatan tumbuhan
sebagai obat tradisional pada masyarakat Sentani dan faktor mana yang lebih tinggi kontribusinya
terhadap tingkat penggunaan tanaman obat tradisional tersebut. Maka penulisan ini menggunakan
teknik analisis:

A. Kualitatif yaitu menguraikan masing-masing variable berupa dari data mentah dikategorikan
dengan cara koding dan deskripsi dalam bentuk display data kemudian disimpulkan secara umum.

B. Kuantitatif yaitu melihat berapa besar distribusi dan persentase dari variable yang diperoleh
dari hasil data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan menghitung frekuensi (Arikunto, 1997).

Anda mungkin juga menyukai