PENDAHULUAN
1
akarnya. Masyarakat di Kutai Kartanegara menggunakan akar tanaman ini untuk
mengobati hipertensi, diabetes mellitus dan kanker (Al' Amrie, 2011). Tanaman
yang dikenal dengan nama lain merung ini, akarnya digunakan untuk menambah
stamina dan vitalitas oleh masyarakat di Kotabaru, Kalimantan Selatan. (Rezeky,
2009).
Uji pendahuluan yang dilakukan oleh Al’ Amrie (2011) menunjukkan bahwa
terdapat metabolit sekunder fenolik, saponin, alkaloid dan antrakuinon pada
ekstrak akar tanaman ini. Secara kualitatif, penelitian yang dilakukan Kosala
(2014) menunjukkan bahwa akar tanaman ini memiliki sifat antioksidan pada
metabolit sekundernya. Dalam penelitian tersebut digunakan fraksi ekstrak
n-heksan, etil asetat dan metanol.
Pengujian aktivitas anitoksidan dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti
pemerangkapan radikal bebas DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil), β-Carotene
Bleaching Method (BCB Method), Thiobarbituric Acid-Reactive Substance (TBARS),
Cupric Reducing Antioxidant Capacity (CUPRAC Assay), Oxygen-Radical
Absorbance Capacity (ORAC Assay), dan Ferric Reducing Antioxidant Power
(FRAP Assay) (Rafi, Niken, Elly, & Latifah, 2013; Rosidah, Sadikun, & Asmawi,
2008). Metode yang banyak digunakan adalah metode DPPH karena hasilnya
terbukti akurat, reliable, praktis dan relatif cepat (Prakash, Rigelhof, & Miller,
2001)
Kurkumin merupakan salah satu produk senyawa metabolit sekunder dari
tanaman Zingiberaceae, khususnya kunyit dan temulawak. Kurkumin diketahui
memiliki banyak aktivitas farmakologis diantaranya antioksidan, antiinflamasi, dan
antikarsinogenik (Joe, Vijaykumar, & Lokesh, 2004; Chattopadhyay, Biswas,
Bandyopadhyay, & Banerjee, 2004; Araujo & Leon, 2001). Oleh penduduk
Indonesia, kurkumin sering digunakan sebagai bahan tambahan makanan, bumbu
dan obat-obatan dan tidak menimbulkan efek toksik yang merugikan (Meiyanto,
1999).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian untuk
memperdalam aktivitas antioksidan pada ekstrak fraksi n-heksan, etil asetat dan
metanol akar C. flavescens Korth yang dibandingkan dengan kurkumin dengan
menggunakan metode peredaman DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil).
2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan aktivitas antioksidan berdasarkan nilai IC50 antara
fraksi n-heksan, etil asetat dan metanol akar C. flavescens Korth serta ketiga fraksi
dengan kurkumin?
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1. Daun (Sahid, Kosala, Rosita, Jufriah, & Saidah, 2012) , Bunga (“The
Encyclopedia of Plants in Thailand”, 2012), Akar (Al’Amrie, 2011) C. flavescens Korth
4
2.1.2 Nama Daerah
Di beberapa daerah di Indonesia tanaman ini memiliki nama yang
berbeda-beda:
1. Sumatera:
a. Bangka: Akar metedong (Heyne, 1987)
b. Lampung: Kertupai (Heyne, 1987)
c. Belitung Timur, Bangka Belitung: Akar segendai (Oktavia, 2012)
2. Kalimantan:
a. Kotabaru, Kalimantan Selatan: Manuran (Rezeky, 2009)
b. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur: Merung (Al' Amrie, 2011)
c. Paser, Kalimantan Timur: Tambolekar (Sahid et al., 2012)
3. Malaysia: Sebasoh akar (Wiart, 2006)
2.1.3 Morfologi
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan sejenis perdu dengan batang
memanjat , panjang 2 – 8 m dengan bunga yang wangi sekali baunya, mula-mula
berwarna putih dan lama-kelamaan menjadi kuning jingga (Heyne, 1987).
Daunnya berukuran 5 cm x 10 cm. Tangkai daunnya berbulu dan kecil (Wiart,
2006). Bentuk akarnya membulat seperti bonggol dan berkayu, berwarna coklat
kekuningan. Bau akar, daun dan batangnya sangat khas dan menyengat seperti
karet, dan rasanya agak sepat dan pahit (Rezeky, 2009).
5
untuk diminum yang dipercayai berkhasiat untuk meningkatkan vitalitas dan
stamina (Rezeky, 2009). Berdasarkan Laporan Tim Ristoja (2012) di Kalimantan
Timur, Kabupaten Paser, masyarakat desa Suatang menggunakan bagian akar dan
kulit akar tanaman ini untuk mengobati demam dan pilek. Di daerah lain, oleh
masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara, akar tanaman ini digunakan untuk
mengobati encok atau sakit pinggang, menambah stamina, mengobati hipertensi,
diabetes melitus, afrodisiaka serta untuk mengobati kanker (Al' Amrie, 2011). Di
daerah Lampung, air dari perasan akar yang telah ditumbuk tanpa dimasak,
diminum untuk mengobati infeksi cacing. Di Semenanjung Malaya, kulit akar
tanaman ini digunakan sebagai racun panah (Heyne, 1987). Sama seperti di
Lampung, di Malaysia akar tanaman ini juga digunakan untuk mengobati infeksi
cacing. Selain itu digunakan juga untuk mengurangi nyeri kolik, mengobati
demam dan membantu pemulihan pasca melahirkan (Wiart, 2006). Akar tanaman
yang diproses oleh masyarakat Kabupaten Belitung Timur dengan cara diseduh ini
digunakan untuk mengatasi masuk angin dan batuk kremi (Oktavia, 2012).
Menurut Minh, Yen, & Thoa (2014) semua bagian tanaman ini digunakan sebagai
antiinflamasi dan obat kuat oleh masyarakat Hre di daerah Ba To di Vietnam.
Berbagai aktivitas farmakologis yang dimiliki oleh tanaman ini telah
terbukti dalam beberapa penelitian eksperimen laboratoris. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Al' Amrie (2011) dengan metode DPPH membuktikan bahwa akar
C. flavescens Korth memiliki aktivitas anitoksidan dengan fraksi n-heksana adalah
fraksi yang memberikan aktivitas antioksidan terbaik. Fraksi etil asetat dan fraksi
n-butanol menunjukkan adanya aktivitas afrodisiaka pada akar tanaman ini
(Gamaliana, 2010; Nugraha, 2010). Sementara itu penelitian oleh Mahyuddin
(2012) menunjukkan bahwa akar tanaman ini berpotensi sebagai antibiotik, tetapi
aktivitasnya lebih kecil dibandingkan dengan oksitetrasiklin sebagai kontrol
positif. Sedangkan sebagai antifungal, akar tanaman ini memiliki efek yang sama
dengan ketokonazol sebagai kontrol positif. Aktivitas farmakologis lain yang telah
diuji adalah akar tanaman ini memiliki potensi sebagai anthelmintik terhadap
Ascardia galli (Novianti, 2012), aktivitas larvisida terhadap Aedes aegypti dan
Culex Sp. (Wibowo, 2013) dan berdasarkan penelitian Hounkong et al., (2014)
akar tanaman ini berpotensi sebagai antiparasit E. histolytica dan G. intestinalis
dengan kandungan antrakuinon dan naptokuinon yang dimilikinya.
6
2.2 Radikal Bebas
2.2.1 Pengertian Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif, yang secara
umum dikenal sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan di
kulit terluarnya. Radikal bebas memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari sifatnya yang segera menarik atau menyerang elektron yang ada
di sekelilingnya. Reaktivitas radikal bebas merupakan suatu cara untuk mencari
pasangan elektron. Sebagai akibat dari kerja radikal bebas tersebut maka akan
terbentuk radikal bebas baru yang berasal dari atom atau molekul yang
elektronnya diambil untuk berpasangan dengan radikal sebelumnya. Namun bila
dua senyawa radikal bertemu maka elektron-elektron yang tidak berpasangan dari
kedua senyawa tersebut akan bergabung membentuk ikatan kovalen yang stabil
(Winarsi, 2007).
7
Tubuh menciptakan bahan-bahan untuk memproduksi energi, dimana proses
produksi energi ini akan meningkatkan jumlah radikal bebas. Selain itu,
hormon kortisol dan katekolamin yang memediasi reaksi stress di dalam
tubuh menjadi terdegenerasi karena radikal bebas yang destruktif.
8
melibatkan perubahan tingkat biomolekuler (Valko et al., 2004; Valko,
Leibfritz, Moncola, & Cronin, 2007; Valko, Rhodes, Moncol, & Izakovic,
2006). Tahap inisiasi dan propagasi kanker berhubungan dengan defek
kromosom dan aktivasi sel onkogen yang diinduksi oleh radikal bebas.
Bentuk kerusakan tersering yang ada terjadi karena pembentukan
hidroksilasi DNA (Valko et al., 2004; Halliwell, 2007). Pembentukan ini
akan turut serta pada pertumbuhan sel normal yang menyebabkan mutasi
dan mengubah transkripsi gen normal (Valko et al., 2004; Willcox, Ash, &
Catignani, 2004).
2) Penyakit neurodegeneratif
Contohnya pada penyakit Alzheimer, dapat disebabkan karena gangguan
metabolisme energi, gangguan homeostasis Ca2+, stress oksidatif dan
akumulasi amyloid β peptida (Aβ) (Mattson, Gleichmann, & Cheng, 2008).
Adanya amyloid β peptide dapat meningkatkan produksi radikal bebas (ROS)
dan menurunkan produksi ATP sehingga menyebabkan terjadinya disfungsi
mitokondria neuron (Hashimoto, Rockenstein, Crews, & Masliah, 2003)
3) Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, ada beberapa sumber yang berpotensi
memproduksi radikal bebas yaitu xantin oksidase (Phan, Gannon, Varani,
Ryan, & Ward, 1989), siklooksigenase (Holland J A et al., 1990),
lipooksigenase (Hsieh, Yen, Yen, & Lau, 2001), respirasi mitokondria
(Sanders et al., 1993; Ballinger et al., 2002), sitokrom P450 (Fleming et al.,
2001), sintesis nitrit oksida yang tidak berpasangan (uncoupled) (Harrison,
1997; Vazquez-Vivar et al., 1998; Xia, Tsai, Berka, & Zweier, 1998), dan
NADP serta NADPH oksidase (Griendling, Sorescu, & Ushio-Fukai, 2000).
Salah satu contoh pada hipertensi esensial, dimana penelitian yang
dilakukan terhadap tikus menunjukkan bahwa inaktivasi gen dari enzim
yang memicu timbulnya radikal bebas (ROS) dapat menurunkan tekanan
darah tikus (Kerr et al., 1999).
4) Penyakit ginjal
Kelebihan radikal bebas juga berperan penting dalam berbagai penyakit
ginjal seperti glomerulonefritis dan tubulointersisial nefritis, gagal ginjal
kronik, proteinuria, uremia (Droge, 2002; Galle, 2001). Beberapa obat
9
nefrotoksik seperti siklosporin, takrolimus, gentamisin, bleomisin dan
vinblastin berperan dalam proses stress oksidatif melalui peroksidasi lipid
(Galle, 2001; Sadeg, Pham-Huy, Martin, Warnet, & Claude, 1993; Massicot,
Martin, Dutertre-Catella, Ellouk-Achard, & Pham-Huy, 1997).
Tabel 2.1. Penyakit yang berhubungan dengan radikal bebas (Langseth, 1996)
10
2) Sel-sel fagosit yang terlibat dalam pertahanan tubuh memproduksi dan
memobilisasi oksigen radikal bebas untuk menghancurkan bakteri dan sel dari
bahan asing lain yang masuk dalam tubuh.
3) Sama seperti antioksidan, beberapa radikal bebas memberikan sinyal molekul.
Dalam hal ini radikal bebas dalam jumlah kecil bertanggung jawab atas
penyusunan dan perombakan gen.
4) Beberapa radikal bebas seperti nitrit oksida dan superoksida yang diproduksi
oleh sel-sel imun dalam jumlah banyak digunakan untuk membunuh virus dan
bakteri.
5) Beberapa radikal bebas merupakan pembunuh sel kanker. Faktanya, beberapa
obat kanker yang ada ditujukan untuk meningkatkan jumlah radikal bebas
dalam tubuh.
(Lippincott, 2008)
2.3 Antioksidan
2.3.1 Pengertian Antioksidan
Antioksidan adalah setiap substansi atau bahan yang dapat menunda,
mencegah atau menghilangkan kerusakan oksidatif pada molekul target (Halliwell,
2007). Reaksi oksidasi memproduksi radikal bebas yang dapat memulai reaksi
berantai atau kaskade yang akhirnya menyebabkan kerusakan atau kematian sel.
Antioksidan dapat menghilangkan efek lanjutan radikal bebas dengan membentuk
ikatan oksidasi dengan radikal bebas dan menghambat reaksi oksidasi lain
sehingga dapat menghentikan reaksi berantai yang berbahaya tersebut (Shebis,
Iluz, Kinel-Tahan, Dubinsky, & Yehoshua, 2013).
11
Tabel 2.2 Penggolongan antioksidan (Bouayed & Bohn, 2010)
12
Tabel 2.3. Sumber-sumber antioksidan (Hurrell, 2003)
Salah satu antioksidan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai pembanding
adalah kurkumin.
2.3.5 Kurkumin
Kurkuminoid adalah kelompok senyawa fenolik yang terkandung dalam
rimpang tanaman famili Zingiberaceae antara lain: Curcuma longa syn. Curcuma
domestica (kunyit) dan Curcuma xanthorhiza (temulawak). Kandungan utama
dari kurkuminoid adalah kurkumin yang berwarna kuning dan di dalam kunyit
presentasenya berkisar 3 – 4% (Joe et al., 2004; Eigner & Schulz, 1999).
13
Kurkumin tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam etanol dan aseton
(Joe et al., 2004; Chattopadhyay et al., 2004; Araujo & Leon, 2001). Banyak hasil
penelitian menunjukkan bahwa kurkumin aman dan tidak toksik bila dikonsumsi
oleh manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100
mg/ hari (Commandeur & Vermeulen, 1996). Adapun nilai IC50 kurkumin dari
ekstrak metanol kunyit (Curcuma domestica) adalah 43,57 ppm (Rachman,
Logawa, Hegartika, & Simanjuntak, 2008).
Kurkumin memiliki beberapa aktivitas farmakologis diantaranya sebagai
antiinflamasi, antihepatotoksik dan antikanker. Penelitian yang menunjukkan
bahwa kurkumin berpotensi sebagai antikanker yaitu berdasarkan kemampuannya
dalam menghambat proses karsinogenesis pada tahap inisiasi dan
promosi/progresi (Meiyanto, 1999). Berdasarkan hasil penelitian Rao (1997)
menunjukkan bahwa kurkumin merupakan penangkal radikal bebas terhadap
radikal hidroksil, anion superoksid, dan oksigen singlet.
14
malondialdehid (MDA) yang direaksikan dengan TBA akan terjadi perubahan
warna menjadi merah muda yang diukur dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 532 nm (Nurdiana & Kulsum, 2003)
15
digunakan.
Campuran reaksi berupa larutan sampel dan DPPH yang dilarutkan dalam
etanol absolut dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit dan dibaca pada
panjang gelombang maksimum. Metode ini sering digunakan untuk mendeteksi
kemampuan antiradikal suatu senyawa karena hasilnya terbukti akurat, reliable,
praktis dan relatif cepat (Prakash et al., 2001)
Senyawa DPPH berwarna ungu karena adanya delokalisasi elektron pada
sesama atom hidrogen yang semula ikatan tunggal menjadi rangkap (Hanani,
Mun'im, & Sekarini, 2005). Peredaman tersebut dihasilkan karena bereaksinya
molekul diphenyl picryl hydrazil dengan atom hidrogen yang dilepaskan satu
molekul komponen bahan uji sehingga membentuk senyawa diphenyl picryl
hydrazin (DPPH-H) yang berwarna kuning. Penurunan absrobansi DPPH dari
warna ungu ke kuning diukur pada λ = 517 nm menurut reaksi berikut :
+ H
Larutan DPPH dapat dengan mudah bereaksi pada semua ikatan senyawa
berupa larut air, larut lemak, yang tidak terikat, maupun yang menempel pada
dinding sel dari tumbuhan dan DPPH dapat diredam oleh berbagai macam jenis
antioksidan (Prakash et al., 2001)
Parameter yang dipakai untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah
harga Inhibition Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang
bisa menghambat radikal bebas sebesar 50% . Suatu zat memiliki sifat antioksidan
bila nilai IC50 kurang dari 200 ppm. Bila nilai IC50 berkisar antara 200-1000 ppm
maka zat tersebut kurang aktif namun masih berpotensi sebagai zat antioksidan
(Molyneux, 2004). Semakin kecil nilai IC50 maka semakin baik aktivitas
antioksidannya. Nilai IC50 diperoleh dari persamaan regresi linier yang
16
menyatakan hubungan antara konsentrasi sampel (senyawa uji) dengan aktivitas
antioksidan (Yu & Cheng, 2008). Rumus regresi linier:
y = bx + a
2.5.2 Fraksinasi
Proses isolasi yang harus dilakukan untuk memperoleh senyawa murni
meliputi ekstraksi, fraksinasi, pemurnian (Sahidin, 2012). Fraksinasi adalah
prosedur yang bertujuan untuk memisahkan golongan utama dari golongan
lainnya pada suatu kandungan alami tumuhan. Fraksinasi dilakukan berturut-turut
dengan larutan penyari yang selektif sehingga dapat memisahkan kelompok
kandungan kimia tersebut. Dimulai dengan pelarut yang bersifat nonpolar,
17
kemudian disari dengan pelarut yang kurang polar (semi polar) dan terakhir
dengan pelarut polar. Senyawa-senyawa yang berifat polar akan larut ke pelarut
polar, begitu juga senyawa yang bersifat nonpolar akan larut ke pelarut nonpolar.
(Harborne, 2006)
2.6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitan
atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan
metode atau cara pengukuran dengan menggunkan alat ini disebut dengan
spektrofotometri. Spektrofotometer terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang diabsorbsi.
Jadi spektrofotometer merupakan alat atau instrument yang digunakan untuk
mengukur absorbsi atau penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
(Khopkor, 2003). Spektrofotometer UV (ultra violet) dan visibel terbagi dalam
beberapa daerah yaitu: daerah ultraviolet jauh < 200 nm, daerah ultraviolet tengah
200-400 nm, daerah sinar tampak 400-800 nm (Gholib & Rohman, 2009).
18
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Ekstraksi dengan
fraksinasi bertingkat
Kontrol (+) Kontrol (-)
Sifat Antioksidan
Spektrofotometri
Nilai IC50
Analisis
19
BAB 4
METODE PENELITIAN
20
4.4.2 Variabel Terikat
Persentase (%) peredaman radikal DPPH oleh ekstrak fraksi n-heksan, etil
asetat dan metanol akar C. flavescens Korth serta kurkumin.
21
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Persiapan Sampel
Akar tanaman C. flavescens Korth yang telah dikumpulkan, dibersihkan,
dikeringkan di dalam lemari pengering kemudian dihaluskan secara manual lalu
disimpan pada suhu ± 60°C selama 3 hari sampai kering.
4.7.2 Ekstraksi
Ekstraksi akar tanaman C. flavescens Korth dengan menggunakan metode
maserasi dan fraksinasi. Berikut ini tahapan ekstraksi:
1. Serbuk akar C. flavescens Korth sebanyak 600 gr dimasukkan ke dalam
toples, tambahkan pelarut n-heksan sebanyak 2400 ml hingga seluruh
sampel terendam.
2. Toples disimpan pada tempat yang terlindung cahaya matahari dan
dibiarkan selama 5 hari sambil dibolak balik (diaduk), kemudian
disaring dengan menggunakan corong kaca dan kertas saring serta
penyedot vakum untuk memisahkan filtrat dari residunya.
3. Hasil filtrat n-heksan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ±
40°C untuk menguapkan pelarut dan didapatkan fraksi ekstrak n-heksan.
4. Residu dari n-heksan pada langkah ke-2 diangin-anginkan kemudian
ditambahkan dengan pelarut etil asetat sebanyak 2400 ml dan dibiarkan
selama 5 hari kemudian disaring dan dipisahkan filtrat dari residunya
(sama seperti langkah ke-2).
5. Hasil filtrat etil asetat dari langkah ke-4 dipekatkan dengan rotary
evaporator (sama seperti langkah ke-3) sehingga didapat fraksi ekstrak
etil asetat.
6. Residu dari etil asetat pada langkah ke-4 diangin-anginkan kemudian
ditambahkan dengan pelarut metanol sebanyak 2400 ml dan dibiarkan
selama 5 hari kemudian disaring dan dipisahkan filtrat dari residunya.
7. Hasil filtrat metanol dari langkah ke-6 dipekatkan dengan rotary
evaporator sehingga didapat fraksi ekstrak metanol. Residu yang ada
kemudian dibuang.
8. Hasil ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol akar C. flavescens Korth
yang telah didapat disimpan dalam desikator kemudian diuji dan
22
dibandingkan aktivitas antioksidan dari tiga ekstrak tersebut.
23
4.11 Kerangka Kerja
Sampel akar
C. flavescens Korth
Dihaluskan
Ekstraksi +
etil asetat 2400 ml
24
Konsentrasi 1a, 1b, 1c DPPH
25
BAB 5
HASIL
Tabel 5.2 Nilai rata-rata persentase peredaman radikal DPPH fraksi etil asetat
Persentase peredaman radikal DPPH (Mean±SD)
Sampel
5 ppm 10 ppm 25 ppm 50 ppm 75 ppm
Etil asetat -2,83±24,03 7,57±11,54 17,89±12,93 62,99±26,47 69,68±5,18
Tabel 5.3 Nilai rata-rata persentase peredaman radikal DPPH fraksi metanol
Persentase peredaman radikal DPPH (Mean±SD)
Sampel
100 ppm 200 ppm 300 ppm 400 ppm 500 ppm
Metanol 11,14±9,42 24,16±13,05 34,82±14,93 32,46±6,03 60,14±6,03
Keterangan: ppm = part per million, SD = standar deviasi
26
Tabel 5.4 Nilai rata-rata persentase peredaman radikal DPPH kurkumin
Persentase peredaman radikal DPPH (Mean±SD)
Sampel
5 ppm 7,5 ppm 10 ppm 12,5 ppm 15 ppm
Kurkumin 29,13±5,73 42,46±9,39 54,74±9,02 64,37±5,35 79,72±7,62
Tabel 5.6 Rumus regresi dan nilai IC50 fraksi etil asetat
27
peredaman radikal DPPH tersebut berdistribusi normal atau tidak. Dari hasil uji
normalitas tersebut didapatkan nilai p = 0,132 untuk fraksi n-heksan, p = 0,094
untuk fraksi etil asetat, p = 0,968 untuk fraksi metanol dan p = 0,368 untuk
kurkumin. Tabel hasil uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan
nilai p setiap sampel tersebut, disimpulkan bahwa data memiliki distribusi yang
normal (p > 0,05). Selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu arah untuk melihat
apakah ada perbedaan atau tidak ada perbedaan yang bermakna antar keempat
sampel. Tabel hasil uji ANOVA satu arah dapat dilihat pada lampiran 8. Hasil
yang didapatkan dari uji ANOVA tersebut p = 0,000 yang berarti terdapat
perbedaan bermakna antar keempat sampel (p < 0,05). Kemudian dilakukan uji
kesamaan varians dengan uji Levene dan didapatkan hasil p = 0,003 yang berarti
data tidak homogen. Tabel hasil uji kesamaan varians dapat dilihat pada lampiran
9. Untuk melihat sampel mana saja yang memiliki perbedaan bermakna
berdasarkan hasil uji ANOVA dengan data yang tidak homogen berdasarkan hasil
uji Levene, maka dilakukan uji PostHoc Games-Howell. Kesimpulan yang
diberikan dari hasil uji Games-Howell bahwa fraksi etil asetat dengan metanol,
etil asetat dengan kurkumin dan fraksi metanol dengan kurkumin adalah
kelompok sampel yang memiliki perbedaan yang bermakna dengan nilai p =
0,019 untuk fraksi etil asetat dengan metanol, p = 0,047 untuk fraksi etil asetat
dengan kurkumin, p = 0,017 untuk fraksi metanol dengan kurkumin (p < 0,05).
Tabel hasil uji Games-Howell dapat dilihat pada lampiran 10.
28
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Pengantar
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan aktivitas
antioksidan dari ketiga fraksi ekstrak akar tambolekar (Coptosapelta flavescens
Korth) yaitu ekstrak n-heksan, etil asetat dan ekstrak metanol serta kurkumin.
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah bagian akar tambolekar (C.
flavescens Korth). Tahap pengerjaan diawali dengan persiapan sampel, ekstraksi
sampel dan uji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal DPPH.
29
yang non polar sampai polar. Proses ini dilakukan berturut-turut dengan larutan
penyari selektif sehingga dapat memisahkan kelompok kandungan kimia tersebut.
Dimulai dengan pelarut non polar kemudian semi polar dan terakhir dengan
pelarut polar (Harborne, 2006).
Pengujian perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan, etil asetat
dan metanol akar tambolekar (C. flavescens Korth) serta kurkumin dilakukan
dengan metode DPPH. Metode ini sering digunakan untuk mendeteksi
kemampuan antiradikal suatu senyawa karena hasilnya terbukti akurat, reliable,
praktis dan relatif cepat. Larutan DPPH dapat dengan mudah bereaksi pada semua
ikatan senyawa yang larut air, larut lemak, yang tidak terikat, maupun yang
menempel pada dinding sel dari tumbuhan dan DPPH dapat diredam oleh
berbagai macam jenis antioksidan (Prakash et al., 2001).
Pada penelitian ini digunakan kontrol positif kurkumin untuk
membandingkan efek antioksidannya dengan fraksi ekstrak setiap sampel uji.
Kurkumin digunakan sebagai kontrol positif karena berasal dari tanaman obat
yang terbukti mempunyai efek antioksidan yang sangat kuat. Dalam penelitian ini
diketahui nilai IC50 kurkumin sebesar 9,17 ppm.
Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 konsentrasi
yang berbeda pada tiap sampel. Setelah didapatkan semua nilai absorbansi sampel
yang dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm, nilai
tersebut kemudian dikonversi menjadi persentase peredaman radikal DPPH dan
dilanjutkan dengan menghitung nilai IC50. Nilai IC50 adalah besarnya konsentrasi
ekstrak tumbuhan yang dapat meredam radikal DPPH sebesar 50%. Nilai IC50
didapatkan dengan memasukkan nilai peredaman radikal tersebut kemudian
dikonversikan melalui rumus regresi.
Hasil penghitungan persentase peredaman radikal DPPH fraksi n-heksan,
etil asetat dan fraksi metanol akar tambolekar (C. flavescens Korth) serta
kurkumin dapat dilihat pada tabel 5.1, tabel 5.2, tabel 5.3 dan tabel 5.4. Setelah
mendapatkan nilai persentase peredaman radikal DPPH setiap sampel uji,
selanjutnya menghitung nilai IC50 dengan rumus regresi linier. Dari rumus tersebut
didapat nilai IC50 masing-masing fraksi dan kurkumin di setiap pengulangannya.
Kemudian dihitung rata-rata nilai IC50 tersebut dan diapatkan hasil untuk fraksi
n-heksan adalah 997,97 ± 248,85 %, fraksi etil asetat sebesar 49,12 ± 9,99 %,
30
fraksi metanol sebesar 459,95 ± 65,35 % dan kurkumin sebesar 9,17 ± 1,35 %.
Dari hasil tersebut diketahui bahwa fraksi etil asetat adalah sampel uji yang
memiliki aktivitas antioksidan terbaik (49,12 ppm) dibandingkan dengan n-heksan
(997,97 ppm) dan metanol (459,95 ppm). Semakin kecil nilai IC50 suatu sampel
maka semakin besar aktivitas antioksidan yang dimilikinya. Tabel 6.1 berikut
menyajikan pengelompokan aktivitas antioksidan berdasarkan nilai IC50 dalam
satuan ppm:
Tabel 6.1 Pengelompokan aktivitas antioksidan (Blois, 2003)
31
dilakukan pengujian antioksidan kualitatif pada sampel tersebut, diketahui bahwa
senyawa polifenol dan antrakuinon memiliki sifat antioksidan pada fraksi etil
asetat dan metanol. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang artinya
memiliki sifat atau dapat menarik senyawa polar dan juga senyawa non polar
(Harwood & Moody, 1989). Berdasarkan hasil pengujian secara kuantitatif,
diperkirakan bahwa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan pada
tanaman ini lebih banyak terdapat di dalam pelarut etil asetat.
Sebagai pembanding, penelitian yang dilakukan Al-Amrie’ (2011) untuk
menguji aktivitas antioksidan akar tambolekar menunjukkan bahwa fraksi
n-heksan adalah sampel yang memiliki aktivitas antioksidan terbaik diantara
sampel lainnya dengan nilai IC50 sebesar 69,02 ppm sedangkan fraksi etil asetat
memiliki nilai IC50 sebesar 97,64 ppm. Sampel yang digunakan dalam
penelitiannya diperoleh dari tempat yang berbeda dengan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini. Dalam uji pendahuluannya, diketahui bahwa akar tanaman
ini memiliki metabolit sekunder yaitu golongan alkaloid, senawa fenolik,
antrakuinon serta saponin. Metabolit sekunder yang bersifat antioksidan adalah
golongan alkaloid dan senyawa fenolik.
Beberapa hal yang dapat menjelaskan perbedaan hasil penghitungan
aktivitas antioksidan ini diantaranya yaitu kandungan metabolit sekunder dan
metode yang digunakan. Menurut Hargono et al., (1986), faktor-faktor seperti
daerah atau lokasi tumbuhnya tanaman, usia tanaman, waktu pengambilan
simplisia, penyimpanan bahan tanaman dan pelarut yang digunakan dapat
mempengaruhi jumlah senyawa aktif yang teridentifikasi saat penelitian. Oleh
karena itu, aktivitas antioksidan suatu senyawa aktif tanaman dapat tidak
terdeteksi saat pengujian tergantung dari faktor-faktor di atas. Faktor lain yang
mungkin berperan adalah metode yang digunakan. Dalam penelitian ini, ekstraksi
tanaman diawali dengan melarutkannya dalam pelarut non polar kemudian semi
polar dan polar. Sementara itu cara ekstraksi yang dilakukan Al-Amrie (2011)
adalah diawali dengan melarutkannya dalam pelarut polar dan sampel yang
digunakan berupa ekstrak kasar atau crude extract. Adanya beberapa perbedaan
tersebut dapat memberikan hasil yang berbeda pula. Seperti yang dijelaskan oleh
Takaya, Kondo, Furukawa, & Niwa (2003), meskipun suatu senyawa uji
memperlihatkan aktivitas antioksidan yang tinggi dengan salah satu metode, tapi
32
tidak selalu akan memberikan hasil yang sama baiknya jika menggunakan metode
yang lain sehingga disarankan untuk mengukur aktivitas antioksidan dengan
berbagai macam metode.
33
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Nilai IC50 yang diperoleh yaitu 997,97 ppm untuk fraksi n-heksan, 49,12 ppm
untuk fraksi etil asetat, 459,55 ppm untuk fraksi metanol dan 9,17 ppm untuk
kurkumin. Fraksi n-heksan tidak aktif sebagai antioksidan, fraksi etil asetat dan
kurkumin memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat, fraksi metanol
memiliki aktivitas antioksidan yang lemah.
7.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjut dari fraksi etil asetat akar tambolekar secara
in vivo dengan menggunakan hewan coba untuk menguji efek lain terkait
antioksidan seperti antihipertensi, antihepatotoksik, antiinflamasi dan lain-lain.
34
DAFTAR PUSTAKA
Apak, R., Guclu, K., Demirata, B., Ozyurek, M., Celik, S. E., Bektasoglu, B., et al.
(2007). Comparative Evaluation of Various Total Antioxidant Capacity
Assays Applied to Phenolic Compounds with the CUPRAC Assay. Molecules,
1496-1547.
Arnelia. (2002). Fitokimia, Komponen Ajaib Cegah PJK, Diabetes Melitus dan
Kanker .
Benzie, I., & Strain, J. (1996). The ferric reducing ability of plasma (FRAP) as a
measurement of 'antioxidant power': the FRAP assay. Anal Biochem, 70-76.
Chakraborty, P., Kumar, S., Dutta, D., & Gupta, V. (2009). Role of Antioxidants in
Common Health Diseases. Research Journal of Pharmacy and Technology. ,
238-244.
35
activities of natural compounds. The case of Curcumin. Xenobiotica ,
667-680.
Eigner, D., & Schulz, D. (1999). Ferula asa-foetida and Curcuma longa in
traditional medical treatment and diet in Nepal. J. Ethnopharmacol , 1-6.
Fleming, I., Michaelis, U. R., Bredenkotter, D., Fisslthaler, B., Dehghani, F.,
Brandes, R. P., et al. (2001). Endothelium derived hyperpolarizing factor
synthase (Cytocrom P450 2C9) is a funtionally significant source of reactive
oxygen species in coronay arteries. Circ Res , 44-51.
Galle, J. (2001). Oxidative stress in chronic renal failure. Nephro Dial Transplant ,
42.
Gholib, I., & Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Halliwell, B., & Gutteridge, J. (1999). Free Radicals in Biology and Medicine.
New York: Oxford University Press.
36
tumbuhan Cetakan ke-4. Bandung: ITB.
Hashimoto, M., Rockenstein, E., Crews, L., & Masliah, E. (2003). Role of protein
aggregation in mitochondrial dysfunction and neurodegeneration in
Alzheimer's and Parkinson's disease. Neuromolecular Med, Vol. 4 , 21-36.
Heish, C. C., Yen, M. H., Yen, C. H., & Lau, Y. T. (2001). Oxidized low density
lipoprotein induces apoptosis via generation of reactive oxygen species in
vascular smooth muscle cells. Cardiovasc Res , 135-145.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III ccetakan ke-1. Jakarta:
Balitbang Kehutanan.
Holland, J. A., Pritchard, K. A., Pappolla, M. A., Wolin, M. S., Rogers, N. J., &
Stemermen, M. B. (!990). Bradykinin induces superoxide anion release from
human endothelial cells. J Cell Physiol , 21-25.
Kerr, S., Brosnan, M. J., McIntyre, M., Reid, J. L., Dominiczak, A. F., & Hamilton,
C. A. (1999). Superoxide anion production is increased in a model of genetic
37
hypertension; role of the endothelium. Hypertension , 1353-1358.
Massicot, F., Martin, C., Dutertre-Catella, H., Ellouk-Achard, S., & Pham-Huy, C.
(1997). Modulation of energy status and cytotoxicity induced by FK506 and
cyclosporin A in renal ephitelial cell line. Arch Toxicol , 529-31.
Minh, V. V., Yen, N. T., & Thoa, P. T. (2014). Medicinal plants used by the Hre
community in the Ba To district of central Vietnam. Journal of Medicinal
Plants Studies, 2(3), 64-71.
Noguchi, N., Watanabe, A., & Shi, H. (2000). Free Radicals. Res , 809-817.
Nurdiana, & Kulsum, U. (2003). Kajian Flavonoid Meniran (Phyllantus niruri L.)
Sebagai Antioksidan Pada Kerusakan Hepar Akibat Radikal Bebas. Jurnal
38
Imu-ilmu Hayati (Life Scince), 221-231.
Ou, B., Hampsch-Woodill, M., & Prior, R. L. (2001). Development and validation
of an improved oxygen radical absorbnce capacity assay using fluorescein as
the fluorescent probe. J. Agric. Food Chem, 4619-4926.
Pham-Huy, L. A., He, H., & Pham-Huy, C. (2008). Free Radicals, Antioxidants in
Diseases and Health. Review Article. International Journal of Biomedical
Science , 89-96.
Phan, S. H., Gannon, D. E., Varani, J., Ryan, U. S., & Ward, P. A. (1989).
Xanthine oxidase activity in rat pulmonary artery endothelial cells and its
alteration by activated neutrophils. Am J Pathol , 1201-1211.
Prakash, A., Rigelhof, F., & Miller, E. (2001). Antioxidant Activity. Medallion
Laboratories Analytical Progress , 1-6.
Rachman, F., Logawa, E. D., Hegartika, H., & Simanjuntak, P. (2008). Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Tunggal dan Kombinasinya dari Tanaman Curcuma spp.
Jurnal Ilmu Kefarmasian , 69-74.
Rafi, M., Niken, W., Elly, S., & Latifah, K. D. (2013). Aktivitas Antioksidan
Kadar Fenol dan Flavonoid Total dari Enam Tumbuhan Obat Indonesia.
Traditional Medicine Journal. 18 (1), 29-34.
39
Sadeg, N., Pham-Huy, C., Martin, C., Warnet, J. M., & Claude, J. R. (1993).
Effect of cyclosporin A and its metabolites and analogs on lipid peroxidation
in rabbit renal microsomes. Drug Chem Toxicol , 165-74.
Sahid, A., Kosala, K., Rosita, E., Jufriah, & Saidah. (2012). Hasil Wawancara tim
Ristoja 2012 Kab. Paser dengan batera, desa Suatang, Apar, Kec. Paser
Belengkong, Paser .
Sanders, S. P., Zweier, J. L., Kuppusamy, P., Harrison, S. J., Bassett, D. J.,
Gabrielson, E. W., & Sylvester, J. T. (1993). Hyperoxic sheep pulmonary
microvascular endothelial cells generate free radicals via mithocondrial
electron transport. J Clin Invest , 46-52.
Shebis, Y., Iluz, D., Kinel-Tahan, Y., Dubinsky, Z., & Yehoshua, Y. (2013).
Natural Antioxidants: Function and Sources. Food and Nutrition Sciences ,
643-649.
Takaya, Y., Kondo, Y., Furukawa, T., Niwa, M. 2003. Antioxidant Constituents of
Radish Sprout (Kaiware-daikon) Raphanus sativus L. J. Agric. Food Chem.
51, 8061-8066.
Utami, T. S., Arbianti, R., Hermansyah, H., Reza, A., & R, R. (2009).
Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Simpur (Dillenia
indica) dari Berbagai Metode Ekstraksi dengan Uji ANOVA. Seminar
Nasional Teknik Kimia Indonesia-STNKI 2009.
Valko, M., Izakovic, M., Mazur, M., Rhodes, C. J., & Telser, J. (2004). Role of
oxygen radicals in DNA damage and cancer incidence. . Moll Cell Biochem ,
37-56.
Valko, M., Leibfritz, D., Moncola, J., & Cronin, M. D. (2007). Free radicals and
antioxidants in normal physiological functions and human disease. Int J
Biochem Cell Biol , 44-84.
40
Valko, M., Rhodes, C. J., Moncol, J., & Izakovic, M. (2006). Free radicals, metals
and antioxidans in oxidative stress-induced cancer. Mini-review. Chem Biol
Interact , 1-40.
Vazquez-Vivar, J., Kalyanaraman, B., Martasek, P., Hogg, N., Masters, B. S.,
Karoui, H., Tordo, P., & Pritchard, KA, J., (1998). Superoxide generation by
endothelial nitric oxide synthase: the influence of cofactors. Proc Natl Acad
Sci (USA) , 9220-9225.
Wiart, C. (2006). Medical Plants Of The Asia Pacific : Drugs For The Future?
Malaysia: World Scientific Publishing.
Willcox, J. K., Ash, S. L., & Catignani, G. L. (2004). Antioxidants and prevention
of chronic disease. Review. Crit Rev Food Sci Nutr , 275-95.
Xia, Y., Tsai, A. L., Berka, V., & Zweier, J. L. (1998). Superoxide generatiion
from endothelial nitric-oxide synthase. A Ca2+/calmodulin-dependent and
tetrahydrobiopterin regulatory process. J Biol Chem , 25804-25808.
Yu, L., & Cheng, Z. (2008). Antioxidants Properties of Wheat Phenolic Acids in
Wheat Antioxidants. New Jersey: John Wiley & Sons Inc.
41
Lampiran 1
Surat Identifikasi Tanaman
42
Lampiran 2
43
Lampiran 3
Rumus pengenceran: C1 × V1 = C2 × V2
Keterangan:
C1 = konsentrasi induk
V1 = volume larutan yang dicari
C2 = konsentrasi yang akan dibuat / yang diketahui
V2 = volume pelarut (metanol dengan volume 2 ml)
44
(Lanjutan)
Sampel Kurkumin
45
Lampiran 4
Tabel Data Nilai Absorbansi dan Persentase Peredaman DPPH Fraksi n-heksan
NiIai Absorbansi
Konsentrasi Persentase Peredaman DPPH Rata-rata
Sampel Kontrol Negatif
(ppm) Blanko Persentase
H1 H2 H3 KN1 KN2 KN3 1 2 3
500 0,249 0,301 0,293 0,006 0,383
0,383 0,289 0,315 36,553 -2,076 8,888 14,455
750 0,212 0,261 0,274 0,009 0,383
0,383 0,289 0,315 46,997 12,802 15,873 25,224
1000 0,086 0,104 0,153 0,01 333333
0,383 0,289 0,315 80,156 67,474 54,603 67,411
1250 0,131 0,128 0,129 0,012 0,383
0,383 0,289 0,315 68,929 59,861 62,857 63,882
1500 0,117 0,131 0,115 0,015 0,383
0,3 0,289 0,315 73,368 59,861 68,253 67,161
Tabel Data Nilai Absorbansi dan Persentase Peredaman DPPH Fraksi Etil Asetat
NiIai Absorbansi
Konsentrasi Persentase Peredaman DPPH Rata-rata
Sampel Kontrol Negatif
(ppm) Blanko Persentase
EA1 EA2 EA3 KN1 KN2 KN3 1 2 3
5 0,309 0,372 0,318 0,002 0,383
0,383 0,289 0,315 19,843 -28,027 -0,317 -2,833
10 0,312 0,302 0,308 0,007 0,383
0,383 0,289 0,315 20,365 -2,076 4,444 7,577
25 0,268 0,278 0,267 0,005 333333
0,383 0,289 0,315 31,331 5,536 16,825 17,897
50 0,045 0,177 0,178 0,02 0,383
0,383 0,289 0,315 93,472 45,674 49,841 62,996
75 0,155 0,092 0,117 0,02 0,383
0,3 0,289 0,315 64,751 75,086 69,206 69,681
Keterangan:
H1 = fraksi n-heksan ulangan ke-1 EA1 = fraksi etil asetat ulangan ke-1 KN1 = kontrol negatif ulangan ke-1
H2 = fraksi n-heksan ulangan ke-2 EA2 = fraksi etil asetat ulangan ke-2 KN2 = kontrol negatif ulangan ke-2
H3 = fraksi n-heksan ulangan ke-3 EA3 = fraksi etil asetat ulangan ke-3 KN3 = kontrol negatif ulangan ke-3
ppm = part per milion
46
(Lanjutan)
Tabel Data Nilai Absorbansi dan Persentase Peredaman DPPH Fraksi Metanol
NiIai Absorbansi
Konsentrasi Persentase Peredaman DPPH Rata-rata
Sampel Kontrol Negatif
(ppm) Blanko Persentase
M1 M2 M3 KN1 KN2 KN3 1 2 3
100 0,311 0,292 0,286 0,007 0,383
0,383 0,289 0,315 20,626 1,384 11,428 11,146
200 0,26 0,269 0,23 0,007 0,383
0,383 0,289 0,315 33,942 9,432 29,206 24,163
300 0,226 0,258 0,21 0,021 333333
0,383 0,289 0,315 46,475 17,993 40 34,822
400 0,244 0,216 0,237 0,012 0,383
0,383 0,289 0,315 39,425 29,411 28,571 32,469
500 0,152 0,154 0,142 0,02 0,383
0,3 0,289 0,315 65,535 53,633 61,269 60,146
Keterangan:
M1 = fraksi metanol ulangan ke-1 K1 = Kurkumin ulangan ke-1 KN1 = kontrol negatif ulangan ke-1
M2 = fraksi metanol ulangan ke-2 K2 = Kurkumin ulangan ke-2 KN2 = kontrol negatif ulangan ke-2
M3 = fraksi metanol ulangan ke-3 K3 = Kurkumin ulangan ke-3 KN3 = kontrol negatif ulangan ke-3
ppm = part per milion
47
Lampiran 5
Grafik Regresi Linier
R² = 0.6635
y = 0,038x + 22,97
60 50 = 0,038x + 22,97
Series1
50 − 22,97
40 x=
0,038
Linear (Series1)
20 x = 711,315789
IC50 = 711,315789
0
0 500 1000 1500 2000
Konsentrasi
40
Series1
20 Linear (Series1)
0
0 500 1000 1500 2000
-20
Konsentrasi
60 R² = 0.8968
40
Series1
20 Linear (Series1)
0
0 500 1000 1500 2000
Konsentrasi
48
(Lanjutan)
60
40 Series1
Linear (Series1)
20
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi
60
40
Series1
20
Linear (Series1)
0
0 20 40 60 80
-20
-40
Konsentrasi
40
Series1
20 Linear (Series1)
0
0 20 40 60 80
-20
Konsentrasi
49
(Lanjutan)
50
40
30 Series1
20 Linear (Series1)
10
0
0 200 400 600
Konsentrasi
40
30
Series1
20
Linear (Series1)
10
0
0 200 400 600
-10
Konsentrasi
50
40
30 Series1
20 Linear (Series1)
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Konsentrasi
50
(Lanjutan)
60
40 Series1
Linear (Series1)
20
0
0 5 10 15 20
Konsentrasi
60 R² = 0.9667
40
Series1
20 Linear (Series1)
0
0 5 10 15 20
Konsetrasi
R² = 0.9733
60
40 Series1
Linear (Series1)
20
0
0 5 10 15 20
Konsentrasi
51
Lampiran 6
52
Lampiran 7
Tests of Normality
Fraksi Ekstrak Akar Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tambolekar
(Coptosapelta flavescens
Korth) Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Nilai IC50 n-heksan .361 3 . .807 3 .132
etil asetat .368 3 . .791 3 .094
Metanol .177 3 . 1.000 3 .968
Kurkumin .313 3 . .894 3 .368
a. Lilliefors Significance Correction
Keterangan:
Nilai Sig. < 0,05 = distribusi data tidak normal
Nilai Sig. > 0,05 = distribusi data normal
Kesimpulan:
Nilai IC50 fraksi n-heksan akar tambolekar berdistribusi normal dengan nilai Sig. 0,132
Nilai IC50 fraksi etil asetat akar tambolekar berdistribusi normal dengan nilai Sig. 0,094
Nilai IC50 fraksi metanol akar tambolekar berdistribusi normal dengan nilai Sig. 0,968
Nilai IC50 kurkumin akar tambolekar berdistribusi normal dengan nilai Sig. 0,368
53
Lampiran 8
ANOVA
Nilai IC50
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1905617.098 3 635205.699 38.322 .000
Within Groups 132602.850 8 16575.356
Total 2038219.947 11
Keterangan:
Nilai Sig. > 0,05 = tidak ada perbedaan yang bermakna antar kelompok sampel
Nilai Sig. < 0,05 = ada perbedaan yang bermakna antar kelompok sampel
Kesimpulan:
Ada perbedaan bermakna antar kelompok sampel dengan nilai Sig. 0,000
54
Lampiran 9
Keterangan:
Nilai Sig. > 0,05 = data memiliki varians yang sama atau homogen
Nilai Sig. < 0,05 = data memiliki varians yang tidak sama atau tidak homogen
Kesimpulan:
Keempat sampel memiliki varians yang tidak sama atau tidak homogen dengan nilai Sig. 0,003
55
Lampiran 10
Tabel Hasil Uji PostHoc
Multiple Comparisons
Nilai IC50
Games-Howell
(I) Fraksi Ekstrak Akar (J) Fraksi Ekstrak Akar 95% Confidence Interval
Tambolekar (Coptosapelta Tambolekar (Coptosapelta Mean Difference
flavescens Korth) flavescens Korth) (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Fraksi n-heksan
\
57
Fraksi Metanol
Kurkumin
58