Anda di halaman 1dari 19

PATOFISIOLOGI

OBAT IBUFROPEN

Disusun Oleh : Ridwan Yudiansyah


NIM : 18416248201079
Kelas : FM18D

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN
KARAWANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia –
Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini sesuai waktunya. Kami mencoba
berusaha menyusun Makalah ini sedemikian rupa dengan harapan dapat membantu pembaca dalam
memahami pelajaran yang merupakan judul dari Makalah kami, yaitu tentang Obat Ibufropen
Disamping itu, kami berharap bahwa ini dapat dijadikan bekal pengetahuan. Kami menyadari
bahwa didalam pembuatan masih ada kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari
pembaca sekalian khususnya dari dosen pengampu. Agar saya dapat meningkatkan mutu dalam
penyajian berikutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Karawang, 08 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang…..........................................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................ 2
2.1Definisi........................................................................................................................ 2
2.2Etiologi........................................................................................................................ 2
2.3Klasifikasi......................................................................................................................4
2.4Manifetasi Klinis.......................................................................................................... 7

2.5Fatofisiologi................................................................................................................. 9

2.6Terapi........................................................................................................................ 10

BAB III : METODOLOGI.....................................................................................................................12


3.1 Referensi..................................................................................................................12

BAB IV : PEMBAHASAN....................................................................................................................13
4.1Rhinitis...................................................................................................................... 13
4.2Data Pengamatan.....................................................................................................13

4.3Pembahasan............................................................................................................. 17

BAB V : KESIMPULAN.......................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan............................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................20

LAMPIRAN................................................................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ibuprofen, turunan asam propionat fenil, berfungsi sebagai anti-inflamasi non-steroid,


analgesik, dan antipiretik. Dengan waktu paruh 1,8-2 jam. Kelarutan sangat buruk dalam air dan
penyerapan dalam oral terbatas, yang mengarah ke masalah bioekuivalen. Dengan demikian,
pelepasan yang diinginkan adalah penyerapan ibuprofen yang cepat, yaitu
prasyarat untuk onset of action cepat.
Bioavailabilitas obat tergantung pada kelarutan dan atau laju disolusi, dan tingkatan
pelepasan untuk menentukan awal aktivitas terapeutik. Oleh karena itu, obat yang sulit larut dalam
air seperti ibuprofen memiliki karakteristik biovaibilitas yang rendah karen penyerapan yang
kurang, yang menjadi perhatian dalam dunia industri farmasi. Beberapa cara dapat meningkatkan
kelarutan obat yang sulit larut dalam air, salah satunya adalah metode freeze-drying dan
mikroemulsi.
Freeze-drying, biasa dikenal juga dengan lyophilization adalah proses dehidrasi yang
membuat material/zat aktif mudah dalam transportasi dan penyimpanan. Freeze-drying bekerja
dengan membekukan material dan mengurangi tekanan sekitar untuk membebaskan air es yang ada
dalam material untuk langsung mensublimasi dari fase padat ke fase gas, memberikan obat cepat
larut bila kontak dengan air. Beberapa cara untuk meningkatkan kelarutan dan bioavaibilitas obat
adalah dengan metode freeze-drying dan mikroemulsi. Mikroemulsi mampu melindungi obat
terhadap oksidasi, hidrolisis enzimatik dan meningkatkan kelarutan obat yang tentunya akan
meningkatkan bioavaibilita. Formulasi mikroemulsi membuat bioavaibilitas dan konsentrasi
plasma obat lebih di reproduksi yang tentunya sangat penting dalam mengatasi efek samping yang
cukup serius. Freeze-drying mempercepat ibuprofen untuk larut dalam air dengan menggunakan
beberapa bahan tambahan.

1.2 Tujuan

 Dapat memahami pembuatan mikrokapsul dengan menggunakan metode freeze-drying

1
 Mengetahui sifat bahan aktif dan bahan tambahan yang akan digunakan
 Membuat formulasi yang sesuai dengan metode freeze-drying
 Mengetahui cara memperbaiki waktu paruh dan kelarutan yang sesuai

1.3 Rumusan Masalah


 Mikrokapsul metode freeze-drying
 Sifat fisika-kimia bahan aktif
 Kelarutan bahan aktif
 Pengertian bahan aktif dan bahan tambahan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah

Ibuprofen adalah turunan asam propionat yang dipatenkan pada tahun 1961. Ibuprofen

dikembangkan oleh Grup Boots di tahun 1960an. Ditemukan oleh Stewart Adams (bersama

dengan John Nicholson, Andrew RM Dunlop, Jeffrey Bruce Wilson & Colin Burrows).

Ibuprofen awalnya digunakan sebagai pengobatan untuk rheumatoid arthritis di Inggris pada

tahun 1969 dan Amerika Serikat pada tahun 1974.10

2.2 Struktur Kimia

Dalam Ibuprofen terkandung tidak kurang dari 97% dan tidak lebih dari 103,0%

C13H18O2 dihitung terhadap zat anhidrat. Nama kimia ibuprofen adalah asam 2-(4-isobutil-

fenil)-propionat dengan berat molekul 206.29 g/mol dan rumus molekul C 13H18O2. . Ibuprofen

seperti turunan 2-arylprorionat lainnya (termasuk ketoprofen, flurbiprofen, naproxen, dll),

berisi stereosenter di posisi-α dari propionat. Dengan demikian, ada dua

kemungkinan enansiomer ibuprofen, dengan potensi efek biologis yang berbeda dan

metabolisme untuk masing-masing enantiomer. Memang ditemukan bahwa S-ibuprofen dan

dexibuprofen adalah bentuk aktif baik secara in vitro dan in vivo. Ada potensi untuk

meningkatkan selektivitas dan potensi formulasi ibuprofen oleh pemasaran ibuprofen sebagai-

enantiomer produk tunggal (seperti yang terjadi dengan naproxen). 6,11

3
Gambar 1. Rumus kimia Ibuprofen

Ibuprofen berbentuk serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau khas lemah.

Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam

aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam etil asetat. Ibuprofen hanya sangat sedikit larut

dalam air. Kurang dari 1 mg ibuprofen larut dalam 1 ml air namun, jauh lebih mudah larut

dalam alkohol atau campuran air.6,11

2.3 Farmakodinamik

Ibuprofen hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, dan

efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan. Efek

analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik opioat, tetapi tidak menimbulkan

ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. Untuk menimbulkan

efek analgesik, ibuprofen bekerja pada hipotalamus, menghambat pembentukan prostaglandin

ditempat terjadinya radang, dan mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang

mekanik atau kimiawi.3

4
Ibuprofen akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam. Demam yang

menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua mekanisme kerja, yaitu pembentukan

prostaglandin di dalam susunan syaraf pusat sebagai respon terhadap bakteri pirogen dan

adanya efek interleukin-1 pada hipotalamus. Ibuprofen menghambat baik pirogen yang

diinduksi oleh pembentukan prostaglandin maupun respon susunan syaraf pusat terhadap

interleukin-1 sehingga dapat mengatur kembali “thermostat” di hipotalamus dan memudahkan

pelepasan panas dengan jalan vasodilatasi.3,15

Sebagai antiinflamasi, efek inflamasi dari ibuprofen dicapai apabila penggunaan pada

dosis 1200-2400 mg sehari. Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik

atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti

histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang

berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi. Ibuprofen dapat

dimanfaatkan pada pengobatan muskuloskeletal seperti artritis rheumatoid, osteoartritis, dan

spondilitis ankilosa. Namun, ibuprofen hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang

berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki, atau

mencegah kerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal.3

2.4 Farmakokinetik

Absorbsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma

dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Sembilan puluh persen

ibuprofen terikat pada protein plasma. Onset sekitar 30 menit. Durasi ibuprofen berkisar antara

6-8 jam. Absorpsi jika diberikan secara oral mencapai 85%. Metabolit utama merupakan hasil

hidroksilasi dan karboksilasi dimetabolisme dihati untuk dua metabolit utama aktif yang

5
dengan cepat dan lengkap dikeluarkan oleh ginjal. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap.

Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau

konyugata (1% sebagai obat bebas), beberapa juga diekskresi melalui feses. Ibuprofen masuk

ke ruang synovial dengan lambat. Konsentrasinya lebih tinggi di ruang synovial dibandingkan

diplasma.4,17,18,19

BAB III

METODOLOGI

3.1. Bakan JA dan JL Anderson. 1978. Micoencapsulation. The Theory and Practise
of Industrial Pharmacy 1978.

3.2. Mohammad M. N*, dkk. 2013. Formulation and Evaluation of a Flash Ibuprofen Emulsified
Tablet Using Freeze-Drying Technique. Department of Pharmaceutics, College of Pharmacy,
The University of Umm Al-Qura, Holy Mekkah. KSA.

3.3. Lannie Hadisoewignyo dan Achmad Fudholi. 2007. Studi pelepasan in vitro ibuprofen dari
matriks xanthan gum yang dikombinasikan dengan suatu crosslinking agent.

3.4. Yogaswara Ghema. 2008. Mikroenkapsulasi Minyak Ikan Dari Hasil Samping Industri
Penepungan Ikan Lemuru (Sardiniella Lemuru) Dengan Metode Pengeringan Beku (Freeze
Drying.

3.5.

3.6. Settipane, R. & Kaliner, R. (2013). Nonallergic Rhinitis. Journal of Rhinology and Allergy,
27(3), pp. S48-S51.

6
3.7. Tran, et al. (2011). Management of Rhinitis: Allergic and Non-Allergic. Allergy Asthma Immunol
Res, 3(3), pp. 148–56.

3.8. American Academy Allergy Asthma & Immunology (2019). Nonallergic Rhinitis (Vasomotor
Rhinitis) Definition

3.9. Wheatley, LM; Togias, A (29 Januari 2015). "Praktek klinis. Rinitis alergi" . Jurnal Kedokteran New
England . 372 (5): 456-63.

3.10. Dykewicz MS, Hamilos DL (Februari 2010). "Rhinitis dan sinusitis". Jurnal Alergi dan Imunologi
Klinis . 125 (2 Suppl 2): S103–15.

7
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. INDIKASI

Efek analgesik dan antiinflamasi ibuprofen dapat digunakan untuk meringankan

gejala-gejala penyakit rematik tulang, sendi, gejala arthritis, osteoarthritis, dan non-sendi. Juga

dapat digunakan untuk meringankan gejala-gejala akibat trauma otot dan tulang atau sendi

(trauma muskuloskeletal). Meringankan nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada

dismenore primer (nyeri haid), nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri setelah

operasi dan sakit kepala.20

Ibuprofen juga umumnya bertindak sebagai vasodilator, dapat melebarkan arteri

koroner dan beberapa pembuluh darah lainnya. Ibuprofen diketahui memiliki  efek antiplatelet,

meskipun relatif lebih lemah bila dibandingkan dengan aspirin atau obat lain yang lebih

dikenal sebagai antiplatelet.  Dapat digunakan pada neonatus dengan paten duktus arteriosus,

disfungsi ginjal, nekrotizing enterokolitis, perforasi usus, dan perdarahan intraventrikular, efek

protektif neuronal.21, 22

Ibuprofen lisin diindikasikan untuk penutupan duktus arteriosus paten pada bayi prematur


dengan berat antara 500 dan 1.500 gram, yang tidak lebih dari 32 minggu usia kehamilan saat
restriksi cairan, diuretik, dukungan pernafasan tidak efektif.

4.2. KONTRAINDIKASI
Ibuprofen tidak dianjurkan pada pasien dengan hipersensitif terhadap Ibuprofen dan obat
antiinflamasi non-steroid lain, penderita dengan ulkus peptikum (tukak lambung dan duodenum)
yang berat dan aktif. Penderita sindroma polip hidung, asma, rhinitis angioedema dan penderita
dimana bila menggunakan asetosal atau obat antiinflamasi non-steroid lainnya akan timbul gejala
asma,rinitis atau urtikaria. kehamilan tiga bulan terakhir dan menyusui.

4.3. EFEK SAMPING

8
Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam

arakidonat menjadi prostaglandin terganggu. Prostaglandin terlibat dalam pelepasan renin,

vaskular lokal, sirkulasi regional, keseimbangan air, dan keseimbangan natrium. Prostaglandin

juga menstimulasi perbaikan sel epitelial gastrointestinal dan menstimulasi sekresi bikarbonat

dari sel epitelial. Hal ini menyebabkan ibuprofen dapat menurunkan sekresi mukus yang

berfungsi sebagai pelindung dalam lambung dan usus kecil, dan juga dapat menyebabkan

vasokonstriksi pada mukosa lambung. Selain itu efek samping pada gastrointestinal meliputi

stress lambung, kehilangan darah tiba-tiba, diare, mual, muntah, heartburn, dispepsia,

anoreksia, konstipasi, distress atau karma atau nyeri abdominal, kembung, kesukaran

mencerna, dan rasa penuh pada perut juga dapat disebabkan oleh penggunaan ibuprofen.

Efek samping pada sistem kardiovaskular antara lain edema perifer, retensi air, dan

perburukan CHF. Pada sistem saraf pusat antara lain dizzines, mengantuk, vertigo, sakit kepala

ringan, dan aseptik meningitis. Pada mata, telinga dan nasofaring antara lain gangguan

penglihatan, fotopobia, dan tinnitus. Pada genitourinaria antara lain menometrorrhagia,

hematuria, cistisis, acute renal insufisiensi; interstitial nephritis; hiperkalemia; hiponatremia;

nekrosis papillar renal. Pada kulit antara lain rash, pruritus, dan eritema. Efek samping yang

lain seperti kram otot.22

Hampir sama dengan jenis OAINS lain, ibuprofen juga dapat meningkatkan risiko

palpitasi, ventrikular aritmia dan infark miokard (serangan jantung), khususnya di antara

mereka yang menggunakan dosis tinggi dalam jangka waktu lama. Studi pada tahun 2010

menunjukkan bahwa kebiasaan menggunakan OAINS dikaitkan dengan peningkatan gangguan

pendengaran.

Penggunaan pada paten duktus arteriosus saat neonatal dengan masa gestasi kurang dari

30 minggu dapat mengakibatkan peningkatan hiperbilirubinemia pada neonatal, karena dapat


9
menggeser kedudukan bilirubin dari albumin, sehingga dapat mengakibatkan kerniikterus dan

ensefalopati. Namun hal ini, dapat dikurangi dengan cara pemberian bersama dengan

indometasin.

Efek samping yang umum ditemukan antara lain  sembelit, epistaksis, sakit

kepala, pusing, ruam, retensi garam dan cairan mual, kenaikkan enzim hati,dispepsia, ulserasi

gastrointestinal atau perdarahan, diare, dan hipertensi.

Ibuprofen dapat menghambat aliran darah renal, GFR, dan transprtasi ion tubular.

Prostaglandin juga mengatur aliran darah ginjal sebagai fungsional dari antagonis angiotensin

II dan norepinefrin. Jika pengeluaran dua zat tersebut meningkat (misalnya, dalam

hipovolemia), inhibisi produksi PG mungkin mengakibatkan berkurangnya aliran darah ginjal

dan kerusakan ginjal. Namun, efek samping yang terkait dengan ginjal jarang terjadi pada

dosis ibuprofen yang ditentukan. Waktu paruh yang pendek pada ibuprofen terkait dengan

menurunnya resiko efek ginjal daripada OAINS lain dengan waktu paruh yang panjang. Dari

penelitian-penelitian yang Penggunaan jangka pendek dari ibuprofen tidak signifikan

meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada sukarelawan sehat atau pada anak dengan penyakit

demam. Pengobatan jangka panjang dengan ibuprofen dengan dosis 1200 mg / hari tidak

meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada orang lanjut usia.

Ibuprofen juga bisa mempengaruhi agregasi trombosit. Efek ini ditimbulkan karena adanya
penghambatan biosintesis tromboksan A2 (TXA2).

4.4. DOSIS
4.5. MEKANISME KERJA

Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam


arakidonat menjadi terganggu. Ada dua jenis siklooksigenase, yang dinamakan COX-1 dan
COX-2. COX-1 terdapat pada pembuluh darah, lambung, dan ginjal, sedangkan COX- 2
keberadaannya diinduksi oleh terjadinya inflamasi oleh sitokin dan merupakan mediator
10
inflamasi. Aktivitas antipiretik, analgesik, dan anti inflamasi dari ibuprofen berhubungan
dengan kemampuan inhibisi COX-2, dan adapun efek samping seperti perdarahan saluran
cerna dan kerusakan ginjal adalah disebabkan inhibisi COX-1. Ibuprofen menghambat COX-1
dan COX-2 dan membatasi produksi prostaglandin yang berhubungan dengan respon
inflamasi. 4,12,13,14

Seperti yang telah disebutkan, Ibuprofen bekerja


dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX), yang mengubah asam
arakidonat menjadi prostaglandin H2 (PGH2). Prostaglandin H2, pada gilirannya, diubah oleh
enzim lain untuk prostaglandin bentuk lain (sebagai mediator nyeri,  peradangan, dan demam)
dan tromboksan A2 (yang merangsang agregasi platelet dan menyebabkan pembentukan bekuan
darah).

Gambar 2. Mekanisme kerja Ibuprofen

Seperti aspirin,  indometasin, dan kebanyakan OAINS lainnya, ibuprofen dianggap

non-selektif COX inhibitor yang menghambat dua isoform siklooksigenase yaitu  COX-

1 dan COX-2 Sebagai analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi, yang dicapai terutama melalui

penghambatan COX-2, sedangkan penghambatan COX-1 akan bertanggung jawab untuk efek

yang tidak diinginkan pada  agregasi platelet dan saluran pencernaan. Namun, peran isoform
11
COX untuk analgetik, anti inflamasi, dan efek kerusakan lambung dari OAINS tidak pasti dan

senyawa yang berbeda ini menyebabkan perbedaan derajat analgesia dan kerusakan

lambung. Dalam rangka untuk mencapai efek menguntungkan pada ibuprofen dan OAINS

lainnya tanpa mengakibatkan gastrointestinal ulserasi dan perdarahan, selektif COX-2 inhibitor

dikembangkan untuk menghambat COX-2 isoform tanpa terjadi penghambatan COX-1.

4.6. ANTIDOTUM OBAT

4.7. INTERAKSI OBAT

Nama Obat Interaksan Keterangan


Ace inhibitor meningkatkan risiko
nefrotoksisitas
Obat antiperdarahan meningkatkan risiko
perdarahan
Antidiabetes meningkatkan efek
sulfonilurea
Baklofen menurunkan ekskresi baklofen
(meningkatkan risiko tosisitas)
Beta-bloker menurunkan efek
antihipertensi
Glikosida jantung meningkatkan kadar glikosida
jantung dalam plasma
Kortikosteroid meningkatkan risiko
Ibuprofen perdarahan di saluran cerna
Litium meningkatkan level serum
litium
Loop diuretik menurunkan efek diuretik

Metotreksat meningkatkan level


metotreksat
Penisilamin meningkatkan risiko
nefrotoksisitas
Takrolimus meningkatkan risiko
nefrotoksisitas
Warfarin meningkatkan risiko erosi
lambung dan perdarahan

4.8. RUTE PEMBERIAN OBAT

12
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini antara lain; Ibuprofen adalah obat golongan
obat anti inflamasi non steroid yang merupakan derivat asam propionate yang berefek analgetik,
antipiretik, dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Ibuprofen diabsorbsi cepat melalui
lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam, waktu paruh dalam plasma
sekitar 2 jam. Metabolisme Ibuprofen terjadi di hepar, dan ekskresi cepat dan lengkap di ginjal.
Indikasi penggunaan ibuprofen adalah menghilangkan nyeri ringan hingga sedang, gejala arthritis,
osteoarthritis, primer dismenore, demam. Efek samping yang dapat terjadi adalah  gangguan
gastrointestinal atau perdarahan, kenaikkan enzim hati, epistaksis, sakit kepala, pusing. Sediaan
yang ada adalah obat generik ibuprofen tablet 200 dan 400 mg. Dosis Ibuprofen untuk orang
dewasa adalah 200-400 mg dengan durasi 4-8 jam, dan dosis maksimal adalah 3200 mg/hari
sedangkan dosis untuk anak-anak adalah 5-10 mg / kg BB.

13
DAFTAR PUSTAKA

- Anonymous. Konsep dasar nyeri. Available on http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-


dasar- nyeri.html. 23 Mei 2011.

- Anonymous. 2008. Diktat Farmakologi I. Edisi 5. FK UNLAM: Banjarmasin.

- Zernikow B , Hechler T . Pain therapy in children and adolescents. Dtsch Arztebl Int.
2008;105:28-29.

- Ganiswarna SG. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: FKUI, 2003.

- Katzung G Bertram. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika: Jakarta.

- Zubaidah I. Perbandingan Mutu Fisik dan Profil Disolusi Tablet Ibuprofen Merk Dagang
dan Generik. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.

- World Health Organization. WHO Model List of Essential Medicines. March 2005.
Retrieved 2006-03-12.

- Jain SK, Shukla M, Vivek S. Development and in Vitro Evaluation of Ibuprofen Mouth
Dissolving Tablets Using Solid Dispersion Technique. 2010:8;1037.

- Hussein Ali Abdul. In Vitro Antibacterial Activity of Ibuprofen and Acetaminophen.Infect


Dis Glob. 2010;2:105-108.

- Anonymous. Ibuprofen history. Available on http://ibuprofendrug.com/ibuprofen-


history.html. 23 Mei 2011.
- Dewland PM , Reader S , Berry P. Bioavailability of ibuprofen following oral
administration of standard ibuprofen, sodium ibuprofen or ibuprofen acid incorporating
poloxamer in healthy volunteers. BMC Clin Pharmacol. 2009 Dec 4;9:19.

- Tucci J, Bandiera E, Darwiche R, Medos Z, Nashed R, Trinh D. Journal of Pharmacy


Practice and Research 2009;39(3):223-5.

- Badan POM RI. Penggunaan bersamaan Ibuprofen dan Aspirin. InfoPOM 2006;7(6):11.
14
- Anonymous. Ibuprofen. 2010. Available on www.farmasiku.com.

- Rao P, Knaus EE. Evolution of nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs):


cyclooxygenase (COX) inhibition and beyond". J pharm pharm sci. 2008;11:81s–110s

15
16

Anda mungkin juga menyukai