Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH OBAT TRADISIONAL

(BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL DAN PERSYARATAN OBAT


TRADISIONAL)

Dosen pengampu : Lilis Sugiarti, M.Si

DISUSUN OLEH :
Viska Meidy Anggreni
201705053

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


CENDEKIA UTAMA KUDUS
S1 FARMASI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu. Karena dengan ilmu
yang telah mereka berikan, saya mampu menyusun makalah ini dengan baik. Juga kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam menyusun makalah ini.
Kami berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan makalah ini menjadi singkat
dan mudah dipahami. Namun, sebagai manusia, kami tidak luput dari kesalahan. Maka
kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan guna penyusunan makalah yang
lebih baik dikemudian hari nanti.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi
penyusun sendiri yang masih dalam tahap belajar. Akhir3 kata, saya mohon maaf atas
segala kekurangan.

Kudus, 13 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian .................................................................................. . 3
B. Jenis dan sumber obat tradisional ............................................... 3
C. Persyaratan obat tradisional ........................................................ 9
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 13
A. Kesimpulan.................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kedua terkaya di dunia dalam hal
keanekaragaman hayati. Terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah
diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi biofarmaka
yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat,
makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan maupun tanaman.
Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah
satu negara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami berbahan
baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar.
Sebagai salah satu alternatif pengembangan biofarmaka, fitofarmaka atau
lebih dikenal dengan tanaman obat, sangat berpotensi dalam pengembangan
industri obat tradisional dan kosmetika Indonesia. Selama ini, industri tersebut
berkembang dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dari hutan
alam dan sangat sedikit yang telah dibudidayakan petani. Bila adapun, teknik
budidaya dan pengolahan bahan baku belum menerapkan persyaratan bahan baku
yang diinginkan industri, yaitu bebas bahan kimia dan tidak terkontaminasi jamur
ataupun kotoran lainnya.
Dalam memacu pengembangan agribisnis berbasis fitofarmaka di tingkat
petani, sangatlah penting peningkatan kemampuan petani dalam hal budidaya
tanaman obat. Di samping hal budidaya, segi pasca panen dan pemasaran juga
perlu ditingkatkan dalam upaya memacu pengembangan industri obat tradisional
dan kosmetika Indonesia.
Obat bahan alam yang semula banyak dimanfaatkan oleh negara-negara di
Asia, Amerika Selatan dan Afrika, sekarang meluas sampai ke negara-negara maju
di Australia dan Amerika Utara. Awalnya obat bahan alami digunakan sebagai
tradisi turun-temurun. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan
berkembangnya teknologi, baik produksi maupun informasi, uji praklinik dan
klinik dilakukan untuk memperoleh keyakinan khasiat obat bahan alam.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian obat tradisional?
2. Jenis dan sumber obat tradisional?
3. Bagaimana persyaratan obat tradisional

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian obat tradisional.
2. Mengetahui jenis dan sumber obat tradisional.
3. Mengetahui bagaimana persyaratan obat tradisional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan
tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Pengobatan tradisional. (Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1992
tentang kesehatan)
Adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun
dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Obat tradisional Peraturan menurut Menteri Kesehatan RI.No.
179/Men.Kes/Per/VII/1976 Tentang Produksi dan Distribusi Obat Tradisionil
adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,
hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran bahan-bahan tersebut
yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan
berdasarkan pengalaman :
- bahan alam
- bedasarkan pengalaman
Obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI.No.246/Men.Kes/Per/V/1990 Tentang Izin Usaha IOT dan Pendaftaran O.T Dan
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Adalah bahan atau
ramuan bahan, yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

B. Jenis dan Sumber Obat Tradisional


Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai
tanggung jawab dalam peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional

3
Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok,yaitu obat tradisional atau
jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi,telah
diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga
industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk
ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi
dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat
tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 , yaitu jamu, obat ekstrak
alam dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical bused herbal medicine)


Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,
hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan
tersebut yang belum dibakukkan dan dipergunakan dalam upaya pengobatan
berdasarkan pengalaman. Bentuk sediaannya berwujud sebagai serbuk
seduhan,rajangan untuk seduhan,dan sebagainya. Istilah penggunaannya masih
memakai pengertian tradisional seperti galiansingset, sekalor, pegel linu, tolak
angin, dan sebagainya. Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara
tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, oil, dan cairan yang berisi
seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan
secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya
cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti
empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh
tahun bahkan mungkin ratusan tahun,telah membuktikan keamanan dan manfaat
secara langsung untuk tujuan kesehatn tertentu.
2. Ekstrak bahan alam ( Scientific based herbal medicine)
Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral.
Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan
berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan
pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi
dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan
4
pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pra-klinik seperti standar
kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanman obat, standar
pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanannya dan
khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah
memenuhi persyarakatan yang berlaku. Istilah cara penggunaanya menggunakan
pengertian farmakologik seperti diuretic,analgesic,antipiretik,dan sebagainya.
Selama ini obat-obat fitofarmaka yang berada di pasaran masih kalah bersaing
dengan obat paten. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor,antara lain kepercayaan,
standar produksi, promosi dan pendekatan terhadap medis, maupun konsumennya
secara langsung. Fitofarmaka merupkan bentuk obat tradisional dari bahan alam
yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang
telah terstandar,ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dnegn uji klinik pada
manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya
yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi modern pula.
Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau
yang memproduksi obat tradisional yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Obat tradisional buatan sendiri
Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di
Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan
untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan untuk keperluan
keluarga.
b. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu (Herbalist)
Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup
banyak. Saalah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat
jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan
minum yang sangat digemari masyarakat.
c. Obat tradisional buatan industri
Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI , industri obat tradisioanl
dapat dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar berdasarkan modal
yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat tradisional, tampaknya
industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Akan
5
tetapi,pada umumnya yang berbentuk sediaan modern berupa ektrak baham alam
atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu lebih condong untuk memproduksi
bentuk jamu yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak industri besar
yang memproduksi jamu dalam bentuk sediaan modern (tablet,kapsul, sirup dan
lain-lain) dan bahkan fitofarmaka.

Suatu zat merupakan obat bila dalam pengobatan atau eksperimen sudah diperoleh
informasi,di antaranya tentang ( B.Zulkarnaen,1999) :
a. Hubungan dosis dan efek (dose – effect – relationship), selain dari hanya
diketahui adanya suatu efek.
b. Absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi zat tersebut
c. Tempat zat tersebut bekerja (site of action)
d. Cara bekerja at (mechanism of action)
e. Hubungan struktur dan respon ( structure – respons relationship).
Informasi tentang lima hal di atas diperlukan dan dievaluasi dalam menilai
suatu obat. Penisilin umpamanya sudah diketahui bahwa besar responsnya
berkaitan erat dengan besar dosis, ia diketahui kapan mencapai kadar efektif dalam
darah manusia dan dalam bentuk apa sisa penisilin diekskresi. Diketahui pula pada
bagian apa dari kuman penisilin bekerja, serta bagaimana bekerjanya dan diketahui
pula hubungan kerja dengan struktur molekul penisilin. Informasi seperti imi
dipunyai obat modern yang dipasarkan, sementara kurangnya informasi
menyebabkan suatu obat tidak dapat diedarkan sebagai obat.
Untuk memperoleh informasi di atas, diperlukan penelitian, tenaga, dana
dan waktu yang sangat banyak. Diperkirakan dari ditemukannya suatu
obat,dibutuhkan sekitar 25 tahun,sebelum suatu zat diperbolehkan beredar sebagai
obat. Penelitian berkenaan dengan hal di atas dimulai dari penapisan tahap pertama,
yaitu :
a. Penentuan toksitas dan pengaruh terhadap gelagat (behavior)
b. Pengaruh zat terhadap tekanan darah dan semua percobaan yang ada kaitannya
dengan tekanan darah.
c. Pengaruh zat terhadap organ-organ terisolasi yang kemudian diikuti dengan
ratusan percobaan untuk melengkapi informasi yang diperlukan.

6
Tiga jenis penapisan ini banyak memberikan arah penelitian dan sifat
bahan yang diteliti,mulai dari pengaruh terhadap Susunan Saraf Pusat (SSP),
Susunan Saraf Otonom(SSO), respirasi , relaksan otot, dan sebagainya.
Pada table di bawah ini dapat dilihat daftar beberapa tanaman obat yang
mempunyai prospek pengembangan yang potensial.

Tabel 1.
Tanaman Obat Fitofarmaka yang Prospektif

No Tanaman Obat Bagian Indikasi potensi


tanaman
obat
1. Temulawak (Curcuma Umbi Hepatitis, artritis
Xantorrhiza
2. Kunyit ( Curcuma demostica Umbi Hepatitis, arthritis, antiseptik
Val )
3. Bawang Putih (Allium Umbi Kandidiasis, hiperlipidemia
sativum Lynn)
4. Jati Blanda (Guazuma Daun Anti hiperlipidemia
ulmitblia Lamk)
5. Handeuleum (Daun ungu) Daun Hemoroid
(Gratophyllum picium Griff
6. Tempuyung (Sonchus Daun Nefrolitiasis, diuretik
arvensis Linn)
7. Kejibeling (Strobilanthes Daun Nefrolitiasis, diuretik
cripus BJ)
8. Labu merah (Cucurbita Biji Taeniasis
moschata Durch)
9. Katuk (Sauropus androgynus Daun Meningkatkan produksi ASI
Merr)
10. Kumis kucing (Orthosiphon Daun Diuretik
stamineus Benth)
11. Seledri (Apium graveolena Daun Hipertensi
Linn)
12. Pare (Momordica charantia Buah biji Diabetes mellitus
Linn)
13. Jambu biji (Klutuk) (Psidium Daun Diare
7
guajava Linn)
14. Ceguk (wudani) (Quisqualis Biji Askariasis, oksiurtasis
indica Linn)
15. Jambu mede (Anacardium Daun Analgesik
occidentale)
16. Sirih (Piper betle Linn) Daun Antiseptik
17. Saga tekik (Abrus precatorius Daun Stomatitis attosa
Linn)
18. Sabung (Blumca balsamitera Daun Analgesik, antipiretik
D.C)
19. Benalu the (Loranthus spec, Batang Ahli kanker
div)
20. Pepaya (Carica papaya Linn) Getah daun Sumber papain, Anti malaria,
biji Kontrasepsi pria
21. Butrawali (Tinospora rumphii Batang Anti malaria, Diabetes mellitus
Boerl)
22. Pegagan (kaki kuda) (Centella Daun Diuretika, antishipertensieptic,
asiatica Urban) antikeloid,
23. Legundi (Vitcx trifolia Linn) Daun Antiseptik
24. Inggu (Ruta graveolens Linn) Daun Analgesik, antipiretik
25. Sidowajah (Woodfordia Daun Antiseptik, diuretika
floribunda Salibs)
26. Pala (Myristica fragrans Buah Sedatif
Houtt)
27. Sambilata (Adrographis Seluruh Antiseptik, diabetes mellitus
paniculata Nees) tanaman
daun
28. Jahe (Halia) (Zingibers Umbi Analgesik, Antipiretik,
officinale Linn) antiinflamasi
29. Delima putih (Punica Kulit buah Antiseptik, antidiare
granalum Linn)
30. Dringo (Acorus calamus Umbi Sedatif
Linn)
31. Jeruk ninja (Citrus Buah Antibatuk.
aurantifolia Svviqk)

C. Persyaratan obat tradisional


1. Kadar air
8
Kadar air obat tradisional adalah banyaknya air yang terdapat di dalam obat
tradisional, Air tersebut berasal dari kandungan simplisia, penyerapan pada saat
produksi atau penyerapan uap air dari udara pada saat berada dalam peredaran.
Penetapan kadar air dengan gravimetri tidak dianjurkan karena susut pengeringan
tersebut bukan hanya diakibatkan menguapnya kandungan air tetapi juga
diakibatkan minyak atsiri dan zat lain yang mudah menguap. Kadar air harus tetap
memenuhi persyaratan, selama di industri maupun di peredaran. Upaya menekan
kadar air serendah mungkin perlu mendapat pertimbangan terutama bila kandungan
obat tradisional tergolong minyak atsiri atau bahan lain yang mudah menguap.
2. Waktu hancur
Makin cepat daya hancur pil, tablet, kapsul diharapkan makin besar dan
makin cepat zat aktif yang diserap oleh tubuh. Makin besar dan makin cepat zat
aktif yang diserap diharapkan makin cepat obat tradisional tersebut bereaksi di
dalam tubuh, sehingga makin cepat dirasakan hasilnya.
3. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot terutama untuk takaran tunggal perlu diperhatikan agar
ketepatan takaran yang dianjurkan dapat dipenuhi. Di samping keseragaman bobot
yang dipersyaratkan oleh Departemen Kesehatan ada juga persyaratan metrologi
dari Departemen Perdagangan yang tuiuannya bukan ketepatan takaran tetapi
mencegah pengurangan jumlah, isi maupun berat.

4. Mikroba patogen
Yang dimaksud dengan mikroba patogen ialah adalah semua mikroba yang
dapat menyebabkan orang menjadi sakit. bila kemasukan mikroba tersebut. Obat
tradisional untuk penggunaan obat dalam perlu diwaspadai adanya mikroba seperti.
Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonasaeruginosa.
ObatTradisional untuk penggunaan obat luar perlu diwaspadai adanya mikroba
seperti: Staphylococcus aureus, Pieudomonas aeruginosa, Candida albicans,
Clostridium pertingens, Bacillus antracis.
5. Angka Lempeng Total
Angka lempeng total harus ditekan sekecil mungkin. Meskipun mikroba
tersebut tidak membahayakan bagi kesehatan, tetapi kadang-kadang karena
pengaruh sesuatu dapat menjadi mikroba yang membahayakan. Yang jelas angka

9
lempeng total tersebut dapat digunakan sebagai petunluk sampai tingkat berapa
industri tersebut melaksanakan Cara pembuatan obat Tradisional yang Baik. Makin
kecil angka lempeng total bagi setiapp roduk, makint inggin ilaip engetrapan
CPOTB di Industri tersebut.
6. Angka kapang dan Khamir
Jumlah kapang (jamur) dan khamir yang besar, menunjukkan kemunduran
dari mutu obat tradisional. Kapang dan khamir akan berkembang biak bila tempat
tumbuhya cocok untuk pertumbuhan. Disamping itu kapang tertentu ada yang
menghasilkan zat racun (toksin) seperti jamur Aspergilus flavus dapat
menghasilkan
7. aflatoksin.
Aflatoksin Tidak boleh lebih dari persyaratan yang ditetapkan Aflatoksin
selain meracuni organ tubuh bersifat karsinogenik.
8. Bahan tambahan
Bahan tambahan dapat dibedakan menjadi bahan tambahan alami dan bahan
tambahan kimia. Bahan tambahan kimia pada umumnya bersifat racun karena itu
perlu ada pembatasan penggunaannya. oleh karena itu pemakaian bahan tambanan
jika tidak diperlukan agar dihindari.
9. Pengawet
Cukup jelas.
10. Pewarna
Cukup jelas.
11. Pengisi
Cukup jelas.
12. Wadah dan penyimpanan.
Dalam wadah tertutup baik; disimpan pada suhu kamar, ditempat kering
dan terlindung dari sinar matahari. yang diproduksi oleh Industri obat tradisional
dapat tetap memenuhi persyaratan obat tradisional meskipun sudah diedarkan
dalam waktu lama.

 Wadah
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi obat tradisional yang disimpan
di dalamnya baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat
10
mengakibatkan perubahan keamanan, kemanfaatan dan mutu. Wadah tertutup
baik harus melindungi isinya terhadap masuknya bahan padat dari luar dan
mencegah kehilangan waktu pengurusan, pengangkutan, penyimpanan dan
penjualan dalam keadaan dan dengan cara biasa. Wadah tertutup.rapat harus
melindungi isinya terhadap masuknya bahan padat atau lengas dari luar dan
mencegah kehilangan, pelapukan, pencairan dan penguapan pada waktu
pengurusan, pengangkutan, penyimpanan dan penjualan dalam keadaan dan
dengan cara biasa.

 Penyimpanan.
obat tradisional harus disimpan sedemikian rupa sehingga mencegah
cemaran mikroba dari luar dan terjadinya peruraian, terhindar dari pengaruh
udara, kelembaban, panas dan cahaya. Disimpan pada suhu kamar adalah
disimpan pada suhu 150 C sampai 30oC Disimpan ditempat kering adalah
disimpan ditempat yang terhindar dari kelembaban. Disimpan terlindung dari
sinar matahari adalah disimpan ditempat yang terhindar dari sinar matahari
langsung. Air Panas adalah air matang (telah didihkan) dan suhunya masih
berada antara 60o c sampai 70o C.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhir-akhir ini perhatian terhadap obat alami meningkat dengan tajam.
Penelitian mengenai potensi dan khasiat obat alami pun mengalami
peningkatan. Hal ini merupakan sesuatu yang menggembirakan, mengingat
potensi kekayaan alam Indonesia sangat berlimpah. Oleh sebab itu,kita hanya
menunggu kemauan pemerintah dan berbagai pihak yang berkepentingan
untuk mengembangkannya agar pelayanan kesehatan tidak semata-mata
tergantung pada obat-obat modern.
Secara singkat, sistem medis merupakan organisasi yang kaya dan
kompleks yang memberikan banyak peranan dan tujuan. Rupanya perhatian
yang diberikan hanyalah pada masalah-masalah penyakit (disease) dan
penyakit (illness) yang didefinisikan secara sempit, padahal dalam
kenyataannya mereka mencerminkan pola-pola dan nilai-nilai dasar dari
kebudayaan, di mana mereka merupakan salah satu bagiannya. Hanya apabila
dipandang dari konteks yang luas dalam suatu lingkungan sosial-budaya yang
menyeluruh, barulah tingkah laku sehat dari anggota-anggota kelompok mana
pun dapat dipahami sepenuhnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.


Agoes, Azwar. Jacob, T. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia. Jakarta. EGC.
Departemen Kesehatan RI. Senarai Tumbuhan Obat Indonesia. 1986.
Foster, George M. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomer : 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional.
Moeloek FA. 2006. Herbal and traditional medicine: National perspectives and policies
in Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka
Cipta.

13

Anda mungkin juga menyukai