Anda di halaman 1dari 15

RUANG LINGKUP FARMASI

MATA KULIAH PENGANTAR ILMU FARMASI


DOSEN SEPTI MUHARNI , M.Farm, Apt,

OLEH
KELOMPOK CHLORPHENIRAMINE MALEATE
AIDA MISTAWATI (1501001)
ANDITA DWI PRAMESTI (1001013)
EMNOVERICI UMAR ( 1501013 )
FIRDA RITRI (1501017)
GISDA AMARINA (1501019)
SITI NURJANAH (1501046)
VANY RAHMAYANI (1501048)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


PEKANBARU
RIAU 2015 / 2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT , karena berkat karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah yang berjudul RUANG LINGKUP
FARMASI tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata kuliah
Pengantar Ilmu Farmasi,pada semester I ,di tahun ajaran 2015 . Makalah ini berisikan tentang
sejarah perkembangan farmasi dari masa ke masa, dari zaman yunani hingga zaman modern.
Dan di dalamnya membahas tentang obat, tokoh-tokoh, perkermbangan farmasi di indonesia.
Kami menyadari bahwa dalam karya ilmiah ini masih banyak kekurangan , untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca . Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

ii

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

1
1
1

Bab II Pembahasan
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Pengetian obat
Sejarah Penggunaan Obat
Pengertian Farmasi
Sejarah Kefarmasian
Perkembangan Profesi Kefarmasian
Karir dalam Bidang Farmsi
Pendidikan dalam Bidang Farmasi

2
2
2
2
3
7

Bab III Penutup


A.
B.

Kesimpulan
Saran

12
12

Daftar Pustaka

13

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi ialah ilmu yang memepelajari cara membuat , memformulasikan ,
menyimpan , dan menyediakan obat.

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan.
Kata farmasi diturunkan dari bahasa Yunani pharmakon, yang berarti cantik atau
elok, yang kemudian berubah artinya menjadi racun, dan selanjutnya berubah lagi menjadi
obat atau bahan obat. Oleh karena itu seorang ahli farmasi (Pharmacist) ialah orang yang
paling mengetahui hal obat. Ia satu-satunya ahli mengenai obat, karena pengetahuan
keahlian mengenai obat memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai semua aspek
kefarmasian seperti yang tercantum pada definisi di atas.
Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang
sesuai dan aman.Tulisan ini membicarakan ruang lingkup farmasi meliputi pengertian
farmasi , sejarah kefarmasian , perkembangan pelayanan farmasi ,karir dalam bidang
farmasi dan pendidikan farmasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengetian obat?
1.2.2 Siapa tokoh-tokoh dalam sejarah obat dan kefarmasian?
1.2.3 Apa pengertian farmasi ?
1.2.4 Bagaimanakah sejarah kefarmasian?
1.2.5 Apa saja ruang lingkup farmasi?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 untuk memberi informasi pengertian obat dan farmasi
1.3.2 untuk memberikan informasi tentang sejarah pengenalan obat dan kefarmasian
1.3.3 untuk meningkatkan pengetahuan tentang ruang lingkup farmasi

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Obat
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan.
2.1.1 Sejarah penggunaan Obat

Awalnya obat digunakan secara empirik dari tumbuhan, berdasar pengalaman


1541-1493 SM (Paracelsus) berpendapat : utk membuat obat perlu pengetahuan
kadungan zat aktifnya. Mk dibuat obat dari zat y telah diketahui bhn aktifnya
Hippocrates (459-370 SM) bapak kedokteran dalam praktek pengobatannya telah
menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan .
Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori
kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
Ibnu Sina (980-1037) menulis beberapa buku metode pengumpulan dan penyimpanan
tumbuhan obat ,cara pembuatan sediaan obat seperti pil, supositoria, sirup. Ia
menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India,
Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik
Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi
dan toksikologi obat pada hewan percobaan.Percobaan pada hewan merupakan uji
praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat diujicoba
secara klinik pada manusia.
Sampai akhir abad 19, obat merupakan produk organik atau anorganik dari
tumbuhan yang dikeringkan atau segar, bahan hewan atau mineral yang aktif dalam
penyembuhan penyakit tetapi dapat juga menimbulkan efek bila dosisnya terlalu
tinggi atau pada kondisi tertentu dari penderita.
Pada abad 20 mulailah dibuat obat-obat sintesis misalnya asetosal, disusul
kemudian dengan sejumlah zat-zat lainnya. Tercapainya dengan penemuan dan
penggunaan obat-obat kemoterapetik sulfanilamid (1935) dan penisillin (1940).
Penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih dari 500 macam obat setiap tahunnya,
sehingga obat-obat kuno semakin terdesak oleh obat-obat baru.

2.2 Ruang Lingkup Farmasi


Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti
peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi.
2.2.1 Pengertian farmasi
Pada awalnya profesi farmasi dikatakan sebagai seni (art) dan pengetahuan (science).
(ilmu resep)

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur , meracik,


memformulsi , mengkombinasi, menganalisis , serta menstandarkan obat dan pengobatan
juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaanya secara aman.
2.2 Sejarah kefarmasian Dunia
Adanya manusia di bumi ini mulai muncul peradaban dan mulai terjadi penyebaran
penyakit yang dilanjutkan dengan usaha masyarakat untuk pencegahan terhadap penyakit.
2.2.1 Farmasi Jaman Pra Sejarah .
Manusia purba belajar dari insting atau naluri, dengan melakukan pengamatan
terhadap hewan. Pertama kali mereka menggunakan air dingin, sehelai daun, debu, bahkan
lumpur untuk pengobatan. Naluri untuk menghilangkan rasa sakit pada luka dengan
merendamnya dalam air dingin atau menempelkan daun segar pada luka tersebut atau
menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan kepercayaan. Manusia purba belajar dari
pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang satu lebih efektif dari yang lain. Dari
sinilah permulaan terapi dengan obat dimulai. Mereka menularkan pengetahuan ini kepada
sesamanya. Walupun metode yang mereka gunakan masih kasar, akan tetapi banyak sekali
obat-obatan yang ada saat ini diperoleh dari sumbernya dengan metode sederhana dan
mendasar seperti yang telah mereka lakukan.
2.2.2 Farmasi Jaman Babylonia-Assyria
Para pendeta di masa itu berperan sebagai rohaniwan (diviner) dan pengusir setan,
yang mendukung peran mereka sebagai penyembuh/dokter. Dalam literatur lain
disebutkan bahwa terdapat pemisahan profesi penyembuh di antara bangsa Babylonia,
yakni penyembuh empiris dan penyembuh yang spiritualis. Penyembuh spiritualis dikenal
sebagai asipu, yang menekankan pada penggunaan mantra/doa-doa bersama dengan batubatu bertuah/jimat-jimat dalam pengobatan.
2..2.3 Awal masehi
ilmuwan- ilmuwan dalam perkembangan kefarmasian adalah :

Hippocrates (460-370 SM ),adalah dokter yunani yang memperkenalkan farmasi dan

kedokteran secara ilmiah. Beliau disebut bapak ilmu kedokteran .


Dioscorides ( abad 1 SM ),adalah seorang botani Yunani yang menggunakan tumbuhtumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan.

Galen ( 130- 200 M ),adalah seorang dokter dan ahli farmasi dari Yunani . karyanya
dalam ilmu kedokteran dan obat- obatan berasal dari alam, formula dan sediaan

farmasi adalah Farmasi Galenika.


Philipus Aureolus Theophrastus von Hohenheim(1493 -1541 M) , seorang dokter dan
ahli beda dari swiss yang menyebut dirinya paracelsus , sangat besar pengaruhnya
terhadap perubahan farmasi , menyiapkan bahan obat spesifik dan memperkenalkan
zat kimia sebagai obat internal.

2.2. 4. Farmasi di Peradaban Arab-Islam


Dimulai pada abad ke-9, tanah Arab dan Islam berhasil membangun jembatan ilmu
yang menghubungkan antara sumbangan Yunani dengan dunia farmasi modern sekarang
ini. Tahap ilmu yang diperoleh dari Yunani terus ditingkatkan dan usaha ini diteruskan
hingga abad ke-13 melalui berbagai karya, Peningkatan ilmu pada zaman-zaman
berikutnya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, farmasi dipraktekkan secara terpisah
dari profesi medis yang lain. Puncak sumbangan dunia Arab-Islam dalam farmasi dicapai
dengan siapnya satu panduan cara meracik obat pada tahun 1260.
Tokoh-Tokoh yang Berjasa dalam Pengembangan Kefarmasian

Muhammad ibnu Zakariya al-Razi (865-915 M) alias Razes turut mengembangkan

pengobatan dengan menggunakan obat-obatan. Selain itu, dokter dan ahli farmasi
Abu al-Qasim al-Zahrawi alias Abulcasis (936-1013 M) juga tercatat sebagai saintis

dalam bidang distiliasi dan sublimasi.


Sabur ibnu Sahl (wafat 869 M), juga tercatat sebagai dokter pertama yang mencetuskan
pharmacopoedia. Ia telah menjelaskan beragam jenis obat-obatan untuk mengobati

penyakit.
al-Biruni (973-1050 M). Sang ilmuwan legendaris Islam itu telah menulis buku
farmakologi yang sangat berharga bertajuk Kitab al-Saydalah( Buku tentang Obatobatan). Dalam kitabnya itu, al-Biruni menjelaskan secara detail pengetahuan mengenai
peralatan untuk pembuatan oba-obatan, peran farmasi, fungsi serta tugas apoteker.Ia juga

menjelaskan tentang apotek.


Ibnu Sina alias Avicenna juga menulis tak kurang dari 700 persiapan pembuatan obat,
peralatannya, kegunaan dan khasiat obat -obatan tersebut. Kontribusi Ibnu Sina dalam
bidang farmasi itu dituliskannya dalam bukunya yang sangat monumental Canon of
Medicine.

2.2.5 Menjelang Abad pertengahan dan Abad ke 20

Pada tahun 1240 raja jerman frederick II secara resmi memisahkan ilmu farmasi dari

kedokteran, sehingga sekarang dikenal ilmu farmasi dan ilmu kedokteran.


Menjelang abad ke-20 Penelitian farmasi awal mulai banyak dilakukan .Karl Wilhelm
(1742-1786) seorang ahli farmasi swiss berhasil menemukan zat kimia seperti asam

laktat, asam sitrat, asam oksalat, asam tartrat dan asam arsenat.
Scheele juga berhasil mengidentifikasi gliserin, menemukan cara baru membuat calomel,

dan asam benzoat serta menemukan oksigen.


Friedrick seturner merupakan ahli farmasi jerman (1783-1841) berhasil mengisolasi
morpin dari opium, pada tahun 1805, seturner juga menganjurkan suatu seri isolasi dari

tumbuhan lainnya juga.


Joseph Caventou (1795-1877) dan joseph pelletier (1788-1842) menggabungkan
keahlian mereka dalam mengisolasi kina dan sinkonin dari sinkona.
2.2.6 Sejarah Industri Farmasi Modern
Sejak 1897 ketika Felix Hoffman menemukan cara menambahkan dua atom ekstra
karbon dan lima atom ekstra karbon dan lima atom ekstra hidrogen ke adlam sari pati
kulit kayu willow. Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnya
menyebabkan lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaitu Bayer.
Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca Perang Dunia I. Kemudian, pada Perang
Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara massal, seperti obat TBC,
hormaon steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika.

Sejak saat itulah, dunia farmasi (industri & pendidikannya) terus berkembang dengan
didukung oleh berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan bioteknologi.
Sekolah-sekolah farmasi saat ini hampir dijumpai di seluruh dunia. Kiblat perkembangan
ilmu, kalau bolehh kita sebut, memang Amerika Serikat dan Jerman (karena di sanalah
industri obat pertama berdiri).
Ilmu farmasi baru menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya pada abad XVII di
Perancis. Pada tahun 1797 telah berdiri sekolah farmasi pertama di perancis dan buku tentang
farmasi telah diterbitkan dalam beberapa bentuk ,antara lain buku pelajaran, majalah,
farmakope ,dan komentar. Perkembangan ini diikuti oleh negara eropa yang lain misalnya
Italia, Inggris ,Jerman ,dan lain- lain. Di Amerika sekolah farmasi pertama berdiri tahun 1821
di Philadelphia.

2.3 sejarah Farmasi di Indonesia


2.3.1 Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan
Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Belanda sehingga
pedoman dan undang undang yang berlaku pada waktu itu berkiblat ke Belanda. Setelah
kemerdekaan , buku pedoman maupun undang- undang yang dirasa masih cocok tetap
dipertahankan.,sedangkan yang tidak sesuai dihilangkan .
2.3.2 Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai
bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah
asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama , dengan jangka waktu pendidikan
selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar
30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal
dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.
2.3.3 Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967
Pada periode ini, terutama antara tahun 1960 1965, karena kesulitan devisa dan
keadaan ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi
sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi sangat
terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itu karena pengawasan belum
dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak
memenuhi persyaratan standar.
2.4.Perkembanagan Profesi Kefarmasian
Berikut perkembangan profesi kefarmasian yang telah mengalami perubahan dan
dibagi ke dalam beberapa periode:
2.4.1 periode Tradisional
Periode tradisional merupakan periode dimana waktu itu seorang apoteker
bekerja hanya untuk menyediakan , membuat, mendistribusikan serta mengevaluasi

produk sediaan farmasi.pada periode ini seorang apoteker bekerja terus di apotik ,
karena dia harus meracik obat yang diresepkan oleh dokter.
2.4.2

periode transisisi
Periode transisis merupakan periode dimana telah terjadi perkembangan yang

pesat dalam dunia industri obat.obat-obat jadi yang sudah siap pakai beredar di
pasaran. Harga obatpun menjadi mahal dan informasi mengenai obat sangat banyak,
karena masing-masing industri obat memproduksi obat dengan rahasia formulasinya
masing-masing. Pada periode ini seorang apoteker kehilangan menjadi kehilangan
pekerjaan tradisionalnya, yaitu meracik obat di apotek .
2.4.3

periode pelayanan farmasi klinik


Istilah farmasi klinik mulai muncul pada tahun 1960an di Amerika, dengan

penekanan pada fungsi farmasis yang bekerja langsung bersentuhan dengan pasien.
Berawal dari ketidakpuasan atas norma praktek pelayanan kesehatan pada saat itu dan
adanya kebutuhan yang meningkat terhadap tenaga kesehatan profesional yang
memiliki pengetahuan komprehensif mengenai pengobatan. Gerakan munculnya
farmasi klinik dimulai dari University of Michigan dan University of Kentucky pada
tahun 1960-an (Miller,1981).
Dalam sistem pelayanan kesehatan, farmasis klinik adalah ahli pengobatan
dalam terapi. Mereka bertugas melakukan evaluasi pengobatan dan memberikan
rekomendasi pengobatan, baik kepada pasien maupun tenaga kesehatan lain. Farmasis
klinik merupakan sumber utama informasi ilmiah yang dapat dipercaya tentang obat
dan penggunaannya, memberikan informasi terkait dengan penggunaan obat yang
aman, tepat, dan efektif.
2.4.4

periode asuhan kefarmasian (pharmaceutical care)


Asuhan kefarmasian adalah konsep dasar dalam pekerjaan kefarmasian yang

timbul pada pertengahan tahun 1970-an. Yang mengisyaratkan bahwa semua praktisi
kesehatan harus memberikan tanggung jawab atas dampak pemberian obat pada
pasien.

Menurut FIP ( International pharmaceutical federation ) pada tahun 1998


asuhan kefarmasian adalah tanggung jawab pemberi pelayanan obat sampai timbulnya
damapak yang jelas atau terjaganya kualitas hidup pasien.

2.5 Karir dalam Bidang Farmasi


Apotik adalah tempat pengabdian profesi seorang Apoteker, maka makin besar
harapan yang diberikan pemerintah kepada para Farmasis, baik dari segi jumlah tenaga
farmasi maupun dari segi kemampuan profesionalnya.
2.5.1 Farmasi Rumah Sakit (Hospital Pharmacy)
Farmasi Rumah Sakit ialah pekerjaan kefarmasiaan yang dilakukan di rumah sakit
pemerintah maupun swasta. Fungsi kefarmasian ini yang sudah sangat berkembang di
negara maju, juga sudah mulai dirintis di Indonesia dengan pembukaan program
spesialisasi Farmasi Rumah Sakit. Jumlah kebutuhan Farmasis di rumah sakit akan
semakin meningkat karena 3 hal :
1. Faktor pertambahan penduduk.
2. Meningkatnya kebutuhan untuk perawatan yang lebih baik di rumah sakit.
3. Fungsi dan peranan Farmasis Rumah Sakit akan lebih meningkat dalam berbagai
aspek mengenai penggunaan dan pemantauan obat.
2.5.2 Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Mata rantai sebagai perantara industri farmasi dan masyarakat dalam hal
penyaluran obat ialah Pedagang Besar Farmasi (PBF).PBF sangat berperanan sebagai
sumber penyalur obat dari berbagai industri farmasi yang secara cepat dapat melayani
kebutuhan Farmasis Komunitas (Apoteker) untuk secara cepat pula melayani
kebutuhan penderita akan obat. PBF juga mengurangi beban finansial Apoteker dalam
hal menyimpan stok obat dalam jumlah besar dan menjembatani kerumitan negosiasi
dengan ratusan industri farmasi sebagai produsen obat.
2.5.3 Industri Farmasi
Farmasis di industri farmasi terlibat pula dalam fungsi pemasaran produk, riset
dan pengembangan produk, pengendalian kualitas, produksi dan administrasi atau

manajemen. Fungsi perwakilan pelayanan medis (medical service representative) atau


detailman yang bertugas dan langsung berhubungan dengan Dokter dan Apoteker
untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan industri farmasi mungkin juga dijabat
seorang Farmasis atau tenaga ahli lain. Namun paling ideal apabila fungsi itu
dipegang seorang Farmasis karena latar belakang pengetahuannya.Pada unit produksi
dan pengendalian kualitas (quality control) industri dipersyaratkan seorang Apoteker.
2.5.4 Instansi Pemerintah
Perguruan Departemen Kesehatan adalah instansi pemerintah yang paling banyak
menyerap tenaga Farmasis, terutama Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Minuman (DitJen POM) dan jajaran Pusat Pemeriksaan Obat (PPOM) dan Balai
Pemeriksaan Obat dan Makanan (Balai POM) di daerah. Demikian pula Bidang
Pengendalian Farmasi dan Makanan pada setiap Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan (sekarang dihapus, hanya ada Dinas Kesehatan Propinsi) dan jajaran Dinas
Kesehatan sampai ke Daerah Tingkat II dan Gudang Farmasi. Fungsi utama Farmasis
pada instansi pemerintah ialah administrastif, pemeriksaan, bimbingan dan
pengendalian.
Departemen HANKAM, juga memerlukan Farmasis yang terutama berfungsi
pada bagian logistik dan penyaluran obat dan alat kesehatan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan merekrut Farmasis untuk jabatan dosen di perguruan tinggi. Sesuai
Tri Dharma Tinggi, maka fungsi seorang Farmasis ialah dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Sebagai tenaga kesehatan, seorang Farmasis atau Apoteker diwajibkan untuk
mengabdi pada negara selama 3 tahun setelah lulus ujian Apoteker sebelum dapat
berpraktek swasta perorangan. Wajib kerja sarjana ini dikenal sebagai Masa Bakti
Apoteker (MBA) yang dapat dilaksanakan pada instansi pemerintah seperti tersebut di
atas atau penugasan khusus dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan
sebagai wakil Menteri Kesehatan di daerah. Dengan dihapuskannya Kantor Wilayah,
tugas ini diambil alih Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
2.5.5 Wartawan Farmasi (Pharmaceutical Journalism)
Profesi ini mulai berkembang di luar negeri bagi Farmasis yang memperoleh
latihan khusus dalam kewartawanan dan mempunyai bakat menulis dan mengedit.

Pekerjaan ini diperlukan oleh instansi pemerintah atau industri farmasi untuk
publikasi, mengedit atau menulis tulisan yang berlatar belakang kefarmasian.
2.6 Pendidikan dalam Bidang Farmasi
Pendidikan Farmasi, khususnya pendidikan tinggi sering berubah dengan
perubahan tuntutan zaman. Pendidikan tinggi secara umum dituntut untuk menghasilkan
lulusan yang lebih berkualitas dan lebih relevan terhadap kebutuhan masyarakat.
Khususnya bidang Farmasi semakin banyak didirikan perguruan tinggi swasta yang
menyelenggarakan pendidikan Farmasi. Demikian pula terjadi pada pendidikan program
profesional di bidang kesehatan, yang semakin dituntut mutu lulusan yang tinggi,
sehingga Sekolah Perawat, Sekolah Menengah Farmasi, dan lain-lain ditingkatkan
menjadi setingkat Akademi (Program D-3 atau D-4), yang dikelola oleh Dinas Kesehatan
Propinsi, dan dikelompokkan dalam Politeknik Kesehatan (POLTEKKES).
2.6.1 Sekolah Menengah Farmasi
Dari sejarah perkembangan kefarmasiaan di Indonesia tampak besarnya peranan
pendidikan menengah farmasi (Sekolah Asisten Apoteker), khususnya pada saat
langkanya tenaga kefarmasian berpendidikan tinggi . Tenaga menengah farmasi ini
masih sangat diperlukan dan berperanan, khususnya pada Farmasi Komunitas, baik di
Apotik maupun di Rumah Sakit. Dengan bertambahnya tenaga farmasi berpendidikan
tinggi, peranan ini akan semakin kecil, sehingga perlu dipikirkan untuk meningkatkan
pendidikan AA ini setingkat akademi (lulusan SMA).
2.6.2

Program Diploma Farmasi

Sejak 1991 telah dirintis pembukaan pendidikan tenaga farmasi ahli madya dalam
bentuk Program Diploma (D-III) oleh Departemen Kesehatan, yaitu Program Studi
Analis Farmasi. Kebutuhan ini merupakan konsekuensi perkembangan di bidang
kesehatan yang semakin memerluka tenaga ahli, baik dalam jumlah maupun kualitas,
dan semakin memerlukan diversifikasi tenaga keahlian. Tujuan utama program studi
ini ialah menghasilkan tenaga ahli madya farmasi yang berkompetensi untuk
pelaksanaan pekerjaan di bidang pengendalian kualitas (quality control).
2.6.3

Pendidikan Tinggi Farmasi

Perkembangan pendidikan tinggi Farmasi di Indonesia sejak berdirinya


perguruan tinggi farmasi yang pertama di Klaten dan Bandung, sampai saat ini
terdapat 8 pendidikan tinggi Farmasi negeri dan belasan perguruan tinggi swasta.
Sistem pendidikan di sekolah Farmasi terdiri dari empat tahap atau strata :

Sarjana atau strata-1(S1) dirancang selesai dalam 4 tahun dengan gelar sarjana

farmasi atau S.Farm


Profesi apoteker yang dirancang selesai dalam 1 tahun dengan gelar Apt
Magister atau strata-2 atau S2 yang dirancang selesai dalam 2 tahun dengan

gelar magister sain.


Program doktoral yang dirancang selesai dalam 3 tahun dengan gelar doktor

BAB III PENUTUP


3.1 kesimpulan
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan.Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur , meracik,
memformulsi , mengkombinasi, menganalisis , serta menstandarkan obat dan pengobatan
juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaanya secara aman. Pengetahuan
kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan
aman.Ruang lingkup farmasi meliputi pengertian farmasi , sejarah kefarmasian ,
perkembangan pelayanan farmasi ,karir dalam bidang farmasi dan pendidikan farmasi.
3.2 Saran

Dengan adanya karya tulis ini penulis berharap seorang apoteker setidaknya mampu
menjadi sumber informasi bagi masyarakat maupun profesi kesehatan lain,baik di rumah
sakit , di apotek dimanapun apoteker berada.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswarna , Sulistia G,dkk .2001 . Farmakologi dan Terapi edisi 4 . Jakarta. Gaya
2.
3.
4.
5.

Baru
Syamsuni ,H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta :EGC
http://wahyudinstr.blogspot.co.id
http://Ismafarsikomsatunsoed.blogspot.com
www.fa.itb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai