Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMASETIKA DASAR

SEJARAH KEFARMASIAN

Di Susun Oleh :

Fadilah Arny Buamona

Kelas Karyawan Semester 1

STIKES HOLISTIK PURWAKARTA

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan makalah
Farmasetika Dasar dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini
sangat penulis harapkan. 

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Atas perhatian dan kerjasamanya penulis ucapkan
terima kasih.
SEJARAH KEFARMASIAN

Kata Farmasi berasal dari kata Pharmacon yang merupakan bahasa Yunani yang


berarti racun atau obat. Farmasi merupakan profesi kesehatan yang meliputi kegiatan di
bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan
distribusi obat.  Ilmu kefarmasian belum dikenal oleh dunia  pada zaman Hiprocrates atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Bapak Ilmu Kedokteran yaitu pada tahun 460 SM samapai
dengan 370 SM.  Pada peradaban itu seorang Dokter memiliki banyak tugas tidak hanya
mendiagnosa suatu penyakit yang diderita oleh sang pasien, tetapi ia juga mempersiapkan
ramuan atau racikan obat seperti halnya seorang apoteker.

Seiring dengen perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan kesehatan, problematika dalam
pengadaan obat menjadi semakin rumit, baik karena formulanya  dan cara pembuataan obat
tersebut. Oleh karena itu dibutuhkanlah seseorang yang dapat mendalami keahlian dalam
pembuatan dan peracikan obat. Sehingga pada tahun 1240 SM Raja Jerman Frederick
menyadarinya dan memberikan perintah untuk memisahkan dengan resmi antara Kedokteran
dan Farmasi. Perintah tersebut sekarang dikenal dengan Dektrit Two Silices. Dari sinilah
sejarah farmasi ini berasal, sehingga para ahli mengambil kesimpulan bahwa akar ilmu
kedokteran dan ilmu kefarmasian ialah sama.
Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan
penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan
terhadap pasien  di antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat,
dan penyediaan informasi obat. Kata farmasi berasal dari kata farma (pharma). Farma
merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400 – 1600an.
Berikut ini adalah tokoh-tokoh besar yang berjasa terhadap terbentuknya ilmu farmasi :
1. Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu
pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui
zat aktifnya
2. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek
pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.

3. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori


kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
4. Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan
penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil, supositoria,
sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani,
India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik.

5. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi dan
toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :”I pondered at length, finally I
resolved to clarify the matter by experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan
penelitian farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan
merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat diuji–
coba secara klinik pada manusia.
6. Institut Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf Buchheim (1820-1879)
di Universitas Dorpat (Estonia). Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838-1921) bersama
dengan pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat
meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif.   Konsep
tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di
Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman.
Perkembangan Ilmu Farmasi

 lmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional yang
berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya
“ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-temurun dari keluarganya.
Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai Inggris,
Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama didirikan di
Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah tersebut bernama
Philadelphia College of Pharmacy and Science). Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi
dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas di universitas.
Peran organisasi keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan perkembangan ilmu farmasi.
Sekarang ini banyak sekali organisasi ahli farmasi baik lingkup nasional maupun
internasional. Di Inggris, organisasi profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan
nama “The Pharmaceutical Society of Great Britain”. Sedangkan, di Amerika Serikat
menyusul 11 tahun kemudian dengan nama “American Pharmaceutical
Association”. Organisasi internasionalnya akhirnya didirikan pada tahun 1910 dengan
nama “Federation International Pharmaceutical”.
Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan cara
menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra karbon dan lima atom ekstra
hidrogen ke adlam sari pati kulit kayu willow. Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama
Aspirin, yang akhirnya menyebabkan lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia,
yaitu Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca Perang Dunia I. Kemudian, pada
Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara massal, seperti obat
TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika.
Sejak saat itulah, dunia farmasi (industri & pendidikannya) terus berkembang dengan
didukung oleh berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan bioteknologi.
Sekolah-sekolah farmasi saat ini hampir dijumpai di seluruh dunia. Kiblat perkembangan
ilmu, kalau boleh kita sebut, memang Amerika Serikat dan Jerman (karena di sanalah industri
obat pertama berdiri).
 Melihat dunia kefarmasian dari sudut pandang sejarah mungkin termasuk sesuatu yang
langka di Indonesia, tak terkecuali di kalangan para farmasis sendiri. Padahal,sejarah
merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk merumuskan rencana masa depan
yang lebih baik. Berikut ini perkembangan dunia farmasi mulai dari zaman pra sejarah.

1.        Zaman Prasejarah

Farmasi telah ada sejak pemikiran manusia mulai berkembang meski


dalam bentuk yang sangat sederhana. Manusia purba belajar dengan menggunakan insting
dan observasi terhadap burung-burung dan hewan-hewan buas. Mereka juga memanfaatkan
air dingin, daun, kotoran, dan lumpur. Dengan berbagai usaha yang bersifat coba-coba,
manusia purba mempelajari berbagai hal untuk menolong sesamanya. Dalam waktu singkat,
mereka dapat menggunakan pengetahuannya dan bermanfaat bagi orang lain. Meskipun
menggunakan metode yang masih kasar, beberapa obat masa kini berasal dari sumber-sumber
yang telah digunakan oleh nenek moyang kita tersebut.

2.        Farmasi pada Masa Babylonia Kuno

Babylon, permata bagi Mesopotamia kuno, sering disebut juga sebagai tempat munculnya
peradaban manusia, adalah yang pertama menemukan dan melaksanakan praktek peracikan
obat. Para ahli penyembuh ketika itu (sekitar 2600 SM) melaksanakan tiga peran berbeda
secara bersamaan sebagai agamawan, dokter, dan apoteker. Naskah-naskah medik ditulis di
atas tablet tablet tanah liat yang berisikan gejala-gejala penyakit, resep dan cara peracikan
obat, dan juga doa-doa. Orang-orang babylon telah berhasil menemukan hal-hal penting
dalam upaya penyembuhan penyakit yang pada masa sekarang dikenal dengan farmasetik
modern, ilmu kedokteran, serta kegiatan-kegiatan spiritual.

3.        Farmasi pada Masa Cina Kuno


 
Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali dikembangkan oleh Shen Nung (sekitar
2000 SM). Seorang kepala suku yang telah mencari dan menginvestigasi khasiat obat dari
ratusan herbal. Beliau diyakini mencobakan beberapa herbal tersebut terhadap dirinya sendiri,
serta menulis Pen T-Sao pertama, tulisan tentang herbal-herbal asli yang berisikan 365 jenis
obat-obatan. Sesuatu yang masih dipuja oleh orang cina asli penghasil obat sebagai wujud
perlindungan Tuhan untuk mereka. Shen Nung secara menakjubkan menguji beberapa herbal,
kulit kayu, dan akar yang diperoleh dari ladang, rawa-rawa, dan hutan yang masih dikenal
dalam bidang kefarmasian hingga kini. Menggunakan background “Pa Kua”, suatu simbol
matematis dari penciptaan dan kehidupan. Tanaman-tanaman obat yang ditemukan oleh Shen
Nung antara lain podophyllum, rhubarb, ginseng, stramonium, kulit kayu cinnamon, dan
jugaseperti yang berada di tangan bocah pada gambar, ma huang, atau disebut juga ephedra.

4.    Papyrus Ebers

Praktek pengobatan di Mesir telah berlangsung sejak tahun 2900 SM dan mereka juga
diketahui memiliki catatan formula obat fenomenal, Papyrus Ebers, yang dibuat sejak 1500
SM. Papyrus Ebers tersebut memuat sekitar 800 formula dan 700 macam obat-obatan. Pusat
farmasi di Negara Mesir kuno diselenggarakan oleh dua orang pejabat negara yang bertindak
sebagai Ahli Farmasi di suatu ruangan yang disebut sebagai “Rumah Kehidupan”. Dengan
seting kira-kira seperti gambar ini, Papyrus Ebers didiktekan oleh seorang ahli farmasi
mengenai prosedur formulasi yang sedang dikerjakan.

5.     Bapak Botani: Theophrastus


 
Theoprastus (sekitar 300 SM) adalah sosok ilmuan Yunani kuno ternama yang dikenal
sebagai filosof besar dan ahli dalam ilmu alam dan disebut-sebut sebagai Bapak Botani.
Berbagai observasi dan pengamatan yang dilakukannya mengenai medis dan herba
merupakan suatu pencerahan bagi pemahaman manusia. Beliau bertindak sebagai pengajar
bagi sekumpulan siswa yang mempunyai minat yang sama dengannya. Di dalam gambar ini
Beliau memperagakan tanaman Belladonna, dan di belakangnya terletak bunga pomegranate,
senna, dan juga manuskrip-manuskrip perkamen. Siswa juga terlihat menggunakan papan
gading yang dilapisi madu warna sebagai alat tulis.

6.        Sang Toksikolog: Mithridates VI


 
Mithridates VI adalah seorang raja negeri Pontus (sekitar 100 SM) yang
senantiasabertempurmelawan kekaisaran Romawi. Beliau adalah ilmuan toksikologi yang
menemukan tidak hanya tentang berbagai jenis racun, namun juga bagaimana mencegah dan
mengobati efek racun. Mithridates VI tanpa banyak pertimbangan menggunakan tubuhnya
sendiri dan juga tubuh para tahanan sebagai "kelinci percobaan" dalam mengujicoba berbagai
racun dan antiracun. tampak dalam gambar, di belakang Mithridates terletak rhizotomists,
offering fresh, flowering aconite, ginger,dan gentian. Dan di kanan bawah gambar terletak
dua buah wadah biang sampanye. formulayang diramu Mithridates yang paling terkenal
adalah suatu panantidotal yang populer digunakan selama kurang lebih seribu tahun yang
dikenal dengan Mithridatum.

7.     Terra Silgillata: Merek Obat Pertama

Orang-orang masa lampau telah mempelajari manfaat dari merek dagang yang merupakan
identitas suatu barang yang digunakan untuk meraih konsumen. salah satu therapeutic agent
yang memakai merek dagang adalah Terra Sigillata (cap Bumi), suatu tablet tanah liat yang
berasal dari pulau Mediteranean di Lemnos sebelum tahun 500 SM. setiap tahunnya tanah liat
digali di terowongan Lemnian dihadiri oleh pemerintah dan pendeta-pendeta. tanah liat
dicuci, disuling, dan digulung dengan ketebalan tertentu, tanah liat itu dibentuk seperti
pastilles dan diberi cap oleh para pendeta wanita, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari.
Lalu tablet-tablet itu didistribusikan secara komersial.

7.     Dioscorides

Dengan adanya berbagai pencapaian dalam dunia ilmu pengetahuan serta


perkembangan  yang memotivasi banyak orang melakukan observasi atau studi intensif oleh
para saintis, penelitian menjadi kian penting bagi kebutuhan perdagangan dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Pedanios Dioscorides (abad pertama masehi),
adalah saintis yang telah berkontribusi dalam bidang kefarmasian. Untuk mempelajari
Materia Medica, Beliau melakukan kerjasama dengan tentara romawi di seluruh dunia. Dia
mencatat hasil-hasil observasi, menyampaikan tentang cara yang baik dalam mengumpulkan,
menyimpan, dan menggunakan obat-obatan. Berbagai uji coba yang telah dilakukannya terus
digunakan sampai pada abad keenam.
8.        Galen

Galen adalah sosok dari masa lalu yang sampai sekarang masih sangat dihormati oleh profesi
farmasi dan kedokteran. Galen (tahun 130-200 M)merupakan pakar praktisi dan pendidikan
farmasi dan kedokteran di Roma. metode yang diterapkannya dalam menyiapkan dan meracik
obat telah digunakan di dunia barat selama 1500 tahun, dan namanya sendiri telah
diasosiasikan dengan metode peracikannya yang dikenal dengan galenika. Beliau adalah
penemu dari formula krim dingin, yang secara esensial adalah sama dengan krim yang kita
kenal sekarang. banyak prosedur-prosedur yang ditemukan Galen masih digunakan di
laboratorium peracikan modern masa kini.

9.        Damian dan Cosmas

Identiknya dua professional kesehatan, farmasi dan kedokteran, digam-barkan secara menarik
oleh pasangan kembar, Damian (Farmasis) dan Cosmas (Dokter). Pasangan tersebut
merupakan keturunan arab yang beragama nasrani. Mereka memasukkan unsur religius
dalam pengetahuan mereka untuk membantu pasien. Karir mereka berahir pada tahun 303 M
secara martir dan selama berabad-abad makam mereka di Kota Syiria (Cyprus) dianggap
suci. Mereka termasuk dari deretan saintis penting yang menyokong kefarmasian dan
kedokteran.

10.     Hipocrates

Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”, belum
dikenal adanya profesi Farmasi. Seorang dokter yang mendignosis penyakit, juga sekaligus
merupakan seorang “Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan
obat semakin rumit, baik formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu
keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan
secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two Silices”.
Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adalah bahwa akar ilmu farmasi dan ilmu
kedokteran adalah sama.
Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya industri-industri
obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di bidang
“penyedia/peracik” obat (=apotek). Dalam hal ini keahlian kefarmasian jauh lebih dibutuhkan
di sebuah industri farmasi dari pada apotek. Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan
teknologi pembuatan obat.
Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi agar
mampu menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan.
Kurikulum pendidikan bidang farmasi disusun lebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk
menunjang keberhasilan para anak didiknya dalam melaksanakan tugas profesinya.
Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum
merupakan bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam) yang merupakan kelompok ilmu murni (basic science) sehingga lulusan
S1-nya pun bukandisebut Sarjana Farmasi melainkan Sarjana Sains.
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi jabatan untuk
standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia Farmasi, (yang tergolong
sektor kesehatan) bagi jabatan yang berhubungan erat dengan obat-obatan, dengan
persyaratan : pendidikan Sarjana Teknik Farmasi.
Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang yang
menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan, pengendalian, distribusi
dan penggunaan.

Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”, menyatakan bahwa :
1.  Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter menuliskan resep
rasional. Membanu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah
yang benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat
baik dengan atau tanpa resep dokter.
2.  Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam hal produk/produksi obat
yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam
bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang
berpengalaman.
3. Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah,
penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional. Sedangkan Herfindal dalam
bukunya “Clinical Pharmacy and Therapeutics” (1992) menyatakan bahwa Pharmacist harus
memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada hanya sebagai sumber informasi obat.
Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan farmasi, karena
pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA, berubah menjadi suatu bidang
yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi farmasi berkembang ke arah “patient oriented”,
memuculkan berkembangnya Ward Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy
(Farmasi klinik).
Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional lain
memerlukan informasi obat tang seharusnya datang dari para apoteker. Temuan tahun 1975
mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa apoteker merupakan informasi obat yang
“parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan para dokter akan informasi obat Apoteker yang
berkualits dinilai amat jarang/langka, bahkan dikatakan bahwa dibandingkan dengan
apotekeer, medical representatif dari industri farmasi justru lebih merupakan sumber
informasi obat bagi para dokter.
Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care” yang
membawa para praktisi maupun para “profesor” ke arah “wilayah” pasien.
Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah akarnya semula yaitu
sebagai mitra dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker diharapkan setidak-tidaknya
mampu menjadi sumber informasi obat baik bagi masyarakat maupun profesi kesehatan lain
baik di rumah sakit, di apotek atau dimanapun apoteker berada.
DAFTAR PUSTAKA

http://farmatika.blogspot.com/p/sejarah-farmasi.html#ixzz2g4SwjC7r
http://zonyekoputra.blogspot.com/2015/05/sejarah-farmasi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai