2. Farmakope Indonesia
Pekerjaan kefarmasian terutama pekerjaan meracik obat-obatan dikerjakan di apotek
yang dilakukan oleh Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker. Bentuk apotek yang
pernah ada di Indonesia ada 3 macam : apotek biasa, apotek darurat dan apotek dokter
Dalam melakukan kegiatan di apotek mulai dari mempersiapkan bahan sampai
penyerahan obat, kita harus berpedoman pada buku resmi farmasi yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan, antara lain buku Farmakope (berasal dari kata “Pharmacon” yang
berarti racun/obat dan “pole” yang berarti membuat). Buku ini memuat persyaratan
kemurniaan, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang
berhubungan dengan obatobatan.
Hampir setiap negara mempunyai buku farmakope sendiri, seperti :
a. Farmakope Indonesia milik negara Indonesia
b. United State Pharmakope ( U.S.P ) milik Amerika
c. British Pharmakope ( B.P ) milik Inggris
d. Nederlands Pharmakope milik Belanda
Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah
padat, yang dimaksud adalah b/b, untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam cairan
yang dimaksud adalah b/v, untuk larutan cairan di dalam cairan yang dimak-sud adalah
v/v dan untuk larutan gas dalam cairan yang dimaksud adalah b/v.
p. Daluarsa
Adalah waktu yang menunjukkan batas terakhir obat masih memenuhi syarat baku.
Daluarsa dinyatakan dalam bulan dan tahun, harus dicantumkan dalam etiket.
q. Tetesan
Obat-obat sering juga diberikan/dipergunakan dengan memakai tetesan, tetapi menurut
pengalaman, pemakaian dengan cara tetesan sering mendatangkan kekeliruan.
Sebaiknyalah obatobatan ini diberikan dalam bentuk sediaan lain, seperti obat minum, dll.
Botol tetes sering dipergunakan terutama pada obat patent, tutup botolnya merupakan
pipet atau alat penetes. Hal ini tentu saja harus memenuhi syarat-syarat seperti penetes
internasional.
Untuk meneteskan biasanya dipergunakan pipet yang sudah ditentukan yaitu penetes
internasional.