Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

“SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU FARMASI”

Dosen Pengampu :
Widya Astuty Lolo, S.Farm,M.Si.Apt

Disusun Oleh :
Jessicha Nadya Kacombo
18101105080

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
TAHUN AJARAN 2022/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Farmasi di Dunia
B. Sejarah Farmasi di Indonesia
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
 
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pada awalnya semua ilmu pengobatan berawal dari ramuan. Apabila suatu
ramuan berhasil  menyembuhkan suatu penyakit, maka ramuan tersebut akan
digunakan secara turun-temurun  untuk menyembuhkan penyakit yang sama. Hal
inilah yang mendasari lahirnya ilmu tentang pengobatan.  Perkembangan ilmu
pengetahuan telah membawa banyak perubahan disegala aspek  kehidupan. Tidak
terkecuali ilmu pengobatan. Selama berabad-abad lamanya, setelah  ditemukannya
teknologi-teknologi yang dapat membantu manusia dalam melakukan berbagai 
penelitian,pengobatanpun turut mengalami kemajuan. Obat yang pada awalnya hanya 
diproduksi terbatas dan terkadang hanya terdapat di daerah tertentu kini dapat
dimanfaatkan  dan dikonsumsi secara universal. Dalam ruang lingkup dari praktik
farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti  peracikan dan penyediaan
sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan  dengan layanan
klinik,evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan Untuk 
informasi obat. Hal ini salah satunya merupakan dampak karena adanya kemajuan
dan  perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

2. RUMUSAN MASALAH
a. Sejarah perkembangan ilmu kefarmasian di dunia
b. Sejarah perkembangan ilmu kefarmasian di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah perkembangan ilmu kefarmasian di dunia


Farmasi berasal dari kata “Pharmacon” yang berarti obat atau racun. Sedangkan
pengertian farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-
kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan,
informasi obat dan distribusi obat.
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan
bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan
digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi  mencakup
pengetahuan mengenai identifikasi,  pemilihan  (selection),  aksi  farmakologis, 
pengawetan,  penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan
obat (medicine). Pengetahuan
kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman,
baik melalui resep (prsecription) dokter  berizin, dokter  gigi, dan dokter  hewan,
maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual
langsung kepada pemakai. 
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional
yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia
lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-
temurun dari keluarganya. Di negara Cina, para tabib mendapatkan ilmunya dari
keluarga secara turun-temurun. Itu gambaran “ilmu farmasi” kuno di Cina.
Sedangkan  di Yunani, yang biasanya dianggap sebagai tabib adalah pendeta.
Dalam legenda kuno Yunani, Asclepius, Dewa Pengobatan menugaskan Hygieia
untuk meracik campuran obat yang ia buat. Oleh mmasyarakat Yunani, Hygiea
disebut sebagai apoteker (Inggris : apothecary). Sedangkan di Mesir, praktek farmasi
dibagi dalam dua pekerjaan, yaitu : Yang mengunjungi orang sakit dan yang bekerja
di kuil menyiapkan racikan obat.
Buku tentang bahan obat-obatan pertama kali ditulis di Cina sekitar 2735 SM.Para
pengguna awal Cina dikenal pada materia medica adalah Shennong Bencao Jing
(Herb-Akar Klasik Petani Divine), datang kembali ke abad 1. Bahan-bahan tersebut
dikumpulkan selama dinasti Han dan dikaitkan dengan mitos Shennong . Literatur
sebelumnya termasuk daftar resep untuk penyakit tertentu, dicontohkan oleh "Resep
untuk 52 Penyakit" manuskrip, ditemukan di makam Mawangdui, disegel di 168
SM.  
Kemudian sekitar tahun 400 SM berdirilah sekolah kedokteran di Yunani.
Salah seorang muridnya adalah Hipocrates yang menempatkan profesi tabib pada
tataran etik yang tinggi. Ilmu farmasi secara perlahan berkembang.
Di dunia Arab pada abad VIII, ilmu farmasi yang dikembangkan oleh para
ilmuawan Arab menyebar luas sampai ke Eropa. Pada masa ini sudah mulai
dibedakan peran antara seorang herbalist dengan kedokteran terjadi pada tahun 1240
ketika Kaisar Frederick II dari Roma melakukan pemisahan tersebut. Maklumat yang
dikeluarkan tentang pemisahan tersebut menyebutkan bahwa masing-masing ahli ilmu
mempunyai keinsyafan, standar etik, pengetahuan, dan keterampilan sendiri-sendiri
yang berbeda dengan ilmu lainnya. Dengan keluarnya maklumat kaisar ini, maka
mulailah sejarah baru perkembangan ilmu farmasi sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Berdasarkan hal tersebut maka lambang Ilmu Farmasi dan Kedokteran Berbeda. Ilmu
Farmasi memakai lambang cawan dililit ular sedangkan kedokteran tongkat dililit
ular.
Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai
Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama
didirikan di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah
tersebut bernama Philadelphia College of Pharmacy and Science). Setelah itu,
mulailah era baru ilmu farmasi dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan
fakultas-fakultas di universitas.
Peran organisasi keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan perkembangan ilmu
farmasi. Sekarang ini banyak sekali organisasi ahli farmasi baik lingkup nasional
maupun internasional. Di Inggris, organisasi profesi pertama kali didirikan pada tahun
1841 dengan nama “The Pharmaceutical Society of Great Britain”. Sedangkan, di
Amerika Serikat menyusul 11 tahun kemudian dengan nama “American
Pharmaceutical Association”. Organisasi internasionalnya akhirnya didirikan pada
tahun 1910 dengan nama “Federation International Pharmaceutical”.
Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan cara
menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra karbon dan lima atom
ekstra hidrogen ke adlam sari pati kulit kayu willow. Hasil penemuannya ini dikenal
dengan nama Aspirin, yang akhirnya menyebabkan lahirnya perusahaan industri
farmasi modern di dunia, yaitu Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca
Perang Dunia I. Kemudian, pada Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan
obat-obatan secara massal, seperti obat TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi serta
antipsikotika.
            Sejak saat itulah, dunia farmasi  terus berkembang dengan didukung oleh
berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan bioteknologi. Sekolah-
sekolah farmasi saat ini hampir dijumpai di seluruh dunia. Kiblat perkembangan ilmu,
kalau boleh kita sebut, memang Amerika Serikat dan Jerman (karena di sanalah
industri obat pertama berdiri).
            Perkembangan farmasi boleh dibilang dimulai ketika berdirinya pabrik kina di
Bandung pada tahun 1896. Kemudian, terus berjalan sampai sekitar tahun 1950 di
mana pemerintah mengimpor produk farmasi jadi ke Indoneisa. Perusahaan-
perusahaan lokal pun bermunculan, tercatat ada Kimia Farma, Indofarma, Biofarma,
dan lainnya. Di dunia pendidikan sendiri, sekolah tinggi atau fakultas farmasi juga
dibuka di berbagai kota.

1. Tokoh besar di Dunia Farmasi 


 Hipocrates (460-370 SM)
Hipocrates merupakan seorang dokter dari Yunani yang
memiliki julukan “Bapak Ilmu Kedokteran”, ia menentang pandangan
yang menyatakan penyakit berasal dari kutukan dewa dan ia juga
menjelaskan obat-obatan secara rasional, menyusun pengetahuan
kedokteran secara sistematis, dan meletakkan dasar etika yang tinggi
dalam pekerjaan. “Sumpah Hipocrates” merupakan sumpah yang berisi
tata cara dan perilaku yang baik untuk profesi kedokteran.
 Pedanios Dioscorides (Abad ke-1M) 
Dioscorides merupakan ahli botani dari Yunani, ia terkenal
dengan membuat obat-obatan seperti aspiridium, opium, ergot,
hyosyamus, dan cinnamon. Dioscorides adalah orang pertama yang
mengunakan tumbuh-tumbuhan dalam ilmu farmasi terapan.
“De Materia Medica” adalah buku yang dibuat oleh Dioscorides yang
berisikan tentang daftar dan informasi mengeai bahan obat-obatan,
buku ini dikenal sebagai awal pekembangan botani farmasi.
Dioscorides mengenalkan ilmu farmakognosi yang berasal dari kata
“pharmakon” yang berarti obat dan kata “gnosis” yang berarti
pengetahuan jadi ilmu farmakognosi adalah pengetahuan tentang
obat . 
 Mithidates VI, Raja Od Pontus (100 SM) 
Mithridates VI adalah seorang raja negeri Pontus yang
senantiasa bertempur melawan kekaisaran Romawi. Beliau adalah
ilmuan toksikologi yang menemukan tidak hanya tentang berbagai
jenis racun, namun juga bagaimana mencegah dan mengobati efek
racun. Mithridates VI tanpa banyak pertimbangan menggunakan
tubuhnya sendiri dan juga tubuh para tahanan sebagai "kelinci
percobaan" dalam mengujicoba berbagai racun dan antiracun. tampak
dalam gambar, di belakang Mithridates terletak rhizotomists, offering
fresh, flowering aconite, ginger,dan gentian. Dan di kanan bawah
gambar terletak dua buah wadah biang sampanye. Formula yang
diramu Mithridates yang paling terkenal adalah suatu panantidotal
yang populer digunakan selama kurang lebih seribu tahun yang dikenal
dengan Mithridatum. Formula “Mithridatum” adalah formula yyang
dibuat oleh Raja Mithridates yang bertahan hingga 1000 tahun yang
membuat Raja Mithridates menyandang gelar “Raja Toksikologi”.
 Galen (130-200 M)
Galen adalah sosok dari masa lalu yang sampai sekarang masih
sangat dihormati oleh profesi farmasi dan kedokteran. Galen
merupakan pakar praktisi dan pendidikan farmasi dan kedokteran di
Roma. metode yang diterapkannya dalam menyiapkan dan meracik
obat telah digunakan di dunia barat selama 1500 tahun, dan namanya
sendiri telah diasosiasikan dengan metode peracikannya yang dikenal
dengan galenika. Beliau adalah penemu dari formula krim dingin, yang
secara esensial adalah sama dengan krim yang kita kenal sekarang.
banyak prosedur-prosedur yang ditemukan Galen masih digunakan di
laboratorium peracikan modern masa kini. Karya farmasi galenika
berisi tentang ilmu kedokteran dan obat-obatan yang berasal dari alam,
formulasi, dan sediaan farmasi. Karya-karya yang dihasilkan galen
adalan 500 buku kedokteran, 250 buku tentang hokum filsafat dann
tata bahasa. 
 Philipus Aureulus Thepratus Bombatus Van hohenheim (Paracelcus)
(1493-1541 M)
Philipus adalah seorang dokter dan ahli kimia yang berasal dari
Swiss, ia menyiapkan bahan obat spesifik dan memperkenalkan zat
kimia sebagai obat internal. Hasil eksperimen dari Paracelcus adalah
meramu Laudanum (opium) pekat yang dimurnikan dan mengandung
keseluruhan alkaloida yang  terdapat dalam opium. Setelah abad ke-18
opium ternyata bersifat adiktif, sehingga muncul larangan
menggunakan opium untuk rokok.

B. Sejarah perkembangan ilmu kefarmasian di Indonesia


Farmasi  sebagai  profesi  Indonesia  sebenarnya  relative  masih  muda  dan baru
berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan .Pada zaman penjajahan, baik
pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan jepang,
Kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat ,dan profesinya ini belum di
kenal secara luas oleh masyarakat. Sampai  proklamasi  Kemerdekaan Republik
Indonesia  ,para tenaga farmasi  Indonesia umumnya masih tediri dari asisten
apoteker  ,dengan jumlah yang sangat  sedikit .
Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Australia,
Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasiaan di Indonesia
mencatat sejarah yang sangat berarti , yakni  dengan didirikannya perguruan tinggi
Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung  tahun 1947. Lembaga
pendidikan Farmasi yang didirikan pada masa perang kemerdekaan ini mempunyai
andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasiaan pada masa-masa
selanjutnya.

1. Periode Zaman penjahan  sampai perang  kemerdekaan 


Tonggak sejarah kefarmasian di indonesia pada umumnya di awal dengan
pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. Menurut catatan
yang ada, asisten apoteker warga Negara Belanda lulusan Indonesia yang pertama
adalah pada tahun 1906 yang diuji di Surabaya. Warga Negara Indonesia asli tercatat
sebagai lulusan pertama pada tahun 1908 yang diuji di Surabaya dan lulusan kedua
terjadi pada tahun 1919  yang diuji di Semarang.
2. Periode setelah Perang Kemerdekaan  - 1958 
Pada zaman pendudukan Jepang mulai dirintis pendidikan tinggi Farmasi
dengan nama Yukagaku sebagai bagian dari Jakarta Ika Daigaku. Pada tahun 1944
Yakugaku diubah menjadi  Yaku Dairying.Pada periode ini  jumlah tenaga farmasi,
terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih
besar.Pada tahun 1950 di Jakarta di buka sekolah asisten apoteker  negeri (republik)
yang pertama,
dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama
sekolah
asisten  apoteker  ini  tercatat  sekitar  30  orang,  sementara   jumlah  apoteker  pun
mengalami  peningkatan. Pada tahun 1946 dibuka Perguruan Tinggi  Ahli  Obat  di
Klaten yang kemudian pindah dan berubah menjadi Fakultas  Farmasi  Universitas
Gadjah Mada di Yogyakarta. Tahun 1947 diresmikan Jurusan Farmasi di Fakultas
Ilmu
Pengetahuan  dan  Ilmu  Alam  (FIPIA),  Bandung  sebagai  bagian  dari  Universitas
Indonesia,  Jakarta,  yang  kemudian  berubah  menjadi  Jurusan  Farmasi,  Institut
Teknologi Bandung pada tanggal 2 Mei 1959.

3. Periode Tahun 1958 – 1967 


Pada periode ini Indonesia banyak merintis produksi  obat  pada kenyataannya
industri-industri farmasi mengalami  hambatan dan kesulitan yang cukup berat, yakni
kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku sehingga industri
farmasi yang hanya bertahan yang mempunyai relasi dengan luar Negeri. Pada tahun
1960-1965 industri farmasi mengalami kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang
suram ,sehingga hanya dapat memproduksi 30% dari kapasitas produksinya , sehingga
penyediaan  sangat  terbatas  dan  sebagaian  besar  berasal  dari  import,  masalah
selanjutnya yakni pada periode ini pengawasan mutu belum dapat di lakukan dengan
baik, banyak terjadi kasus bahan baku maupun bahan obat jadi yang tidak memenuhi
persyaratan standar.

Pada tahun 1960-1965 Pemerintahan Republik indonesia mengeluarkan perundang-


undangan yang berkaitan dengan kefarmasian antara lain.
 Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok kesehatan 
 Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang Barang
 Undang-undang Nomor 7 tahun  1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan
  Peraturan pemerintahan Nomor 26  tahun 1965 tentang Apotek.  Pada periode
ini pula hal adalah hal penting yang patut di catat dalam Sejarah Kefarmasian
Indonesia , yakni Berakhirnya Apotek Dokter dan apotek darurat.

Dengan Surat Keputusan Menteri Keehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8


juni 1962, antara lain ditetapkan:
 Tidak di keluarkan izin baru untuk pembukaan apotek dokter dan
 Semua izin apotek dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 januari
1963

Sedangkan berakhirnya apotek darurat di tetapkan dengan Surat Keputusan Menteri


Kesehatan Nomor 770/ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara lain:
 Tidak di keluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat.
 Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku
sejak tanggal 1 februari 1964 dan, 
 Semua izin apotek darurat di Ibukota Tingkat II dan Kota-kota lainnya
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 mei 1964.pada tahun 1963
sebagai realisasi undang-undang pokok Kesehatan telah di bentuk Lembaga
Farmasi Nasional
 
Surat Keputusan Menteri Nomor 39521/kab/199 tanggal 11juli 1963 
Setelah  kemerdekaan,  buku  pedoman  maupun  undang-undang yang  dirasa 
masih cocok tetap dipertahankan, sedangkan yang tidak sesuai lagi dihilangkan.
Pekerjaan kefarmasian terutama pekerjaan meracik obat-obatan dikerjakan di apotek
yang dilakukan oleh Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker. Bentuk
apotek yang pernah ada di Indonesia ada 3 macam : apotek biasa, apotek darurat dan
apotek dokter. Dalam  melakukan  kegiatan  di  apotek  mulai  dari  mempersiapkan 
bahan  sampai penyerahan obat, kita harus berpedoman pada buku resmi farmasi yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, antara lain buku Farmakope (berasal dari
kata “Pharmacon” yang berarti  racun/obat  dan  “pole”  yang  berarti  membuat). 
Buku  ini  memuat  persyaratan kemurniaan, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan,
serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan. Sebelum
Indonesia mempunyai farmakope, yang berlaku adalah farmakope Belanda. Baru pada
tahun 1962 pemerintah RI menerbitkan buku farmakope yang pertama, dan semenjak
itu farmakope Belanda dipakai sebagai referensi saja.
Buku-buku farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan :
 Farmakope Indonesia edisi I jilid I, terbit tanggal 20 Mei 1962
 Farmakope Indonesia edisi I jilid II, terbit tanggal 20 Mei 1965
 Formularium Indonesia ( FOI ), terbit 20 Mei 1966
 Farmakope Indonesia edisi II, terbit 1 April 1972
 Ekstra Farmakope Indonesia, terbit 1 April 1974
 Formularium Nasional, terbit 12 Nopember 1978
 Farmakope Indonesia III, terbit 9 Oktober 1979
 Farmakope Indonesia IV, terbit 5 Desember 1995

❖ Sekolah Menengah Farmasi


Dari sejarah perkembangan kefarmasiaan di Indonesia tampak besarnya peranan
pendidikan  menengah  farmasi  (Sekolah  Asisten  Apoteker),  khususnya  pada  saat
langkanya  tenaga  kefarmasian  berpendidikan  tinggi.  Pada  saat  peralihan  sampai
dikeluarkannya PP 25 tahun 1980, masih dimungkinkan adanya ”Apotik Darurat”
yaitu
Apotik yang dikelola oleh Asisten Apoteker yang sudah berpengalaman kerja. Tenaga
menengah farmasi ini masih sangat diperlukan dan berperanan, khususnya pada
Farmasi Komunitas,  baik  di  Apotik  maupun  di Rumah  Sakit.  Dengan 
bertambahnya  tenaga farmasi berpendidikan tinggi, peranan ini akan semakin kecil,
sehingga perlu dipikirkan untuk meningkatkan pendidikan AA ini setingkat akademi
(lulusan SMA). Mulai tahun 2000, pendidikan menengah ini mulai  “phasing out”,
ditingkatkan menjadi Akademi Farmasi.

❖ Program Diploma Farmasi


Sejak 1991 telah dirintis pembukaan pendidikan tenaga farmasi ahli madya dalam
bentuk Program Diploma (D-III) oleh Departemen Kesehatan, yaitu Program Studi
Analis Farmasi. Kebutuhan ini merupakan konsekuensi perkembangan di bidang
kesehatan yang semakin  memerluka tenaga ahli, baik  dalam jumlah maupun 
kualitas, dan semakin memerlukan  diversifikasi  tenaga  keahlian.  Tujuan  utama 
program  studi  ini  ialah menghasilkan  tenaga  ahli  madya  farmasi  yang 
berkompetensi  untuk  pelaksanaanpekerjaan  di  bidang  pengendalian  kualitas 
(quality  control).  Adapun  peranan yang diharapkan dari lulusan program Studi
Analis  Farmasi  ialah: Melaksanakan analisis farmasi dalam laboratorium: obat, obat
tradisional, kosmetika, makanan-minuman, bahan berbahaya dan alat kesehatan; di
industri farmasi, instalasi farmasi rumah sakit, instansi pengawasan mutu obat dan
makanan-minuman atau laboratorium sejenisnya, di sektor pemerintah  maupun 
swasta,  dengan  fungsi :Pelaksanaan  analisis,  pengujian  mutu, pengembangan
metode analisis  dan peserta aktif  dalam pendidikan dan penelitian di bidang analisis 
farmasi.Program ini diharapkan dapat  dikelola oleh perguruan tinggi negeri yang
mempunyai fakultas atau Jurusan Farmasi dengan status Program Diploma (D-III).
Kemungkinan besar Sekolah Menengah Farmasi di masa yang akan datang dapat
ditingkatkan menjadi Program Diploma seperti yang diuraikan di atas.

❖ Pendidikan Tinggi Farmasi


Perkembangan pendidikan tinggi Farmasi di Indonesia sejak berdirinya perguruan
tinggi  farmasi  yang  pertama  di  Klaten  dan  Bandung,  sampai  saat  ini  terdapat  8
pendidikan tinggi Farmasi negeri dan belasan perguruan tinggi swasta. Menurut
catatan
tahun  1983  jumlah  lulusan  Farmasis  (Apoteker)  di  Indonesia  3552  orang,  yang
merupakan peningkatan sebesar  350% dari jumlah Apoteker  di tahun 1966. Proyeksi
jumlah Apoteker pada tahun 2000 adalah 6666 orang berdasarkan rasio 1 Apoteker
untuk
30.000 jiwa, hanya untuk bidang pelayanan saja. (Rasio yang ideal untuk
perbandingan
kebutuhan minimum yang lazim diproyeksikan untuk profesi  ini  di bidang kesehatan
ialah 1 : 15.000). Saat ini jumlah Apoteker diperkirakan sebanyak 10.000 orang.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Awal mula perkembangan ilmu farmasi yaitu dari para tabib dan
pengobatan tradisional  yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia
kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya yang dimiliki oleh orang tertentu secara
turun-temurun dari keluarganya.Perkembangan ilmu farmasi di dunia dimulai
dari zaman prasejarah, Masa Babylonia Kuno, Masa Cina Kuno, Papyrus
Ebers, Bapak Botani: Theophrastus, Sang Toksikolog: Mithridates VI, Terra
Silgillata: Merck Obat Pertama, Dioscorides, Galen, Damian dan Cosmas,
Hipocrates, perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical
Care” yang membawa para praktisi maupun para “ endidika” endidi “wilayah”
pasien. Perkembangan ilmu farmasi di Indonesia dimulai pada periode zaman
kemerdekaan sampai perang kemerdekaan yaitu endidikan asisten apoteker
semasa pemerintahan Hindia Belanda. Periode setelah perang kemerdekaan
sampai dengan tahun 1958 yaitu di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker
Negeri (Republik) yang pertama. Periode tahun 1958 sampai dengan 1967
yaitu pemerintahan mengeluarkan perundang-undanagn yang berkaitan dengan
kefarmasian dan berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat.
DAFTAR PUSTAKA

 Yonathan, (2019, Apr 15), Makalah Sejarah farmasi Indonesia. Retrieved Desember
01, 2022
 Amilin, Z. (2021). student of pharmacy . Sejarah Kefarmasian , 1-6.
 https://id.scribd.com/document/439996525/Makalah-Sejarah-Perkembangan-Farmasi
 Happy Elda Murdiana. (2019). Pengantar Ilmu Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
 Sejarah ilmu Farmasi. (2012, september 4)
https://mahasiswa.ung.ac.id/821412028/home/2012/9/4/sejarah_ilmu_farmasi.html
 Wathoni, N. (2016, September 11).
Peristiwa Sejarah Lahirnya Ilmu Farmasi dari zaman purba Hingga Papyrus Ebers
https://gudangilmu.farmasetika.com/peristiwa-sejarah-lahirnya-ilmu-farmasi-dari-
zaman-purba-hingga-papyrus-ebers/

Anda mungkin juga menyukai