Anda di halaman 1dari 33

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KOMUNIKASI

VERBAL-NON VERBAL

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh


Ibu Yuna Mumpuni Rahayu, S.Pd., M.M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Ethical Communication

Laporan ini disusun oleh:


Kelompok 2
Ayu Irma (115060136)
Vivi Aprilia (115060146)
Fajry Nur Islami (115060160)

PRODI BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah – Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi antar Pribadi dan
Komunikasi Verbal-Non Verbal”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Etika Komunikasi, Ibu Yuna Mumpuni Rahayu, S.Pd., M.Pd
atas bimbingannya dalam pengerjaan makalah ini dan juga rekan – rekan yang
terlibat didalamnya, sehingga makalah ini bisa tersusun.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan terkait Komunikasi antar Pribadi dan Komunikasi
Verbal – Non Verbal. Kami menyadari bahwa, penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, serta masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mohon kritik dan saran yang membangun dari rekan – rekan semua demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang..
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Cirebon, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
LATAR BELAKANG 1
RUMUSAN MASALAH 2
TUJUAN PENULISAN 2
BAB II. LANDASAN TEORI 3
DEFINISI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI 4
UNSUR-UNSUR PENTING 5
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI 11
FUNGSI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI 13
MITOS TERKAIT KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI 16
ETIKA DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI 18
KOMUNIKASI VERBAL 20
KOMUNIKASI NON-VERBAL 21
BAB III. PEMBAHASAN 24
BAB IV. PENUTUP 28
KESIMPULAN 28
SARAN 28
DAFTAR PUSTAKA 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu perilaku yang pasti dilakukan setiap


individu dalam kehidupan sehari-harinya. Manusia berkomunikasi untuk
menjalin suatu hubungan, baik secara internal maupun eksternal. Ketika suatu
komunikasi berlangsung, seorang individu secara sengaja maupun tidak
sengaja melakukan proses transfer makna akan suatu pesan tertentu (Gamble
& Gamble, 2014). Komunikasi dapat melibatkan hanya satu individu
(komunikasi intrapersonal) maupun dua individu atau pihak (komunikasi
interpersonal).
Komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal merupakan
suatu jenis komunikasi yang melibatkan setidaknya dua individu. Ketika
komunikasi antar pribadi terjalin, kedua pihak berada pada suatu proses
dimana mereka saling mengirim dan menginterpretasikan pesan melalui
medium yang menghubungkan keduanya. Pesan di dalam suatu komunikasi
dapat bersifat verbal maupun non-verbal. Pesan verbal merupakan pesan yang
disampaikan melalui kata-kata, sedangkan pesan non-verbal tidak
mengandung kata-kata, contohnya mimik wajah dan bahasa tubuh.
Komunikasi interpersonal memiliki unsur-unsur, karakteristik, dan
komponen lainnya yang saling berhubungan dan memengaruhi satu sama lain
sehingga menghasilkan suatu efek yang akan merubah perilaku individu yang
bersangkutan. Komunikasi interpersonal, khususnya, memiliki peranan besar
terhadap kebahagiaan dan kesuksesan hidup manusia. Seberapa baik
seseorang berkomunikasi akan memengaruhi jenis dan kualitas hubungannya
dengan orang lain. Meskipun manusia terlahir sebagai komunikator, namun
manusia tidak terlahir dengan kompetensi interpersonal yang maksimum.
Kompetensi ini merupakan sesuatu yang harus terus dipelajari sepanjang
hidup manusia.

1
Menimbang pentingnya komunikasi antar pribadi, dalam makalah ini
penyusun akan membahas mengenai Komunikasi antar Pribadi dan
Komunikasi Verbal dan Non-verbal serta hal-hal yang harus diperhatikan
untuk meningkatkan kompetensi interpersonal seorang individu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana seorang individu dapat meningkatkan kompetensi
interpersonalnya?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini dibuat dengan beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk memahami bagaimana suatu komunikasi antar pribadi terjalin
dengan memerhatikan komponen-komponen yang ada di dalamnya
2. Untuk mengetahui perbedaan komunikasi verbal dan non-verbal serta
ragam dan contohnya
3. Untuk mendiskusikan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
meningkatkan kompetensi interpersonal

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Komunikasi antar Pribadi (Interpersonal Communication)


Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu dari banyak jenis
komunikasi yang berlangsung setiap waktu. Joseph A. Devito dalam
bukunya, The Interpersonal Communication Book, mendefinisikan
komunikasi antar pribadi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan
antar dua individu atau antar dua individu dalam kelompok dengan beberapa
efek dan umpan balik seketika (Devito, 1988:4). Dalam edisi ke-14 bukunya,
Devito menyederhanakan definisi komunikasi interpersonal sebagai suatu
interaksi verbal dan non-verbal antar dua (atau terkadang lebih dari dua)
individu yang interdependen (Devito, 2016:26). Kata ‘interdependen’ dalam
definisi ini mengacu pada asumsi bahwa individu yang terlibat dalam suatu
komunikasi interpersonal akan saling memperngaruhi satu sama lain.
Komunikasi antar pribadi juga dapat didefinikan sebagai suatu proses yang
selalu berlangsung dan terus berubah dan terjadi ketika kita berinteraksi
dengan orang lain, membentuk suatu dyad, yaitu dua orang yang
berkomunikasi dengan satu sama lain (Gamble & Gamble, 2014). Sedangkan
menurut Wiryanto (2004), komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang
berlangsung dalam situasi tatap muka antar dua orang atau lebih, baik secara
terorganisasi maupun pada kerumunan orang.
Dari beberapa definisi di atas, dapat diamati adanya beberapa
kesamaan dalam penjabarannya. Komunikasi interpersonal didefinisikan
sebagai suatu proses, yaitu suatu kegiatan atau perilaku yang terus berjalan.
Komunikasi antar pribadi juga dikarakteristikan berdasarkan jumlah individu
yang terlibat di dalamnya, yaitu dua atau beberapa individu dalam kelompok.
Artinya, suatu komunikasi interpersonal hanya dapat terjadi jika terdapat
setidaknya dua individu yang terlibat, jika salah satu pihak menghentikan
atau mundur dari proses komunikasi, maka komunikasi interpersonal akan
terhenti. Kita juga dapat mengamati beberapa unsur vital dalam komunikasi

3
antar pribadi, yaitu pesan (verbal dan non-verbal), efek, serta umpan balik
(feedback).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi atau
komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pengiriman dan
penerimaan pesan verbal dan non-verbal yang terjadi antar dua atau lebih
individu yang hasilnya akan memengaruhi perilaku dari individu yang terlibat.
Komunikasi interpersonal dapat bersifar personal maupuun impersonal.
Komunikasi personal didasari oleh intrinsic reward, yaitu penghargaan yang
berasal dari diri sendiri, seperti kepuasan emosional dan intelegensi.
Contohnya, ketika seorang individu berkomunikasi dengan sahabatnya,
interaksi tersebut didasari oleh kebutuhan emosional dan proses komunikasi
yang terjalin bersifat personal. Sedangkan komunikasi impersonal didasari
oleh extrinsic reward, yaitu penghargaan yang berasal dari luar diri individu,
misalnya mempertahankan hubungan kerja yang professional. Contohnya,
ketika seorang individu berkomunikasi dengan atasannya, hubungan yang
terjalin adalah hubungan impersonal dan interaksi yang berlangsung lebih
formal dibandingkan dengan interaksi antara dua teman dekat yang memiliki
hubungan personal. Individu yang memiliki kompetensi interpersonal yang
tinggi akan dapat melakukan baik komunikasi personal maupun interpersonal
secara efektif sehingga memengaruhi kesuksesan dan kebahagiaan hidupnya
secara positif.

2.2 Unsur-Unsur Penting dalam Komunikasi antar Pribadi


Di dalam setiap komunikasi interpersonal terdapat beberapa unsur
penting yang harus diperhatikan untuk menunjang keefektifan dari
komunikasi tersebut. Semakin baik seorang individu memahami unsur-unsur
ini, maka semakin tinggi kemungkinan individu tersebut dalam meningkatkan
kompetensi dan keterampilan interpersonalnya. Ketujuh unsur penting dalam
komunikasi antar pribadi adalah pihak yang terlibat (people), pesan yang
dikirim atau diterima (message), medium komunikasi yang digunakan

4
(channels), faktor penghambat (noise), konteks komunikasi (context), umpan
balik (feedback), dan efek komunikasi pada individu yang terlibat (effects).

2.2.1 People
Pihak yang terlibat dalam suatu komunikasi interpersonal
merupakan pengirim dan penerima pesan. Setiap individu dalam suatu
interaksi memiliki role duality, artinya setiap individu secara bersamaan
dan secara terus-menerus melakukan dua peran sekaligus, yaitu sebagai
pengirim dan penerima pesan. Setelah seorang individu mengirim suatu
pesan, makan kemudian ia akan menerima umpan balik dari lawan
interaksinya dan proses ini akan terus berlangsung selama komunikasi
tersebut terjadi. Seberapa efektif seorang individu menjalankan
perannya bergantung pada beberapa faktor seperti emosi yang dirasakan
saat interaksi berlangsung, pengetahuan terkait topik yang dibicarakan,
serta perilaku, nilai-nilai, dan tujuan individu tersebut. Semua faktor ini
memengaruhi kemampuannya dalam menyampaikan pesan dan
memahami pesan yang diterima.
Jenis hubungan antar pihak juga memengaruhi dinamika
komunikasi. Ketika seorang individu memiliki hubungan impersonal
dengan lawan bicaranya, mereka akan berkomunikasi berdasarkan
pengetahuan dasar yang mereka ketahui tentang masing-masing pihak,
biasanya terbatas pada grup sosial atau budaya yang dianut. Sedangkan
ketika komunikasi berlangsung antar dua pihak dengan hubungan
personal, interaksi yang terjalin akan didasarkan pada pandangan
masing-masing pihak terhadap lawan bicara sebagai seorang individu
unik, terlepas dari status dan dari mana ia berasal. Semakin personal
hubungan yang dimiliki oleh kedua pihak dalam suatu komunikasi
interpersonal, semakin baik kemampuan mereka dalam memprediksi
dan memahami pesan yang disampaikan.

5
2.2.2 Messages
Pesan dalam komunikasi interpersonal merupakan konten atau
informasi yang dikirim dan diterima oleh kedua pihak yang berinteraksi.
Pesan dapat bersifat verbal atau berisi kata-kata dan non-verbal atau
tidak menggunakan kata-kata. Pesan dapat disampaikan melalui seluruh
alat indra manusia baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Tidak
hanya kata-kata yang digunakan, suara, postur, ekspresi wajah,
sentuhan, bahkan bau dapat memengaruhi pesan atau konten dari suatu
komunikasi. Setiap hal yang dilakukan seorang individu sebagai
pengirim atau penerima pesan dapat diartikan sebagai sebuah pesan,
selama lawan bicara memberikan atensi dan mengartikan stimuli yang
diberikan.

2.2.3 Channels
Channel merupakan medium yang menghubungkan pengirim
dan penerima pesan. Ketika berinteraksi secara tatap muka, seorang
individu menggunakan kelima indranya sebagai medium untuk
mengomunikasikan suatu pesan. Ketika berkomunikasi menggunakan
telepon, kita hanya dapat menggunakan pendengaran untuk memahami
makna suatu pesan.
Komunikasi pada umumnya bersifat multichannel. Artinya,
manusia pada umumnya menggunakan beberapa channel secara
bersamaan untuk menyampaikan suatu pesan. Seorang individu dapat
menggunakan penglihatan, pendengaran, indra peraba, dan situasi
terkontrol atau terencana untuk menyampaikan pesan verbal dan non-
verbal. Contohnya, ketika merencanakan sebuah kencan, seorang
individu akan memastikan ia tampak menarik dan harum. Ia juga akan
memilih tempat yang tidak ramai untuk memastikan bahwa kedua pihak
dapat berkomunikasi dengan lancar tanpa terganggu suara bising, dan ia
akan memberikan penampilan terbaik saat menyampaikan pesan verbal
dan non-verbal sehingga lawan bicaranya dapat memahami bahwa

6
individu tersebut tertarik pada lawan bicaranya dan berharap lawan
bicaranya juga tertarik padanya.

2.2.4 Noise
Faktor penghambat atau noise merupakan segala sesuatu yang
dapat mengganggu dan menghambat kemampuan individu dalam
mengirim atau menerima pesan. Noise menghambat suatu komunikasi
dengan mengalihkan atensi individu pada hal lain yang tidak berkaitan
dengan pesan.
Noise dapat berasal dari dalam (internal) atau luar (eksternal)
diri individu. Faktor penghambat yang berasal dari dalam diri individu
biasanya berupa keadaan psikologis dan intelegensi dari individu,
sedangkan faktor penghambat dari luar biasanya berasal dari keadaan
lingkungan dimana komunikasi terjadi.
Faktor penghambat komunikasi dapat dikelompokan menjadi
lima tipe, yaitu:
 Semantic noise: faktor penghambat yang disebabkan oleh
ketidakmampuan memahami sebagian atau keseluruhan arti
pesan. Contohnya adalah penggunaan bahasa yang tidak
dikuasai, penggunaan kata-kata asing, maupun dialek serta
aksen yang terlalu kental.
 Physiological noise: faktor penghambat yang disebabkan olreh
keterbatasan fisik, misalnya keadaan tubuh yang sakit,
ketidanyamanan, atau gangguan fisik seperti gangguan
pendengatan, penglihatan, atau gangguan memori.
 Psychological noise: faktor penghambat yang disebabkan oleh
kecemasan (anxiety), kebingungan (confusion), bias,
pengalaman, atau emosi yang mengganggu komunikasi.
Contohnya adalah prejudice, ketidak-terbukaan, atau amarah.

7
 Intellectual noise: faktor penghambat yang disebabkan oleh
kurang atau terlalu banyaknya informasi yang diketahui terkait
konten dari komunikasi itu sendiri.
 Environmental noise: faktor penghambar yang disebabkan oleh
keadaan fisik lingkungan yang dapat mengalihkan perhatian dari
pesan yang disampaikan. Contohnya suara bising kendaraan,
suara mesin, atau banyaknya suara orang yang berbicara pada
satu waktu.

2.2.5 Feedback
Umpan balik (feedback) merupakan informasi yang diterima
sebagai respon dari pesan yang telah dikirim. Seperti pesan, umpan
balik dapat bersifat verbal maupun non-verbal. Fungsi dari umpan balik
adalah untuk memberitahu bagaimana lawan bicara memahami atau
menerima pesan yang telah dikirimkan. Dengan adanya umpan balik,
seorang individu dapat menilai keefektifan komunikasinya, apakah
pesan yang telah dikirim diinterpretasikan sesuai dengan harapan atau
tidak, dan jika terjadi salah paham, bagian mana dari cara penyampaian
pesan yang harus diperbaiki.
Umpan balik dapat bersifat positif maupun negatif. Positive
feedback akan meningkatkan keterulangan suatu perilaku. Sedangkan
negative feedback dapat mengurangi atau menghentikan keterulangan
suatu perlaku. Contohnya ketika berada di tempat yang ramai, seorang
individu berkomunikasi dengan membisikan pesan ke telinga lawan
bicaranya dan repon yang diberikan adalah anggukan, hal itu dapat
diartikan sebagai positive feedback bahwa pesan yang disampaikan
dapat dipahami, sehingga ia mungkin akan tetap berbicara dengan cara
berbisik. Sebaliknya, jika lawan bicaranya merespon bahwa dia tidak
bisa mendengar pesan dengan baik, maka individu tersebut
kemungkinan akan mengubah cara penyampaian pesannya, misalnya

8
dengan menaikan volume suara atau menuliskan pesan yang ingin
disampaikan.
Dalam berkomunikasi, seorang individu tidak hanya
memperoleh umpan balik dari luar (external feedback), tetapi ia juga
menerima umpan balik dari dirinya sendiri (internal feedback). Hal itu
disebabkan karena ketika berkomunikasi dengan orang lain, seorang
individu juga secara konstan berkomunikasi dengan dirinya sendiri
dalam pikirannya. Seorang individu secara konstan menilai
performanya dalam menyampaikan dan memehami pesan ketika proses
komunikasi berjalan sehingga ia dapat memberikan umpan balik
terhadap perilaku apa yang harus tetap diulang atau dihentikan.
Seorang individu dapat memberikan umpan balik secara spontan
dan jujur, tanpa pertimbangan yang matang (low-monitored feedback)
maupun umpan balik yang diberikan setelah pertimbangan yang matang
dengan tujuan tertentu (high-monitored feedback). Apakah umpan balik
yang diberikan bersifat spontan atau hati-hati dapat dipengaruhi oleh
jenis hubungan serta status yang dimiliki oleh kedua pihak.

2.2.6 Context
Setting atau keadaan dimana suatu komunikasi berlangsung
adalah konteks komunikasi. Terdapat beberapa jenis keadaan yang
dapat memengaruhi keefektifitasan suatu komunikasi, yaitu:
 Physical context: keadaan fisik tempat atau lingkungan dimana
komunikasi terjadi. Suatu percakapan yang berlangsung di
perpustakaan yang sepi akan terasa berbeda dan dapat
membuahkan hasil yang berbeda dengan percakapan yang
dilakukan di dalam mobil, di tengah-tengah macet dengan suara
bising klakson.
 Social context: status dan peran yang diasumsikan oleh masing-
masing pihak yang terlibat dalam suatu komunikasi.
Komunikasi antar dua kolega kerja tentunya akan berbeda

9
dengan komunikasi antar ibu dan anak karena kedua pihak
memiliki jenis hubungan, status, dan peran yang berbeda
sehingga menghasilkan perilaku komunikasi yang berbeda.
 Psychological context: dimensi psikologis dari suatu interaksi
yang memengaruhi perasaan inndividu dan bagaimana ia
merespon terhadap lawan bicaranya. Dalam suatu wawancara
kerja, misalnya, kegugupan dari calon karyawan dapat
memengaruhi bagaimana ia merespon pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan oleh pewawancara. Kegugupan tersebut dapat
membuatnya berbicara dengan gagap atau menyalahartikan
pertanyaan yang diberikan karena ia tidak dapat memfokuskan
perhatiannya.
 Temporal context: keadaan waktu yang tidak hanya mengacu
pada masa suatu hari (pagi, siang, sore, malam), tapi juga pada
pengalaman komunikasi yang sebelumnya pernah terjadi di
antara kedua pihak. Pengalaman tersebut akan memengaruhi
perilaku berkomunikasi kedua pihak saat ini.
 Cultural context: kepercayaan, nilai-nilai, dan atauran
berkomunikasi yang dianut oleh seorang individu akan
memengaruhi perilaku berkomunikasinya. Ketika dua individu
dari dua budaya berbeda berkomunikasi, perbedaan aturan
berkomunikasi yang dianut dapat menyebabkan kebingungan,
atau salah paham. Contohnya, ketika seseoranng yang berasal
dari budaya timur berinteraksi dengan individu dari budaya
barat, perbedaan tingkat formalitas atau kesantunan yang
digunakan dapat menyebabkan kesalahpahaman.

2.2.7 Effect
Ketika berinteraksi dengan orang lain, masing-masing pihak
akan mengalami suatu efek dari interaksi tersebut, artinya seorang
individu akan dipengaruhi oleh hasil dari suatu komunikasi. Efek yang

10
disebabkan dapat dirasakan pada level yang sama oleh kedua pihak
atau salah satu pihak dapat lebih merasakan efek tersebut dari pihak
lainnya. Efek tersebut juga dapat dirasakan langsung atau justru baru
dirasakan setelah adanya jarak waktu.
Efek dari suatu interaksi dapat bersifat emosional, fisikal,
kognitif, atau kombinasi dari ketiganya. Setelah berinteraksi dengan
orang lain, seorang individu dapat merasa bahagia atau justru sedih,
emosi ini merupakan efek dari interaksi tersebut. Contoh efek fisikal
misalnya ketika berdebat dengan lawan bicaranya, seorang individu
dapat pergi meninggalkan proses komunikasi sebagai upaya untuk
menghindari perdebatan yang lebih sengit atau menghindari
mengatakan hal-hal yang akan disesali. Efek dari suatu komunikasi juga
dapat bersifat kognitif ketika hasil dari komunkasi tersebut
memengaruhi cara berpikir seorang individu, meningkatkan
pengetahuannya akan suatu topik, atau justru menyebabkan
kebingungan.

2.3 Karakteristik Komunikasi antar Pribadi


Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa karakteristik, beberapa
diantaranya adalah:
 Meupakan Proses Dinamis (Dynamic Process)
Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses dinamis,
artinya komunikasi interpersonal merupakan suatu proses yang terus
berlangsung dan selalu mengalami fluktuasi atau perubahan. Setiap
unsur dalam komunikasi interpersonal secara berterus-terus berinteraksi
dan memengaruhi satu sama lain. Apa yang seorang individu katakan
atau lakukan akan memengaruhi perilaku lawan bicaranya. Setiap
episode dari suatu interaksi interpersonal merupakan titik mulai dari
interaksi sebelumnya sekaligus titik keberangkatan untuk interaksi yang
akan datang.

11
 Tidak dapat Diulang (Unrepeatable)
Setiap interaksi interpersonal bersifat unik. Setiap interaksi
yang terjadi akan berbeda baik dari interaksi yang telah terjadi
sebelumnya maupun interaksi yang akan terjadi di masa depan. Suatu
interaksi tidak akan dapat diulang dan menghasilkan efek yang sama
persis dengan interaksi lainnya. Hal ini disebabkan karena setiap
interaksi mengubah seorang individu, baik secara emosional maupun
kognitif. Meskipun sebuah interaksi interpersonal terjadi di tempat
yang sama dengan setting fisik yang dibuat semirip mungkin, interaksi
tersebut tidak mungkin dapat mereplika kembali perasaan, pemikiran,
atau hubungan yang ada pada interaksi sebelumnya.

 Tidak dapat Diubah (Irreversible)


Selain tidak dapat diulang, setiap interaksi interpersonal juga
tidak dapat diubah. Setelah seorang individu mengatakan atau
melakukan sesuatu, ia tidak dapat menarik ucapan atau perbuatan
tersebut maupun membatalkan efek yang telah disebabkan. Ketika
mengatakan sesuatu yang menyakiti orang lain, contohnya. Seorang
individu tidak dapat membatalkan ucapan tersebut hanya karena ia
menyesalinya. Individu tersebut dapat meminta maaf atau mengatakan
bahwa ia tidak bersungguh-sungguh, tetapi hal itu tidak akan
menghapus efek dari percakapan sebelumnya. Menghadirkan stimulus
baru tidak dapat mengubah stimulus sebelumnya, melainkan hanya
menambahkan suatu interaksi baru dalam proses komunkasi
interpersonal. Hal ini tidak hanya berlaku ketika interaksi
interpersonal terjadi secara tatap muka, tetapi juga berlaku pada
interaksi online. Ketika mengunggah status Facebook, misalnya.
Walaupun status tersebut dapat dihapus, namun sebenarnya status itu
tetap tersimpan pada server Facebook dan dapat dimunculkan kembali.

12
 Dapat Dipelajari (Learned)
Komunikasi interpersonal merupakan sesuatu yang dapat
dipelajari. Melalui pengalaman, seorang individu akan belajar apa
yang sebaiknya dilakukan dan dihindari ketika berkomunikasi dengan
orang lain. Ketika berinteraksi, seorang individu hendaknya
mengamati bagaimana kata-kata dan perilakunya memengaruhi lawan
bicara, dan bagaimana orang lain memengaruhi dirinya, lalu membuat
penyesuaian berdasarkan hasil pengamatannya. Semakin banyak
pengalaman berkomunikasi tidak selalu membuat seseorang menjadi
komunikator yang lebih efektif. Jika individu tersebut tidak belajar
dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan dan tetap melakukan
kesalahan yang sama, maka ia tidak akan mengalami kemajuan dalam
berkomunikasi.

 Asas Keutuhan dan Nonsummativitas (Wholeness and


Nonsummativity)
Asas keutuhan pada komunikasi interpersonal dapat diartikan
bahwa sebuah komunikasi beroperasi sebagai suatu keseluruhan. Yang
berperan bukan hanya siapa yang terlibat, tetapi seluruh komponen
dan interaksi antar komponen dalam interaksi tersebut. Asas
nonsummativitas berarti bahwa suatu komunikasi interpersonal tidak
dapat dinilai dari bagian-bagian tertentu saja atau dari rangkuman atas
bagian-bagiannya, namun harus diinterpertasikan dari keseluruhan
interaksi.

2.4 Fungsi Komunikasi antar Pribadi


Komunikasi antar pribadi berperan penting dalam memahami diri kita
sebagai manusia dan makluk sosial. Komunikasi antar pribadi membantu
memenuhi kebutuhan manusia akan kontak sosial dan hubungan personal.
Efek dari komunikasi antar pribadi juga dapat mengubah sikap dan perilaku

13
manusia. Secara umum, komunikasi antar pribadi memiliki fungsi psikologis,
sosial, informasi, dan fungsi memengaruhi.

2.4.1 Fungsi psikologis (Psychological Function)


Manusia membutuhkan orang lain, sama seperti bagaimana
manusia membutuhkan makanan dan udara. Ketika kita terisolasi atau
terputus dari kontak sosial, psikologis kita akan terganggu. Berada
dalam satu hubungan yang baik merupakan prasyarat kesejahteraan
fisik dan psikologis manusia. Contohnya, penjara dengan keamanan
yang maksimal dimana tahanan dikurung sendirian dalam sel selama
dua puluh tiga jam setiap hari, perasaan terisoliasi para tahanan akan
membuat mereka gelisah, marah, kasar, dan berpotensi bunuh diri.
Namun ketika keamanan dilonggarkan dan para narapidana diizinkan
keluar selama berjam-jam, bisa melakukan olahraga, bergaul, dan
makan dengan orang lain perilaku dan kesehatan psikologisnya
meningkat.
Komunikasi antar pribadi meningkatkan pemahaman akan diri
sendiri. Melalui interaksi dengan orang lain, kita belajar bagaimana tiap
individu mempengaruhi kita. Faktanya, kita bergantung pada
komunikasi interpersonal untuk mengembangkan kesadaran diri kita
dan mempertahankan jati diri kita. Mengutip teori komunikasi, Thomas
Hora: “Untuk memahami diri sendiri, seseorang perlu dipahami oleh
yang lain. Agar dapat dipahami oleh yang lain, yang satu perlu
memahami yang lain. ”

2.4.2 Fungsi sosial (Social Function)


Melalui komunikasi antar pribadi kita dapat memulai atau
mempertahankan hubungan. Kontak antar pribadi kita memenuhi
kebutuhan sosial di tingkat yang berbeda-beda. Menurut psikolog
William Schutz hubungan mencerminkan hal-hal berikut secara khusus:

14
 Kebutuhan akan kasih sayang — untuk mengekspresikan atau
menerima kesukaan
 Kebutuhan atas rasa penyertaan — untuk menjadi bagian dari
suatu kelompok
 Kebutuhan akan kontrol — untuk mengarahkan atau
memengaruhi diri sendiri dan orang lain sehingga kita merasa
mampu menangani dan mengelola kehidupan dan lingkungan
kita.
Ketika kita berada dalam suatu hubungan dengan seseorang
yang kebutuhannya melengkapi atau menyeimbangkan kebutuhan kita,
kita masing-masing dapat memenuhi kebutuhan kita. Namun, ketika
kebutuhan kita tidak saling melengkapi, kita lebih cenderung
mengalami pergumulan atau konflik hubungan.
Komunikasi antar pribadi yang baik memungkinkan kita melihat
sekilas realita orang lain. Misalnya, mengembangkan hubungan antar
pribadi dengan seseorang yang budayanya berbeda dari kita dapat
memperluas sudut pandang kita sendiri. Gaya antar pribadi mungkin
beda satu sama lain, tetapi manusia dapat beradaptasi melalui suara,
bentuk, dan isi pesan mereka serta memperhatikan budaya yang berbeda
tentang kasih sayang, menentukan peran, dan mencapai tujuan.
Meskipun mungkin lebih mudah untuk mengidentifikasi dan bergaul
dengan mereka yang sama seperti kita, datang dari budaya yang
berbeda tidak menghalangi pembelajaran kita untuk berbagi makna
yang sama.

2.4.3 Fungsi informasi (Information Function)


Ketika berkomunikasi dengan orang lain, kita berbagi informasi
dan mengurangi ketidakpastian yang kita miliki berdasarkan informasi
baru yang diterima. Bertambahnya informasi yang kita ketahui
mendorong kebutuhan kita untuk memperoleh lebih banyak

15
pengetahuan yang juga akan mendorong kita untuk menjalin
komunikasi lainnya.
Semakin banyak informasi yang diterima tidak selalu berarti kita
melakukan komunikasi yang lebih baik. Terkadang jumlah informasi yang
terlalu banyak dapat memengaruhi kualitas komunikasi kita secara negatif.
Hal ini juga berlaku ketika informasi yang diberikan terlalu sedikit. Oleh
sebab itu, komunikator yang baik harus memahami kapan waktu yang
tepat untuk bicara, dan kapan waktu untuk berhenti bicara dan mulai
mendengarkan.

2.4.4 Fungsi Memengaruhi (Influence Function)


Penggunaan komunikasi antar pribadi untuk mempengaruhi
orang lain. Kadang secara halus dan kadang terang-terangan.
Komunikasi antar pribadi sering diarahkan pada tujuan. Meskipun kita
tidak menyadarinya, kita sering menggunakan komunikasi yang
strategis untuk mencapai tujuan kita. Kita merencanakan cara
mendapatkan apa yang diinginkan secara metodis. Kita mencari kontak
dan saran dari orang lain yang dipercaya dapat membantu. Komunikasi
bukanlah sesuatu yang kita lakukan pada orang lain atau yang telah kita
lakukan pada diri kita. Ini adalah kegiatan yang saling menguatkan dan
dilakukan bersama. Bagaimana kita berinteraksi adalah urusan dua arah.
Kita terpengaruh oleh apa yang kita masing-masing lakukan dan
katakan.

2.5 Mitos terkait Komunikasi antar Pribadi


Mitos bisa jadi menghambat pemahaman dan proses komunikasi antar
pribadi. Perlu diketahui mitos-mitos mengenai komunikasi antar pribadi,
yaitu:
 Komunikasi antar pribadi memecahkan masalah
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dua arah dimana
terjadi pemahaman makna yang sama antara komunikator dengan

16
komunikan. Komunikasi dua arah berarti komunikasi sirkuler, dimana
terjadi feedback dalam proses komunikasi. Ketika komunikator
menyampaikan pesan secara efektif dan komunikan
mendengar/menerima pesan dengan efektif juga. Kemudian feedback
terjadi ketika komunikan menyampaikan informasi baik itu tanggapan,
sanggahan atau informasi tambahan kepada komunikator sebelumnya.
Oleh karena itu menjadi komunikator tidak hanya pandai
menyampaikan pesan tapi juga harus pandai menerima/mendengarkan
pesan. Jika hanya bisa berbicara tanpa mau mendengarkan maka
komunikasi antar pribadi tidak bisa memecahkan masalah yang ada.

 Komunikasi antar pribadi adalah akal sehat


Dalam komunikasi antar pribadi, menggunakan akal sehat
adalah sebuah keharusan. Namun tidak hanya menggunakan akal
sehat saja, diperlukan juga keterampilan dan hati nurani. Dengan
demikian dapat mengantisipasi cara-cara yang buruk untuk tujuan
yang baik atau sebaliknya.

 Komunikasi antar pribadi adalah indentik dengan hubungan


antar pribadi
Puncak dari komunikasi antar pribadi adalah hubungan antar
pribadi. Namun tidak setiap proses komunikasi antar pribadi memiliki
hubungan antar pribadi. Ketika sekumpulan orang bertemu, tidak
setiap orang dalam kumpulan itu saling mengenal. Jika pun saling
mengenal, belum tentu mereka berteman. Jika pun mereka berteman
mungkin belum tentu bersahabat, bertunangan atau menikah.

 Komunikasi antar pribadi selalu tatap muka


Teknologi yang ada saat ini memungkinkan komunikasi antar
pribadi menggunakan media. Namun bukan media massa. Penerapan
teknologi seperti telepon, hubungan kelompok pribadi dengan video

17
call, email, teleconference dan sebagainya mematahkan anggapan
bahwa komunikasi antar pribadi selalu tatap muka.

2.6 Etika dalam komunikasi antar pribadi


Ada banyak cara untuk membuat penilaian dalam komunikasi antar
pribadi. Para peneliti telah membahas sejumlah sistem etika komunikasi
yang berbeda yang relevan dengan komunikasi antar pribadi (Andersen,
1996; Englehardt, 2001; Jensen, 1997). Akan dibahas lima sistem etika
komunikasi. Perlu diingat bahwa sistem ini berupaya memberi tahu apa
artinya bertindak secara moral.

2.6.1 Categorical imperative


Etika sistem yang pertama dinamakan categorical imperative
(imperatif kategoris) berdasarkan pada karya filsuf Immanuel Kant
(Kuehn,2001). Imperatif kategoris mengacu pada individu yang
mengikuti kemutlakan moral. Sistem etika ini menunjukkan bahwa kita
harus bertindak seolah-olah kita adalah contoh bagi orang lain. Menurut
sistem ini, pertanyaan kunci ketika membuat keputusan moral adalah:
apa yang akan terjadi jika semua orang melakukan ini? dengan
demikian, kita tidak boleh melakukan sesuatu yang kita tidak akan
merasa baik untuk dilakukan semua orang setiap saat. Lebih lanjut,
Kant percaya bahwa konsekuensi dari tindakan tidak penting; yang
penting adalah prinsip etika di balik tindakan itu.

2.6.2 Utilitarianism
Etika sistem yang kedua, utilitarianisme dikembangkan oleh
John Stuart Mill (Capaldi, 2004). Berdasarkan sistem ini, apa yang etis
adalah apa yang akan membawa kebaikan terbesar bagi sebagian orang.
Tidak seperti Kant, Mill percaya bahwa konsekuensi dari tindakan
moral itu penting. Memaksimalkan kepuasan dan kebahagiaan adalah
penting. Membuat keputusan berdasarkan utilitarianisme atau apa yang

18
terbaik untuk kebaikan yang lebih besar berarti kita akan berbicara atau
mengambil tindakan. Meskipun akan lebih mudah bagi kita dan teman
kita jika kita tetap diam, melakukan hal itu tidak akan menghasilkan
kebaikan yang lebih besar. menurut utilitarianisme, kita harus berbicara
dengan teman kita atau melaporkan tindakan teman kita kepada orang
yang tepat.

2.6.3 The golden mean


Sistem etika yang ketiga, the golden mean mengusulkan bahwa
kita harus bertujuan untuk harmoni dan keseimbangan dalam hidup kita.
Prinsip ini yang dijelaskan lebih dari 2.500 tahun yang lalu oleh
Aristoteles (Metzger, 1995), menunjukkan bahwa kebajikan moral
seseorang berdiri di antara dua sifat buruk, ditengah, atau rata-rata
menjadi landasan bagi masyarakat yang rasional.

2.6.4 Ethic of care


Ethic of care, sistem etika keempat berarti peduli dengan
koneksi. Carol Gilligan pertama kali mengonsep Ethic of care dengan
melihat cara perempuan dalam pengambilan keputusan moral. Dia
merasa bahwa karena laki-laki menjadi suara dominan di masyarakat,
komitmen perempuan terhadap koneksi tidak diperhatikan. Giligan
(1982) awalnya merasa bahwa Ethic of care adalah hasil dari
bagaimana wanita dibesarkan. Meskipun prinsip-prinsip etisnya
terutama berkaitan dengan wanita, penelitian Giligan berlaku untuk pria
juga. Beberapa pria mengadopsi etika dan beberapa wanita tidak
mengadopsi etika. Berbeda dengan imperatif kategoris, Ethic of care
berkaitan dengan konsekuensi keputusan.

2.6.5 Significant choice


Sistem etika yang kelima, Significant choice adalah etika yang
dikonsep oleh Thomas Nilsen (Nilsen, 1966). Nilsen berpendapat

19
bahwa komunikasi itu etis sejauh memaksimalkan kemampuan orang
untuk melakukan pilihan bebas. Informasi harus diberikan kepada orang
lain dengan cara yang tidak memaksa sehingga orang dapat membuat
keputusan yang bebas dan berdasarkan informasi.

2.7 Komunikasi Verbal


Komunikasi Verbal ialah suatu bentuk kegiatan percakapan atau
penyampaian pesan maupun informasi yang disampaikan oleh seseorang
kepada orang lain melalui kata-kata,baik itu dilakukan secara lisan maupun
dengan cara tertulis. Lebih lanjut komunikasi verbal ialah komunikasi yang
pada penyampaian pesannya selain memakai simbol-simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih sebagai medianya, komunikasi lisan dapat
di sampaikan kepada komunikan atau penerima informasi dengan
menggunakan media informasi lewat telepon. Dan komunikasi verbal yang
melewati tulisan dapat dilakukan dengan cara tidak langsung antara orang
yang menyampaikan informasi komunikasi yang dilakukan dengan memakai
media surat-menyurat.
Berikut ini beberapa contoh komunikasi verbal:
 Melakukan percakapan secara langsung bertatap muka.
 Mendengarkan berita atau cerita, baik secara langsung ataupun
melalui media.
 Melakukan panggilan lewat telepon.
 Interaksi guru atau dosen dengan murid atau mahasiswa saat mengajar.
 Aktivitas jual beli, antara penjual dan pembeli.

2.7.1 Faktor Yang Memengaruhi Kelancaran Komunikasi Verbal


Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kelancaran
komunikasi verbal. Beberapa diantaranya adalah faktor intelegensi,
faktor budaya, faktor pengetahuan, faktor kepribadian, faktor biologis,
dan faktor pengalaman.

20
 Faktor Intelegensi: individu yang mempunyai intellegensi yang
tinggi biasanya mempunyai banyak pembendaharaan kata
dibandingkan orang yang memiliki intellegensi rendah.
 Faktor Budaya: setiap budaya mempunyai bahasa yang berbeda-
beda. contohnya di indonesia yang mempunyai keragaman suku.
suku sunda, batak memiliki bahasanya masing-masing.
 Faktor Pengetahuan: orang yang memiliki pengetahuan luas
akan mendorong yang bersangkutan untuk berbicara lancar
dengan pembendaharaan kata ia miliki.
 Faktor Kepribadian: individu yang meiliki sifat pemalu, atau
pendiam biasanya sedikit berbicara pada orang lain disebabkan
tidak terbiasa berkomunikasi.
 Faktor Biologis: adanya kelainan sehingga mengganggu saat
berbicara.
 Faktor Pengalaman: orang yang banyak berkomunikasi secara
baik dengan orang lain, individu atau massa bisa berbicara
secara lancar

2.8 Komunikasi Non-Verbal


Komunikasi non verbal ialah merupakan kebalikan dari komunikasi
verbal yakni suatu proses komunikasi atau penyampaian pesan maupun
informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain tanpa adanya
suatu ucapan atau kata-kata, akan tetapi caranya menggunakan gerakan atau
isyarat. Komunikasi non verbal banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari
dibandingkan komunikasi verbal. Komunikasi non verbal ini hampir secara
otomatis digunakan setiap hari. Bentuk komunikasi non verbal sendiri di
antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol,
warna dan intonasi suara.

21
Berikut adalah contoh dari komunikasi non-verbal :
 Sentuhan
Sentuhan Dapat Termasuk, Bersalaman, Menggenggam
Tangan, Berciuman, Sentuhan Di Punggung, Mengelus-Elus, Pukulan
Dan Lain-Lain. Masing -Masing Bentuk Komunikasi Ini
Menyampaikan Pesan Tentang Tujuan Atau Perasaan Dari Sanga
Penyentuh. Sentuhan Juga Dapat Menyebabkan Suatu Perasaan Pada
Sang Penerima Sentuhan, Baik Positif Ataupun Negatif.

 Gerakan Tubuh
Dalam Komunikasi Non Verbal, Gerakan Tubuh Atau Kinesik
Meliputi Kontak Mata, Ekspresi Wajah, Isyarat Dan Sikap Tubuh.
Gerakan Tubuh Biasanya Digunakan Untuk Menggantikan Suatu Kata
Atau Frasa, Misalnya Mengangguk Untuk Mengatakan Ya: Untuk
Mengilustrasikan Atau Menjelaskan Sesuatu; Menunjukkan Perasaan,
Misalnya Memukul Meja Untuk Menunjukkan Kemarahan; Untuk
Mengatur Atau Mengendalikan Jalannya Percakapan Atau Untuk
Melepaskan Ketegangan.

 Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam
suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara,
nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas
suara, intonasi, dan lain-lain.

 Warna
Warna memainkan peran penting dalam kehidupan kita, kita
menggunakannya sebagai simbol. Warna digunakan untuk
menyampaikan pesan langsung. Lampu lalu lintas menjadi merah dan
hijau dan di ruang operasi sebuah bola lampu merah digunakan untuk
menunjukkan bahwa ruang itu ada menggunakan. Orang Kristen

22
menggunakan pakaian hitam untuk menunjukkan bahwa telah terjadi
kematian dalam keluarga. Bendera sementara digunakan di tentara
untuk menunjukkan bahwa pasukan telah menyerah.

 Bahasa Isyarat
Bahasa isyarat biasanya digunakan untuk tuli dan bisu ketika
mereka tidak mengerti bahasa kita. Bahasa isyarat juga ditemukan
ketika papan tanda dipasang di jalan, dekat sekolah, dekat rumah sakit
dll. mereka adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang.

23
BAB III
PEMBAHASAN

Sejak dilahirkan, manusia telah dibekali oleh kemampuan


mengkomunikasikan informasi secara non-verbal hingga kemudian ia belajar
untuk berkomunikasi melalui kata-kata dan menggabungkan penggunaan kedua
jenis pesan tersebut. Manusia memang terlahir sebagai seorang komunikator,
tetapi tidak semua individu adalah komunikator yang baik. Untuk menjadi
komunikator yang baik, individu harus memiliki kompetensi interpersonal yang
tinggi. Kompetensi interpersonal merupakan kemampuan individu untuk
berkomunikasi secara baik dan tepat untuk membangun dan memertahankan suatu
hubungan yang efektif. Baik tidaknya kompetensi interpersonal seseorang
sangatlah memengaruhi kualitas hidupnya karena hal ini secara langsung
memengaruhi bagaimana seseorang membangun hubungan dengan orang lain dan
memengaruhi seberapa efektifnya seseorang dapat merealisasikan tujuan yang
ingin diperoleh melalui suatu interaksi.
Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses yang terus berubah dan
dapat dipelajari. Oleh karenanya, kompetensi interpersonal seseorang dapat
meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tidak selalu berarti bahwa semakin
sering seseorang menjalin komunikasi interpersonal maka semakin tinggi
kompetensi interpersonal orang tersebut. Hal ini dikarenakan kemungkinan
individu tersebut mengulang kesalahan-kesalahan yang dibuat di setiap
ineraksinya. Pengulangan kesalahan tersebut tentunya hanya akan memperburuk
kualitas komunikasi.
Komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh banyak faktor, oleh karenanya
tidak ada rumus berkomunikasi yang akan selalu bekerja dengan sempurna untuk
setiap interaksi. Tetapi terdapat beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk
meningkatkan kompetensi interpersonal seseorang.
 Pemahaman terkait Komunikasi Interpersonal
Salah satu hal mendasar yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kompetensi interpersonal adalah dengan memahami bagaimana suatu

24
komunikasi interpersonal berlangsung. Dengan memelajari komponen-
komponen, karakteristik, fungsi, serta pemahaman lainnya mengenai
komunikasi interpersonal, kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang
dapat memengaruhi baik tidaknya suatu interaksi.
Dengan bertambahnya pengetahuan terkait komunikasi antar
pribadi, kita akan dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam kegiatan
berkomunikasi sehari-hari. Walaupun pada kenyataannya tidak setiap
interaksi di dunia nyata akan sesuai dengan apa yang telah kita pelajari,
namun setiap variasi tersebut juga meruapakan bagian dari pengalaman
berkomunikasi yang dapat dipelajari.

 Pemberian Atensi
Seorang komunikator yang baik akan memerhatikan unsur-unsur
yang terlibat dalam suatu interaksi dan bagaimana mereka memengaruhi
satu sama lain. Terkait pesan misalnya, setiap stimuli yang diberikan oleh
pengirim pesan dapat diinterpretasikan sebagai sebuah pesan oleh lawan
bicaranya. Terkadang suatu pesan dapat lebih baik dipahami melalui hal-
hal non-verbal seperti gestur, mimik wajah, bahasa tubuh, dll. Beberapa
ahli bahkan berpendapat bahwa sebagian besar pesan tidak disampaikan
melalui kata-kata, tetapi melalui isyarat-isyarat fisik. Dengan memberikan
perhatian pada hal-hal tersebut, tentunya dapat membantu kita untuk
memahami atau bahkan memprediksi suatu pesan dengan lebih baik.
Bagitu pula ketika kita mengirim sebuah pesan, kita sebaiknya
memerhatikan bagaimana stimuli non-verbal di sekitar kita dapat
memengaruhi pesan yang ingin disampaikan. Sehingga pesan dapat
diinterpretasikan sesuai dengan maksud sebenarnya dan memperkecil
peluang terjadinya kesalahpahaman.
Dengan memberikan perhatian dan menunjukan ketertarikan
terhadap keberlangsungan suatu komunikasi juga akan memberikan kesan
positif terhadap kepribadian kita di mata lawan bicara. Lawan bicara akan
merasa dihargai dan merasakan pentingnya interaksi tersebut sehingga

25
peluang tercapainya tujuan dari komunikasi pun akan meningkat.
Pemberian perhatian yang sesuai juga dapat mempertahankan keefektifan
suatu hubungan yang terjalin.

 Penyesuaian
Pemberian perhatian yang baik, tidak selalu berarti jika tidak
diikuti dengan penyesuaian terhadap hasil pengamatan. Misalnya ketika
seseorang menyadari bahwa lawan bicaranya sedang dalam keadaan lelah,
namun ia tidak menerapkan penyesuaian terhadap konteks komunikasinya,
maka hasil pengamatan tersebut tidak akan membantu keefektifan
komunikasi. Seorang komunikator yang baik akan berusaha melakukan
penyesuaian, misalnya, ia bisa memilih tempat yang menyediakan tempat
duduk, tidak bising, dan ia dapat menyesuaikan isi pembicaraan agar
berfokus pada intinya saja dengan cara penyampaian yang jelas sehingga
pesan dapat disampaikan dengan lebih singkat namun tetap bisa dipahami
dengan baik.
Komunikator yang baik akan dapat menyesuaikan cara
berkomunikasinya berdasarkan status dan hubungan yang dimiliki oleh
pihak yang terlibat dan memahami bagaimana hubungan tersebut
memengaruhi dirinya dan keberlangsungan komunikasi itu sendiri.
Dengan melakukan penyesuaian dan kontrol, kita dapat
meminimalisasi faktor-faktor penghambat yang mungkin muncul,
sehingga komunikasi dapat berlangsung dengan lebih efektif.

 Keseimbangan
Komunikator yang baik memiliki pemahaman yang baik tentang
perannya sebagai pengirim dan penerima pesan. Keseimbangan dalam
menjalankan kedua peran tersebut sangatlah penting dalam berkomunikasi.
Kita harus tahu kapan saatnya bicara dan kapan kita harus mendengarkan.
Kita juga harus menyadari bahwa komunikasi antar pribadi merupakan

26
komunikasi dua arah, sehingga kita juga harus menghargai hak lawan
bicara kita untuk bicara dan mendengarkan.
Kita sebaiknya menyadari bahwa banyaknya informasi yang kita
berikan sangatlah berpengaruh terhadapt keefektifitasan interpretasi suatu
pesan. Untuk menjadi komunikator yang baik, seorang individu harus
menemukan keseimbangan dimana ia tidak memberikan terlalu banyak
atau terlalu sedikit informasi.

 Keterbukaan
Keterbukaan atau kemauan untuk membuka diri terhadap hal-hal
baru dan berbeda merupakan salah satu hal terpenting yang memengaruhi
baik tidaknya suatu komunikasi. Ketika kita membuka diri terhadap
perbedaan, kita akan memahami peran budaya dalam komunikasi antar
pribadi. Dengan membuka diri, kita juga akan membuka peluang untuk
berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan buday
yang berbeda, sehingga hubungan interpersonal yang kita miliki tidaklah
terbatas pada orang-orang tertentu saja.
Dengan memiliki pandangan yang terbuka juga dapat membantu
kita mengeliminasi stereotype yang kita miliki terhadap seseorang atau
suatu kelompok tertentu, sehingga kita dapat mempelajari seseorang
tersebut sebagai individu yang unik, dan tidak hanya bagian dari suatu
budaya. Hal ini akan membantu kita dalam membangun suatu hubungan
yang lebih personal. Dengan memiliki sikap terbuka, kita juga dapat
menghindari diskriminasi.
Ketika kita memiliki pemikiran terbuka, kita akan menghargai
orang lain dan menerima bahwa tidak selamanya kita berada di pihak yang
benar. Hal ini akan membantu kita dalam menemukan persepektif dan ide-
ide baru, mengevaluasi pemikiran dan perilaku kita, yang nantinya dapat
berperan dalam peningkatan kompetensi interpersonal yang kita miliki.

27
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses kompleks yang
akan terus terjalin sepanjang hidup manusia. Komunikasi antar pribadi dapat
didefinisikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan verbal dan
non-verbal antar dua pihak yang hasilnya akan memengaruhi individu yang
terlibat. Pesan verbal menggunakan kata-kata dalam penyampaiannya,
sedangkan pesan non-verbal tidak. Kedua jenis pesan ini dapat digunakan
dalam waktu yang bersamaan atau salah satunya saja.
Terdapat banyak unsur yang menyusun suatu komunikasi antar
pribadi, dimulai dari individu yang terlibat di dalamnya, pesan yang
disampaikan, medium yang digunakan, faktor penghambat, umpan balik atau
respon terhadap pesan yang disampaikan, konteks, dan efek dari komunikasi.
Komunikasi antar pribadi juga memnuhi berbagai fungsi dalam kehidupan
manusia, seperti fungsi psikologis, sosial, informasi, dan fungsi untuk
memengaruhi diri sendiri dan orang lain.
Meskipun manusia terlahir sebagai seorang komunikator, namun tidak
semua manusia memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi. Kompetensi
interpersonal sendiri merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
berkomunikasi secara tepat untuk membagun dan memertahankan suatu
hubungan yang efektif. Untuk memeroleh kompetensi interpersonal yang
tinggi, seorang individu dapat memerhatikan beberapa hal dalam setiap
interaksinya, seperti pemahaman akan interaksi interpersonal, pemberian
atensi, penyesuaian, keseimbangan, dan keterbukaan.

5.2 Saran
Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun menyadari
pentingnya komunikasi antar pribadi dan banyaknya hal yang memengaruhi
keefektifitasannya. Saran yang dapat penyusun berikan adalah untuk selalu

28
mengingat bahwa komunikasi antar pribadi merupakan proses dinamis yang
terus berubah, setiap interaksi akan menghasilkan efek yang akan merubah
perilaku individu, artinya kita akan selalu tumbuh dan berkembang sebagai
seorang komunikator. Dengan memerhatikan berbagai hal dan terus belajar,
kita akan dapat meningkatkan kompetensi interpersonal kita sehingga dapat
menjalin dan memertahankan hubungan yang efektif dengan orang lain.

29
DAFTAR PUSTAKA

Devito, Joseph A. (2016). The Interpersonal Communication Book 14th Ed.


Harlow: Pearson.
Gamble, Teri Kwal. & Gamble, Michael W. (2014). Interpersonal Communication:
Building Connections Together. Los Angeles: Sage Publications.
Kurniawan, Aris. (2019, 1 Mei). Komunikasi Verbal dan Non-Verbal (Contoh,
Ciri, Faktor Juga Fungsinya). Dikutip 7 April 2019 dari
https://www.gurupendidikan.co.id/komunikasi-verbal-nonverbal-ciri-
faktor/
Mahida, Chintan A. Verbal and Non-Verbal Communication. Diunduh dari
http://www.mahidachintan.com.
Wantysastro. (2013, 1 Juni). Pengertian Komunikasi Verbal dan Non-Verbal
beserta Contoh dan Slogan Produk. Dikutip 7 April 2019 dari
https://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-
verbal-dan-nonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk/
West, R. L., & Turner, L. H. (2010). Introducing Communication Theory:
Analysis and Application. Boston: McGraw-Hill
(2015). Pengertian Komunikasi Verbal dan Non Verbal. Dikutip 7 April 2019 dari
http://definisipengertian.net/pengertian-komunikasi-verbal-dan-non-
verbal/

30

Anda mungkin juga menyukai