DISUSUN OLEH:
KELOMPOK C4:
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telepon: (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
2019-2020
Abstarak
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi merupakan hal yang sering kita jalanin. Kerena melalui
komunikasi kita bisa mendapatkan informasi antara individu terutama dalam dunia medis atau
kesehatan. Komunikasi dalam dunia kesehatan sangatlah penting karena tanpa adanya
komunikasi seorang dokter tidak dapat mengetahui apa yang terjadi pada pasien. Tidak hanya
dalam komunikasi, empati juga berperan dalam terjadinya komunikasi, karena tanpa adanya
empati seorang dokter tidak dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh pasien terutama rasa sakit
yang dirasakan pada tubuh maupun psikis pasien. Tanpa adanya komunikasi dan empatik dokter
tidak bisa mengetahui atau merasakan apa yang pasien rasakan.
Abstarak
In everyday life communication is something that we often live. Because through communication
we can get information between individuals, especially in the medical or health world.
Communication in the world of health is very important because without communication a doctor
cannot know what is happening to the patient. Not only in communication, empathy also plays a
role in communication, because without empathy a doctor cannot know what is felt by the
patient, especially the pain felt in the body and psychological state of the patient. Without
communication and empathy the doctor cannot know or feel what the patient feels.
I. Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa komunikasi ialah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua (2) orang atau lebih sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi juga berarti suatu proses terjadinya pertukaran
informasi yang menimbulkan suatu pemahaman. Komunikasi tidak hanya dilakukan melalui
suara, melainkan bisa juga melalui tulisan dan melalui bahasa isyarat. Dalam berkomunikasi
perlu adanya pendengar yang aktif, memahami perasaan lawan bicara, serta adanya empati.
Dokter diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas, dokter juga diharapkan
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. Dalam praktik kedokteran dokter juga
diharapkan memiliki empati. Dengan begitu dokter dapat memahami dan mengerti apa yang
sedang dialami dan dirasakan pasien. Dengan adanya empati membuat pasien lebih nyaman
dan merasa dihargai. Oleh karena itu komunikasi dan empati merupakan hal yang sangat
penting dalam hubungan antara dokter dengan pasien agar terjalin hubungan yang baik.
Perkembangan seorang anak dipengaruhi banyak faktor terutama faktor keluarga karena
keluarga merupakan lingkungan pertama yang akan ditemuinya. Seorang anak memiliki
golden age (usia 0-6 tahun), yaitu masa awal kehidupannya, masa ini sangat penting bagi
orang tua untuk mengoptimalkan perkembangan dan pertumbuhan anaknya karena pada masa
ini seorang anak akan merekam dengan baik setiap didikkan dan pola asuh orang tuanya dan
itu salah satu yang akan menentukan kepribadian mereka dikemudian hari.
Ketidakharmonisan hubungan antara orang tua dan anak juga sebagian besar disebabkan oleh
ketidakbijaksanaan orang tua dalam menerapkan pola asuh kepada anaknya.
II. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Komunikasi dan empati ?
2. Bagaimana Hubungan Dokter dan Pasien ?
3. Bagaimana Hubungan Orang tua dan Anak?
4. Apa permasalahan dalam skenario ?
III. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepadan
pembaca bagaimana komunikasi dan empati. Agar pembaca lebih memahami bagaimana
dokter dapat berkomunikasi dengan baik kepada pasiennya dan memahami pola asuh yang
ideal dari orang tua yang sesuai dengan umur anak, serta memahami peran orang tua dalam proses
tumbuh kembang dari anak
PEMBAHASAN
1. Respect
Respect berhubungan erat dengan sikap saling menghargai yang mengacu pada
proses menghargai setiap individu. Pada aspek ini sangat berpengaruh pada ada atau
tidaknya rapport, yang berarti adanya komunikasi dua arah dan sikap menghargai antar
orang dewasa. Dengan demikian, efektifitas kinerja dapat meningkat tinggi dan
menghasilkan kerjasama yang bersinergi.
2. Empathy
Empati adalah kemampuan seseorang untuk ikut merasakan dan menempatkan diri
pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Syarat utama pada sikap empati
adalah kemampuan untuk mengertii terlebih dahulu sebelum dimengerti oleh orang lain.
Empati juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kepuasan pasien, mengurangi
kekhawatiran pasien, dan meningkatkan keakuratan diagnosis dan hasil praktik klinis.
3. Audible
Makna dari aspek ini adalah dapat didengarkan dan dipahami dengan baik oleh
pasien dalam menerima segala pesan dari dokter.
4. Clarity
5. Humble
Aspek humble yang berarti rendah hati dan manusiawi. Manusiawi, pada konteks
ini, yang berarti menerima orang lain seadanya, adanya kesetaraan yang terlepas dari
identitas dan materi, menghargai nilai-nilai dan perbedaan pendapat, tindak memaksakan
kehendak ataupun menghakimi sesama, dan tidak bersikap apriori/berprasangka yang
buruk. Aspek ini juga mengacu pada sikap melayani serta mengutamakan kepentingan
lain yang lebih besar.
Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang dialami oleh orang lain dalam
sudut pandang orang tersebut. hal ini sering digambarkan sebagai suatu kemampuan untuk
menempatkan diri sendiri ke dalam keadaan yang dialami oleh orang lain. Dasar empati yaitu
kasih sayang yang bersifat tanpa pamrih terhadap sesama manusia. Inti dari interaksi empati
merupakan pemahaman terhadap perasaan orang lain secara akurat. Empati berbeda dengan
simpati, karena simpati ini menonjolkan perasaan atau emosi biasa terhadap orang lain, bukan
memahami perasaan tersebut. Simpati tidak bersifat terapeutik dalam membantu hubungan,
karena hal tersebut mengarah pada perasaan yang terlalu melibatkan emosional, dan
berpotensi menyebabkan kerusakan hubungan profesional karena terlalu larut dalam
perasaan.
Dari berbagai jenis dukungan yang berbeda, seperti empatik, penguatan, atau
penenangan, empati merupakan hal yang paling menguntungkan tetapi paling sedikit
digunakan. Beberapa individu secara alami bersifat empatik; walau demikian, empati dapat
dipelajari dengan cara menghadirkan bahasa verbal dan non verbal dari orang yaang
diwawancarai.
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang hanya disampaikan dari mulut melalui
kata-kata yang diucapkan maupun saat ditulis.[2] Contoh komunikasi verbal seperti tinggi
atau rendahnya intonasi suara, kecepatan saat berbicara, dan keras atau tidaknya kualitas
suara saat berkomunikasi. Komunikasi verbal umumnya meliputi :
1. Pendengar aktif
Pendengar aktif disini dapat menggunakan gaya komunikasi satu atau dua arah,
refleksi yang didengar, asertif, negosiasi, persuasi, dan umpan balik. Sebagai
pendengar yang aktif kita harus bisa mendapatkan pokok pembicaraan, mengetahui
perasaan lawan bicara, mengerti keinginan pembicara serta mampu memberikan
tanggapan saat paham akan topik yang dibicarakan. Refleksi diartikan memberikan
kesempatan kepada pasien atau orang lain untuk membuka dan menerima ide dan
perasaanya. Asertif adalah kemampuan seseorang dengan cara mengyakinkan dan
nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang
tersebut. Persuasi merupakan suatu cara membujuk atau mengajak pasien, tetapi
pasien tetap memberikan kepercayaannya kepada dokter
2. Memahami perasaan
Memahami perasaan memiliki konteks seperti kita dapat paham akan kondisi
atau perasaan kita sendiri dan lawan berbicara kita seperti sedih, senang, marah dan
sebagainya.
3. Mengendalikan emosi
Mengendalikan emosi adalah kesabaran kita dengan cara memberi waktu kepada
pasien untuk mengutarakan semua yang dirasakan atau dipikirkan, dokter juga boleh
hening jika diperlukan dan mempu berpikir tentang apa yang dibicarakan atau topik
pasien, serta dokter yang profesional tidak boleh terbawa kedalam emosi saat
berbicara dengan pasien.
4. Terampil berdialog
Hal yang sangat penting dalam berkomunikasi adalah terampil berdialog dengan
komunikasi dua arah serta menghindari menghakimi pasien, mengkritik, dan
menggunakan bahasa kedokteran yang tidak dimengerti oleh pasien.
5. Empati
Empati adalah kemampuan seseorang dapat mengerti perasaan orang lain tanpa larut
didalam perasaan dan mampu memberikan saran atau respon yang sesuai saat situasi
tersebut. Seseorang yang memiliki rasa empati adalah seseorang yang mudah
beradaptasi serta dapat merasakan perasaan orang lain dan mampu memberikan
respon yang baik.
Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal adalah komunikasi dari sebuah proses interaksi sosial antara
dua orang atau lebih dengan saling mempengaruhi dalam hal ide, pengetahuan, tingkah
laku maupun sikap. Komunikasi ini juga menyebarkan dan memberitahukan pikiran-
pikiran, nilai-nilai dengan guna menggugah partisipasi agar informasi tersebut menjadi
milik bersama.[3] Komunikasi non-verbal juga merupakan komunikasi yang tanpa
menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non-verbal seperti gerak (isyarat tubuh),
posisi, sikap tubuh, paralinguistik. Komunikasi non-verbal umumnya meliputi :
1. Gerak (isyarat tubuh)
Gerak ini khusus untuk gerakan tubuh seperti menggerakkan mata atau bisa juga
dalam ekpresi wajah, cara menatap dan sebagainya. Gerak tubuh adalah salah satu
cara menunjukkan emosional yang tidak dilalui dengan kata-kata, seperti wajah yang
memerah saat dijahilin oleh teman yang menunjukkan bahwa itu rasa malu.
2. Posisi
Posisi adalah jauh dekatnya saat melakukan pembicaraan dengan posisi
menyamping, berhadapan, dan sebagainya. Posisi-posisi tersebut memiliki arti yang
berbeda-beda, seperti saat kita berbicara dengan jarak jauh dari lawan bicara yang
menunjukkan kita memberikan kesempatan lawan bicara dapat mengekspresikan diri
atau yang lainnya.
3. Sikap tubuh
Sikap tubuh merupakan golongan komunikasi non-verbal seperti saat kita
berjalan mondar-mandir dengan cepat yang menunjukkan bawa kita sedang panik atau
sedang berpikir sesuatu yang penting.
4. Paralinguistik
Paralinguistik adalah termasuk hembusan nafas, perubahan intonasi suara,
perubahan volume suara, kelancaran suara saat berbicara, senyum yang dipaksakan,
dan sebagainya. Paralinguistik biasanya menunjukkan komunikasi verbal yang mudah
dimengerti oleh lawan bicara.
Analisis Transaksional
Analisis transaksional adalah salah satu psikoterapi yang menyediakan beberapa
analisis atau metode seperti melakukan konsultan, pengawas, dan pelatih. Analisis
transaksional juga merupakan metode untuk menentukan sifat egoisme yang dominan saat
berlangsung (orang tua, dewasa, anak) pada setiap individu yang sedang berinteraksi satu
sama lain.[5] Menurut analisis transaksional manusia mempunyai tiga oknum, yaitu orang
tua, dewasa dan anak-anak. Oknum dilihat dari cara berkomunikasi dengan lawan bicara
dan tidak bergantung pada faktor usia. Analisis transaksional umumnya mempunyai
beberapa oknum meliputi :
1. Orang tua
Oknum orang tua adalah seseorang yang memiliki individu berperasaan dan
bertindak seperti yang dilakukan oleh ayah dan ibu serta dapat mendorong maupun
mengencam lawan bicara. Umumnya penampilan anutan orang tua seperti kritik,
proteksi, bimbingan dan sebagainya.
2. Dewasa
Oknum dewasa merupakan seseorang yang dapat mengolah persoalan dengan
berdasarkan analisa, data, dan logika. Oknum dewasa ini umunya lebih berorientasi
pada kenyataan, membandingkan berbagai alternatif, percaya diri yang kuat,
melakukan intropeksi diri jika diperlukan dan sebagainya.
3. Anak-anak
Anak-anak adalah golongan yang memiliki individu seperti anak kecil, bertindak
sendiri jika terlepas dari pengawasan orang tua, tetapi bisa memuaskan orang tua
dengan individu atau kelakuan diri sendiri. Penampilan anak-anak pada umunya
seperti masih berfantasi, emosi, memiliki perasaan ingin tahu, dan sebagainya.
Dokter merupakan tokoh yang berperan penting dalam proses pengobatan atau
penyembuhan suatu penyakit. Di kalangan masyarakat seorang dokter dianggap memiliki
kemampuan dalam menganalisis dan mendiagnosa suatu penyakit sehingga ia mempunyai
tugas untuk melakukan tindakan kepada individu yang sakit atau disebut pasien demi
pencapaian kesembuhannya.
Dalam memberi diagnosa terhadap sang pasien tentunya seorang dokter harus
menyampaikan informasinya dengan cara berkomunikasi. Tentunya komunikasi ini harus
diperhatikan dengan baik agar tidak terjadinya salah paham atau kekurang pahaman seorang
pasien terhadap informasi mengenai diagnosanya. Dokter diharapkan bersifat idealis yakni
mengusahakan mencapai kondisi sebaik mungkin bagi pasien. Sebagai seorang dokter
sebaiknya tidak bersikap sebagai orang yang serba tahu dan mampu memberikan nasihat
dalam segala hal. Dokter sebaiknya tidak bersikap pilih – pilih terhadap pasiennya atau
membedakan sikapnya karena alasan pribadi ataupun ras, agama, dan lain sebagainya.
Pasien juga berperan penting dalam hubungan komunikasi ini karena jika dokter aktif
dan pasien tidak aktif maka hubungan komunikasinya tidak berjalan dengan baik sehingga
penyampaian infirmasinya pun tidak maksimal. Hubungan komunikasi yang baik antara
dokter – pasien ialah hubungan komunikasi dua arah sebagai seorang manusiawi yang
memiliki sifat diantaranya :
Dokter Pasien
Anamnesis Keluhan
Pemeriksaan Masalah
Diagnosis Informasi Lain
Prognosis Pertolongan
Terapi Keringanan
Rehabilitasi Kesembuhan
Dokter Pasien
Manusiawi Sopan
Empatik, peduli Kooperatif
Sabar, tulus Jujur
Sopan, santun Tidak mendikte
Tidak interogatif Tidak memaksa
Tidak sok tahu Tidak sok tahu
Tidak menghakimi
Dokter Pasien
Menghormati hak pasien Informasi benar
Rahasia jabatan Kooperatif
Informasi tindakan Turut nasihat dokter
Persetujuan pasien Patuh pada terapi
Terapi Menjaga privacy kedokteran
Rekam medis Honor yang pantas
Dokter Pasien
Pemeriksaan fisik & mental Memilih dokter atau Rumah Sakit
Menegakkan diagnosa Informasi yang benar
Menentukan terapi Rahasia medik
Merawat Menolak atau setuju terapi
Pelayanan kesehatan Pendapat kedua
Honor yang pantas Isi rekam medis
Pelayanan medik
Ganti rugi
Hubungan dokter-pasien dapat dilihat dari berbagai pendekatan yang berbeda, namun
terkait satu dengan yang lain.
1. Hubungan kebutuhan: pasien buth pertolongan medis, dokter butuh pasien sebagai subyek
profesinya.
2. Hubungan kepercayaan: pasien menyerahkan diri kepada dokter karena percaya pada
integritas dan kemampuannya. Pasien percaya dokter akan merahasiakan segala sesuatu
tentang dirinya. Dokter percaya pasien jujur dan bertikad baik kepada dirinya.
3. Hubungan keprofesian: interaksi dan kerjasama antara seorang professional medis dengan
penerima jasa professional itu. Hubungan ekonomi (bisnis) antara produsen jasa dengan
pembeli atau pegguna jasa itu, yang membawa konsekuensi keuangan.
4. Hubungan hukun antara satu subyek hokum dengan subyek hokum lain.
a. Sanguinis
Energik, ramah, memberikan kesan ceria dalam kondisi apapun, dan suka memotivasi
orang lain. Para sanguinis memiliki kecenderungan untuk mencari perhatian, kasih sayang,
dukungan, dan pengakuan dari orang-orang di sekitar mereka.
b. Koleris
Memilki sikap tegas, berorientasi pada tujuan, dan dapat mengatur sebuah tindakan
dengan cepat. Anak dengan kepribadian koleris cenderung mencari kesetian dan penghargaan
dari orang lain atas kemampuan dirinya
c. Melankolis
Tipe kepribadian yang memiliki ciri sikap pendiam, pemikir, dan perfeksionis. Sikap
perfeksionisnya membuat sang anak mampu menyelesaikan tugas secara sistematis dan tepat
waktu, namun tak jarang hal tersebur juga membuat mereka menjadi pesimis, kritis, dan
sering kecewa jika hasilnya tidak sesuai dengan usaha yang telah mereka lakukan.
d. Plegmatis
Anak dengan kepribadian ini biasanya memiliki pembawaan yang selalu merasa cukup
terhadap apa yang dimiliki, sederhana, mencari kedamaian dengan lebih banyak diem, tidak
mudak bergaul walaupun sesungguhnya mereka menyukai berasa di dekat orang banyak, dan
mampu menyeimbangkan diri mereka sendiri.
Hubungan Orang Tua dan Anak
I. Peran Orang Tua
Peran orang tua berkaitan dengan prinsip mendidik anak dengan tujuan seorang anak
dapat tumbuh dewasa dengan memiliki karakter yang baik. Seorang ayah dan ibu harus
kompak, mereka harus sependapat dan sejalan dalam mendidik anaknya. Beberapa peran
orang tua yang perlu diperhatikan:
1. Prestasi anak
Pada bidang prestasi pengaruh orang tua sangat penting. Berdasarkan penelitian
anak-anak yang merasakan kehadiran orang tuanya dalam pendidikannya mampu
memperoleh skor dan menunjukan prestasi yang tinggi. Selain itu juga, anak-anak
tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk masuk ke dunia perguruan tinggi.
Peran orang tua tersebut, semisal ikut mendampingi saat anak mengerjakan tugas dari
sekolah, memantau perkembangan prestasi anak di sekolah, dll.
2. Perilaku anak.
Anak yang mendapat dukungan dari orang tua cenderung memiliki kepercayaan
diri yang tinggi dan cenderung melakukan sesuatu yang lebih baik. Anak juga
mempunyai perilaku yang positif dan menurunkan peluang anak untuk bertindak
dalam kekerasan, terlibat dalam narkoba, dan anti sosial. Dalam hal ini peran orang
tua adalah mendukung kiat belajar dan pola perkembangan kepribadian anak.
3. Usia
Keterlibatan orang tua tidak terbatas pada usia anak usia 0-8 tahun. Orang tua
diharapkan dapat memberikan tuntunan untuk semua anak mereka. Hal ini dapat
membantu anak untuk dapat melakukan peralihan yang lebih baik, memelihara
kualitas kerja, dan mengembangkan rencana-rencana realistis terkait masa depan
mereka
4. Pemilihan kualitas sekolah
Setiap orang tua pasti memiliki keinginan agar putra atau putri mereka dapat
mencapai cita-cita dengan sukses. Oleh krena itu, orang tua berperan penting dalam
penentuan arah pendidikan yang ditempuh anak-anak mereka. Meskipun, pada kondisi
dan situasi tertentu masih banyak orang tua yang tidak mampu untuk menyekolahkan
anak-anak mereka.
II. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh merupakan gaya interaksi antara orang tua dengan anaknya untuk
mengembangkan karakter anak. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda dalam
mendidik anaknya karena pola asuh dipengaruhi beberapa hal, yaitu budaya, peraturan,
adat istiadat, dan lain lain yang berlaku di dalam sebuah keluarga. Pola asuh orang tua
dibagi menjadi empat tipe, yaitu :
1. Otoriter (Autboritarian)
Dalam pola asuh ini orang tua bertintak keras, memiliki tuntutan dan aturan
yang banyak untuk anaknya. Orang tua juga mengontrol sangat ketat tingkah laku
anaknya agar sesuai dengan keinginan mereka. Dalam pola asuh ini orang tua juga
tidak memahami kebutuhan, keinginan, dan kemampuan anaknya. Pola asuh ini
mengakibatkan seorang anak tidak memiliki inisiatif dan sulit mengambil keputusan
karena seorang anak akan menjadi sangat penurut atau malah sebaliknya, seorang
anak akan menjadi pemberontak dan terjerumus ke hal-hal yang negatif, contohnya
seks bebas, drugs, dan kriminal karena terlalu banyak aturan dan tuntutan dari orang
tua.
2. Demokratis (Authoritative)
Dalam pola asuh ini orang tua juga memberikan tuntutan dan aturan tetapi orang
tua juga memberikan dukungan dan sedikit kebebasan kepada anaknya agar anaknya
tidak tergantung kepada orang tua dan dapat menentukan pilihan. Dalam pola asuh ini
setiap pembicaraan atau keputusan yang menyangkut kehidupan anak, orang tua selalu
melibatkan anaknya dan akan mendengarkan pendapat anaknya agar anaknya berlatih
bertanggung jawab kepada diri sendiri. Dampak dari pola asuh ini, anak menjadi
percaya diri, mandiri, dan mampu mengendalikan diri.
3. Permisif (permissive)
Dalam pola asuh ini, orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk
bertindak sesuai keinginan anaknya. Kebebasan yang diberikan dalam pola asuh ini
sebagai wujud kasih sayang orang tua kedapa anaknya. Dampak dari pola asuh ini,
seorang anak akan menjadi anak yang egois dan kurang menaati peraturan, dan kurang
mandiri.
4. Tidak Peduli (rejecting-neglecting)
Dalam pola asuh ini orang tua mengabaikan apa yang menjadi kebutuhan
anaknya juga tidak peduli dengan tumbuh kembang anaknya, dan membebaskan anak
bertindak sesuai keinginannya. Dampak dari polaasuh ini, anak akan merasa
terabaikan , haus kasih sayang, tidak bisa mengendalikan diri, dan perkembangan
anakpun bisa terhambat.
Pola asuh yang paling baik atau ideal untuk anak adalah tipe demokratis
(authoritative). Pada tipe ini, selain orang tua tetap memberi tuntutan dan aturan yang
tegas, orang tua juga memberikan dukungan dan sedikit kebebasan untuk anaknya agar
anaknya mandiri dan belajar bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.
PEMBAHASAN SKENARIO
Skenario 2
Seorang perempuan menemukan benjolan pada buah dadanya. Ketika datang ke
dokter, dokter yang dikunjunginya langsung mengatakan dapat menghilangkan tumor itu
dengan suntikan sebanyak tiga kali agar tumor tersebut sembuh selamanya. Dikatakannya
bahwa ia sudah sering menghadapi kasus seperti ini. Tumor seperti ini bila tidak cepat
diobati bisa menimbulkan kematian dalam waktu yang tidak lama. Pasien menganggap
dokter ini hebat sekali, karena belum banyak bertanya sudah dapat memastikan diagnosis,
prognosis dan terapi penyakitnya.
Pembahasan:
Dalam skenario 2, dokter melanggar etika kedokteran karena tidak melakukan
anamnesis menyeluruh kepada pasien serta dokter mengiklankan diri secara berlebihan.
Dokter disini tidak melakukan komunikasi yang efektif 2 arah. Dokter juga tidak
memberikan waktu kepada pasien untuk berbicara lebih lanjut penyakit pasien yang
melanggar komunikasi verbal. Dokter juga memberikan harapan yang berlebihan kepada
pasien yang melanggar disiplin kedokteran.
Seharusnya yang dokter lakukan adalah mendengarkan terlebih dahulu data-data
yang pasien sampaikan, menganamnesis secara menyeluruh, serta memberikan tanggapan
setelah pasien selesai berbicara supaya pasien merasa mendapatkan timbal baliknya.
Karena pasien membutuhkan komunikasi yang baik, perasaan empati dari dokter supaya
dapat mempererat hubungan antara dokter-pasien.
Skenario 4
Pada suatu malam, seorang ayah menghampir anak laki-lakinya yang berusia 8
tahun, yang hendak tidur. “Mengapa engkau ingin pinjam uang lima ribu dari ayah? Kalau
memang ingin beli mainan nanti ayah belikan lebih dari lima ribu.” “Saya hanya ingin
bayar waktu ayah 30 menit agar bisa main dengan saya, menurut ibu ayah sibuk bekerja
karena dibayar 40 ribu satu jam, saya punya simpanan 15 ribu, kurang 5 ribu untuk
membayar waktu ayah selama setengah jam bermain dengan saya.”
Pembahasan:
Tipe pola asuh ini sangat berdampak tidak baik untuk ananknya. Anaknya
menjadi merasa kurang kasih sayang dan merasa diabaikan oleh ayahnya. Seharusnya
seorang ayah dalam skenario ini menerapkan tipe demokratis karena tipe ini yang paling
baik dan paling ideal. Tipe demokratis selain menunjang perkembangan karakter anak,
tipe ini juga dapat menjaga hubungan antara orang tua dan anak agar tetap harmonis.
Skenario 6
Skenario 8
Seorang laki-laki 56 tahun, datang berobat dengan keluhan pusing, menceritakan
juga bahwa tekanan darahnya 160/110 mmHg. Saya hipertensi dok, cephalgia juga
insomnia. Dokter menanggapi keluhan pasien dengan muka cemberut perasaan
tersinggung.
Pembahasan:
Seperti kita ketahui pada skenario 8, dokter menanggapi pasien dengan muka
cemberut. Dengan menunjukan ekspresi cemberut, dokter melakukan komunikasi non-
verbal. Perlakuan dokter ini dapat menggangu komunikasi yang sedang berlangsung
karena pasien bisa merasa tidak nyaman jika dokter yang mengobatinya menangani
dengan muka cemberut.
Dalam komunikasi transaksionil dokter bertidak sepeti anak-anka yang mudah
tersinggung dan pasien bertindak sebagai orang dewasa yang menganalisis penyakitnya
dan menyampaikan kepada dokter. Dapat kita lihat di dalam skenario ini terjadi ketidak
selarasan antara hubungan komunikasi antara dokter dengan pasien. dokter bersikap
seperti anak-anak sedangkan pasien bersikap dewasa, sehingga membuat komunikasi ini
tidak efektif dan pesan-pesan yang disampaikan oleh pasien kepada dokter dan sebaliknya
tidak tersampaikan dengan baik.
Pada skenario ini mungkin dokter memliki tipe kepribadian korelis. Karena
sikapnya yang mencari pengakuan dari orang lain membuat dia menjadi keras kepala dan
tidak peka terhadap perasaan orang lain. Mungkin dokter merasa tersinggung karena
merasa tidak dihargai kemampuannya oleh pasien.
KESIMPULAN
Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang
dokter diwajibkan untuk melaksanakan etika,hukum dan disiplin kedokteran apapun keadaannya.
Dalam berkomunikasi dengan pasien, dokter haruslah menerapkan makna dari kata REACH guna
untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Juga doker harus
memahami anutan-anutan yang dimiliki setiap individu dalam berkomunikasi, entah itu anutan
orang tua, dewasa dan juga kanak-kanak. Dokter harus menyesuaikan dengan anutan yang
mereka gunakan saat berkomunikasi agar komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik dan
dengan harapan pasien mau patuh dan melaksanakan nasihat-nasihat dokter.
Berdasarkan pembahasan diatas juga dapat disimpulkan bahwa dalam hubungan orang tua
dan anak terjalin hubungan yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Pada hubungan ini
orang tua mengambil peran penting yakni mendidik anak dengan pola asuhnya masing-masing.
Terdapat 4 macam pola asuh yakni demokratis, otoriter, permisif dan tidak peduli. Berdasarkan
skenario maka, pola asuh yang sesuai untuk anak tersebut adalah pola asuh demokratis.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo H. Peran Orang Tua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak untuk Membangun
Karakter Anak Usia Dini. Pros Semin Nas Parent. 2013;34–47.
Erzad AM. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Sejak Dini Di Lingkungan Keluarga.
ThufuLA J Inov Pendidik Guru Raudhatul Athfal. 2018;5(2):414.
Ayun Q. Pola Asuh Orang Tua Dan Metode Pengasuhan Dalam Membentuk Kepribadian Anak. J
Stain. 2017;5:102–22.
Hamdan MY. Teori Komunikasi. 9th ed. Jakarta:Penerbit Salemba Humanika; 2009.
Littauer, Florence. 2000. Personality Plus for Parents. united states: revel
Heri D.J. Maulana, S.Sos, M.Kes. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran ECG
Samil, Ratna Suprapti. 1994. Etika Kedokteran Indonesia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Chrisdiono M. Achadiat. Dinamika Etika & Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2004. Hal 3-18.
Dr. Leila Mona Ganiem, M.Si. Komunikasi Kedokteran Konteks Teoritis dan Praktis. Depok:
Prenadamedia Group; 2018.
Endang Fourianalistyawati, M.Psi, Psi. 2012. Komunikasi yang Relevan dan Efektif Antara
Dokter dan Pasien. Jurnal Psikogenesis. Vol 1, No. 1.
Muhammad Ardiyansyah Harap, Risti Graharti. 2018. Teknik dan Peran Empati dalam Praktik
Kedokteran.
Berne, Eric.1999., Transactional Analysis and Author of Games People Play. United States.
Koontz & Weihrich. 1988. Management, edisi 9. Halaman 461-465. Mc Graw Hill Inc,
Singapore.; Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. 1998. Teaching and Learning
Communication Skills in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press.; Schermerhorn, Hunt
& Osborn. 1994. Managing Organizational Behavior, edisi 9. Halaman 562-578. John
Wiley & Sons, Inc, Canada.
Schmitz, Andy. 2012. A Primer on Communication Studies. Bab 3. Cambridge.
https://www.materipendidikan.info/2017/03/pengertian-komunikasi-non-verbal-dan.html diuduh
pada tanggal 9 oktober 2019.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Halaman vii. Jakarta:
KKI
Tudor, Keith. 2009. Transactional Analysis Teaching of Transactional Analysts. Halaman
276-292. United States: Thousand Oaks
Kamus Besar Bahasa Indonesia