Anda di halaman 1dari 10

Sistem Pendengaran serta Cara untuk Menguji Pendengaran

Tinjauan Pustaka
1


Sistem Pendengaran serta Cara untuk
Menguji Pendengaran

Louis Ryandi
102013411
B5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan
Anatomi, fisiologi dan histologi adalah modal utama untuk memahami fungsi telinga.
Pada akhirnya adalah untuk memahami penatalaksanaan telinga dan keseimbangan. Fungsi
keseimbangan kita adalah lebih mendasar dan lebih penting dari fungsi pendengaran. Suatu
organisme dapat bertahan tanpa pendengaran, tapi tidak dapat bertahan tanpa keseimbangan
dengan lingkungannya. Karena itu mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi
organism terhadap lingkungan berkembang lebih dahulu dari pendengaran. Telinga
mengandung banyak vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap
lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendo dalam. Jadi
telinga adalah oegam pendengaran dan keseimbangan.
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian: telinga luar, tengah dan dalam.
Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari
plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami kelainan congenital
sementara bagian lain bekembang normal.

Korespondensi: Louis Ryandi,
louis.ryandi@hotmail.com
Sistem Pendengaran serta Cara untuk Menguji Pendengaran
Tinjauan Pustaka
2

Isi
Makroskopik Telinga
1

Telinga adalah bagian panca indra untuk pendengaran dan keseimbangan. Terletak di
sisi kepala. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga luar (auris externa), telinga tengah
(auris media), dan telinga dalam (auris interna).
Telinga luar atau auris externa terdiri dari daun telinga (auricula), liang telinga
(meatus acusticus externus), dan dibatasi oleh gendang telinga atau membrana tympani.
Auricula dibentuk oleh tulang rawan elastinyang melekat erat dengan kulit, tanpa lapisan
subcutis. Auricula ini berbentuk seperti cekungan dengan bagian terdalam dinamakan concha
dan pinggiran bebasnya dinamakan helix. Pada concha terdapat lubang masuk liang telinga
(meatus acusticus externus). Liang telinga ini melengkung ke depan sehingga untuk dapat
melihat gendang telinga, daun telinga perlu ditarik ke belakang (untuk meluruskan liang ini).
(lihat gambar 1).

Gambar 1. External Ear Anatomy
2

Liang telinga yang panjangnya sekitar 2-3 cm mempunyai lapisan epitel dengan bulu
halus disertai kelenjar keringat dan lemak (sebum) yang menghasilkan cerumen (wax).
Bagian laur liang telinga dibentuk oleh tulang rawan sehingga bersifat mobile, sedangkan
bagian dalam dibentuk oleh tulang tengkorak.
Sistem Pendengaran serta Cara untuk Menguji Pendengaran
Tinjauan Pustaka
3

Membrana tympani mempunyai posisi miring menghadap ke bawah. Bentuknya tidak
rata, tetapi menyerupai kerucut dengan diameter sekitar 10 mm. bagian tengahnya dinamakan
umbo merupakan kedudukan tulang pendengaran (os maleus). Membrana ini terdiri dari
bagian keras (pars tensa) yang merupakan bagian terbesar dan bagian lunak (pars flaccida) di
bagian atas. Pada keadaan normal, penyinaran pada membrana ini akan memberikan pantulan
berupa gambaran segitiga di bagian depan bawah dengan puncak pada tonjolan umbo.
Ruang telinga tengah atau auris media terdapat di sebelah dalam membrana tympani
dengan ukuran sekitar 3-6 mm. dindingnya dibatasi oleh gendang telinga (membrana
tympani) beserta tulang di sebelah atas dan bawahnya.
Ke arah depan rongga ini mempunyai saluran yang berhubungan dengan
kerongkongan (nasopharynx), yaitu melalui tuba auditivia atau tuba eustachii. Saluran ini
perlu untuk menyesuaikan tekanan di dalam ruangan itu dengan tekanan udara luar.
Penyesuaian tekanan itu dilakukan melalui gerakan menelan ludah jika seseorang merasa
telinganya tidak nyaman. Pada orang pilek, terutama pada anak-anak, saluran ini sering
tersumbat sehingga para pederita sering didapat keluhan telinga penuh. Telinga yang penuh
itu jika dibiarkan akan dapat menyebabkan infeksi dan penyakit otitis media. Akibat telinga
yang terinfeksi yang menghasilkan nanah, gendang telinga akan pecah jika nanah sudah
terlalu banyak terkumpul.
Ke belakang rongga ini berhubungan dengan rongga dalam tulang yang dinamakan
cellulae mastoidea, yaitu rongga yang berisi udara. Nanah yang banyak pada penderita otitis
media dapat juga mengalir ke sini sehingga didapati infeksi pada tulang yang dinamakan
mastoiditis.
Dinding dalam auris media berbatasan dengan tulang pembatas telinga dalam. Pada
tulang ini terlihat penonjolan akibat keberadaan bangunan untuk penerima rangsang
keseimbangan bernama canalis semicircularis. Selain itu, terdapat tempat lekat tulang
pendengaran yaitu tulang sangurdi (os stapes). Di bawahnya terdapat lubang bulat (foramen
rotundum) yang tertutup membrana mucosa yang penting untuk memelihara keseimbangan
tekanan diruang telinga dalam. Selain itu, terdapat juga penonjolan akibat rumah siput
(cochlea) penerima rangsang pendengaran di telinga dalam. Getaran suara yang diterima
membrana tympani diteruskan melalui tulang pendengaran di telinga tengah, yaitu os maleus
Sistem Pendengaran serta Cara untuk Menguji Pendengaran
Tinjauan Pustaka
4

(tukul), incus (landasan), dan stapes (sanggurdi). Selanjutnya, tulang ini meneruskan getaran
suara pada cairan endolymph dan setelah melalui reseptor pendengaran getaran dinetralkan
kembali melalui getaran membran pada foramen rotundum.
Rongga telinga dalam dibatasi sekelilingnya oleh tulang tengkorak. Di dalamnya
terdapat sistem keseimbangan (vestibular) yang terdiri dari 3 saluran setengah lingkaran
(canalis semicircularis) bersama bagian bernama sacculus dan utriculus. Selain itu, terdapat
pula organ pendengaran yang terdiri dari cochlea. Cochlea ini menyerupai rumah siput
dengan permukaan dalam yang berbentuk spiral.
Tuba auditiva (tuba eustachii) terdiri dari bagian tulang dan bagian tulang rawan (dua
pertiga depan), dengan penyempitan pada tempat peralihannya. Pada bayi dan anak kecil,
saluran ini pendek (10 mm) dan lurus, pada orang dewasa panjangnya sekitar 30-40 mmdan
melengkung. Pada posisi berbaring, tuba ini pada bayi dan anak kecil berkedudukan tegak
lurus sehingga memudahkan masuknya lendir (dan infeksi) dari sekitar hidung ke tuba ini.
Keadaan ini memudahkan terjadinya infeksi rongga telinga tengah pada bayi dan anak kecil
(otitis media acuta).(lihat gambar 2)

Gambar 2. Ear Anatomy
3


Sistem Pendengaran serta Cara untuk Menguji Pendengaran
Tinjauan Pustaka
5

Jaras Aferen Pendengaran
4

Neuron orde 1 dalam jaras pendengaran ialah neuron bipolar yang terletak dalam
ganglion spiral atau cochlearis yang tersusun berkelompok secara spiral sekitar sisi perifer
modiolus. Serabut perifer neuron bipolar ini kecil, tidak bermyelin dan tidak mempunyai
sarung sel neurolemma. Serabut ini memasuki organ corti melalui celah-celah dalam lamina
spiral tulang dan umumnya satu neuron sensorik menerima impuls dari sekelompok sel
rambut dan sebaliknya satu sel rambut berhubungan dengan lebih dari satu neuron. Serabut
sentral yang bermielin berjalan dalam saluran-saluran dalam modiolus dan keluar dari dasar
cochlea untuk memasuki canalis pendengaran dalam untuk membentuk N. Cochlearis yang
berakhir dalam nucleus cochlearis dorsal dan ventral. Tatanan tonotopis merupakan dasar
pelbagai teori penerimaan suara. Getaran stapes menimbulkan gelombang dalam perilymphe
secara scala vestibuli dan scala tympani sehingga terjadi getaran dalam lamina basilaris. Tiap
titik nada mempunyai tempat dasar sedangkan anda rendah menimbulkan getaran maksimum
di apex. Neuron orde 2 berawal di nucleus cochlearis dorsalis dan ventralis.
Neuron orde II berawal dari nucleus cochlearis dorsalis et ventralis yang terletak pada
permukaan lateral pangkal pedunculus cereberallis inferior. Nucleus yang dorsal membentuk
tuberculum acusticum yang menonjol pada bagian paling lateral ventricel quartus. Serabut
sentral neuron orde II menyilang dan tidak menyilang dan naik ke dalam batang otak sebagai
lemniscus lateralis yang berakhir di nucleus geniculatum medialis melalui colliculus inferior
dan brachium colliculi inferioris. Serabut menyilang yang berasal dari nucleus cochlearis
dorsalis berjalan dalam tegmentum posterior sebagai stria acustica dorsalis yang dari nucleus
cochlearis ventralis menyilang sebagai stria acustica intermedia di pertengahan tegmentum
atau sebagai stria acustica ventralis dalam bagian anterior tegmentum. Serabut-serabut yang
menyilang berjalan melalui corpus trapezoideum. Badan ini terletak dalam bagian bawah
pons dan selain menerima serabut dari nucleaus cochlearis juga menerima masukkan dari
nucleus olivarius superior. Nucleus terakhir ini terletak di sudut ventrolateral bagian dorsal
pons setinggi nucleus motorik N. VII. Kelompok neuron sepanjang lemniscus lateralis
masing-masing (nucleus corpus trapezoidium, lemniscus lateralis, dan coliculus inferior)
menerima serabut kolateral yang beberapa di antaranya berakhir dalam cerebellum atau
formatio lenticularis. Serabut lain menyilang ke nucleus kontralateral. Serabut-serabut refleks
berjalan menuju ke nucleus saraf ekstrinsik bulbus oculi dan nucleus motorik nervi craniales
Sistem Pendengaran serta Cara untuk Menguji Pendengaran
Tinjauan Pustaka
6

dan nervi spinales melalui tractus tectobulbaris dan tectospinalis untuk melayani refleks
gerak mata dan kepala ke arah sumber suara yang keras dan mendadak
Neuron orde III dari nucleus geniculatum medial memancar sebagai radiation acustica
dalam pars sublenticularis capsula interna, dan berakhir dalam cortex pendengaran primer
(gyri temporales transversi Hesch, area 41-42). Terdapat tatanan tonotopis dengan suara
berfrekuensi rendah di bagian anterolateral area dan yang berfrekuensi tinggi di bagian
posteromedial. Rekognisi dan interpetrasi suara atas dasar pengalaman yang lalu terjadi
dalam cortex asosiasi pendengaran (area Wernicke, area 22) di lobus temporalis media.
Serabut desenden pendengaran berjalan dari cortex pendengaran melalui nucleus
geniculatum medial, coliculus inferior, lemniscus lateralis dan nucleus olivarius superior
sampai nucleus cochlearis. Selain itu serabut eferen dari nucleus olivarius superior, tractus
olivocochlearis, berjalan sepanjang n. cochlearis kembali ke organ corti. Serabut desenden ini
memodulasi kepekaan organ pendengaran sehingga dapat melemahkan suara yang kurang
penting dan memfasilitasi suara yang penting.
Nervus Vestibulocochlealis
5

Nervus vestibulocochlearis keluar dari peralihan pons menjadi medulla oblongata dan
memasuki meatus acusticus internus bersama nervus facialis. Di sini nervus facialis VII
terpecah menjadi nervus vestibularis dan nervus cochlearis (lihat gambar 3). Serabut
vestibular yang berhubungan dengan keseimbangan, adalah akson yang berasal dari neuron
dalam ganglion vestbulare; ujung-ujung perifer memasuki macula utriculi, macula sacculi,
dan ampulla ductus semicircularis. Serabut koklear yang berhubungan dengan indera
pendengar , adalah akson yang berasal dari neuron dalam ganglion spirale; ujung perifer
memasuki organ spirale corti.
Sistem Pendengaran serta Cara untuk Menguji Pendengaran
Tinjauan Pustaka
7


Gambar 3. Nervus Vestibulocohlearis
6

Meskipun nervus vestibularis dan nervus cochlearis pada hakekatnya bersifat mandiri,
kerusakan perifer seringkali menyebabkan gangguan klinis serempak karena hubungan yang
amat erat antara kedua saraf tersebut. Karena itu, kerusakan nervus craniales VIII dapat
menyebabkan tinitus (bunyi dering atau dengung dalam telinga), vertigo (kehilangan
keseimbangan), dan gangguan atau kehilangan pendengaran. Kerusakan sentral pada nervus
craniales VIII dapat terjadi entah pada bagian koklear atau bagian vestibular.
Ada dua macam ketulian yaitu ketulian konduktif dan ketulian sensorineural. Ketulian
konduktif berhubungan dengan auris externa atau auris media (misalnya, disebabkan oleh
otitis media (peradangan auris media). Ketulian sensorineural yang disebabkan oleh penyakit
pada cochlea atau pada lintasan dari cochlea ke cerebrum. Neuroma akustik, tumor sel
schwann yang bersifat jinak dan tumbuh lambat, berawal sekeliling nervus vestibularis di
dalam meatus acusticus internus; gejala dini gangguan ini adalah kehilangan pendengaran.
Pemeriksaan Pendengaran
7

Ada beberapa test yang dilakukan untuk memeriksa ketajaman pendengaran yaitu tes berbisik
dan tes penala.
Tes Berbisik
Untuk pemeriksaan ini diperlukan ruang yang panjangnya 6 meter. Telinga yang tidak
diperiksa ditutup dengan jari penderita. Pemeriksa berdiri di sisi telinga yang akan diperiksa
dan orang yang diperiksa tidak boleh melihat ke arah pemeriksa. Dimulai dari jarak 6 meter
dibisikkan kata-kata yang dikenal penderita, terdiri dari 2 suku kata pada akhir ekspirasi.
Sistem Pendengaran serta Cara untuk Menguji Pendengaran
Tinjauan Pustaka
8

Dilakukan sebanyak 10 kata dan harus diulang oleh penderita. Apabila penderita tidak
mampu mendengar dari jarak 6 meter maka pemeriksa maju mendekati penderita.
Pendengaran normal ialah apabila pasien dapat mengulangi kata-kata itu dengan baik
dari jarak 5-6 meter. Perlu diperhatikan, supaya ruangan tidak rebut.

Tes Penala

Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala, seperti
tes Rinne, tes Weber, dan tes Schwabach.

Uji Rinne membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pendengaran pasien. Tangkai
penala yang bergetar ditempelkan pada mastoid pasien (hantaran tulang) hingga bunyi tidak
lagi terdengar; penala kemudian dipindahkan ke dekat telinga sisi yang sama (hantaran
udara). Telinga normal masih akan mendengar penala melalui hantaran udara, temuan ini
disebut Rinne positif (HU>HT). Hasil ini dapat dijelaskan sebagai hambatan yang tak
sepadan. Pasien dengan dengan gangguan pendengaran sensorineural juga akan member
Rinne positif seandainya sungguh-sungguh dapat mendengar bunyi penala, sebab gangguan
sensorineural seharusnya mempengaruhi baik hantaran udara maupun hantaran tulang
(HU>HT). Istilah Rinne negative dipakai bila pasien tidak dapat mendengar melalui hantaran
udara setelah penala tidak lagi terdengar melalui hantaran tulang (HU<HT).
Uji Weber adalah seperti mengingat kembali pengalaman yang tidak asing, yaitu
mendengarkan suara sendiri lebih keras bila satu telinga ditutup. Gagang penala yang
bergetar di tempelkan di tengah dahi dan pasien diminta melaporkan apakah suara terdengar
di telinga kiri, kanan atau keduanya. Umumnya pasien mendengar bunyi penala pada telinga
dengan konduksi tulang yang lebih baik atau dengan komponen konduktif yang lebih besar.
Jika nada terdengar pada telinga yang dilaporkan lebih buruk, maka tuli konduktif perlu
dicurigai pada telinga tersebut. Jika terdengar pada telinga yang lebih baik, maka dicurigai
tuli sensorineural pada telinga yang terganggu. Fakta bahwa pasien mengalami lateralisasi
pendengaran pada telinga dengan gangguan konduksi dan bukannya pada telinga yang lebih
baik mungkin terlihat aneh bagi pasien dan kadang-kadang juga pemeriksa. Uji Weber sangat
bermanfaat pada kasus-kasus unilateral, namun dapat meragukan bila terdapat gangguan
konduktif maupun sensorineural (campuran), atau bila hanya menggunakan penala frekuensi
Sistem Pendengaran serta Cara untuk Menguji Pendengaran
Tinjauan Pustaka
9

tunggal. Klinisi harus melakukan uji Weber bersama uji lainnya dan tidak boleh diinterpretasi
secara tersendiri.
Uji Schwabach membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksaan. Pasien
diminta melaporkan saat penala bergetar yang ditempelkan pada mastoidnya tidak lagi dapat
didengar. Pada saat itu, pemeriksaan memindahkan penala ke mastoidnya sendiri dan
menghitung berapa lama (dalam detik) ia masih dapat menangkap bunyi. Uji Schwabach
dikatakan normal bila hantaran tulang pasien dan pemeriksaan hampir sama. Uji Schwabach
memanjang atau meningkat bila hantaran tulang pasien lebih lama dibandingkan pemeriksa,
misalnya pada kasus gangguan pendengaran konduktif. Jika telinga pemeriksa masih dapat
mendengar penala setelah pasien tidak lagi mendengarnya, maka dikatakan Schwabach
memendek.
Pembahasan Kasus






Pada kasus ini, seorang laki-laki yang berusia 60 tahun mengalami gangguan
pendengaran. Hal itu terjadi karena adanya faktor usia sehingga pendengarannya berkurang.
Ketika dilakukan tes cara Rinne hasilnya positif, berarti itu menunjukkan hantaran bunyinya
masih bisa diterima melalui udara. Kemudian dilakukan cara Weber dan hasilnya positif, itu
berarti dengungan bunyi penala pada salah satu telinga lebih kuat suaranya. Lalu dilakukan
tes cara Swachbach, dan hasilnya adalah memendek, itu berarti dengungan yang diterima
masih dapat didengar oleh si pemeriksa.


Skenario 4
Seorang laki-laki, usia 60 tahun mengeluh sejak kurang lebih 3 minggu yang lalu
pendengaran telinga kiri terasa kurang jelas dibandingkan dengan telinga kanan. Kemudian
ia berobat ke Puskesmas, oleh dokter Puskesmas dilakukan test ketajaman pendengaran
telinga kiri dengan garpu penala didapatkan hasil gangguan pendengaran sebagai berikut :
Test cara Rinne : (+), cara Weber : lateralisasi (+) ke kanan, cara Swachbach : memendek.
Kemudian ia disarankan ke dokter THT untuk pemeriksaan lebih lanjut.










:

Sistem Pendengaran serta Cara untuk Menguji Pendengaran
Tinjauan Pustaka
10

Kesimpulan
Jadi, dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya ketajaman
pendengaran dapat disebabkan karena terganggunya mekanisme pedengaran itu sendiri atau
karena tergnanggunya sistem keseimbangan pendengaran dan itu dapat diketahui melalui test
ketajaman pendengaran.
Daftar Pustaka
1. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta : Grasindo;2008.h.179-181.
2. External ear anatomy. Diunduh dari : http://health-advisors.org/external-ear-anatomy/,
21 April 2014.
3. Ear anatomy. Diunduh dari : http://www.biographixmedia.com/human/ear-
anatomy.html, 21 april 2014.
4. Winami WW. Buku ajar anatomi neurosains. Jakarta : Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana;2008.h.63-4.
5. Moore KL, Agur AMR. Essential clinical anatomy.USA: Lippincott Williams &
Wilkins;2002.p.457-9.
6. Nervus vestibulocohlealis. Diunduh dari: http://meddic.jp/nervus_vestibulocochlearis,
21 april 2014.
7. Sherwood Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta. EGC: 2001. 178.

Anda mungkin juga menyukai