Anda di halaman 1dari 8

SEL TELUR / OVUM

1. Definisi Sel Telur / Ovum

Sel telur (ovum) adalah sel reproduksi (gamet) yang dihasilkan oleh ovarium
dari organisme berjenis kelamin betina. Berbeda dengan hewan (termasuk
manusia), tumbuhan betina juga menghasilkan sel telur yang terlindung oleh
bakal biji (ovulum). Pewarisan sifat (informasi genetik) dari pihak wanita, terdapat
dalam sel telur ini. Sel telur manusia tidak dapat diperbaharui. (Friskasari, 2014)

Sel telur manusia hanya dibuat sekali, yaitu pada saat masih janin (dalam
kandungan ibu). Indung telur (ovarium) tidak memproduksi sel telur. Ovarium
hanya melepaskan sel telur yang telah matang / siap dilepaskan, dan itupun dapat
dipastikan “hanya sebulan sekali”. Sel telur tersebut adalah sel telur yang
bertumbuh kembang sejak masa janin. Akibatnya, jumlah sel telur senantiasa
berkurang, sejalan dengan bertambahnya peluang kalainan pada “mainboard”
sistem informasi genetik manusia. Semakin tua seorang wanita saat hamil, akan
semakin besar pula peluang / kemungkinan terjadinya anak dengan kelainan /
kecacatan. (Friskasari, 2014)

Gambar 2.1.1 Ovum

2. Struktur Sel Telur / Ovum

Pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel


mengakibatkan bertambahnya sel-sel tubuh. Oleh karena itu, terjadilah proses
pertumbuhan pada makhluk hidup. Pembelahan sel juga berlangsung pada sel
kelamin atau sel gamet yang bertanggung jawab dalam proses perkawinan antar
individu. Setelah dewasa, sel kelenjar kelamin pada tubuh manusia membelah

1
membentuk sel-sel kelamin. Seorang laki-laki menghasilkan sperma di dalam
testis, sedangkan wanita menghasilkan sel telur atau ovum di dalam ovarium.
Ovum, selayaknya spermatozoon juga didesain khusus untuk memuat muatan
genetis berupa 23 kromosom, dan merupakan gamet dari wanita. Untuk
melindungi muatan genetis tersebut, ovum harus memiliki beberapa lapisan
pelindung, antara lain:

1) Membran Vitellin yaitu lapisan transparan di bagian dalam ovum. Membran


plasma dari sel telur disebut membran vitelline, dan memiliki fungsi yang
sama seperti pada sel lain, terutama untuk mengontrol apa yang masuk dan
keluar dari mereka.
2) Zona Pellusida yaitu lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di bagian
tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa.
Zona pelusida, lebih dikenal sebagai ‘jelly mantel’. Hal ini juga terlibat dalam
pengikatan sperma selama pembuahan dan mencegah lebih dari satu sperma
memasuki sel telur.
3) Korona Radiata yaitu merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar
oosit dan merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal. Lapisan terluar
ini terdiri dari beberapa baris sel granulosa yang mrmbiarkan telur menempel
setelah dikeluarkan dari folikel. Korona radiata menyediakan sel telur dengan
protein esensial dan bertindak seperti pembungkus gelembung,
melindunginya saat berjalan menuruni tuba falopi. (Friskasari, 2014)

Gambar 2.1.2 Struktur Ovum

Ovum merupakan gamet betina yang nantinya akan melakukan fusi


(penyatuan) dengan spermatozoon untuk membentuk zigot pada proses

2
pembuahan. Ovum pada manusia bersifat microlechital yaitu ovum dengan kuning
telur yang sedikit dan memiliki ukuran kecil dengan rata-rata berdiameter 1,5µ.
Bila dibandingkan dengan spermatozoon, ukuran ovum jauh lebih besar daripada
ukuran spermatozoon. Hal ini dikarenakan karena material isi ovum pun juga
berbeda dengan material isi spermatozoon, material ovum terdiri dari glikogen,
kuning telur dan protein yang terakumulasi dalam sitoplasma. Berbeda dengan
spermatozoon yang bergerak aktif menuju ovum, ovum bersifat non motil karena
tidak memiliki alat pergerakan seperti spermatozoon. (Friskasari, 2014)

Ovum dikelilingi oleh satu lapisan sel granulosa disebut folikel primordial.
Pada tahap ini sel telur masih belum matang dan disebut oosit primer,
membutuhkan dua divisi sel lebih sebelum dapat dibuahi oleh sperma. Setiap
oosit terbagi menjadi dua sel, sel telur besar (Oosit sekunder) dan kecil badan
kutub pertama. Pertama badan kutub mungkin atau mungkin tidak menjalani
meiosis kedua divisi dan kemudian hancur. Ovum mengalami pembelahan
meiosis kedua, dan setelah adik kromatid terpisah, ada jeda di meiosis. Jika sel
telur dibuahi, langkah terakhir dalam meiosis terjadi dan kromatid kakak di sel
telur pergi ke sel terpisah. Ketika ovarium melepaskan sel telur (ovulasi) dan jika
ovum yang dibuahi, meiosis akhir terjadi. Setengah dari kromatid saudari tetap
dalam ovum dibuahi dan Setengah lainnya dilepaskan dalam tubuh polar kedua,
yang kemudian hancur. (Hall, 2016)

3. Bentuk dan Letak Sel Telur / Ovum

Sel telur manusia, berbentuk bulat, berdiameter lebih - kurang 145 µm,
dengan jumlah kromosom 23 (haploid/n) dan mampu bergerak pasif untuk sampai
ke tuba fallopii karena adanya bantuan dari gerakan silia di bagian infundibulum
dan ampula tuba Fallopii. Tubuh manusia memiliki miliaran sel dengan berbagai
bentuk dan modifikasi yang berbeda sesuai dengan peranannya dalam
menunjang kegiatan biologi. Di dalam tubuh manusia, sel telur manusia
merupakan sel terbesar dan sekaligus dapat dilihat dengan mata telanjang
dengan ukuran sekitar 1 mm. (Anonim, 2014)

Seorang ahli Ginekologi, Dr Jacques Donnez berhasil merekam proses


pelepasan sel telur manusia yang disebut ovulasi secara detail pada saat proses

3
pembedahan seorang wanita yang berusia 45 tahun. Sang dokter tersebut
mengatakan bahwa proses ovulasi tersebut membutuhkan waktu sekitar 15 menit
(Gambar 1). (Anonim, 2014)

Gambar 1. Proses ovulasi sel telur manusia.

Sel telur terbentuk di bagian rahim (uterus) lebih tepatnya di ovarium (ovary).
Di dalam ovarium ini terdapat folikel (follicle) yang merupakan tempat
pembentukan sel telur. Di dalam Gambar 1 tersebut folikel masih berwarna
merah, namun pada saat siklus mentruasi warna folikel tersebut akan berubah
warna sesuai dengan siklus bulanan. Untuk lebih mudah memahami posisi
dimana sel telur pada wanita itu berada silahkan lihat Gambar 2.

Gambar 2. Letak ovarium pada wanita.

Di dalam gambar 2 tersebut, ovarium akan menghasilkan sel telur yang


ketika dilepaskan (Gambar 2) akan menuju ke rahim (uterus) melalui tuba falopi
(fallopian tube) yang berupa saluran untuk menunggu sel telur dibuahi oleh
sperma. (Anonim, 2014)

4
4. Fungsi Sel Telur / Ovum

Fungsi ovum adalah untuk membawa sel kromosom untuk disumbangkan


oleh perempuan dan menciptakan lingkungan yang tepat untuk memungkinkan
terjadinya pembuahan dengan sperma. Ovum juga menyediakan nutrisi bagi
embrio berkembang sampai tenggelam ke dalam rahim dan plasenta mengambil
alih. (Sridianti, 2016)

5. Mekanisme Produksi Sel Telur / Ovum.


 Oogenesis

Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di


dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur.
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit
primer.

Gambar : Oogonesis (Hall, 2016)

Saat wanita mengalami pubertas, hipofisis akan menghasilkan Follicle


Stimulating Hormone (FSH) dan oosit primer melanjutkan proses meiosis I.
Selanjutnya, sel-sel folikel memproduksi estrogen yang merangsang hipofisis
untuk menyekresikan Luteinizing Hormone (LH).LH berfungsi memacu
terjadinya ovulasi. Pada ovulasi, ovum dengan korona radiata yang
mengelilinginya berjalan perlahan – lahan melalui dinding folikel yang lemah

5
dan terkoyak – koyak sampai kepermukaan ovarium dan tersapu kedalam
saluran telur ketika ujung – ujung saluran telur yang berjumbai menyapu diatas
ovarium. Pada manusia satu ovum biasanya dilepas dari ovarium tiap 4 minggu
sekali. Dalam 1 % dari lingkaran, terjadi ovulasi berganda. Dalam tiap
lingkaran, tiga sampai tiga puluh folikel primer akan mulai masak. Mereka yang
tidak mengalami ovulasi akan menjadi atretik. (Pearc, 2013)

Sel telur yang berhasil dibuahi, akan bergerak menuju dinding rahim, dan
selanjutnya berkembang menjadi janin. Sedangkan, sel telur yang gagal
dibuahi (gagal konsepsi), akan keluar bersama luruhan endometrium, dalam
bentuk darah, dan sering disebut dengan haid atau menstruasi. Sel telur
manusia, tidak dapat diperbaharui. Sel telur manusia hanya dibuat sekali, yaitu
pada saat masih janin (dalam kandungan ibu). Indung telur (ovarium) tidak
memproduksi sel telur. Umur bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi
kualitas telur, bahkan wanita muda juga ada yang kualitas sel telurnya buruk,
akibat paparan polusi lingkungan, stress, pola makan yang buruk,
ketidakseimbangan hormon, dan operasi ovarium. Kualitas sel telur yang
buruk, tidak matang dan kecil-kecil dapat mengakibatkan masalah kesuburan,
karena sulit dibuahi oleh sperma. Implantansi setelah fertilisasi juga kurang
berhasil, dan keguguran lebih sering terjadi akibat kecacatan kromosom.

Proses oogenensis dipengaruhi oleh hormon :


- Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan sel-sel folikel.
- Hormon LH (Luteinizing Hormone) yang berfungsi merangsang terjadinya
ovulasi (yaitu proses pengeluaran sel ovum).
- Hormon estrogen yang berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder.
- Hormon progesteron yang berfungsi juga untuk menebalkan dinding
endometrium.(Friskasari, 2014)

6
6. Kelainan Pada Sel Telur / Ovum

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi
tidak ada bayi di dalam kandungan ini disebabkan kelainan kromosom dalam
proses pembuahan sel telur dan sperma. Selain blighted ovum, perut yang
membesar seperti hamil, dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor
rahim atau penyakit usus. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit
kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta
HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat
menyebabkan blighted ovum.

Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa


tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita
yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula
darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun,
menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma / ovum baik,
memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.
(Friskasari, 2014)

7
DAFTAR PUSTAKA

Ramaley, Judith A. 1988. Dasar – Dasar Histologi. Jakarta : Erlangga.

Pearc, Evelyn C. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.

Hall, John E. 2016. Guyton And Hall Textbook Of Medical Physiology, Thirteenth
Edition. USA : Elsevier Inc.

Friskasari. 2014. Sperma dan Ovum. Dapat dilihat pada : https://bidanfriskasari.com


/2014/10/22/sperma-dan-ovum/, diakses tanggal 11/09/2016.

Anonim. 2014. Bentuk Sel Telur Manusia Terekam Kamera. Dapat dilihat pada :
http://www.generasibiologi.com/2014/05/bentuk-sel-telur-manusia-
terekam-kamera.html, diakses tanggal 11/09/2016.

Sridianti. 2016. Pengertian Struktur, Fungsi Ovum. Dapat dilihat pada :


http://www.sridianti.com/ovum-pengertian-struktur-fungsi.html, diakses
tanggal 11/09/2016.

Anda mungkin juga menyukai