Anda di halaman 1dari 64

Dra. Noortiningsih, M.Biomed.

SISTEM
ENDOKRIN
Pada manusia, homeostasis diatur oleh 2
(dua) sistem kontrol yaitu :
• sistem endokrin
• sistem saraf.

Secara fungsional kedua sistem


saling berhubungan erat
• Melalui hipotalamus, berbagai pusat pengendali
menjalankan fungsi pengaturan dan koordinasi
fisiologis di dlm tubuh.
• Koordinasi sistem saraf berlangsung serentak
dg perantaraan impuls-impuls elektrokimiawi
yaitu neurotransmitter
• Koordinasi sistem endokrin bekerja dg
perantaraan zat pengatur yg diangkut melalui
peredaran darah yaitu hormon.
• Sistem saraf mengatur aktivitas organ
tubuh yg mengalami perubahan relatif
cepat, seperti :
• Pergerakan otot rangka
• Pergerakan otot polos pada
organ-organ viscera
• Sekresi kelenjar, dll.
• Sistem endokrin mengatur aktivitas organ tubuh
yg mengalami perubahan relatif lambat :
• Metabolisme
• Reproduksi
• Pertumbuhan
• Perkembangan, dll.
• Secara sistematis, sel/jaringan/organ/
kelenjar endokrin membentuk sistem
endokrin.
PETA SISTEM ENDOKRIN
PENGERTIAN
• Sistem endokrin : merupakan sekelompok
sel/jaringan/organ atau kelenjar endokrin.
• Kelenjar endokrin : kelenjar yg tdk memiliki saluran
keluar (duktus), mensekresi messenger kimia khas yg
disebut hormon, sbg jawaban thd rangsang tertentu,
sekresinya dicurahkan langsung ke sirkulasi darah,
mempengaruhi kegiatan sel/jaringan/organ target
tertentu, dan peranan kolektifnya mengatur fungsi biologi
interna suatu organisme (homeostasis)
• Hormon : messenger kimia yg dihasilkan/disekresi oleh
kelenjar/organ endokrin atau sel-sel neurosekretori
khusus, sbg jawaban thd rangsang tertentu, dicurahkan
langsung ke sirkulasi darah, dan mempengaruhi
kegiatan sel/jaringan/organ target tertentu.
Pengaruh Hormon
• Spesifik
• Organ sasaran biasanya letaknya jauh dari
sumber hormonnya
• Dpt mempengaruhi kegiatan pd lebih dari satu
organ target
• Merupakan molekul yg sangat kuat  dlm
jumlah yg sangat kecil memiliki pengaruh sangat
besar & sangat efektif
• Pengaruhnya dpt berupa eksitasi atau inhibisi
• Efeknya dpt terjadi dlm beberapa detik, hari,
minggu, bulan, tahun
Ciri-ciri Hormon
• Disekresi langsung ke dlm darah dlm
jumlah sangat kecil
• Diangkut oleh darah menuju sel/jaringan/
organ target
• Mengadakan interaksi dg reseptor khusus
di sel target
• Mengaktifkan enzim atau pembentukan
enzim khusus
Faktor yg mempengaruhi sekresi
hormon
• Faktor saraf  misal kelenjar medulla
adrenal, hipofisis
• Faktor zat kimia  substansi kimia yg ada
didlm darah :
»Berupa hormon (misal TSH,
ACTH, LH, dll.)
»Berupa substansi kimia bukan
hormon (misal glukosa darah,
kadar Ca darah)
Penggolongan Hormon
1. Berdasarkan struktur kimia : polipeptida,
steroid, dan amin
2. Berdasarkan fungsi : hormon efektor,
hormon trofik, dan ‘releasing/inhibiting
hormon yg dilepaskan oleh sel-sel di
hipotalamus.
Berdasarkan struktur kimia :
• Polipeptida : ACTH, TSH, FSH, LH, LTH,
GH, ADH, Oksitosin, Insulin.

• Steroid : Aldosteron, Kortisol, Testosteron,


Estrogen, Progesteron.

• Amina : Asetilkholin, Tiroksin,


Triiodotironin, Epinefrin, Norepinefrin
Berdasarkan fungsi :
• Hormon efektor : bekerja langsung pd
organ target (T3, T4, GH, Estrogen, dll.).
• Hormon tropic : mengontrol sintesis dan
sekresi hormon efektor (TSH, ACTH, LH).
• Releasing hormon/ inhibiting hormon
(dilepaskan oleh sel-sel/nukleus di
hipotalamus) : mengontrol sintesis dan
sekresi hormon di hipofisis (TRH, GHRH,
GHIH, CRH, dll.).
Contoh :
Releasing hormone

Hormon tropic

Hormon efektor
Kelenjar Hipofisis
• Disebut juga ‘Pituitary gland’
• Mensekresi bermacam-macam hormon yg
mengatur bermacam kegiatan di dlm tubuh.
• Disebut juga sbg ‘Master gland’.
• Bentuk bulat, ukuran kecil, Ø 1,3 cm.
• Atas dasar struktur & fungsi, dibagi menjadi
lobus anterior & lobus posterior. Kedua lobus
dihubungkan/berhubungan dg hipotalamus.
• Di antara kedua lobus terdpt suatu daerah yg
relatif tdk ada pembuluh darah, yaitu pars
intermedia (lobus intermedius)
• Lobus anterior
 Adenohipofisis
• Lobus intermedius
• Lobus posterior  Neurohipofisis
• Lobus anterior + 75 % berat keseluruhan
hipofisis, berasal dari ectoderm, dan merupakan
invaginasi epitelium. Oleh krn itu lobus anterior
mengandung banyak sekali sel kelenjar. Banyak
pembuluh darah yg menghubungkan lobus
anterior dg hipotalamus.
• Lobus posterior juga berasal dari ectoderm,
tetapi mrpk pertumbuhan keluar dari
hipotalamus, oleh karena itu lobus posterior
mengandung banyak akhiran akson yg badan
selnya terletak di hipotalamus.
Lobus posterior = Neurohipofisis
• Sebetulnya bukan mrpk kelenjar endokrin yg murni, krn tdk
mensintesis hormon.
• T.a.sel-sel yg menyerupai neuroglia yg disebut pituicyt, dan
akhiran-akhiran akson yg badan selnya terletak di suatu
sel/nukleus hipotalamus.
• Krn dpt mensekresi hormon, neuron-neuron ini disebut sel-sel
neurosekretori.
• Akson yg keluar dari badan sel yg terletak di hipotalamus,
membentuk suatu traktus yg disebut traktus hipotalamik-
hipofiseal (Hypothalamic-hypophyseal tract), berakhir pd
suatu kapiler di hipofisis posterior, mensekresi hormon ADH
(Antidiuretic hormone) dan Oksitosin (OT).
• Ke-2 hormon ini disintesis di dlm badan sel neuron/nukleus di
hipotalamus, yaitu di Nukleus Supraoptikus (NSO) &
Nukleus Paraventrikuler (NPV).
• ADH disintesis oleh NSO, Oksitosin oleh NPV.
• ADH dan OT yg disintesis oleh nukleus-nukleus
di hipotalamus tsb, diangkut sepanjang akson
neuron tsb ke lobus posterior, oleh sistem karier
yg disebut neurofisin, disimpan di akhiran akson
untuk disekresikan.
• Perangsangan NSO dan NPV menimbulkan
potensial aksi, selanjutnya menyebabkan
eksositosis ADH atau OT ke dalam darah.
NPV dan NSO
ADH
• Efek utama ADH ialah retensi air oleh ginjal.
• ADH meningkatkan permeabilitas duktus koligens (duktus
collecting) ginjal shg meningkatkan resorbsi air pd duktus tsb.
• ADH menurunkan aliran darah di medulla ginjal hingga dpt
dikatakan membantu mempertahankan osmolalitas (tekanan
osmotik) tinggi di medulla ginjal.
• Dosis tinggi ADH dpt meningkatkan tekanan darah arteri dg jalan
mengecilkan diameter pembuluh darah (vasokonstriksi). Oleh
karena itu ADH disebut juga vasopressin.
• Jika ADH tdk disekresikan/kurang, jumlah air yg diekskresikan
melalui ginjal dapat mencapai 5-10 kali normal. Akibatnya CES
menjadi lebih pekat (hipertonik).
• Sebaliknya jika sekresi ADH berlebihan, resorbsi air di duktus
koligens meningkat, air yg diekskresikan hanya sedikit, yaitu kurang
lebih 400-500 mL, atau 1/3 kali jumlah normal, akibatnya air banyak
tertimbun di CES sehingga CES menjadi lebih encer (hipotonik).
Sekresi ADH dikendalikan oleh 2 faktor :

• Faktor tek.osmotik efektif plasma darah melalui


osmoreseptor di hipotalamus. Peningkatan tek.osmotik
> 290 mOsm/kg akan merangsang sekresi ADH,
penurunan tek. osmotik menghambat sekresi ADH.
Perubahan osmolalitas 1 % saja dapat menimbulkan
perubahan sekresi ADH yg bermakna, shg osmolalitas
plasma dpt selalu dipertahankan di sekitar nilai normal.
• Faktor volume CES melalui reseptor yg peka thd
perubahan volume CES di sistem pembuluh darah
bertekanan rendah & tinggi/volumreseptor. Penurunan
volume CES meningkatkan sekresi ADH, peningkatan
volume CES menurunkan sekresi ADH. Efek
penurunan volume CES melebihi efek peningkatan
osmolalitas. Hipovolemia akan meningkatkan sekresi
ADH sekalipun plasma bersifat hipotonik.
Gangguan
• Defisiensi ADH mengakibatkan gejala Diabetes
Insifidus (DI)
• Poliuria (ekskresi kemih encer dg volume besar)
• Polidipsia ; jika tdk polidipsia akan terjadi
dehidrasi fatal
• DI dapat terjadi akibat kerusakan di NSO, traktus
hipotalamohipofiseal, atau di lobus posterior.
• Kelebihan ADH
• Retensi air oleh ginjal, timbul intoksikasi air
• Hiponatremia
• Sindroma hipersekresi ADH yg tdk wajar a.l. krn
adanya sel neoplasma di paru yg mensekresi
ADH.
OT
• OT merangsang otot polos yg terdpt di uterus
(miometrium), merangsang sel-sel epitelium saluran-
saluran pd kelenjar susu (duktus laktiferus).
• OT akan banyak disekresi bbrp saat menjelang kelahiran
• Regangan/dilatasi servik uteri merupakan refleks
regang, menimbulkan impuls yg akan dihantarkan ke
NPV shg NPV terangsang & terjadi sekresi OT.
• OT menimbulkan kontraksi miometrium uterus pd saat
persalinan.
• Kerja OT berkaitan dg estrogen & progesteron.
• Estrogen meningkatkan kepekaan miometrium thd OT,
sedangkan progesteron sebaliknya.
• OT menimbulkan kontraksi sel-sel mioepitelium duktus
laktiferus hingga menyebabkan ejeksi air susu melalui
sinus-sinus dan papilla mammae.
• Refleks ejeksi air susu mrpk refleks neuroendokrin,
melalui reseptor raba terutama yg terdpt di sekitar papilla
mammae.
• Perangsangan reseptor raba yg berupa isapan mulut
bayi, menimbulkan impuls yg dihantarkan ke NPV,
menyebabkan penglepasan OT ke sirkulasi, diangkut ke
kelenjar mammae, timbul ejeksi air susu.
• Sekresi OT akan meningkat oleh rangsang stress, dan
dihambat oleh alkohol.
Gangguan Hipofisis
• Insufiensi hipofisis (Panhipopituitarism) :
• Kerusakan hipofisis dpt diramalkan akibatnya, sesuai
penurunan fungsi hormon-hormon yg disekresikannya.
– Defisiensi ACTH menimbulkan atropi dan penurunan
sekresi hormon korteks adrenal, warna kulit pucat
(defisiensi keaktifan ACTH dan MSH)
– Defisiensi gonadotropin menimbulkan atropi dan
penurunan sekresi hormon-hormon gonad
– Defisiensi TSH menimbulkan atropi dan penurunan sekresi
hormon-hormon tiroid
– Defisiensi GH menimbulkan terhambatnya pertumbuhan
pada anak-anak dan kehilangan protein pada dewasa
– Defisiensi ADH menimbulkan DI, dst .............
• Insufisiensi partial adenohipofisis :
• Kehilangan/kerusakan jaringan hipofisis secara
berangsur-angsur ;
– Mula-mula menyebabkan gangguan sekresi GH
– Jika 70-90 % jaringan rusak gonadotropin menurun
– Kerusakan jaringan 90-95 % diikuti gangguan fungsi
tiroid
– Kerusakan jaringan hampir 100 %, gangguan fungsi
adrenal baru tampak
– Jika gangguan terjadi di hipotalamus, biasanya timbul
defisiensi hormon tropik tunggal (TSH atau
gonadotropin saja)
• Hiperfungsi adenohipofisis :
• Gejala yang timbul bergantung pada
kelebihan hormon yang disekresi.
– Kelebihan GH : akromegali,
gigantisme
– Kelebihan ACTH : sindroma Cushing
– Kelebihan TSH : Hipertiroidisme
Acromegaly &
cretinisme
Cushings syndrome
GH
– Memiliki variasi struktur yg luas antar spesies
– Contoh ; GH kera rhesus, BM 25.400 dg 4 jembatan
disulfida
– GH manusia, BM 25.500 dg 2 jembatan disulfida.
– strukturnya mirip prolaktin & hCS,  aktivitas laktogenik
– Kadar basal dlm plasma < 3 ng/mL, dimetabolisme di hati
dg cepat, waktu paruh 20-30 menit
– Pengaruh utama pd pertumbuhan jaringan,  proliferasi
tulang rawan & pertumbuhan tulang
– memperbanyak sel melalui organ hati yg memproduksi
somatomedin (GHhatiproduksi somatomedin
perbanyakan sel  pertumbuhan).
Efek GH :
• 1. Terhadap pertumbuhan tulang
• 2. Terhadap metabolisme
• Metabolisme protein dan elektrolit
• Metabolisme karbohidrat
• Metabolisme lemak
Jika diringkas efek GH sbb :
• Efek scr tdk langsung mel. somatomedin :
– Meningkatkan pertumbuhan tulang
– Meningkatkan sintesis protein
• Efek secara langsung :
– Meningkatkan lipolisis  mobilisasi lemak
– Diabetogenik, glukoneogenesis
– Meningkatkan transport asam amino ke dlm
sel, retensi N,P,K, dan Na
– Menghambat glikogenolisis
Pengaturan sekresi GH :
• Dikontrol melalui hipotalamus ; melalui GRH dan
GIH
• Rangsang yg meningkatkan sekresi GH ;
– Keadaan kekurangan substrat pembentuk energi
– Peningkatan as.amino tertentu dlm darah
(arginin)
– Rangsang stress (psikologis)
• Rangsang yang menurunkan ;
– GH melalui mekanisme feedback
– Glukosa & asam lemak bebas
Pertumbuhan/growth/tumbuh besar,
dipengaruhi oleh :
– Faktor eksternal ; susunan & jumlah makanan
– Faktor internal ; Kondisi tubuh/kesehatan
– Faktor genetik
– Faktor hormonal ; GH/somatomedin,
Androgen, Estrogen, Glukokortikoid, Insulin
Hubungan hormon tiroid, GH, dan androgen pada
berbagai usia selama pertumbuhan linear tubuh :

Tiroid

GH

Androgen

Usia (th) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Penjelasan :

• Hormon tiroid janin sudah berperan mulai dari


kehidupan janin
• Pertumbuhan janin tidak dipengaruhi GH fetus,
peran GH baru terlihat setelah lahir
• Androgen menimbulkan percepatan
pertumbuhan (growth spurt) pada saat pubertas
(efek anabolik protein)
• Androgen menghentikan pertumbuhan (menutup
epifisis tulang) pada usia dewasa
• Estrogen memiliki efek ganda ;
– Dosis rendah merngsng pertumbuhan (dengan
merangsang sekresi GH)
– Dosis tinggi menghambat pertumbuhan (dengan
menghambat pembentukan somatomedin)
– Sering digunakan untuk pengobatan akromegali pada
anak-anak wanita
• Glukokortikoid (kortisol), merupakan inhibitor kuat
pertumbuhan melalui efek langsung terhadap sel
• Insulin memiliki efek anabolik protein
1. Defisiensi GH ; gangguan dapat di tingkat hipofisis atau hipotalamus
– pada anak-anak ; gejala dwarfisme (perawakan pendek).
Dwarfisme juga dapat terjadi akibat defisiensi somatomedin atau
faktor pertumbuhan lain, atau defisiensi hormon tiroid
(kretinisme)
– pada orang dewasa menimbulkan kehilangan protein
• Kelebihan GH ; biasanya adanya tumor sel somatotrop/sel asidofil
(sel di hipofisis yang mensekresi GH) ;
• Ada anak-anak menimbulkan gigantisme
• Pada orang dewasa menyebabkan akromegali
• Ada gejala gangguan metabolisme karbohidrat seperti DM
(menimpa + 25 % penderita)
• Laktasi tanpa adanya kehamilan (pada + 4 % penderita)
Kelenjar TIROID
• T.a. 2 lobus, kiri & kanan dihubungkan oleh isthmus di
depan laring.
• Mendapat vaskularisasi dg baik, mrpk salah satu organ
dg kecepatan aliran darah tertinggi pd tiap gram jaringan
dibandingkan dg organ lainnya.
• Terbentuk dari sejumlah asinus atau folikel-folikel. Tiap
folikel berbentuk sferis, berisi koloid.
• Koloid terdiri atas molekul-molekul tiroglobulin dengan
gugusan tirosin, membentuk DIT, MIT, T4 dan T3.
• Pd kelenjar yg aktif, folikel tampak kecil, sel dinding
folikel menjadi tinggi, kuboid/kolumnar, koloid menyusut,
pinggirnya memperlihatkan lekukan (reabsorption
lacunae).
• Pada kelenjar yang tidak aktif, folikel tampak besar, sel
dinding tampak gepeng, isi koloidnya penuh.
• Bahan baku sintesis hormon tiroid  Iodium dari
makanan.
• Kelenjar tiroid menghasilkan :
– Tetraiodotironin (T4)
– Triiodotironin (T3)
• T3 lebih aktif daripada T4
• Berperan memelihara tingkat metabolisme jaringan agar
bekerja optimal
• Menstimulasi/merangsang konsumsi O2 pada sebagian
besar sel tubuh
• Membantu mengatur metabolisme lemak dan
karbohidrat
• Diperlukan dlm pertumbuhan dan
perkembangan normal
• Fungsi tiroid dikontrol melalui TSH
• Sekresi TSH dikontrol melalui mekanisme
feedback
• Melalui mekanisme ini, perubahan-perubahan
lingkungan internal maupun eksternal akan
selalu mempengaruhi kecepatan sekresi tiroid
Gangguan
1. Hipertiroid (Tirotoksikosis)
Gejala :
– Nervous, kehilangan berat badan, hiperfagia
– toleransi terhadap panas hilang
– tekanan darah meningkat
– tremor pada jari-jari tangan
– suhu tubuh relatif panas
Penyebab :
– Tumor jinak sampai ganas, dan tumor adenohipofisis yang
mensekresi TSH
– Penyakit Graves/exophthalmic goiter : kelenjar tiroid
membesar dan hyperplasia, terjadi penonjolan bola mata
yg disebut exophthalmos
– Pd penderita Graves di dlm darahnya ditemukan antibody
thd reseptor TSH yg disebut TSI (Thyroid stimulating
immunoglobulin)  merangsang kelenjar tiroid shg kadar
T4 & T3 plasma meningkat  akibatnya TSH dihambat
– Exophthalmos (penonjolan bola mata) disebabkan oleh
antibody thd reseptor TSH yg bekerja thd jaringan di
belakang bola mata, menimbulkan pembengkakan
jaringan sehingga mendorong bola mata ke depan.
Sindroma ini disebut tirotoksikosis T3
2. Hipotiroid :
– Pada orang dewasa menimbulkan myxedema,
penurunan taraf metabolisme, penurunan toleransi
terhadap suhu dingin (mudah kedinginan), daya ingat
sangat berkurang (sering lupa), dan gejala mental
yang berat
– Pada anak-anak menimbulkan cretinisme. Penderita
hipotiroid sejak lahir disebut cretins.
– Gejala : dwarfisme, retardasi mental, terjadi
penonjolam lidah dan perut
Kelenjar adrenal/suprarenal
• Kelenjar adrenal terdiri atas 2 organ
endokrin yg memiliki fungsi, struktur, dan
asal embrional yg jelas berbeda.
• Bagian dalam kelenjar yg disebut medulla
adrenal berasal dari jaringan saraf, dan
bagian luar kelenjar yaitu korteks adrenal
berasal dari jaringan mesoderm.
Korteks adrenal :
• Sel-sel jaringan korteks adrenal dapat dikelompokkan
dalam 3 zona, dari luar ke dalam :
• Zona glomerulosa : mensekresi mineralokortikoid
terutama aldosteron yg berperan mempertahankan
keseimbangan elektrolit spt Na & K, & keseimbangan air
• Zona fasciculata : bersama-sama dg zona retikularis
mensekresi glukokortikoid terutama kortisol yg perannya
berkaitan dg pengaturan metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak. Dalam 2 zona ini juga disekresi
estrogen dalam jumlah sedikit.
• Zona retikularis
Glukokortikoid : kortisol & kortikosteron

• Efek fisiologis :
– Thd metabolisme karbohidrat dan protein, dan
dg derajat yg lebih rendah juga thd
metabolisme lemak
– Untuk daya tahan thd stress, kortisol mutlak
diperlukan/esensial
– Dlm jumlah besar ; efek imunosupresif, anti-
inflamasi, dan anti alergi, yg merupakan efek
terapeutik berharga dalam berbagai kondisi
klinis tertentu.
• Efek metabolik :
– Metabolisme karbohidrat ; glukoneogenesis
– Metabolisme protein ; menghambat uptake asam
amino dan sintesis protein di jaringan ekstrahepatik
tetapi merangsang proses-proses tersebut di hati,
sedangkan efek katabolik protein yang kuat di
jaringan perifer seperti otot, kulit, dan tulang,
menyebabkan jumlah asam amino plasma meningkat,
diangkut ke hati,  glukoneogenesis
– Metabolisme lemak ; meningkatkan mobilisasi asam
lemak akibat lipolisis di jaringan lemak, serta
meningkatkan lipogenesis,  timbul obesitas
• Efek farmakologik :
– Kerja anti-inflamasi
– imunosupresif
– anti alergi
• Meneralokortikoid  aldosteron
– Mengatur metabolisme mineral & elektrolit

• Steroid seks korteks adrenal


– Memberikan efek maskulinisasi &
feminisasi
Medulla adrenal :
• Sel-sel medulla adrenal merupakan sel-sel neuron
simpatis postganglionic yg telah kehilangan aksonnya,
dan dikenal sbg sel kromafin. Disebut sel kromafin krn
sel tsb dg cepat berwarna jika diwarnai dg zat warna yg
mengandung iodium.
• Hormon yg disekresi ialah adrenalin dan noradrenalin
(Golongan katekolamin), memiliki pengaruh sbb :
– Dalam keadaan gawat, darurat, bahaya, ketakutan, cemas, dll
– Memiliki pengaruh kuat dalam pengubahan glikogen menjadi
glukosa pada otot rangka dan otot jantung
– Meningkatkan kuat kontraksi dan frekuensi denyut jantung
Sistem-sistem yg memberikan respon thd
adrenalin dan/atau noradrenalin ialah, sbb
• Sistem kardiovaskuler
• Sistem respirasi : bronkhodilatasi
• Sistem pencernaan : penurunan tonus, inhibisi
peristaltic, kontraksi sfingter
• Sistem saraf pusat : merangsang RAS (Reticular
activating system)
• Metabolisme karbohidrat : hiperglikemia, (glikogenolisis
di hati), menghambat sekresi insulin
• Metabolisme lemak : merangsang lipolisis di jaringan
lemak dan otot, meningkatkan asam lemak bebas di
darah, kalorigenik, meningkatkan BMR
• Di mata menimbulkan dilatasi pupil
Kelenjar Pankreas
• Kelenjar pancreas merupakan kelenjar dg 2 fungsi, yaitu
fungsi eksokrin dan fungsi endokrin.
• Fungsi eksokrin, mensintesis enzim-enzim pencernaan.
• Fungsi endokrin, mensintesis hormon-hormon
polipeptida.
• Sel-sel pancreas yg mensintesis hormon merupakan
kelompok-kelompok sel yg dikenal sbg pulau-pulau
Langerhans, merupakan 1-2 % berat pancreas.
• Pada manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau
Langerhans.
Terdpt 4 jenis sel di pulau-pulau Langerhans yg
dpt dibedakan berdasarkan morfologi dan sifat
pewarnaannya, yaitu :

• Sel α mensekresi hormon glukagon : berperan


dlm metabolisme KH, protein dan lemak.
• Sel β mensekresi insulin : berperan dlm
metabolisme KH, protein dan lemak.
• Sel δ mensekresi somatostatin : berperan dlm
mengatur sekresi sel-sel di pulau-pulau
Langerhans
• Sel F mensekresi polipeptida pancreas : fungsi
belum diketahui
– Insulin bersifat anabolic : meningkatkan cadangan
glukosa, asam lemak dan asam-asam amino
– Glukagon bersifat katabolic : memobilisasi glukosa, asam-
asam lemak dan asam-asam amino dari cadangannya ke
dalam sirkulasi darah
– Kelebihan insulin : hipoglikemia dg tanda-tanda konvulsif
dan koma
– Kekurangan insulin : DM
– Kekurangan glukagon : hipoglikemia
– Kelebihan glukagon : DM makin berat
– Kelebihan somatostatin : hiperglikemia dan manifestasi
DM lainnya
Hormon pengendali
metabolisme Ca

• Parathyroid Hormone (PTH)


• Calsitonin (CT)
• 1,25-(OH)2Cholecalciferol (DHC)
• PTH disekresi oleh kelenjar paratiroid, berperan
memobilisasi Ca2+ dari tulang, meningkatkan resorbsi
Ca2+ di ginjal, dan meningkatkan ekskresi P melalui urin.
• CT disekresi oleh sel-sel parafolikuler, berperan
menurunkan kadar Ca2+ darah dg jalan menghambat
resorbsi tulang, dan meningkatkan pengeluaran Ca2+
melalui urin.
• DHC suatu hormon steroid, dibentuk dari vitamin D dg
jalan hidroksilasi di dalam hati dan ginjal. Berperan
meningkatkan absorbsi Ca2+ di usus dan tulang.
Ketiga hormon secara bersama-sama
menjaga dan mengatur agar kadar Ca di
dalam cairan tubuh relatif konstan
(homeostasis Ca)
Kelenjar Paratiroid
• Pada manusia terdpt 4 kelenjar paratiroid, 2 menempel
pada ujung superior tiroid dan 2 pada ujung inferior.
• Meskipun demikian lokasi maupun jumlahnya cukup
bervariasi.
• Tiap kelenjar kaya dg vaskularisasi, ukurannya kira-kira
3x6x2 mm, mengandung 2 tipe sel.
• Sel terbanyak ialah sel ‘Chief’ mengandung sitoplasma
bening, mensekresi PTH.
• Sel dg jumlah lebih sedikit tetapi dg ukuran lebih besar
ialah sel ‘oxyphil’ mengandung granula-granula oksifil di
dalam sitoplasmanya, dan sejumlah besar mitokondria.
Fungsi sel ini belum diketahui dg jelas.

Anda mungkin juga menyukai