Anda di halaman 1dari 35

 FESES 

Diana intan gabriella lusiana


Tujuan pembelajaran

 Menjelaskan cara pengambilan sample feses


 Menjelaskan indikasi pemeriksaan feses

 Menjelaskan macam2 pemeriksaan laboratorium


feses
REFERENSI

o Gandasoebrata R. 2001. Penuntun Laboratorium


Klinik. Jakarta. Dian Rakya

o Rachmawati B. Feses. Diktat Kuliah PK. Bagian


Patologi Klinik FK UNDIP.
Orang dewasa  terdiri dari :

1. Air (70%)
2. Sisa makanan yg tdk dapat dicerna
3. Pigmen dan garam empedu
4. Sekresi intestinal termasuk mukus
5. Lekosit yang migrasi dari aliran darah
6. Epitel
7. Bakteri
8. Material anorganik terutama kalsium dan fosfat
9. Makanan yg tdk tercerna (dalam jumlah yg sangat kecil)
10. Gas
 Jenis sampel
Sampel feses berupa
- Feses sewaktu
- Feses 24 jam
 volume: 300 - 400 gram / hari

 Cara memperoleh sampel


1. Spontan ( dapat menggunakan pencahar)
2. Rectal toucher
3. Rectal swab dengan cotton wool (terutama pd
bayi)
Syarat Pengambilan

1. Tempat kering, bersih, bebas urin  segera dikirim


ke laboratorium :
 Feses yang masih hangat  pemeriksaan telur
dan parasit
 Feses yang disimpan dalam almari es  dibiarkan
dulu pada temperatur ruang  diperiksa
 Tidak boleh disimpan pada inkubator
2. Sampel terbaik adalah yang fres (baru)
3. Pengumpulan dilakukan sebelum terapi antibiotika
dan seawal mungkin saat sakit
4. Jumlah sampel  sebesar ibu jari  + mukus, darah
yg ada
5. Feses di kloset / terkontaminasi barium / produk x-
ray  tidak boleh
6. Beri label identitas  nama, tanggal, alamat, jenis
pemeriksaan
Penundaan Pemeriksaan :
1. Feses dimasukkan almari es
2. Diberi formalin
3. Diberi nitrogen
Persiapan penderita

1. Terangkan cara penampungan & macam pemeriksaan


2. Penderita defekasi pd penampung feses bermulut
lebar
3. Jangan tercampur kencing

4. Jangan diletakkan di kertas toilet


INDIKASI
PEMERIKSAAN

 Sembelit
 Darah lendir
 Problem makanan
 Diare
GANGGUAN
GASTROINTESTINAL

Penyebab:

Kuman : Salmonella, Shigella, dsb

Bukan kuman : Ulcus Peptikum,


Carsinoma, infestasi, steatorrhoe ( tinja dg
komposisi lemak yg tinggi)
FREKUENSI

 Normal
 Abnormal terdapat pada:
- Surgical resection
- Fistel/ sunt pada usus
- Diare: frekuensi defekasi >4x / hr &
cair
DIARE
1. Cair
a. Diare sekretorik
 Infeksi  stafilococcus, shigella, salmonella, protozoa, E. coli,
clostridium, kolera
 Mukosa luka
 Vagotomi
 Hipertiroid
b. Diare osomotik
 Operasi traktus gastrointestinal, parasit, obat, efek pada
mukosa, defisiensi imunoglobulin dan sebagainya
c. Hipermotilitas
 Post vagotomi
 Kelainan fungsi gastrointestinal
 Hipokalemia
 Hipertiroid
2. Steatorrhoe
a. Mal digesti  pancreas insufisiensi
b. Mal absorbsi  tropical sprue

3. Diare sedikit-sedikit
 rectum dan kolon yang iritabel.
ALUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pd DIARE
AKUT

1. Diare akut karena makanan (masal)


 Disertai demam/panas  pemeriksaan kultur :

- hasil (+)  diobati sesuai kuman


- hasil (-), kondisi penderita makin berat 
pemeriksaan mikroskopik tinja utk melihat jml
lekosit

 Tidak disertai demam  kemungkinan penyebab 


stafilococus atau clostridium dalam makanan.
2. Diare akut perorangan  pemeriksaan mikroskopik
feses:
 dijumpai banyak lekosit  dilakukan kultur
 tdk dijumpai lekosit /dbn  kemungkinan krn virus

3. Diare menetap 1 mggu  diperiksa parasit :


 hasil (+)  diobati sesuai jenis parasit
(Entamobae histolitika / G. lamdia / dll)
 hasil (-)  dilakukan kultur.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Makroskopis
 Warna, darah, lendir, konsistensi, bau, pH, sisa
makanan
2. Mikroskopis
 Epitel, eritrosit, lekosit, kristal, lemak, makrofag,
sisa makanan
3. Kimiawi
 Karbohidrat, Protein, Lemak, Darah samar,
benzidin test, Urobilinogen
4. Bakteriologi ( mikrobiologi)
MAKROSKOPIS
1. Warna
 Normal  kuning muda
 Abnormal  keadaan patologis:
• Kuning hijau  diare berat.

• Hitam  perdarahan TGI atas.

• Dempul  penurunan pigmen empedu


& obstruksi saluran empedu.
• Merah  perdarahan traktus GI bagian
bawah
DARAH

a. Darah segar
 Darah segar  kelainan di sebelah distal lambung
 Dijumpai pada:
- Hemoroid
 menetes, dipermukaan, rasa tdk enak pd anus
- Ca colon
 lokasi di proksimal  darah bercampur feses
 lokasi di distal  darah tdk tercampur feses
- Disentri amoeba
 volume feses sedikit, frekuensi defekasi sering,
darah&lendir, rasa mules yg hebat
Darah tidak segar
b. Darah tidak segar

 Darah tidak segar  kelainan di sebelah


proksimal lambung

 Dijumpai pada:
- Varises oesopaghus, ulcus peptikum,
karsinoma TGI, radang.
3. Lendir
Lendir pd feses dikeluarkan o/ kolon krn rangsangan saraf
parasimpatis

a. Lendir kental pd permukaan feses


 Dijumpai pada  Konstipasi spastik, kolitis, emosi

b. Lendir dan darah pd permukaan feses


 Dijumpai pada  Neoplasma, Iritasi pada rektum.

c. Lendir disertai dgn nanah dan darah


 Dijumpai pada  kolitis ulseratif, disentri basiler, ca kolon
dgn ulserasi, divertikulitis akut, TBC usus  sangat
jarang.
4. Konsistensi

 Keadaan normal  ukuran & konsistensi feses


 menggambarkan keadaan lumen &
motilitas kolon  berbeda pd masing-2 orang
 dipengaruhi oleh kebiasaan
Keadaan yg menyebabkan perubahan
konsistensi

 Diare dgn lendir&darah


Amobiasis, thyphoid,thypus abdominalis, kolera
 Diare dgn lendir&nanah
Kolitis ulseratif, enteritis, salmonellosis,
shigellosis
 Seperti adonan tepung  lemak yg berlebihan
 Keras
 absorbsi cairan yg berlebihan, intake cairan yg
tdk adekuat, atau krn defekasi ditahan
5. Bau, pH, sisa makanan

 Bau khas  dipengaruhi oleh pH feses  pH normal


feses adalah netral ~ sedikit basa.

 pH dipengaruhi oleh fermentasi bakteri usus dan


proses pembusukan  dihasilkan indol, skatol 
sebabkan bau pada feses.

 Makananmengandung karbohidrat  pH menjadi


asam  feses berbau asam
 Makanan mengandung protein  pH mjd basa 
bau yg lebih tajam

 Makanan mengandung lemak  bau tengik

makanan  makroskopis : sisa serat atau


 Sisa
sayur yg tdk tercerna
MIKROSKOPIS
1. Epitel
 Normal Epitel dari dinding usus sebelah distal
   perangsangan dan peradangan dinding usus

2. Eritrosit
 Normal  eritrosit (-) dalam feses
 Abnormal/(+)  ada lesi pada kolon, rektum atau anus

3.Makrofag
 Normal  makrofag (-)
 Ciri: sel besar, dalam sitoplasmanya sering dijumpai sel
lain seperti lekosit.
4. Lekosit

 Normal  beberapa sel lekosit.


 Jumlah lekosit sangat meningkat pada:
- Kolitis ulseratif kronik
- Disentri basiler kronik
- Abses yang terlokalisir
- Fistula pada sigmoid, rectum atau anus
 Jumlah lekosit meningkat dan berbentuk polinuklear:
- Shigellosis
- Salmonellosis
- Diare oleh karena E coli infasif
- Kolitis ulseratif
 Jumlah lekosit meningkat &berbentuk
mononuklear:
- Tiphoid

 Diare tanpa kenaikan lekosit:


- Cholera, non spesifik, virus, E coli yg tidak invasif
- Parasit: Giardia lamdia, toksigenik: clostridium,
stafillococcus
5. Kristal

 tdk mempunyai arti penting, kecuali charcot leyden


dan hematoidin

 Macam :
- Triple fosfat, Kalsium oksalat , asam lemak
- Hematoidin  pada perdarahan
- charcot-leyden  pada penderita eosinofilia
6. Sel ragi

7. Sisa makanan:
 hampir selalu ditemukan  dari daun (sayur) dan
dari hewan seperti serat otot
KIMIAWI

1. Karbohidrat
 larutan lugol  tampak butiran biru
2. Lemak
 larutan sudan III  tampak butiran jingga
3. Protein
 larutan asam asetat 30%  tampak butiran
kuning muda
4. Darah samar
 Cara pemeriksaan :
- hematest, occultest (orthotoluidine)
 sensivitasnya 1-10x lbh baik drpd cara benzidine
- bezidine test
sensifitasnya 10-1000x lebih baik drpd cara
guaiac test
- guaiac test
paling tidak sensitif
5. Urobilinogen
  peningkatan bilirubin  penderita anemia
hemolitik.

  kelainan hepar  bilirubin pada usus turun 


turunnya urobilinogen di feses

  terjadi obstruksi  urobilinogen sangat rendah

  terapi antibiotika peroral  mematikan flora


usus  metabolisme bilirubin
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai