Anda di halaman 1dari 44

Disentri Amoeba

SKDI 4A

DAFTAR ISI
1. Penjabaran SKDI
2. Mind Map
3. Anamnesis

9.

Definisi dari Diagnosis

10.

Patogenesis

4. Pemeriksaan Fisik

11.

Patofisiologi

12.

Diagnosis Banding

13.

Penatalaksanaan

14.

Komplikasi

15.

Prognosis

5. Pemeriksaan Penunjang
6. Faktor Risiko
7. Data Epidemiologi
8. Basic Science

Penjabaran SKDI
Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier, dan Pankreas
Tingkat Kemampuan: 4A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri
dan tuntas.
Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya
tersebut dengan menguasai seluruh teori, prinsip,
indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi,
dan pengendalian komplikasi.
Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian
keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan
Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portfolio, logbook,
dsb.

Identifikasi
Data Anamnesis:
Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar encer
secara terus menerus bercampur lendir dan darah
Muntah-muntah
Sakit kepala
Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan
oleh S. dysentriae dengan gejalanya timbul mendadak dan
berat, dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong.

Identifikasi
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
Febris (>38)
Subfebris (37,3-87,9)
6 AM 4 PM (> 37,2)
4 PM 6 AM (> 37,7)

Nyeri perut pada penekanan di bagian sebelah kiri


Terdapat tanda-tanda dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung
atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir,
mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Tenesmus definisi and why

Identifikasi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat ditegakkan bila
ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit dari sampel tinja segar yang
diperiksa 30 menit sejak keluar
Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan dilakukan pada penderita diare kronik.
Proktosigmoidoskopi: pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis adanya inflamasi
mukosa atau keganasan.
Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif: tinja dikumpulkan (biasanya 72 jam)
diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak.
Pemeriksaan volume tinja 24 jam: volume lebih dari 500ml/hari jarang ditemukan pada
sindrom usus iritabel.

Faktor Risiko
Penduduk negara berkembang
Sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah
Lingkungan yang padat
Sumber air minum yang tercemar
Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang
Kekebalan tubuh rendah
Homoseksual
Pelancong yang berkunjung ke negara endemik

Data Epidemiologi
Worldwide, approximately 50 million cases of invasive E
histolytica disease occur each year, resulting in as many
as 100,000 deaths.
This represents the tip of the iceberg because only 10%20% of infected individuals become symptomatic.
The incidence of amebiasis is higher in developing
countries
Demografi usia: terjadi di seluruh kelompok usia
Demografi jenis kelamin: pria > wanita

Basic Science

Anatomi GI Tract

HISTOLOGI

Histologi Usus Besar

Lapisan Usus Besar


Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu
yang terdiri atas 4 lapisan utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa,
lapisan otot, dan lapisan serosa.
Lapisan mukosa terdiri atas (1) epitel pembatas: epitel kolumnar
simpleks bergoblet, epitel skuamosa kompleks tak berkeratin (anus),
epitel skuamosa kompleks berkeratin (distal anus) ; (2) Lamina
propria: yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang kaya
akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos,
kadang-kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan jaringan
limfoid; dan (3) muskularis mukosae: dalam sirkuler, luar longitudinal
Terdapat plika semilunaris (mukosa, submukosa, muskularis sirkuler)

Lapisan Usus Besar


Berbeda dengan mukosa usus halus, pada mukosa kolon tidak dijumpai
villi dan kelenjar biasanya lurus-lurus dan teratur.
Permukaan mukosa terdiri dari pelapis epitel tipe absortif (kolumnar)
diselang seling sel goblet (lebih banyak). Pelapis epitel kripta terdiri dari
sel goblet.
Pada lamina propria secara sporadik terdapat nodul jaringan limfoid. Sel
berfungsi mengabsorpsi air, lebih dominan pada kolon bagian proksimal
(asendens dan tranversum), sedangkan sel goblet lebih banyak
dijumpai pada kolon desenden.
Lamina propria lebih seluler (sel plasma, limfosit dan eosinofil) pada
bagian proksimal dibanding dengan distal dan rektum. Pada bagian
distal kolon, sel plasma hanya ada dibawah epitel permukaan. Sel
paneth bisa ditemukan pada sekum dan kolon asenden.

Lapisan Usus Besar


Lapisan submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan
banyak pembuluh darah dan limfe, pleksus saraf submukosa (juga
dinamakan Meissner), dan kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan
limfoid.
Lapisan otot tersusun atas: (1) sel-sel , berdasarkan susunannya
dibedakan menjadi 2 sublapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu
sebelah dalam (dekat lumen), umumnya tersusun melingkar (sirkuler);
pada sublapisan luar, kebanyakan memanjang. (2) kumpulan saraf
yang disebut pleksus mienterik/Auerbach yang terletak antara 2
sublapisan otot. (3) pembuluh dan limfe.
Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas (1) jaringan
penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan
adiposa; dan (2) epitel gepeng selapis (mesotel).

Sel plasma: menghasilkan IgA


Sel Paneth :
Bulat/segitiga, sitoplasma banyak mengandung granula
zymogen merah,
Sekresi lisozim enzim yg mencerna dinding sel bakteri,
menfagosit bakteri tertentu
Sekresi proenzim yg mengubah dipeptidase menjadi pepton.

Histologi Ulkus pada Disentri


Amoeba

Fisiologi
Kolon mengabsorpsi air sampai dengan 90% dan juga
elektrolit, sehingga mengubah kimus dari cairan menjadi
massa semi padat, disebut feses.
Kolon tidak memproduksi enzim, tetapi hanya mukus.
Terdapat sejumlah bakteri pada kolon, yang mampu mencerna
sejumlah kecil selulosa, dan menghasilkan sedikit nutrien bagi
tubuh. Bakteri juga memproduksi vitamin K dan juga gas,
sehingga menimbulkan bau pada feses.
Secara imunologis, oleh karena banyak limfonodus terutama di
aappendiks dan rektum; dan sel imun dilamina propria. Feses
juga bewarna coklat yang disebabkan pigmen empedu.(22-30)

Definisi
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan
keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih
normal adalah sekitar 1 3 kali dan banyaknya 200 250 gr
sehari. Beberapa penderita mengalami peningkatan kekerapan
dan keenceran buang air besar walaupun jumlahnya < 250 gr
dalam kurun waktu sehari.
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu
sebelum datang berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2
minggu sebelum dating berobat atau sifatnya berulang.
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan
dan gangguan metabolisme.

Definisi
Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah
dalam tinja.
Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya
Entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi
klinik
Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus yang
ditimbulkan oleh Entamoeba histolytica, suatu
mikroorganisme anaerob bersel tunggal (protozoon).
Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan banyak
terdapat di negara (sub) tropis dengan tingkat social
ekonomi rendah dan hygiene yang kurang.
Penyebarannya melalui makanan yang terinfeksi serta
kontak seksual. Bila tidak diobati dengan tepat dapat

Patofisiologi Diare
Terjadinya diare bisa disebabkan oleh salah satu mekanisme di
bawah ini :
1). Diare osmotik:
Substansi hipertonik nonabsorbsi menyebabkan peningkatan
tekanan osmotik intralumen usus sehingga cairan masuk ke
dalam lumen. Diare osmotik terjadi karena:
Pasien memakan substansi non absorbsi antara lain laksan
magnesium sulfat atau antasida mengandung magnesium.
Pasien mengalami malabsorbsi generalisata sehingga cairan tinggi
konsentrasi seperti glukosa tetap berada di lumen usus.
Pasien dengan defek absorbtif, misalnya defisiensi disakaride atau
malasorbsi glukosa-galaktosa.

Patofisiologi Diare
2). Diare sekretorik:
Peningkatan sekresi cairan elektrolit dari usus secara aktif dan
penurunan absorbsi / diare dengan volume tinja sangat banyak.

Malasorbsi asam empedu dan asam lemak:


Pada diare ini terjadi pembentukan micelle empedu.
Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit:
Terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif pada Na-K ATP-ase di
enterosit dan gangguan absorbsi Na dan air.
Gangguan motilitas dan waktu transit usus:
Hipermotilitas usus tidak sempat di absorbsi diare.
Gangguan permeabilitas usus:
Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik gangguan
permeabilitas usus.

Patofisiologi Diare
3). Diare inflamatorik:
Kerusakan sel mukosa usus eksudasi cairan, elektrolit dan mukus
yang berlebihan diare dengan darah dalam tinja.
4). Diare pada infeksi:
Virus
Bakteri
Penempelan di mukosa.
Toxin yang menyebabkan sekresi.
Invasi mukosa.

Protozoa
Penempelan mukosa (Giardia lamblia dan Cryptosporidium)
Menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan phili yang
kemungkinan menyebabkan diare.

Etiologi
Amoeba termasuk dalam kelas Rhizopoda pada filum Protozoa.
Manusia merupakan hospes enam spesies amoeba yang hidup
dalam rongga usus besar, yaitu :

Entamoeba histolytica menyebabkan amoebiasis ( diare amoeba )


Entamoeba coli yang sifatnya tidak pathogen pada manusia
Endolimax nana yang sifatnya tidak pathogen pada manusia
Iodomoeba butshii yang sifatnya tidak pathogen pada manusia
Dientamoeba fragilis yamg sifatnya tidak pathogen pada manusia
Entamoeba hartmani yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

Parasit kelas Rhizopoda tersebut diatas berkembang biak dengan


aseksual atau belah pasang dan juga hidup didalam tubuh
manusia

Entamoeba Histolytica
Siklus hidup E. histolytica ini sangat sederhana, dimana parasit ini di dalam usus besar
akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan terbentuk 8 trofozoit yang apabila tinja
dalam usus besarnya padat, maka trofozoit akan langsung menjadi kista dan dikeluarkan
bersama tinja. Sementara apabila cair, pembentukan kista akan terjadi di luar tubuh.
Dalam siklus hidupnya, Entamoeba histolytica mempunyai 3 stadium, yaitu:
Bentuk Trofozoit: histolitika dan minuta
Bentuk kista

Perbedaan dari kedua bentuk trofozoit tersebut yaitu bentuk histolitika bersifat patogen
dan berukuran lebih besar dari minuta. Bentuk histolitika berukuran 20-40 mikron,
mempunyai inti entamoeba yang terdapat di dalam endoplasma. Pergerakan bentuk
histolitika dengan pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma. Bentuk histolitika ini
dapat hidup di jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit, dan vagina.
Bentuk minuta adalah bentuk pokok. Tanpa bentuk minuta daur hidup tidak dapat
berlangsung. Bentuk minuta berukuran 10-20 mikron. Inti entamoeba terdapat di
endoplasma yang berbutir-butir.
Bentuk kista dibentuk dirongga usus besar. Bentuk kista berukuran 10-20 mikron,
berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan ada inti entamoeba. Bentuk
kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif. Jadi, Entamoeba
histolytica tidak selalu menyebabkan penyakit (Gracia,Lynne S. 2002).

Entamoeba Histolytica
1. Tropozoit Bentuk
Histolitika
Endoplasma
Bergranula halus
Mengandung eritrosit
Inti entameba

Entamoeba Histolytica
2. Tropozoit Bentuk Minuta
Ukuran : 10-20 mikron
Ektoplasma
Tampak bila dibentuk
pseudopodium
Pseudopodium dibentuk
perlahan-lahan
Pergerakan tidak progressif

Endoplasma
Bervakuol
Bakteri dan sisa makanan
Inti entameba

Entamoeba Histolytica
3. Kista
Berukuran antara 10 20
mikron.
Bentuk bulat atau oval
Dinding tipis (0,5 mikron)
tidak ambil warna
Sitoplasma:
Vakuol glikogen
Benda kromatid

Inti entamoeba: jumlah 1-4

Perbedaan Amoeba

Daur Hidup

Daur Hidup
Infeksi terjadi bila menelan kista matang dari parasit. Bila tropozoit tertelan, maka ia dihancurkan
dalam lambung tanpa menyebabkan infeksi. Ekskistasi terjadi di usus bagian kecil bawah dan
metakista dengan cepat membelah menjadi 8 amoeba yang kecil. Amoeba amoeba ini masuk
usus dan : ( 1 ) dapat menginfeksi jaringan hospes, ( 2 ) hidup di lumen usus besar tanpa invasi,
atau ( 3 ) menjadi kista.
Hanya kista bertahan di lingkungan luar dalam jangka waktu yang lama. Dalam tinja ditemukan
kista yang tidak matang ( yang berinti satu atau dua ) atau kista yang matang ( 4 inti ). Kista yang
tidak matang dapatmenjadi matang di lingkungan luar dan infektif. Tropozoit tidak bisa membentuk
kista di luar tubuh dan tidak lagi efektif.
Invasi pada jaringan menyebabkan perdarahan yang mana sel sel darah merah akan dimakan oleh
tropozoit. Tropozoit ini memasuki jaringan usus dan merusak epitel dari usus besar dengan
memproduksi enzim proteolitik . Luka luka akibat destruksi epitel dapat dangkal karena hanya
mukosa atau dapat juga dalam jika ia mengenai submukosa. Pada submukosa tropozoit
memperbanyak diri dan secara cepat luka menjalar ke lateral dan menyebabkan ulkus yang
mengganggu. Selain itu tropozoit dapat menimbulkan mikroabses di submukosa, yang akhirnya
pecah melalui epitel, yang juga akan menimbulkan ulkus ulkus berbentuk botol.
Tropozoit dari jaringan usus dapat dibawa ke organ ekstraintestinal vena porta. Amoebiasis adalah
suatu keadaan terdapatnya Entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan
disebut sebagai penyakit bawaan makanan ( Food Borne Disease ). Penyebabnya antara lain
Entamoeba histolytica.

Patofisiologi Disentri Amoeba


Bentuk histolitika memasuki mukosa usus besar yang utuh dan mengeluarkan enzim yang
dapat menghancurkan jaringan. Enzim ini yaitu cystein proteinase yang disebut histolisin.
Lalu bentuk histolitika masuk ke submukosa dengan menembus lapisan muskularis
mukosae. Di submukosa ini, bentuk histolitika akan membuat kerusakan yang lebih besar
daripada di mukosa usus. Akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus amoeba.
Bila terdapat infeksi sekunder, maka terjadi peradangan. Proses ini dapat meluas di
submukosa bahkan sampai sepanjang sumbu usus. Bentuk histolitika banyak ditemukan
di dasar dan dinding ulkus. Dengan peristaltis usus, bentuk ini dikeluarkan bersama isi
ulkus rongga usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan
bersama tinja. Tinja ini disebut disentri, yaitu tinja yang bercampur lendir dan darah.
Tempat yang sering dihinggapi (predileksi) adalah sekum, rektum, sigmoid. Seluruh kolon
dan rektum akan dihinggapi apabila infeksi sudah berat.
Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala yaitu : buang air besar berisi
darah atau lendir, sakit perut, hilangnya selera makan, turun berat badan, demam, dan
rasa dingin. Yang adakalanya, infeksi / peradangan dapat menyebar sampai ke bagian lain
badan dan menyebabkan suatu bisul seperti amoba. Salah satu dari organ/bagian badan
yang paling sering terpengaruh adalah hati. Ini dikenal sebagai hepatic amoebiasis

Patofisiologi Disentri Amoeba


A. Amoebiasis Intestinalis
Sering dijumpai tanpa gejala atau adanya perasaan tidak enak diperut yang
samara-samar. Infeksi menahun dapat menimbulkan kolon yang irritable.
Amoebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1-14 minggu. Penyakit
menahun yang melemahkan ini mengakibatkan menurunnya berat badan.

B. Amoebiasis Ekstra- Intestinalis


Gejalanya tergantung pada lokasi absesnya. Yang paling sering dijumpai
adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa usus melalui
aliran system portal. Gejala amoebiasis hati berupa demam berulang, disertai
menggigil, sering ada rasa sakit pada bahu kanan. Abses ini dapat meluas ke
paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan intercostals, dengan demam dan
menggigil. Amoebiasis ekstra intestinalis ini dapat juga dijumpai di penis,
vulva, kulit, atau tempat lain dengan tanda-tanda mudah berdarah.

Patogenesis
1.Masa Inkubasi dan Klinis
Masa akut penderita yang diserang Entamoeba histolytica terjadi pada
masa inkubasi antara 1-4 minggu, yang ditandai dengan disentri berat,
feses sedikit berdarah,nyeri dan demam,dehidrasi,toksemia,kelemahan
badan nampak nyata,pemeriksaan jumlah leukosit berkisar antara 7.00020.000/mm3 dan ditemukannya bentuk tropozoit pada feses encer
penderita. Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga
beberapa bulan. Amebiasis dapat berlangsung tanpa
gejala(asimtomatis)8. Penderita kronis mungkin memiliki toleransi
terhadap parasit, sehingga tidak menderita gejala penyakit lagi. Dari hal
ini berkembang istilah symptomless carrier. Gejala dapat bervariasi, mulai
rasa tidak enak di perut (abdominal discomfort) hingga diare. Gejala yang
khas adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan
pencernaan yang meliputi diare berlendir dan berdarah disertai
tenesmus.

Patogenesis
2.Masa Laten dan Periode Infeksi
Amoebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1 14 minggu. Dengan adanya sindrom disentri
berupa diare yang berdarah dengan mukus atau lendir yang disertai dengan perasaan sakit perut
dan tenesmusani yang juga sering disertai dengan adanya demam. Amoebiasis yang menahun
dengan serangan disentri berulang terdapat nyeri tekan setempat pada abdomen dan terkadang
disertai pembesaran hati. Penyakit menahun yang melemahkan ini mengakibatkan menurunnya
berat badan. Amoebiasis ekstra intestinalis memberikan gejala sangat tergantung kepada lokasi
absesnya. Yang paling sering dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari
mukosa usus melalui aliran sistem portal. Sering dijumpai pada orang-orang dewasa muda dan
lebih sering pada pria daripada wanita dengan gejala berupa demam berulang, kadang-kadang
disertai menggigil, icterus ringan, bagian kanan diafragma sedikit meninggi, sering ada rasa sakit
sekali pada bahu kanan dan hepatomegali. Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk
dan nyeri tekan intercostal, pleural effusion dengan demam disertai dengan menggigil.Pada
pemeriksaan darah dijumpai lekositosis kadang-kadang amoebiasis hati sudah lama diderita
tanpa tanda-tanda dan gejalanya khas yang sukar didiagnosa. Infeksi amoeba di otak
menunjukkan berbagai tanda dan gejala seperti abses atau tumor otak. Sayang sekali infeksi
seperti ini baru didiagnosa pada autopsi otak. Amoebiasis ekstra intestinalis ini dapat juga
dijumpai di penis, vulva, perineum, kulit setentang hati atau kulit setentang colon atau ditempat
lain dengan tanda-tanda suatu ulkus dengan pinggirnya yang tegas, sangat sakit dan mudah
berdarah.

Diagnosis Banding
Infeksi Eschericiae coli
Infeksi Escherichia coli Enteroinvasive (EIEC)
Infeksi Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC)

Prinsip Tatalaksana
Mencegah terjadinya dehidrasi
Tirah baring
Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan
cairan rehidrasi oral
Bila rehidrasi oral tidak mencukupi dapat diberikan
cairan melalui infus
Diet, diberikan makanan lunak sampai frekuensi BAB
kurang dari 5 kali/hari, kemudian diberikan makanan
ringan biasa bila ada kemajuan.

Farmakologis
Lumen usus: paromomisin, diloksanid furoat, iodoquinol
Jaringan: emetin hidroklorida, metronidazol, klorokuin
Kenapa pilih ini?

Konseling dan Edukasi


Penularan disentri amuba dan basiler dapat dicegah dan
dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih
seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang
tidak terkontaminasi serta penggunaan jamban yang bersih.
Keluarga ikut berperan dalam mencegah penularan dengan
kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti
membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak
terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
Keluarga ikut menjaga diet pasien diberikan makanan lunak
sampai frekuensi BAB kurang dari 5 kali/hari, kemudian
diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.

Komplikasi
Complications of amebic colitis include the following:

Fulminant or necrotizing colitis


Toxic megacolon
Ameboma
Rectovaginal fistula

Complications of amebic liver abscess include the following:


Intraperitoneal, intrathoracic, or intrapericardial rupture, with or without secondary bacterial infection
Direct extension to pleura or pericardium
Dissemination and formation of brain abscess

Other complications due to amebiasis include the following[41, 47] :

Bowel perforation
GI bleeding
Stricture formation
Intussusception
Peritonitis
Empyema

Prognosis
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat
datang, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya.

LI
Tenesmus: ukuran dari amoeba makroskopik atau
mikroskopik sehingga menyebabkan tenesmus
Perbedaan Entamoeba Histolytica dan Entamoeba Coli
Mekanisme Imun gal/gal-nac
DD baca di diare akut disebabkan bakteri
Nilai-nilai normal pemeriksaan penunjang

Anda mungkin juga menyukai