Otomikosis sinistra
Oleh:
NIM.1830912320047
Pembimbing:
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4
A. Definisi..................................................................................................4
B. Epidemiologi.........................................................................................4
C. Etiologi..................................................................................................5
D. Faktor Risiko.........................................................................................7
E. Mnifestasi Klinis...................................................................................7
F. Mikologi................................................................................................8
G. Predisposisi dan Patofisiologi................................................................10
H. Diagnosis...............................................................................................12
I. Penatalaksanaan.....................................................................................16
J. Hasil Monitoring terhadap Metode Pemilihan Terapi...........................24
BAB III DATA PASIEN....................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................27
BAB V KESIMPULAN....................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................28
2
BAB I
PENDAHULUAN
Gatal adalah gejala yang paling umum terjadi di lebih dari 90% dari pasien.
Beberapa pasien mungkin mengalami infeksi yang tumpang tindih infeksi bakteri
tempat yang panas dan lembab daerah (setinggi 54%), tetapi prevalensinya
untuk otomycosis. Antibiotik topikal di liang telinga juga telah dilaporkan sebagai
36,5% sampai 51% dan sama jamur patogen diisolasi dari dermatomikosis dan
otomycosis pada hampir setengah dari pasien ini. Namun, pengetahuan tentang
otomycosis masih terbatas. Identifikasi organisme patogen yang benar dan faktor
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit ini terjadi sebagai penyakit infeksi primer atau berkembang bersamaan
dengan infeksi bakteri eksternal akibat terapi antibiotic (antibiotik spektrum luas).
Otomikosis mungkin menjadi subakut atau akut dan ditandai paling banyak
B. Epidemiologi
Infeksi jamur relatif lebih jarang bila dibandingkan dengan infeksi bakteri
pada otitis externa, dengan tingkat dilaporkan antara 7% dan 24% untuk semua
jenis infeksi.2 Otitis eksterna mencapai sekitar 5 hingga 20% dari total kunjungan
sekitar 10 sampai 25% dapat dikaitkan dengan infeksi jamur yang secara luas
disebut sebagai otitis eksterna jamur atau otomikosis. Meskipun otomikosis sudah
umum di seluruh dunia, penyakit ini lebih sering terjadi pada daerah tropis dan
luar tempat sebagian besar penyebab jamur menempati bagian medial saluran
bahwa
bagian ini hangat dan gelap dibandingkan dengan struktur lain dan mendukung
pertumbuhan jamur. Selain itu, lokasi reses timpani inferior juga memungkinkan
dengan insiden terendah diamati pada usia kurang dari 10 tahun dan di atas 60
pria, tetapi wanita juga banyak karena penggunaan jepit rambut dan hijab.
Otomikosis terlihat terutama di kelas sosial ekonomi bawah. Ini juga memiliki
kecenderungan terjadi pada petani dan pekerja konstruksi karena bekerja di daerah
panas dan lembab. Otomikosis sebagian besar muncul dengan pada telinga
unilateral dengan telinga kanan lebih sering. Diliar negeri insidensi penyakit
otomikosis didapati banyak pada musim gugur, sedangkan otitis externa akut
C. Etiologi
mikroorganisme yaitu. genus Aspergillus atau jamur mirip ragi, Candida spp.,
Flora komensal tidak patogen selama keseimbangan antara bakteri dan jamur
dipertahankan di saluran telinga luar.4 Spesies yang paling sering terdapat pada
tinggi di daerah tropis dan subtropis. Negara tropis dan subtropis mempunyai
derajat kelembaban yang tinggi sekitar 70-80% dengan suhu udara sekitar 15-300
C.4
yang paling umum diisolasi, diikuti oleh Aspergillus flavus (33,33%), dan
kemudian oleh spesies Candida (14,7%). Hal ini sesuai. Namun, patogen jamur
utama pada otomycosis berbeda dalam berbagai laporan yang tergantung pada
D. Faktor Resiko
Faktor risiko umum untuk otomikosis diantaranya gaya hidup yang tidak
higienis, terdapat trauma kecil, peradangan atau cedera fisik pada daerah telinga,
daerah tropis dan subtropis, penggunaan antibiotik dalam waktu lama, dan
penggunaan obat tetes telinga steroid untuk pasien yang memiliki gangguan
sistem kekebalan. Penggunaan jilbab atau hijab yang dikenakan oleh perempuan
kepala.5,7
E. Manifestasi Klinis
mengancam nyawa, tetapi ini bisa menjadi kondisi yang membuat frustasi bagi
pasien dan dokter karena kebutuhan akan terapi jangka panjang, tindak lanjut rutin
dan kecenderungan kambuh. Gejala otomycosis paling umum adalah pruritis dan
pendengaran, sensasi gatal dan terdapat kotoran telinga.7 Gatal di telinga adalah
gejala yang paling umum di 89% pasien. Pertumbuhan jamur bercampur dengan
puing-puing epitel dan serumen membentuk sumbat mikotik yang khas. Hal ini
F. Mikologi
Elemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa benang-benang filament terdiri
dari sel-sel yang mempunyai dinding. Dinding sel jamur merupakan karakteristik
disebut dengan chitin. Struktur bagian dalam (organela) terdiri dari nukleus,
spora, baik seksual maupun aseksual. Spora adalah suatu alat reproduksi yang
dibentuk hifa, besarnya antara 1-3µ, biasanya bentuknya bulat, segi empat,
kerucut atau lonjong. Spora dalam pertumbuhannya makin lama makin besar dan
(gabungan dari dua hifa) dan spora aseksual (dibentuk oleh hifa tanpa
spingosin dan asam lemak. Kerusakan stratum korneum, tempat yang tertutup dan
lini pertama melawan infeksi jamur. Mekanisme ini dapat dipengaruhi faktor
umum, seperti gizi, keadaan hormonal, usia, dan faktor khusus seperti penghalang
mekanik dari kulit dan mukosa, sekresi permukaan dan respons radang. Respons
oleh penetrasi elemen jamur. Terdapat 2 unsur reaksi radang, yaitu pertama
produksi sejumlah komponen kimia yang larut dan bersifat toksik terhadap invasi
organisme. Komponen kimia ini antara lain ialah lisozim, sitokin, interferon,
komplemen, dan protein fase akut. Unsur kedua merupakan elemen seluler,
seperti netrofil, dan makrofag, dengan fungsi utama fagositosis, mencerna, dan
merusak partikel asing. Makrofag juga terlibat dalam respons imun yang spesifik.
Selsel lain yang termasuk respons radang nonspesifik ialah basophil, sel mast,
sel yang berperan penting pada pertahanan tubuh spesifik. Sel-sel ini mempunyai
mekanisme termasuk pengenalan dan mengingat organism asing, sehingga terjadi
amplifikasi dari kerja dan kemampuannya untuk merspons secara cepat terhadap
dalam respons seluler terhadap infeksi. Imunitas seluler sangat penting pada
infeksi jamur. Kedua mekanisme ini dicetuskan oleh adanya kontak antara
Aspergillus wentii.9
inang, agen dan faktor lingkungan. Keadaan lingkungan dan kondisi tubuh
kelembaban yang tinggi, peningkatan temperatur dan trauma lokal yang biasanya
sering disebabkan oleh kapas telinga (cotton buds) dan alat bantu dengar.
Serumen sendiri memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang berfungsi menekan
pertumbuhan bakteri dan jamur. Olah raga air misalnya berenang dan berselancar
sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh karena paparan ulang dengan air
eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif pada telinga seperti
para peneliti berpendapat bahwa dari sekian banyak faktor yang berperan dalam
timbulnya otomikosis yang terpenting ialah suhu dan kelembaban udara yang
meninggi serta bentuk anatomis dari liang telinga, dimana liang telinga
sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan kulit yang
menutupi bagian- bagian badan lainnya. Meskipun demikian dalam beberapa hal
dihubungkan dengan udara luar oleh orifisium yang sempit sehingga dapat
berfungsi sebagai suatu tabung biakan yang diliputi kulit yang merupakan
medium yang sangat baik untuk pertumbuhan kuman dan jamur. Pada
kelembaban yang relatif di atas 80%, lapisan tanduk epitel dapat mengabsorpsi
air dari udara dalam jumlah banyak. Pertambahan isi cairan keratin di dalam dan
antara 4,7 sampai 7,5 terganggu. Tidak adanya serumen yang bersifat bakterisid
dan fungisid berarti hilangnya proteksi kulit meatus terhadap kuman dan jamur.
maksimum pada suhu 37°C dan ini adalah cocok untuk semua jenis Aspergillus.
Jamur tidak mendapatkan asupan makanan yang banyak di luar MAE, hal inilah
Aspergillus. Jika kulit dan adneksanya rusak seperti pada kondisi yang
struktur kulit dan kondisi kelembaban liang telinga maka otomikosis dapat
terjadi. Pemberian antibiotika sistemik atau lokal pada liang telinga dalam
H. Diagnosis
rasa gatal yang dominan, nyeri di dalam telinga, rasa penuh serta adanya sekret
sebagainya.
dan kadang terjadi perforasi. Terkadang setelah debris dibersihkan akan tampak
Aspergillus sp berupa sumbatan oleh massa yang berwarna kelabu kotor terdiri
dari miselium dengan hifa dan konidiofora serta spora bersamaan eksudat dan
menyumbat hampir menutupi seluruh liang telinga. Pada pemeriksaan otoskopi
seringkali terdapat debris serta MAE yang eritema dan edem. Jika A. niger
adalah agen penyebab, dapat terlihat tumpukan jamur dengan bulatan spora
tampak pada mikroskop serta pertumbuhan jamur dari debris yang diperoleh dari
MAE pada biakan. Pada infeksi jamur Aspergillus sp akan tampak MAE yang
dengan warna bervariasi dari putih, kuning, coklat, hitam atau hijau tergantung
A B
Gambar 1. Gambaran otoskopi infeksi Aspergillus sp. (A) Gambaran
otoskopi infeksi Candida sp.2
preparat langsung, skuama yang diambil dari kerokan kulit liang telinga
Skuama dibiakkan pada media agar Saboraud dan dieramkan pada suhu kamar.
Media ini memiliki pH 5,6 + 0,2 dan mengandung kasein dari hasil pencernaan
pancreas, jaringan binatang hasil pencernaan lambung, dekstrose, agar dan air.
Media ini adalah media yang optimal untuk pertumbuhan jamur tetapi tidak baik
C selama 48 jam dan koloni yang tumbuh kemudian dievaluasi. Koloni dapat
tumbuh dalam satu hingga dua minggu berupa koloni filamen berwarna putih.
Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat
lactophenol cotton blue, methylen blue atau pengecatan Gram yang akan
mewarnai miselia, konidia dan spora. Seperti halnya infeksi mikroba, diagnosis
pengerokan pada kulit liang telinga untuk mendapatkan debris. Dapat pula
sesegera mungkin. Bila tidak dapat dikirim ke laboratorium dalam waktu 2 jam,
keterbatasan masing- masing. Pada penelitian atau studi untuk mengetahui jenis
tidak jarang memiliki berbagai keterbatasan, terutama bila jumlah spesimen tidak
adekuat dan terlambatnya transport spesimen. Prosedur isolasi yang salah pun
menjadi koloni yang dapat diidentifikasi dalam 7-10 hari. Kultur kemudian
sebaiknya dievaluasi 3 kali dalam seminggu dan disimpan pada suhu inkubasi
I. Penatalaksanaan
telinga yang bersifat efektif, menjaga telinga tetap kering, meminimalisir faktor
dengan menggunakan anti jamur yang efektif baik anti jamur spesifik ataupun
mukosa liang telinga. Meskipun penggunaan anti jamur sistemik tidak dilarang
pada otomikosis, penggunaanya diperuntukkan pada kasus yang lebih berat dan
memiliki respon yang lemah pada pengobatan lokal. Meskipun jarang digunakan,
keberhasilan pemberian anti jamur oral tidak sama seperti pada pemberian lokal
Sekarang ini ada empat golongan obat-obatan anti jamur yang utama yaitu
Standar prngobatan otomikosis adalah anti jamur topikal golongan azol. Obat
anti jamur topikal digunakan pada kulit atau mukosa yang tidak berambut. Efek
samping anti jamur topikal lebih minimal dibandingkan dengan anti jamur
pada otomikosis dengan spora yang persisten. Pada salah satu studi menyatakan
sintesis ergosterol jamur yang akan menimbulkan kerusakan pada membran sel
jamur.1,9
Fisiologi jamur
Jamur dapat lebih bertahan dalam keadaan alam sekitar yang tidak
pada pH 3,8-5,6, bersifat fakultatif artinya dapat hidup dalam keadaan aerobik
(ada oksigen) maupun anaerobik (tidak ada oksigen). Jamur dapat tumbuh dalam
kisaran suhu 22- 300C (saprofit) dan 30-370C (parasit), tanpa cahaya dengan
komponen struktural dinding sel kitin, selulose atau glukan. Jamur dapat hidup
dalam kadar gula 4-5%, resisten terhadap penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol dan
peka terhadap griseofulvin (Pelczar dan Chan,1986). Jamur dapat ditanam pada
medium padat atau cair dalam tabung atau petri. Pertumbuhan jamur pada
penanaman terdapat bakteri dan jamur, maka bakteri akan menutupi permukaan
Aspergillus
bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan merupakan hifa fertile,
koloninya berkelompok, konidiospora berseptat atau non septat, pada ujung hifa
muncul sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini berupa sterigma. Pada
seperti hitam, coklat, kuning tua dan hijau. Pemilihan untuk jamur aspergillus
berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di RSUP sanglah pada tahun 2014
bahwa jamur yang paling banyak adalah Aspergillus sp. Bila diameter hambat
organisme yang patogen dan memulihkan kembali flora normal kulit dengan cara
jamur. Menemukan target antijamur yang tepat adalah sulit karena pada manusia
jamur bersifat eukariotik, banyak proses molekuler dan seluler yang serupa dan
Gangguan ini dapat terjadi karena adanya ergosterol di dalam membran sel
jamur. Ergosterol merupakan komponen sterol yang sangat penting, yang mudah
diserang oleh antibiotik turunan polien. Komplek polien ergosterol yang terjadi
dapat menyebabkan kebocoran dari membran sel dan akhirnya lisis. Contoh
nistatin.
prekursor ergosterol dalam jamur dan kolesterol dalam tubuh. Hal ini dapat
masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam
5-fluorourasil.
Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis
Larutan Ketokonazol 2%
menyengat, sukar larut dalam air dan isopropranol, etanol. kloroform dan
propilen glikol, agak sukar larut dalam metanol, larut dalam dimetilformarnid,
suhu 25-30°C dan terlindung dari cahaya, panels. Bisa disimpan pada lemari
utama jamur yang penting untuk menjaga integritas dan fungsi membran sel
yang berkontribusi
pada kematian sel. Pada konsentrasi tinggi, golongan azol dapat menyebabkan ion
K positif dan ion lain bocor dan keluar dari sel jamur.1,2,9
menit dan spora dalam 15 menit. Iodium yang digabungkan dengan polivinil
perawatan pada infeksi topikal yang berhubungan dengan operasi, luka sayat,
Povidon iodin adalah suatu bahan yang dapat larut dalam air dingin, ethyl
alcohol, isopropyl alcohol, polyethylene glycol, dan glycerol. Lebih stabil bila
dibandingkan dengan larutan iodine tincture atau larutan lugol. Shelanski dalam
percobaan secara in vitro pada tikus bahwa povidon iodin sebagai anti bakteri
tidak toksik dibandingkan dengan iodin tinctur. Povidon iodin merupakan iodine
seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, dan spora bakteri. Aktifitas antimikroba
terhadap asam amino, nukleotida dan ikatan ganda, dan juga lemak bebas tidak
jenuh. Hal ini menyebabkan povidon iodin mampu merusak protein dan DNA
interleukin- 1 beta (IL-1β) dan interleukin -8 (IL-8). Povidone iodin sebagai anti
jamur dengan cara penetrasi pada dinding luar jamur lalu membunuh selnya
dengan mengganggu struktur protein dan asam nukleat dari jamur. Sediaan
mengandung iodin 1%. Larutan povidon iodin 10% dapat diencerkan dengan
topikal teroid, antijamur oral, asam asetat, dan aluminium asetat otic. Belum ada
dengan mikroskopis visualisasi langsung agar tidak terjadi trauma pada saluran,
topikal adalah terapi lini pertama yang paling umum, Azoles, yang termasuk
umum, jamur lebih sulit untuk diobati dan agen seperti flukonazol yang
digunakan secara sistemik, hanya efektif melawan ragi. Meskipun tidak ada
sering dianggap sebagai pengobatan lini pertama di A.S. Dapat digunakan secara
topikal sebagai tetes telinga atau krim dioleskan di MEA. Larutan 1% atau krim
manusia dengan otomycosis dan hanya ditemukan dua penelitian yang secara
amfoterisin B (Ototoksik) juga dapat dioleskan sebagai bubuk atau krim. Banyak
acetate otic (tingkat kesembuhan 86% tapi ototoksik) dan aluminium asetat otic
Banyak terapi antiseptik (misalnya gentian violet, asam asetat, povidone iodine)
telah terbukti ototoxic pada model hewan dan karenanya harus dihindari jika
kelompok drug filling, krim disuntikkan oleh staf medis di bawah endoskopi, dan
mencapai cakupan penuh dari lesi jamur setelah menghilangkan debris lokal.
Namun, pada kelompok smearing filling, pasien membawa pulang krim dan
kelompok apusan lebih rendah daripada kelompok isian. Metode pemberian krim
Mofatteh dkk, menemukan bahwa tidak ada perbedaan outcome klinis yang
merupakan obat untuk infeksi yang mudah dijangkau dan efeknya telah terbukti
pada otitis media supuratif kronis sebagai faktor pencetus otomycosis. Obat ini
adalah zat yang stabil, murah, dan resistensi bakteri dan jamur terhadapnya belum
dilaporkan. Oleh karena itu, betadine adalah pilihan terbaik untuk pengobatan
obat ini akan berakibat pada penurunan rasa tidak nyaman, biaya pengobatan, dan
DATA PASIEN
I. DATA PRIBADI
Umur : 24 Tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Banjar
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Marabahan
II. ANAMNESIS
Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke poli THT RSUD Ansari Saleh dengan keluhan gatal pada telinga
kiri, gatal dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal dirasakan terus menerus
sehingga sering di korek pasien dengan cotton bud. Selain itu pasien juga
merasakan telinganya terasa penuh dan nyeri, nyeri dirasakan sesekali hilang
timbul. Pasien mengatakan bahwa 1 tahun yang lalu juga pernah mengalami
keluhan yang sama di telinga kiri. Pasien ada riwayat hidung berair dan
tersumbat 2 minggu yang lalu, pasien mengaku sering mengalami hidung berair
jika cuaca dingin. Aktifitas sehari-hari pasien tidak terganggu. Keluhan telinga
berdenging, keluar cairan pada telinga, rasa pusing berputar disangkal. Keluhan
demam, pilek, hidung gatal, bersin, dan hidung buntu disangkal oleh pasien.
Keluhan tenggorokan seperti nyeri dan sulit menelan, batuk, suara serak dan sesak
Riwayat Kebiasaan
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : 36,7 ºC
VAS :-
IV. STATUS LOKALIS
TELINGA
Palpasi : Nyeri tekan preaurikular (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan
Test pendengaran
Kesimpulan: normal
HIDUNG
Rhinoskopi Anterior
Kavum Nasi : Lapang (+/+), hiperemis (-/-), massa (-/-), edema konka (-/-),
RP : Sulit dievaluasi
TENGGOROKAN
Rongga mulut
Orofaring : hiperemis (-), post nasal drip (-), udem (-), massa (-)
Leher
Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak teraba KGB yang membesar, massa (-),
VII. TERAPI
VIII. PROGNOSIS
PEMBAHASAN
Penyakit ini terjadi sebagai penyakit infeksi primer atau berkembang bersamaan
dengan infeksi bakteri eksternal akibat terapi antibiotic (antibiotik spektrum luas).
adanya rasa gatal pada liang telinga kiri, rasa penuh serta nyeri pada telinga. Dari
kotoran berwarna putih. Hal tersebut disebabkan oleh adanya akumulasi dari
debris mikotik dalam liang telinga. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada otomikosis adalah dengan melakukan pemeriksaan KOH didapatkan hasil (+)
infeksi jamur. Akan tetapi tidak dilakukan pada pasien ini. Pada pemeriksaan
KOH, bila disebabkan oleh jamur yang membentuk filamen maka akan tampak
Faktor risiko terjadinya otomikosis pada pasien ini adalah kebiasaan mengorek
telinga menggunakan cotton bud juga menjadi faktor risiko terjadinya otomikosis
pada pasien ini. Kebiasaan ini dapat menyebabkan trauma (biasanya kecil dan
tanpa gejala) pada kulit kanalis auditorius eksternus dan menyebabkan terjadinya
liang telinga, menjaga agar liang telinga tetap kering serta suasana asam,
dengan lidi kapas/kapas yang dililitkan pada aplikator, pengait serumen, atau
suction. Pemberian terapi medikamentosa pada pasien ini dengan pemberian salep
miconazole. Semua golongan anti jamur dari golongan azoles seperti clotrimazole,
Meskipun pada pasien ini telah dilakukan pembersihan liang telinga dan
masalah kedepan. Hal tersebut bisa disebabkan beberapa faktor, antara lain
dalam menggunakan obat sesuai aturan, dan respon jamur terhadap pengobatan.
Untuk itu perlu adanya anjuran kontrol ulang secara berkesinambungan untuk
menyebabkan terjadinya otomikosis dimasa yang akan datang, antara lain dengan
tidak mengorek telinga, menjaga liang telinga agar tidak basah dan biasakan
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus Nn. S usia 24 tahun dengan keluhan gatal pada telinga kiri,
rasa penuh, dan nyeri pada telinga. Pasien didiagnosis dengan otomikosis sinistra.
Dilakukan aural toilet pada telinga kanan pasien dan diberikan obat antijamur,
menghidari keluhan serupa terjadi. Pasien juga diedukasi untuk kontrol ulang 7
hari kemudian.
DAFTAR PUSTAKA
2. Durand ML, Deschler DG. Infections of the Ears, Nose, Throat, and Sinuses.
Springer; 2018.
microbiology. 2019;68(6):918–923.
2017;3(1):118–119.
2018;4(4):1013–1016.
2019;(July):1064–1068.
11. Mofatteh MR, Yazdi ZN, Yousefi M, Namaei MH. Comparison of the