Anda di halaman 1dari 30

RINITIS

NON ALERGI
Kelompok:

Tatsa Rizkia
Risma Zulia
Irma Suryani
Rizki Maulana

BAGIAN/SMF THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 2020
Anatomi
Definisi
Rhinitis non alergi adalah inflamasi yang
terjadi di dalam hidung yang tidak
disebabkan oleh alergi.
Epidemiologi
Rinitis alergi maupun non
alergi, terjadi pada sekitar 20%
populasi di negara industri dan
lebih dari 200 juta orang di
dunia.

Di Amerika Serikat, sebanyak


1/4 kasus rinitis merupakan
rinitis non alergi.
Sebanyak 34% pasien rinitis
kronis didapatkan mengalami
rinitis campuran alergi dan non
alergi.
Patofisiologi
Lapisan dari lubang hidung inflamasi dan membengkak, disebabkan
oleh pembengkakan pembuluh darah dan terbentuknya cairan didalam
jaringan hidung.

Pembengkakan menutup lubang hidung

Menstimulasi kelenjar mucus di dalam hidung

Mengakibatkan gejala seperti hidung tersumbat atau hidung berair


Pembagian
Rinitis Non Alergi

Menurut Bailey: Rinitis Iritatif -Toksik Rinitis Hormonal


(Okupasional)

Rinitis Medikamentosa

Rinitis Vasomotor Rinitis Non Alergi dengan


Eosinofilia
Menurut Current:
Etiologi Rinitis Non Alergi menurut Pembagiannya
Rinitis Vasomotor
Rinitis Vasomotor
Definisi
Rinitis vasomotor adalah suatu gangguan fisiologi lapisan mukosa hidung yang
disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis. Sinonimnya adalah Nasal Vasomotor
Instability, Vasomotor Catarrh, Vasomotor Rhinorea, Non-Allergic Perennial Rhinitis.

Faktor Presdiposisi
 Obat yang Menghambat Saraf Simpatis (Simpatolitik):
Ergotamin (ergot alkaloid), metildopa (anti hipertensi).
 Faktor Fisik:
Iritasi asap rokok, udara yang dingin (ekstrim), kelembaban yang tinggi, bau yang
merangsang (iritasi).
 Faktor Endokrin:
Keadaan hamil, hipotiroid, pubertas.
 Faktor Psikis
Cemas / neurosis, stres / tegang, emosi.
Klasifikasi

Golongan Bersin (Sneezers) : Respon yang baik dengan terapi


antihistamin dan kortikosteroid topikal.

Golongan Rinore (Runners) : Gejala dapat diatasi dengan pemberian


antikolinergik topikal.

Golongan Tersumbat (Blockers) : Respon yang baik dengan terapi


kortikosteroid topikal dan vasokonstriktor oral.
Obstruksi nasi bergantian kiri dan Rinore (mukus atau serous)
kanan

Gejala Klinis
Bersin (jarang) dan tidak gatal Gejala memburuk pada pagi
pada mata hari karena perubahan suhu
yang ekstrim.
Diagnosis
Diagnosis umumnya ditegakkan dengan cara eksklusi, yaitu
menyingkirkan adanya rinitis infeksi, alergi, okupasi, hormonal, dan
akibat obat.

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Faktor yang mempengaruhi Rinoskopi Anterior:  Laboratorium: Ig E normal,
keseimbangan vasomotor.  Edema konka. skin test (-), eosinofil normal.
 Konka berwarna merah gelap
atau merah tua atau pun pucat.
 Permukaan konka bisa licin atau
berbenjol.
 Sekret serous atau mukus.
Tatalaksana
Menghindari faktor Medikamentosa
presdiposisi • Dekongestan oral
• Antihistamin
• Kortikosteroid topikal (flutikason
propionat
• Anti kolinergik topikal
(ipratropium bromida)

Operatif Vidian neurektomi


• Bedah beku Pemotongan pada N. vidianus
• Elektrokauter
• Konkotomi
Rinitis
Medikamentosa
Rinitis Medikamentosa

Rinitis medikamentosa adalah gangguan respon normal


vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topikal
(obat tetes hidung / semprot hidung) dalam waktu lama dan
berlebihan.
Patogenesis
Pemakaian obat vasokonstriktor yang berlebihan dan dalam waktu
yang lama

Fase awal: vasokonstriksi

Fase lanjut: vasodilatasi berulang (rebound dilatation)

Obstruksi nasi
Patologi
• pH Hidung berubah
• Silia rusak (aktivitas silia terganggu)
• Sel goblet berubah ukuran
• Membran basal menebal
• Pembuluh darah melebar
• Stroma tampak edema
• Hipersekresi kelenjar mukus
• Lapisan submukosa menebal
•Lapisan periostium menebal
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

 Pasien mengeluh hidung tersumbat terus  Edema / hipertrofi konka dengan sekret
menerus dan berair. hidung yang berlebihan.
 Riwayat penggunaan obat vasokonstriktor  Edema konka tidak berkurang dengan
dalam waktu yang lama dan berlebihan. pemberian tampon adrenalin.
Tatalaksana
Kortikosteroid oral dosis tinggi
Hentikan pemakaian jangka pendek dan dosis
obat tetes / semprot diturunkan secara bertahap
(tappering off) atau
vasokonstriktor hidung. kortikosteroid topikal minimal 2
minggu untuk mengembalikan
proses fisiologi mukosa hidung.

Apabila tidak ada perbaikan


Obat dekongestan oral setelah 3 minggu maka
(biasanya mengandung pasien dirujuk ke dokter
pseudoefedrin). THT.
Rinitis Hipertrofi
Rinitis Hipertrofi

Rinitis hipertrofi adalah perubahan mukosa hidung pada


konka inferior yang mengalami hipertrofi karena proses inflamasi kronis
yang disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau sekunder. Konka
inferior dapat juga mengalami hipertrofi tanpa terjadi
infeksi bakteri, misalnya sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan
vasomotor.
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

 Gejala Utama: Sumbatan hidung.  Konka hipertrofi, terutama konka inferior.


 Gejala Lainnya: Mulut kering, nyeri kepala,  Permukaan konka berbenjol-benjol.
gangguan tidur. Sekret biasanya banyak dan  Terdapat sekret mukopurulen di antara konka
mukopurulen. inferior dan septum dan juga di dasar rongga
hidung.
Tatalaksana

01 Atasi faktor yang menyebabkan


terjadinya rinitis hipertrofi.

02 Terapi simptomatis untuk mengurangi


sumbatan hidung dengan kaustik
konka dengan zat kimia nitras agenti
atau trikloroasetat atau dengan
elektrokauterisasi.
Rinitis
Atrofi
Rinitis Atrofi
Definisi
Rinitis atrofi adalah infeksi hidung kronik yang ditandai dengan atrofi
progresif pada mukosa dan tulang konka.

Etiologi
 Infeksi oleh kuman spesifik: Klebsiella ozaena (tersering), Staphylococcus,
Streptococcus, Pseudomonas aeruginosa.
 Defisiensi Fe
 Defisiensi vitamin A
 Sinusitis kronik
 Kelainan hormonal
Rinitis Atrofi

Epidemiologi
 Wanita > pria, terbanyak pada usia pubertas.
 Sering ditemukan pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah
dan sanitasi lingkungan yang buruk.
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


 Napas berbau  Rongga hidung sangat  Pemeriksaan biopsi konka
 Sekret kental berwarna lapang media
hijau disertai krusta  Konka inferior dan  Pemeriksaan mikrobiologi
berwarna hijau media menjadi hipotrofi  Uji resistensi kuman
 Gangguan penghidu atau atrofi  CT Scan sinus paranasal
Sakit kepala  ada sekret purulen dan
 Hidung tersumbat krusta berwarna hijau
Tatalaksana
Pengobatan Pengobatan Operatif. Jika dengan
pengobatan
Konservatif. Diberikan
konservatif tidak ada perbaikan,
antibiotika berspektrum maka dilakukan operasi.
luas

obat cuci hidung.


Larutan yang dapat R/ NaCl
NaaCl
digunakan adalah NaHCO3 aaa 9
larutan Aqua ad cc 300
garam hipertonik
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai