Anda di halaman 1dari 11

1.

Bagaimana pf jantung

2. Apa yang dinilai dari auskuktasi

3. Cara pemeriksaan vena jugular

4. Bagaimana perjalanan sirkulasi darah

5. Interpretasi ekg normal

6. Interpretasi foto toraks (kardiomegali, kongestif paru/edema paru)

7. Kriteria framingham

8. Kriteria HT JNC IV (emg diminta jnc 4 atau salah ketik kurang tau)

9. Obat ALO

10. OBAT CHF kronik

11. Fibrinolitik (indikasi, kontraindikasi absolute, cara pemberian)

12. Nitrogliseril (nama, dosis, waktu kerja)

13. Tanda khas regurgitasi aorta kronik

14. 5 bising jantung

15. PJR (patofisiologi)

16. ACS (diagnosis& ekg)

17. TOF (apa yang diketahui)

18. Gagal jantung (etiologi)

19. Gagal jantung kanan (tanda)

20. Pulsus

1 . PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG


* Inspeksi dan palpasi

1.Melakukan inspeksi dari sisi kanan pasien dan dari arah kaki penderita untuk menentukan apakah
simetris atau tidak simetris

2. Kemudian lakukan inspeksi dari sisi sebelah kanan tempat tidur pada dinding depan dada
dengan cermat, perhatikan adanya pulsasi

3. Perhatikan daerah apex kordis, apakah iktus kordis nampak atau tidak nampak

4. Mempalpasi iktus kordis pada lokasi yang benar

5. Meraba iktus kordis dengan ujung jari-jari, kemudian ujung satu jari

6. Meraba iktus kordis sambil mendengarkan suara jantung untuk menentukan durasinya
7.Mempalpasi impuls ventrikel kanan dengan meletakkan ujung jari-jari pada sela iga 3,4 dan 5 batas
sternum kiri

8. Meminta penderita untuk menahan napas pada waktu ekspirasi sambil mempalpasi daerah diatas

9.Mempalpasi daerah epigastrium dengan ujung jari yang diluruskan untuk merasakan
impuls/pulsasi ventrikel kanan

10 .Arah jari ke bahu kanan

11 .Mempalpasi daerah sela iga 2 kiri untuk merasakan impuls jantung pada waktu ekspirasi

12. Mempalpasi daerah sela iga 2 kanan untuk meraskan impuls suara jantung dengan tekhnik
yang sama

*Perkusi

1. Melakukan perkusi untuk menentukan batas jantung yaitu dengan menentukan batas
jantung relatif yang merupakan perpaduan bunyi pekak dan sonor

2. Menentukan batas jantung kanan relatif dengan perkusi dimulai dengan penentuan batas
paru hati, kemudian 2 jari diatasnya melakukan perkusi dari lateral ke medial

3. Jari tengah yang dipakai sebagai plessimeter diletakkan sejajar dengan sternum sampai
terdenganr perubahan bunyi ketok sonor menjadi pekak relatif (normal batas jantung kanan relatif
terletak pada linea sternalis kanan)

4. Batas jantung kiri relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal, terletak pada sela iga 5-6
linea medioclavicularis kiri

5. Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung ditentukan dengan perkusi pada
linea axillaris media ke bawah. Perubahan bunyi dari sonor ke tympani merupakan batas paru-paru
kiri. Dari Batas paru-paru kiri dapat ditentukan batas jantung kiri relatif

5. Dari atas (fossa supra clavicula) dapat dilakukan perkusi ke bawah

6. Mencatat hasil perkusi untuk mentukan batas jantung

*Auskultasi

1. Penderita diminta untuk rileks dan tenang

2. Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30o

3. Dalam keadan tertentu penderita dapat dirubah posisinya (tidur miring, duduk)

4. Penderita diminta bernapas biasa

5. Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatikan adanya suara
tambahan

6. Mulailah Melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang benar :


• Di daerah apeks / Iktus kordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
( dengan corong stetoskop)

• Di daerah sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal
(dengan membran)

• Di daerah sela iga II kanan untuk mendengan bunyi jantung berasal dari aorta (dengan
membran)

• Di daerah sela iga 4 dan 5 di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk
mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal (corong stetoscop)

2. Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung

3. Bedakan antara sistolik dan diastolik

4. Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung

5. Perhatikan adanya suara-suara tambahan atau suara yang pecah

6. Tentukan apakah suara tambahan (bising) sistolik atau diastolik

7. Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik maksimunnya

2. Yang dinilai dari Auskultasi


Auskultasi Jantung

Pemeriksaan auskultasi jantung meliputi pemeriksaan :

- bunyi jantung

Untuk mendengar bunyi jantung diperhatikan :

1. lokalisasi dan sumber bunyi jantung

2. menentukan yang mana bunyi jantung I dan II

3. interpretasi intensitas bunyi dan kualitasnya

4. menilai ada tidaknya bunyi jantung III dan IV

5. menilai irama dan frekuensi bunyi jantung

6. bunyi tambahan yang menyertai bunyi jantung.

- bising jantung

1. Lokasi

2. Perjalanan atau rambatan bising

3. Jenis bising

4. Kualitas bising

- gesekan pericard
3. Cara Mengukur Jugularis Vein Pressure (JVP) :
Alat dan Bahan :

•    2 buah rol

•    Spidol

•    senter

Prosedur Pemeriksaan :

1.    Persiapkan alat

2.    hand hygiene

3.    menjaga hak pasien

4.    Pemeriksa berdiri di samping kanan bed pasien.

5.    informed consent

6.    buat pasien senyaman mungkin.

7.    Atur posisi semifowler

8.    minta pasien untuk menengok ke arah kiri.

9.    Identifikasi vena jugular

10.    Tentukan undulasi vena jugularis. Caranya bendung vena dengan cara mengurut vena kebawah
lalu dilepas

11.    Tentukan titik angel of Louis pada sternum. letaknya dekat dengan angulus Ludovici.

12.    Dengan rol pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara horizontal ke dada sampai
titik manubrium sterni.

13.    Kemudian rol kedua letakkan vertikal dari angel of Louis pada sternum.

14.    Lihatlah hasil pengukuran dengan melihat hasil angka pada rol vertikal (pertemuan antara
mistar horizontal dan vertical). Hasil pembacaan ditambahkan dengan angka 5 cm, karena
diasumsikan jarak antara angel of Louis dengan atrium kanan adalah sekitar 5 cm.

15.    Nilai normal dari pengukuran JVP adalah < 8 cmH2O.

16.    Setelah selesai, dokumentasikan hasil, kemudian bereskan alat dan setelah itu lakukan hand
hygine

17.    Lakukan follow up dan penjelasan kepada pasien


4. Sirkulasi peredaran darah
-peredaran darah kecil (sirkulasi pulmocutaneus/pulmonal)

Darah dari ventrikel kanan menuju katup pulmonal menuju arteri pulmonalis (kaya CO2) menuju
paru paru menuju vena pulmonalis (kaya O2) menuju atrium kiri (O2)

Sitem peredaran darah besar (sirkulasi sistemik/perifer)

Darah dari ventrikel kiri (kaya o2) menuju katup aorta(kaya O2) menuju seluruh tubuh menuju vena
cava (kaya CO2) menuju atrium kanan (kaya CO2)

5. Interpretasi EKG normal


1. Irama Sinus

2. Laju : 60-100x /menit

3. Regularitas: irreguler

4. Interval PR: 0,12-0,20 detik dan interval berbeda di beberapa lead

5. Aksis: normal (V1+, aVF +)

6. Morfologi : -Gel P (lebar <2,5mm durasi 0.08-0.11, tinggi <2,5mm)

-kompleks qrs lebar normal <0,12detik

-Segmen ST: ST ellevasi pada lead V2 V3

-gel T:tinggi: ekstremitas <5mm, prekordial <10mm

Dx: normal tanpa kelainan

6. Foto toraks
-Kardiomegali ctr diatas >50% atau >0,5cm

-Edema paru = perselubungan perihilar bilateral/batwing appearence

7. Kriteria framingham
Diagnosis CHF ditegakan dengan kriteria Framingham jika terdapat minimal 2 kriteria mayor atau 1
kriteria mayor dan 2 kriteria minor.

Berikut adalah Kriteria Framingham:

Kriteria Mayor

KISAH SELOP PANDI LARIS KALI = mayor doang

 Paroxysmal nocturnal dyspnea


 Distensi vena di leher
 Rales (ronkhi basah)
 Acute pulmonary edema
 Hepatojugular Reflux
 S3 Gallop
 Radiographic cardiomegaly
 Berat  badan berkurang 4,5 kg dalam 5 hari (sesudah diberi terapi CHF)
 Central venous pressure (CVP) lebih dari 16 cm H2O (menggunakan catheter vena)
 Pulmonary edema, visceral congestion, atau cardiomegaly pada saat autopsy (untuk
kepentingan diagnosis visum)

Kriteria Minor

 Batuk pada saat malam hari


 Efusi pleura
 Takikardi (up to >120 x/m)
 angkle oedema
 spriometri menunjukkan penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari nilai maksimum

8. HT JNC VII/VIII

9. Obat ALO
-tatalaksana

*terapi oksigen (2-4L/menit disesuaikan hasil Saturasi O2)

*Medikamentosa: furosemid IV bolus 40mg, Nitrogliseril infus, morfin,


dobutamin/dopamin/noradrenalin(sesuai klinis), digoksin IV 0,5mg bolus, captopril dimulai 6.25mg
(jika HT)

10. OBAT CHF


-oksigen

-Diuretik (furosemid) = meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida sehingga menurunkan
volume darah dan cairan extraseluler (Co: HCT, Furosemid, Spironolakton)

-Vasodilator (nitrat/hidralin/ACEin). Nitrat = menurunkna kebutuhan danmeningkatkan suplai


oksigen dengan mempengaruhi tonus vaskular. Ace-in = menghambat perubahan angiotensin 1
menjadi angiotensin 2 sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. (Co: Ramipril)

-positif inotropik (agonis beta adenergik: dopamin, digitalis, beta bloker) = menstabilkan pasien syok
dengan gangguan tekanan darah

-Aldosteron antagonis

-managemen artimia = dopamin


-morfin = analgesik opioid 2-4mg, jika pasien masih merasakan chest pain

11. Fibrinolitik
Fibrinlisis merupakan strategi yang direkomendasikan dalam 12 jam sejak onset gejala pada pasien
tanpa kontraindikasi apabila PCI primer tidak dapat dilakukan dalam 2 jam sejak kontak medis
pertama.

Pada pasien yang datang segera (< 2jam sejak onset) dengan infark besar dan minimal rsiko
perdarahan, fibrinolisis dipertimbangkan bila waktu antara kontak medis pertama dan inflasi balon
(door-toballoon) >90menit. Fibrinolisi harus dimulai di IGD.

Pilihan:

1. Streptokinase IV 1.5 juta unit dalam 100 ml dextrose 5% atau nacl 0,9% dalam kurun waktu 30-
60mneit ecara perlahan.

2. Alteplase bolus IV 15mg diikuti infus 50mg dlm 30menit kemudian 35mg dalam infus selama 60
menit (dosis ini perlu dikurangi pada pasien dengan BB <68kg) (pasien <65 kg diberikan 15 mg bolus,
dilanjutkan dengan 0,75mg/kg/30 menit dan 0,5 mg/kg/60 menit berikutnya)

Penilaian keberhasilan fibrinolisis dilakukan 60-90m saat obat dimasukkan. Tandanya:

-resolusi komplit dari chest pain

- ST elevasi menurun >50% (dilihat pada lead dgn STE tertinggi)

-adanya aritmia reperfusi

Bila fibrinolisi tidak berhasil, maka pasien dianjurkan rescue PCI dan angiografi dini dalam 3-24 jam
pertama pasca pemberian fibrinolisis.

12. Nitrogliseril (Nama, dosis, waktu kerja)


Nitrogliserin

Onset 1 sampai 5 menit

Lama kerja 3 sampai 5 menit

Dosis 5 mg

13. Tanda khas regurgitasi aorta kronik


Dyspnea saat aktivitas, penurunan toleransi aktivitas, tekanan nadi men ingkat
14. 5 bising jantung
Jenis bising tergantung pada dase bising timbul :

Bising Sistole, terdengar dalam fase sistole (antara bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2)

Dikenal 2 macam bising sistole :

- Bising sistole tipe ejection, timbul akibat aliran darah yang dipompakan melalui bagian yang
menyempit dan mengisi sebagian fase sistole. Didapatkanpada stenosis aorta, punctum maximum di
daerah aorta.

- Bising sistole tipe pansistole, timbul sebagai akibat aliran balik yang melalui bagian jantung
yang masih terbuka dan mengisi seluruh fase systole. Misalnya pada insufisiensi mitral.

Bising Diastole, terdengar dalam fase diastole (antara bunyi jantung 2 dan bunyi jantung 1), dikenal
antara lain :

- Mid-diastole, terdengar pada pertengahan fase diastole misalnya pada stenosis mitral.

- Early diastole, terdengar segara setelah bunyi jantung ke 2. misalnya pada insufisiensi sorta.

- Pre-sistole, yang terdengar pada akhir fase diastole, tepat sebelum bunyi jantung 1, misalnya
pada stenosis mitral. Bising sistole dan diastole, terdengar secara kontinyu baik waktu sistole
maupun diastole. Misalnya pda PDA15. Patofisiologi penyakit jantung rematik terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi faring oleh Streptococcus grup A yang kemudian menimbulkan reaksi
inflamasi dan reaktivitas silang antara protein bakteri dan jaringan jantung yang bermanifestasi
sebagai demam rematik akut.

Penyakit jantung rematik ditandai dengan adanya kerusakan permanen pada satu atau lebih katup
jantung. Pada kondisi akut, katup mengalami inflamasi dan edema ringan. Sedangkan pada kondisi
kronis, katup akan mengalami penebalan dan fibrosis. Sekitar 50-60% kasus penyakit jantung
rematik berdampak pada katup mitral, 20-30% mengenai katup aorta, dan hanya 10% berdampak
pada katup trikuspid atau pulmonal. Kelainan katup yang paling sering terjadi adalah fusi komisura
yang mengakibatkan stenosis katup mitral. Selain itu, dapat terjadi juga lesi fungsional seperti
regurgitasi katup mitral dan regurgitasi katup aorta. 

16. Diangosis dan ekg Acute Coronary Sindrom (ACS)


Gejala : nyeri tipikal(menjalar), nyeri tidak hilang saat istirahat, durasi lebih dari 20 menit,

PP: EKG, enzim jantung

Klasifikasi:

UAP (Unstabel Angina Pectoris)

-tanda: Ekg tidak spesifik /ST depresi, enzim jantung normal

NSTEMI

-Tanda: ekg st depresi/t infersi, enzim jantung meningkat

STEMI
-Tanda: EKG ST elevasi/LBBB baru, enzim jantung meningkat

Sadapan : SALI

(Septal: V1,V2, Anterior: V3, V4, Lateral:V5,V6, I,AVL, Inferior: II, III, AVF)

17. TOF (tetratology of fallot)


Terdapat kelaianan: VSD permembranus, stenosis pulmonal, Overiding aorta, right ventrikel
hyoertrofi (rvh)
18. Etiologi gagal jantung
-Penyakit jantung koroner(ateroskerosis/plak), hipertensi pulmonal, anemia, obesitas, penyakit
ginjal, efek samping obat-obatan, alergi, infeksi, diabetes, hipertensi, kerusakan katup, penyakit
jantunh kongenital

19. Tanda gagal jantung kanan


Terbangun tengah malam dalam kondisi sesak napas, tidur dengan 2-3 bantal. Sesak napas saat
sedang berolahraga atau saat sedang terbaring,Batuk,Mengi,Kepala terasa pusing,Tubuh terasa
lemas,edema perifer, Rasa ingin buang air kecil semakin meningkat.

20. Irama: pulsus


Normal: Reguler atau irreguler (disritmia sinus) Abnormal : Gangguan hantaran konduksi Jantung

1.     Pulsus bigemini adalah tiap 2 denyut jantung dipisahkan oleh waktu yang cukup lama oleh
karena satu di antara tiap denyutan menghilang).

2.     Pulsus trigemini, adalah tiap 3 denyut jantung dipisahkan oleh waktu yang cukup lama oleh
karena satu di antara tiap denyutan menghilang).

3.     Pulsus extra-sistole (timbulnya satu denyut tambahan yang terjadi Iebih dini dari denyutan lain
yang menyusul dalam interval denyutan yang memanjang.
D.    Ciri denyutan:

1.     Pulsus Anakrot adalah denyut nadi lemah dengan gelombang berpuncak tumpul dan rendah.
Didapatkan pada aorta stenosis

2.     Pulsus Seller adalah denyut nadi meloncat/meningkat tinggi dan menurun dengan cepat.
Didapatkan pada aorta insuffisiensi.

3.     Pulsus Alternan adalah denyut nadi yang kuat dan lemah muncul bergantian. Didapatkan pada
Infark miokard, decompensasi cordis.

4.     Pulsus Paradoks adalah denyut nadi saat inspirasi semakin melemah sampai dengan hilang pada
akhir inspirasi kemudian muncul lagi saat expirasi. Didapatkan pada pericarditis, efusi pericard.

E.     Isi nadi / amplitudo nadi:

1.     Pulsus Magnus : denyutan terasa mendorong jam pemeriksa (pada pasien demam)

2.     Pulsus Parvus: denyutan terasa lemah/gelombang nadi kecil (pada perdarahan dan infark)

Amplitudo denyutan nadi menggambarkan kualitas denyut nadi berkaitan dengan kesempurnaan
dan kekuatan kontraksi ventrikel kiri yang dapat dirasakan oleh karena aliran darah pada pembuluh
darah. Amplitudo denyutan yang normal dirasakan sama kuat dimanapun denyut arteri diraba.

 Penilaian Amplitudo Nadi

NILAI KETERANGAN

0= Tidak ada denyutan, meski dengan penekanan yang kuat tidak teraba

+1= Thready Pulse yaitu pulsasi yang sulit diraba dan hilang dengan penekanan  yang sangat ringan

+2= Weak pulse adalah denyut yang lebih kuat daripada thready pulse, hilang dengan penekanan
ringan

+3= Normal pulse adalah pulsasi yang mudah diraba dan dengan pe-nekanan yang wajar menjadi
hilang

+4= Bounding Pulse adalah pulsasi yang kuat dan tidak hilang dengan penekanan yang wajar

Anda mungkin juga menyukai