Pelaksanaan Praktikum
Hari : Rabu Tanggal : 14 Maret 2012-03-16 Jam : ke 5 - 6
OLEH :
1. Eki Fitriendi Tunjungsari (081017002)
2. Fauziyah Firdausi M. S (081017008)
3. Anggrian Riska A. S (081017013)
4. Mirzaq Hussein Anwar (081017018)
5. Muhammad Yusuf R (081017046)
6. Yudhistira Suryanto (080810285)
7. Putra Arifianda Masta (080810727)
I. PENDAHULUAN
I.1 Landasan Teori
Denyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dipakai sebagai
indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang. Selain dua hal tersebut, biasanya
dapat dilakukan pengukuran kolesterol dalam darah – yakni dengan mengukur rasio LDL
atau kolesterol jahat terhadap HDL atau kolesterol baik; serta tes doppler. Tes ini digunakan
untuk menentukan seberapa baik sirkulasi darah ke seluruh sistem kardiovaskular.
Pemeriksaan ini menggunakan instrumen komputer yang canggih untuk mengukur secara
akurat tekanan darah atau voleme darah, yang mengalir ke seluruh sistem sirkulasi, termasuk
tangan , kaki, tungkai, lengan dan leher (Sanif, 2008).
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang.
Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara
pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari;
sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan
mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Pada umumnya, pengukuran
denyut nadi dapat dilakukan pada
sembilan titik yaitu arteri radialis,
arteri brakhialis, arteri carotis
communis, arteri femoralis, arteri
dorsalis pedis, arteri popolitea,
arteri temporalis, arteri apical,
arteri tibialis posterior (Michael,
2006).
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan
di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel,
sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah
mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan
diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure (Stegemann,
1981).
Gambar 1.3 Metode auskultasi untuk mengukur tekanan sistole-diastole (Guyton &
Hall, 2006)
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah
arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.
Ketika manset diikatkan pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan
jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai
puncak gelombang nadi, arteri terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa
teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan
tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya
dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang
ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.
Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan
mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas,
yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih
lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri
terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset
juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika
tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka
terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan
derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset
tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal
kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan
darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran
darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.
Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti halnya
aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga
diantaranya posisi dan aktivitas fisik.
I.2 Tujuan
Mengetahui prinsip pengukuran tekannan darah
III.HASIL PERCOBAAN
TEKANA
KUALITAS TEKANAN
FREKUENSI SISTOLIK /
DENYUT NADI SISTOLIK
NAMA DENYUT NADI DIASTOLIK
(Teratur / Tidak palpasi
(x/menit) auskultasi
teratur*;Lemah / kuat) (mmmHg)
(mmHg)
65/ menit Teratur ; kuat 110 110 / 80
EKI 70/ menit Teratur ; kuat 107 120 / 80
71/ menit Teratur ; kuat 100 105 / 75
Rata2 68,67 / menit 105,6 111,67 / 78,3
74/ menit Teratur ; kuat 110 114 / 74
YUSUF 69/ menit Teratur ; kuat 105 110 / 75
74/ menit Teratur ; kuat 112 110 / 75
Rata2 72,3 / menit 109 111,3 / 74,67
IV.PEMBAHASAN
Denyut nadi dan tekanan darah adalah dua dari empat tanda vital (vital signs), yang
dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fungsi kinerja tubuh. Dalam hal ini, denyut
nadi dan tekanan darah mampu memberikan suatu pandangan mengenai kondisi sistem
kardiovaskuler seseorang. Dua faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah posisi tubuh
(posture) dan aktivitas fisik; dimana dengan mempelajari perubahan kedua faktor tersebut
dan akibatnya terhadap denyut nadi dan tekanan darah, maka tingkat kesehatan
kardiovaskuler pun dapat diketahui.
Kami kembali melakukan praktikum tekanan darah seperti yang sudah kami lakukan
pada praktikum BioMedis dan Fisika Medis. Hanya saja praktikum kali ini difokuskan pada
fungsi kerja jantung dan mengukur apakah jantung bekerja secara normal ataukah tidak.
Disini kami menggunakan 2 orang probandus yang terdiri dari satu laki – laki dan satu
perempuan. Tujuan kami disini adalah untuk mengetahui perbedaan besarnya tekana darah
antara laki – laki dan perempuan.
Fokus utaman kami adalah mengetahui prinsip pengukuran tekanan dara dan denyut
nadi. Pada pengukuran frekuensi denyut nadi, Eki yang berjenis kelamin perempuan memiliki
rata – rata frekuensi denyut nadi sebesar 68,67 / menit sedangkan Yusuf yang berjenis
kelamin laki – laki memiliki rata – rata frekuensi denyut nadi sebesar 72,3 dan keduanya
memiliki kualitas nadi yang bagus karena denyut nadinya teratur dan kuat.
Selanjutnya pada pengukuran tekanan darah secara palpasi di dapatkan rata – rata
tekanan darah sistolik yang pada Eki adalah 105,6 sedangkan pada Yusuf 109. Untuk
pengukuran tekanan darah secara auskultasi rata – rata tekanan darah sistolik dan diastolik
pada Eki adalah 111,67 / 78,3 sedangkan pada Yusuf adalah 111,3 / 74,67.
V. DISKUSI
PERTANYAAN dan JAWABAN
1. Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memeriksa denyut nadi?
Jawaban :
Pemeriksaan denyut nadi nadi dapat dilakukan pada pembuluh darah:
a. Arteri radialis
b. Arteri brachialis
c. Arteri carotis communis
d. Arteri femoralis
e. Arteri dorsalis pedis
f. Arteri popolitea
g. Arteri temporalis
h. Arteri apical
i. Arteri tibialis posterior
Namun yang sering dilakukan pemeriksaan denyut nadi yaitu pada :
Arteri Radialis
Terletak disepanjang tulang radialis lebih mudah teraba diatas pergelangan
tangan pada sisi ibu jari, relaif mudah dan sering dipakai secara rutin.
Arteri brakhialis
Terletak didalam otot biceps dari lengan atau medial dilipatan siku (fossa
antekubital) digunakan untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta
pada kasus cardiac arrest pada infant.
2. Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan Darah secara palpasi dengan cara
auskultasi! (dari segi : konsep teori – sarana – prosedur pengukuran – hasil)\
Jawaban :
Palpasi
• Konsep teori
pemeriksaan pada arteri radialis dextra, dimana dengan tekanan parsial dr manset
yang diploma, setelah beberapa saat tak akan teraba. Kemudian manset
dikempiskan perlahan-lahan.Hanya dapat mengukur tekanan sistolik.
• Alat
Jari II,III,IV dan sphygmomanometer
• Prosedur
a) Pasang manset di lengan atas (kanan), kurang lebih 2-3 jari di atas fossa
cubiti
b) Cari dan raba arteri radialis
c) Kunci dan sekrup pompa tensimeter hingga arteri radialis tidak teraba dan
tambahkan 20mmHg
d) Buka skrup perlahan dan perhatikan pada angka berapakah denyut nadi
arteri radialis teraba kembali. Angka tersebut menunjukkan tekanan darah
sistolik palpasi (tekanan diastolic tidak dapat ditentukan dengan cara
palpasi)
• Hasil
Hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Hasilnya kurang akurat bila dibandingkan
dengan pengukuran secara auskultasi yaitu lebih rendah
Auskultasi
• Konsep teori
Pemeriksaan pada arteri brachialis, sama dengan palpasi namun pada auskultasi
terjadi 2 denyutan sistolik & Diastolic atau yang lebih dikenal sebagai Korotkoff I
&IV
• Alat
Stethoscope dan Sphygmomanometer
• Prosedur
a) Pasang manset di lengan atas kanan, tambahkan 2-3 jari di atas foss cubiti.
b) Cari dan raba arteri brakhialis
c) Kunci skrup dan pompa tensimeter hingga arteri brakhialis tidak terapa dan
tambahkan 20mmHg
d) Letakkan stetoskop di atas arteri brakhialis
e) Buka skrup perlahan dan perhatikan pada angka berapakah terdengar bunyi
pertama kali dan pada angka berapakah terdengar bunyi yang terakhir sebelum
menghilang. Angka tersebut menunjukkan tekanan darah sistolik dan diastolik.
• Hasil
Dapat mengukur tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Hasilnya lebih akurat
dibandingkan pengukuran secara palpasi.
3. Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat
mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah?
Jawaban :
Ya, berpengaruh. Cara pemasangannya haruslah tepat yaitu tidak terlalu
ketat dan tidak terlalu longgar.
a.Apabila terlalu longgar
Apabila manset terlalu longgar, maka darah masih bisa mengalir seperti
biasa (sebagian turbulen, sebagian laminer) karena kurang tertekan atau
terhambat, bunyi yang terdengar pun lemah. Selain itu pula menghasilkan
tekanan darah yang lebih tinggi, sehingga tidak diperoleh hasil pengukuran yang
valid.
b.Apabila terlalu ketat
Manset yang terlalu ketat pada saat pemasangan,akan menyebabkan
tekanan yang di berikan pompa sphygnomamometer pada kantong karet tidak
maksimal. Hal ini disebabkan sebelum pemompaan, pengikatan pada lengan
sudah ketat dan sudah ada tekanan, jadi bila di beri tambahan udara, tekanannya
tidak terlalu maksimal; sehingga menghasilkan tekanan darah menjadi lebih
rendah dari seharusnya.
VI.KESIMPULAN
VII. KEPUSTAKAAN
Bronzino, Joseph D. 2000. The Biomedical Engineering Handbook, 2nd ed. CRC Press
Deakin, CD, Low JL. 2000. Accuracy of the advanced traume life support guidelines for
predicting systolic pressure using carotid, femoral, and radial pulses:
observational study. BMJ, 321 (7262): 673-4
Dryden, James. 2010. Difference between Pulse and Heart Rate. diambil dari:
http://www.livestrong.com/article/88832-difference-between-pulse-heart. [5
April 2010]
Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbook of Medical Physiology. USA: Elsevier
Kanani, Mayzar, Martin Elliot. 2004. Applied Surgical Physiology Vivas. Cambridge
University Press
MacWilliam, J.A. 1933. Postural Effects on Heart-Rate and Blood- Pressure. diambil dari:
http://ep.physoc.org/content/23/1/1.abstract. [5 April 2010]
Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading School
Mirkin, Gabe, M.D. 2008. Recovery Heart Rate. diambil dari: http://www.drmir kin.
com/heart/8076.html [6 April 2010]
Quan, Kathy. 2006. Vital Signs: How to Take a Pulse. diambil dari: http://health
fieldmedicare.suite101.com/article.cfm/vital_signs_how_to_take_a_pulse. [5
April 2010]
Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders Company: USA
Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third Edition.
McGraw-Hill
Sanif, Edial, dr. 2008. Tes Untuk Memelihara Kebugaran Kardiovaskuler. diam bil dari:
http://www.jantunghipertensi.com/content/2/3/32. [6 April 2010]
Stegemann, Jurgen. 1981. Exercise Physiology: Physiologic Bases of Work and Sport.
YearBook Medical Publishers, Inc.: London